Anda di halaman 1dari 10

ROH KUDUS DALAM SAKRAMEN

JURNAL DOGMATIKA III

OLEH :

MARSEL CORNALIUS SILVESTER LAISBUKE


SEMESTER V/B

Dosen Pembimbing : Pdt. Dr. Welfrid F. Ruku

Dosen Pengasuh : Pdt. Eritrika Nulik, M. Th

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

FAKULTAS TEOLOGI

2020
ROH KUDUS DALAM SAKRAMEN

ABSTRAK

Penyataan Allah melalui Yesus Kristus yang hadir dalam sejarah yang di tulis
dalam Alkitab, membuat manusia memahani dan mengimani dengan melakukan
perayaan sakramen sebagai peringatan akan Allah didalam dunia. Allah sebagai
sakramen itu sendiri menghargai keberadaan manusia sehingga melalui Roh Kudus
Allah berkenan menuntun manusia agar perayaan sakramen tidak menjadi tradisi
namun memampukan untuk menyatakan dalam lingkungan kehidupan. Peran Roh
Kudus dalam sakramen bertujuan untuk membimbing dan memampukan manusia
dalam tindakan sakramen setiap hari.

Dalam sakramen baptisan selalu dipahami sebagai perayaan suci untuk


memperingati sebagai orang percaya yang telah dimateraikan. Demikian juga dalam
sakramen perjamuan, makan roti dan minum anggur sebagai peringatan akan tubuh
dan darah Kristus yang telah menderita. Namun Roh Kudus sebagai Roh Allah yang
hadir dalam setiap kepribadian manusia bertujuan untuk menuntun dan memapukan
manusia agar melakukan sakramen sebagai bentuk penyataan cinta kasih Allah dalam
kehidupan setia hari, dalam lingkungan kehidupan bukan hanya sekedar tradisi dalam
gedung gereja.
PENDAHULUAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Bapa yang disapa Yesus sebagai
pemilik kehidupan, sebab atas tuntunan melalui Roh Kudus penulis dimampukan untuk
menyelesaikan Jurnal ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis juga mungucapkan limpah terima kasih banyak kepada dosen pengasuh
mata kuliah Dogmatika III dan kepada semua saudara/i yang telah meluangkan waktu
untuk membantu dalam mengerjakan jurnal ini sehingga terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan jurnal ini, Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengali


tentang peran Roh Kudus dalam Sakramen. Penulis juga menemukan sejumlah
wawasan bagi pembaca mengenai Tuntunan dari Roh Kudus yang menuntun pembaca
untuk mengenal pentingnya peran Roh Kudus yang berkarya dalam sakramen tanpa
disadari oleh manusia. Dalam penulisan jurnal ini juga penulis tidak lupa memaparkan
Abstrak, pembahasan, dan penutup.

Oleh sebab itu, penulis sadar bahwa tugas ini sangat jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis selalu membuka ruang kepada pembaca agar senantiasa melontarkan
saran serta kritikan kepada penulis demi penyempurnaan jurnal ini. Semoga tulisan
dari penulis ini bermanfaat dan menjadi berkat kepada pembaca untuk mengerti dan
memahami pentingnya peran Roh Kudus dalam sakramen.
PEMBAHASAN

1. ROH KUDUS

Orang Kristen percaya bahwa Roh Kudus yang menyebabkan orang percaya
kepada Yesus. Dia juga yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh tinggal
di dalam diri setiap orang Kristen sejati. Setiap tubuh orang Kristen adalah Bait
Suci tempat tinggal Roh. Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong'
(paracletus dalam bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, parakletos)1, dan
memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang
dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah Roh. 2

Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh
Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari
Allah, dan api. Kepelbagaian itu membantu untuk menerangkan identitas dan kerja
Roh.3 Dalam buku Dogmatika Masakini, Roh Kudus adalah Allah sendiri, yang datang
kepada kita dari luar (“dari atas”), yang menyatakan diriNya kepada kita serta bertindak
terhadap kita. Kesaksian tentang penyataan Allah ialah Alkitab. Apabila Alkitab
berbicara tentang Allah Bapa, maka berbicara juga tentang Yesus Kristus dan Roh
Kudus. Demikianlah Allah menyatakan diriNya yaitu dengan Tiga nama yang menunjuk
kepada tiga “cara-berbeda”Nya : sebagai “Allah Bapa”, sebagai “Allah Anak”, sebagai
“Allah Roh Kudus”. Ketiga ini bukanlah tiga Ilah ataupun tiga Tuhan, melainkan adalah
Allah yang satu dan esa.

Roh Kudus senantiasa menunjuk kepada Yesus Kristus dan memberitakan kepada
kita, bahwa secara konkrit sekali Allah telah bertindak di dalam sejarah, yaitu di dalam
kedatangan Yesus orang Nazaret, yang sudah menderita di bawah Pontius Pilatus, telah
disalibkan dan bangkit pula, di sana, pada tempat dan waktu itu, 1900 tahun yang lalu.
Alkitab berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang nyata. Kepercayaan Kristen
didasarkan pada fakta-fakta yang konkrit, yang tidak boleh dikaburkan menjadi cerita-

1
Parakletos (bahasa Yunani: παρά κλητος, bahasa Latin: paracletus) berarti pembela atau
penolong. Dalam agama Kristen, istilah "parakletos" lazimnya digunakan sebagai sebutan
bagi Roh Kudus.
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Roh_Kudus#Roh_Kudus_di_dalam_Alkitab
3
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, hal. 318.
cerita yang hanya bersifat “lambang” ataupun “kiasan” saja. Roh Kudus tidak membuat
kita “ber-agama” secara umum, akan tetapi menuntun kita kepada Yesus Kristus, Kyrios
yang telah disalib dan bangkit pula itu. Pekerjaan Roh Kudus membuat manusia
mengabdi kepada Yesus Kristus selaku Kyrios yang berkuasa penuh atas hidupnya
sehari-hari. Allah sudah bertindak di dalam sejarah melalui Yesus Kristus, Allah telah
datang ke dunia ini dan kepada umat manusia, untuk menyelesaikan segala sesuatu
yang harus dilakukan guna penyelamatan kita. Oleh pekerjaan Roh Kudus di dalam hati
dan hidup kita, maka kita dilibatkan dalam pekerjaan penyelamatan (oleh) Allah,
sehingga benar-benar kita ambil-bagian dalam Keselamatan itu.4

2. SAKRAMEN

Kata sakramen berasal dari bahasa Latin ‘sacramentun’ dalam arti teknis teologis,
bila digunakan untuk melukiskan upacara-upacara tertentu dari iman Kristen,
termaksud ke dalam masa perkembangan doktrin pada kurun waktu yang jauh
kemudian sesudah zaman Perjanjian Baru. Kitab Vulgata dibeberapa bagiannya
menggunakan kata ini untuk menerjemahkan Yunani musterion (Ef.5:32;Kol.1:27;1
Tim.3:16;Why.1:20;17:7), namun yang lebih biasa dipakai ialah musterium.
Penggunaannya secara gerejawi pada waktu yang lebih dini, yakni sacramentum,
dipakai dalam arti luas untuk sembarang upacara atau hal yang lebih sakral.

Dalam kehidupan sehari-hari kata ini digunakan dua cara : (a.) Sebagai ikrar atau
jaminan yang diserahkan kepada ‘orang kepercayaan yang terjamin menjaga
kerahasiaan’, oleh pihak-pihak yang terlibat dalam masalah tuntutan hokum dan
diperuntukkan bagi tujuan suci; (b.)Sebagai sumpah tentara Romawi kepada kaisar, dan
kemudian untuk sumpah apa saja. Gagasan-gagasan ini kemudian digabungkan untuk
menghasilkan konsep upacara suci keagamaan yang merupakan janji atau tanda.
Penerimaan upacara suci itu mencakup pengikraran sumpah kesetiaan, dan ini dalam
perjalanan waktu mengarah ke pembatasan kata ‘sakramen’ kepada dua upacara
lembaga ilahi yang utama, yaitu Baptisan dan Perjamuan Kudus. Penggunaan yang lebih
luas berlangsung terus berabad-abad lamanya. Hugo St. Victor (abad 12) dapat
berbicara tentang 30 macam sakramen, tapi Petrus Lombardus pada zaman yang sama
memperkirakan 7 saja. Perkiraan yang terakhir secara resmi diterima oleh gereja Roma.
4
Dr. G. C. van Niftrik dan Dr. B. J. Bouland, Dogmatika Masakini, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008, hal. 334-338.
Definisi umum tentang sakramen yang diterima oleh gereja Reformasi dan Roma
Katolik, ialah bahwa sakramen merupakan tanda lahiriah yang nampak, ditetapkan oleh
Kristus, menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani. Definisi tersebut banyak
dipengaruhi oleh ajaran dan bahasa Agustinus, yang menulis tentang bentuk yang
nampak yang mengandung keserupaan dengan hal yang tak nampak. Jika kepada
‘unsur’ ini, atau bentuk yang nampak itu, perkataan lembaga Kristus ditambahkan,
suatu sakramen telah dibuat, sehingga sakramen dapat disebut sebagai ‘firman yang
nampak’.5

Sakramen adalah perwujudan Injil yang gamblang yang melaluinya Roh Allah
menegaskan kepada kita kasih Allah yang mengampuni, memperbarui, dan menjanjikan
di dalam Yesus Kristus dan menghidupkan kita dalam iman, harapan, dan kasih.
Kehadiran Kristus dalam pewartaan Sabda dan kehadiran Kristus dalam praktik
sakramen bukanlah dua Kristus yang berbeda tetapi Kristus yang sama hadir dengan
cara yang berbeda.

Alkitab tidak memberikan definisi tentang sakramen, juga tidak menyebutkan


jumlahnya. Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani misteri - secara harfiah "misteri", yang
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin sebagai sacramentum, atau "sakramen" -
merujuk pada kehadiran dan tujuan Allah yang diberitahukan di dalam Yesus Kristus,
tidak secara khusus pada baptisan, Perjamuan Tuhan, atau ritus lainnya (Ef 1: 9- 10).
Pada awal Abad Pertengahan, jumlah sakramen sangat bervariasi. Sejak abad ketiga
belas, jumlah mereka telah ditetapkan menjadi tujuh di Gereja Katolik Roma dan Gereja
Timur: baptisan, peneguhan, Ekaristi, penebusan dosa, pentahbisan, pernikahan, dan
pengurapan orang sakit. Gereja Reformasi mengurangi jumlah sakramen menjadi dua
atau tiga, dengan baptisan dan Perjamuan Tuhan selalu diakui sebagai yang paling
penting. Dikatakan bahwa sakramen harus dibatasi pada praktik-praktik yang dengan
jelas ditetapkan oleh Kristus dan para rasul. Bahkan yang lebih penting daripada
pengurangan para Reformis dalam jumlah sakramen, bagaimanapun, adalah desakan
mereka pada dua poin dasar: pertama, Ketidakpisahan Sabda dan Sakramen; dan kedua,
pentingnya baik dalam Firman dan sakramen pekerjaan Roh dan tanggapan iman.

5
Ensiklopedi…,op.cit, hal. 339.
Penekanan ini melawan setiap pandangan semu-magis tentang alam dan kemanjuran
sakramen.6

Menurut Gereja Reformasi hanya ada dua sakramen, yaitu baptisan dan
perjamuan kudus. Hakekatnya sakramen adalah tanda dan materai yang ditetapkan oleh
Tuhan Allah untuk menandai dan memateraikan janji-janji Allah di dalam Injil, bahwa
karena korban Kristus di kayu salib kita dianugerahi keampunan dosa dan hidup kekal.
Gereja Reformasi mengurangi jumlah sakramen menjadi dua, yaitu; Baptisan dan
Perjamuan. Tuhan selalu diakui sebagai yang paling penting. Dikatakan bahwa
sakramen harus dibatasi pada praktik-praktik yang dengan jelas ditetapkan oleh Kristus
dan para rasul. Bahkan yang lebih penting daripada pengurangan para Reformis dalam
jumlah sakramen, bagaimanapun, adalah desakan mereka pada dua poin dasar:
pertama, Ketidakpisahan Sabda (firman) dan Sakramen; dan kedua, penting-Nya baik
dalam Firman dan sakramen pekerjaan Roh dan tanggapan iman. 7

3. PERAN ROH KUDUS DALAM SAKRAMEN

Sakramen membuat manusia mengaku dengan iman dan cinta di hadapan Allah.
Allah adalah sakramen itu sendiri, pertama-tama Allah melalui Yesus (Anak Allah)
datang kepada manusia untuk mengaku dan memeteraikan diri-Nya. Dia meyakinkan
manusia dengan janji bahwa Dia adalah Tuhan bagi manusia. Dalam sakramen manusia
mengakui pertobatan mereka, iman mereka, ketaatan mereka, persekutuan mereka
dengan Kristus dan dengan sesama manusia. Setiap ketaatan terhadap sakramen adalah
tindakan pembaruan perjanjian, kesetiaan, sumpah yang mewajibkan mereka untuk
terlibat dalam pelayanan Kristus dalam dunia.

Yang perlu diperhatikan pertama-tama adalah Allah disebutkan sebagai


sakramen itu sendiri. Secara umum kita percaya bahwa hanya Allah yang dapat menjadi
“penyebab” sakramen. Dia sendirilah pemilik dan distributor semua ciptaan. Dia sendiri
yang dapat menentukan untuk apa Dia mengikat diri-Nya sendiri dalam ciptaan-Nya.
Lebih lanjut, Yesus datang untuk menetapkan sakramen, karena sebagai perantara
Yesus (sebagai Anak Allah) yang bertindak dalam sejarah datang untuk menetapkan

6
Daniel L. Migliore, Faith seeking understanding: an introduction to Christian theology, Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data, 1935, hal. 235-236.
7
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2018, hal. 425-428.
Allah (sakramen) di tengah keberdosaan manusia. Melalui Roh Kudus, Allah ingin agar
sakramen yang telah ditetapkan tidak berhenti. Oleh sebab itu Roh Kudus (Allah itu
sendiri) berkenan hadir dan memampukan manusia melalukan sakramen sebagai tanda
dan materai bahwa penyertaan Allah tidak berhenti pada Yesus yang datang dalam
sejarah, namun berlanjut sampai akhir zaman.

Roh adalah cinta yang mempersatukan dan menyempurnakan Tritunggal, energi


kehidupan persekutuan, karunia cinta dan persahabatan timbal balik. Selain itu,
kehidupan Tritunggal bukanlah lingkaran tertutup. Didalam kuasa Roh, kehidupan dan
cinta Allah Tritunggal terbuka bagi dunia. Berpikir dan berbicara tentang aktivitas Roh
yang menyatukan, menjembatani, dan memuncak dalam kehidupan tritunggal kekal
bukanlah sesuatu yang kita impikan, bukan sekadar proyeksi keinginan dan fantasi kita.
Itu didasarkan pada wahyu dan pengalaman Roh sebagai karunia kasih Tuhan yang
dicurahkan ke dalam hati kita, sebagai kekuatan komunitas baru dalam Kristus, sebagai
penghibur yang mempersatukan kita dengan Tuhan melalui Kristus, sebagai janji
penyelesaian tujuan Tuhan. Karena Tuhan dalam hubungan kita setia dengan
keberadaan Tuhan sendiri, ada korespondensi antara pemersatu, dan aktivitas Roh
sebagai ikatan persatuan, cinta, sukacita, dan damai dalam kehidupan Tritunggal kekal.
PENUTUP

Dari pembahasan mengenai peran Roh Kudus dalam sakramen diatas penulis
mengambil kesimpulan bahwa, Roh Kudus yang adalah Allah itu sendiri yang berkenan
hadir dalam sakramen melalui roh-Nya yang Kudus. Dengan bertujuan menuntun
manusia untuk tidak sekedar melakukan sakramen sebagai tanda dan tradisi namun
menuntun untuk memahami sebagai penyataan akan cinta kasih dari Allah kepada
dunia. Sebab Allah telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus yang hadir dalam
sejarah di salibkan dan mati bagi manusia.

Oleh karena penyataan diri dari Allah, manusia melakukan sakramen sebagai
peringatan akan cinta kasih-Nya. Namun karena cinta dan kasih yang begitu besar
kepada manusia, Allah berkenan hadir melalui Roh Kudus untuk menuntun dan
memampukan manusia agar dalam sakramen tidak sekedar tradisi dan peringatan
semata melainkan penyataan cinta kasih yang mempersatukan sesama manusia dalam
lingkungan kehidupan tiap-tiap hari.
DAFTAR PUSTAKA

ALKITAB

2017 Alkitab dengan Kidung Jemaat, Jakarta: LAI


2014 Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI

BUKU-BUKU

Hadiwijono Harun.,

Iman Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2018.

Niftrik G. C. vaan & Bouland B. J.,

Dogmatika Masakini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Migliore Daniel L.,

Faith seeking understanding: an introduction to Christian theology, Library


of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1935.

WEB & ENSIKLOPEDI

Yayasan Komonikasi Bina Kasih

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jakarta : Yayasan Komonikasi Bina Kasih,


1996.

https://id.wikipedia.org/wiki/Roh_Kudus#Roh_Kudus_di_dalam_Alkitab

Anda mungkin juga menyukai