Anda di halaman 1dari 9

1.

Pokok-pokok teologi liturgi


a. Dimensi-dimensi Teologi Liturgi:
o Dimensi Trinitaris. Teologi salalu melihat seluruh tindakan Allah dalam sejarah
dan Gereja secara Trinitaris1. Apa yang dilakukan dalam liturgi merupakan misteri
keselamatan. Trinitaris bersifat atau berkaitan dengan Tirinitas atau Tritunggal Yang
Maha Kudus, satu Allah tiga Pribadi yakni Allah Bapa-Putra-Roh Kudus. Artinya
dilakukan Bapa-Putra-Roh Kudus sekaligus dimana Bapa: merencanakan; Putra:
melakukan apa yang telah direncanakan Bapa dengan penuh kebebasan dan kasih; Roh
Kudus: menghubungkan kasih antara Bapa dan Putra serta mempersatukan kita dengan
Bapa dan Putra. Apabila suatu perayaan liturgis disebut atau memiliki sifat Trinitaris
berarti diarahkan kepada Bapa dengan pengantaraan Putra dalam persekutuan Roh
Kudus. Teologi Trinitaris ini disebut juga dengan Trinitas Oikononia: mununjuk diri
dan peranan Trinitas dalam rangka karya keselamatan bagi manusia; juga Trinitas
Imanen: menunjuk relasi intern Bapa-Putra-Roh Kudus.
o Dimensi Kristologis. Merupakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus
Kristus yang menjadi pusat dari liturgi itu sendiri. Ditekankan lagi dalam SC 5 bahwa
apa yang dirayakan dalam perayaan liturgi merupakan karya penebusan umat Allah dan
pemuliaan Allah yang terlaksana dalam peristiwa Yesus Kristus yang akhirnya
berpuncak pada Misteri Paskah. Dalam liturgi yang dirayakan pertama-tama adalah
Misteri Paskah yang merupakan puncak dari seluruh sejarah umat manusia dan menjadi
pusat dan jantung hati seluruh tahun liturgi Gereja.
o Dimensi Pneumatology. Seluruh liturgi merupakan partisipasi umat Beriman dalam
Trinitas itu sendiri. Dengan adanya liturgi di dunia ini, kita mencicipi liturgi surgawi
yang merupakan tujuan akhir hidup kita. Partisipasi kita dalam liturgi akan terpenuhi
nanti apabila Kristus datang untuk kedua kalinya. Namun dengan adanya Roh Kudus
yang telah dicurahkan ke dalam hati kita, liturgi Trinitas yaitu saat kita merayakan
liturgi Gereja, kita telah mengambil bagian di dalamnya. Roh Kudus telah
mempersatukan kita dengan Bapa dan Putra. Dengan partisipasi kita dalam liturgi
Trinitas itu, kita dimasukkan dalam komunitas kasih Trinitas2.
o Dimensi Ekklesiologis. Liturgi Gereja merupakan liturgi umat beriman, dimana
liturgi harus menjadi perayaan dalam kebersamaan3. Dalam SC 27 dikatakan bahwa

1
E. Martasudjita., Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah Dan Teologi Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1999, 28.
2
E. Martasudjita., Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah Dan Teologi Liturgi, 30.
3
Dikutip dari jurnal: Konstitusi Liturgi Konsili Vatikan II: Prasejarah, Sejarah, dan Naskahnya, Petrus Bine Saramae, hlm. 8.

1
setiap kali suatu upacara, harus diselenggarakan sebagai perayaan bersama, dengan
dihadiri banyak Umat yang ikut serta secara aktif, hendaknya ditandaskan, agar bentuk
ini sedapat mungkin diutamakan terhadap upacara perorangan yang seolah-olah bersifat
pribadi. Liturgi merupakan ibadat resmi Tubuh Mistik Kristus dan adanya saluran
Rahmat, maka melalui partisipasi umat Beriman di dalam berliturgi, maka Rahmat itu
akan diperoleh.
b. Contoh Dimensi Teologi Liturgi.
o Dimensi Trinitaris; dalam mengikuti Ekaristi setiap hari di komunitas, selalu saya
dengarkan dalam doa pembuka dalam Ekaristi yang menggunakan rumusan
Trinitaris dengan rumusan “.....dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami, yang
bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang
masa.
o Dimensi Ekklesiologis; Ekaristi merupakan kenangan penuh syukur akan karya
Yesus dalam menebus dosa manusia. Dalam Ekaristi adanya kurban baik itu kurban
Kristus sendiri maupun kurban Gereja, sehingga komuni dalam perayaan Ekaristi
merupakan bagian penting, dan partisipasi umat paling baik dan sempurna. Liturgi
tenkhususnya Ekaristi merupakan perayaan bersama, dimana umat Beriman, Imam,
dan Kristus sebagai tiga subjek yang turut mengambil bagian atau berperan di dalam
Ekaristi.
2. Struktur Liturgi
a. Unsur dari Struktur Liturgi
Dialogis: Katabatis dan Anabatis. Perayaan liturgi merupakan sebuah peristiwa
perjumpaan antar Alah dan manusia4. Maksud dari perjumpaan ini adalah perjumpaan
yang berlangsung melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Arti dari kata dialog adalah
adanya komunikasi antara dua pihak yang terjadi antara Allah sendiri dengan umat-Nya.
Pada awal mulanya Allah yang terlebih dahulu berinisiatif dalam mengundang dan
mengumpulkan umat beriman atau dengan artian tertentu seluruh hidup orang Kristiani
dan hidup seluruh umat merupakan anugerah semata yang datang dari Allah.
Dalam struktur liturgi, dimensi Allah yang menawarkan diri itu disebut segi katabatis
(dari Bahasa Yunani katabasis= gerak menurun)5; Anabatis (Gerakan dari pihak manusia
kepada Allah/gerak naik). Liturgi merupakan komunikasi antara Allah dan umat-Nya
atau umat beriman antar umat beriman.

4
E. Martasudjita., Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 2011, 119.
5
E. Martasudjita., Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, 120.

2
Anamnesis. Merupakan tindakan penghadiran kembali akan karya keselamatan Allah dari
masa lampau pada masa kini secara objektif dan nyata dalam perspektif masa depan.
Penghadiran atau kenangan ini bukanlah sekadar tindakan untuk mengingat-ingat secara
subjektif dan intelektual, melainkan suatu perayaan kenangan Liturgi-Sakramental6.
Kemungkinan terjadinya penghadiran tindakan keselamatan secara riil dan nyata yakni
karena adanya tindakan Allah, iman Jemaat, Roh Kudus yang menjadi penghubung antar
karya keselamatan Allah dengan diri manusia.
Epiklese. Merupakan seruan permohonan kepada Allah agar mencurahkan Roh Kudus7.
Dalam struktur epiklese, ada suatu permohonan yang tertuju kapada Allah agar Allah
berkenan mengutus Roh Kudus-Nya untuk menyucikan atau menguduskan suatu pribadi
atau barang/benda tertentu. Ketika Epiklese dikaitkan dengan Anamnese yang bertujuan
agar seluruh proses Anamnese atau proses penghadiran kembali karya penebusan Kristus
sendiri dapat berlangsung, adanya hubungan yang erat dan tidak dapat dipisah dari struktur
Anamnese.
Simbolis. Berkaitan dengan simbol, memiliki sifat dan makna yang terkandung di
dalamnya8. Alasan liturgi berstruktur simbolis: karena keseluruhan misteri Yesus Kristus
dalam karya penebusan, Allah sungguh menghidupi dan mengalami semua kemanusiaan
kita. Oleh karena itu Allah mengunakan simbol-simbol manusia agar melalui simbol-simbol
itu Allah dapat menjumpai manusia; simbol selalu melekat dan tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia; perjumpaan kita dengan Allah belum berlangsung dari muka ke muka
melainkan masih dalam gambaran.
Melalui simbol itu, tersembunyi dan terungkap apa yang disimbolkan 9. Hal ini berarti
ada hubungan antar isi yang disimbolkan dengan realitas yakni kehadiran Kristus yang
menjadi penyelamat. Struktur dari simbol mencakup segi Katabatis-Anabatis. Disinilah
terjadi suatu dialog atau komunikasi dalam bentuk tanda atau simbol.
Contohnya:
Anamnesis; dari pengertian Anamnesis itu sendiri, sacara pribadi saya melihatnya secara
nyata dalam perayaan Ekaristi. Pada masa lampau, Yesus Sang Penebus telah mati di salib
dan ini merupakan realitas dari keselamatan. Karya atau peristiwa salib ini dihadirkan dan
dikenang kembali pada masa kini dalam perayaan Ekaristi, namun dalam bentuk yang

6
E. Martasudjita., Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah Dan Teologi Liturgi, 49.
7
Diambil dari proposal Relasi Liturgi Dengan Ekspresi Bentuk Sakral Arsitektur Gereja Katolik yang disusun oleh: Dr. Purnama saluri; Dr.
Bachtiar Fauzy dan Rudy Trisno, hlm. 17.
8
Ernest Maryanto., Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius, 2004, 205.
9
E. Martasudjita,. Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi. 128.

3
berbeda dan tentunya tidak sama seperti yang ada pada zaman dahulu, tetapi dalam rupa Roti
yang merupakan Tubuh Kristus dan Anggur yang merupakan Darah Kristus.
Simbolis; Di dalam perayaan Ekaristi terkhususnya pada saat pengakuan dosa pada upacara
pembukaan dan jawaban bagi penerimaan komuni” ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang
kepada saya….” Disitulah ada simbol menepuk dada yang merupakan ungkapan penyesalan
diri dan mengakui bahwa kita adalah orang yang berdosa.
3. Simbol-Simbol Liturgi
a. Teologi Simbol Ruang dan Waktu Secara Liturgis
Tata Ruang. Lambang dari tata ruang liturgi adalah menjadi perjumpaan antar umat
Allah dengan Allah sendiri dalam Yesus Kristus. Melalui Tuhan kita Yesus Kristus,
Allah sungguh hadir seperti yang tertulis dalam Kitab Suci: dimana dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama Tuhan, disitulah Allah hadir dan berada diantara mereka.
Fungsi dari ruang liturgi adalah sebagai berikut:
o Sebagai ungkapan akan kasatuan antar Umat beriman dengan Kristus sebagai satu
Tubuh Mistik Kristus, yakni Kristuslah kepalaNya dan segenap Umat beriman
adalah anggota-anggotanya.
o Dengan adanya tata ruang, fungsi serta peran umat beriman dalam berliturgi
sungguh ditampakkan dengan jelas.
o Sebagai ungkapan akan kehadiran Allah sendiri di tengah umat-Nya melalui
Kristus dalam Roh Kudus di dalam perayaan liturgi yang sedang dirayakan.
Teologi rumah ibadat mengalami perkembangan paham baik itu dalam PL: Bait Suci
merupakan tempat kehadiran Allah, sedangkan dalam PB mengalami perkembangan yakni
Bait Allah itu adalah Yesus Kristus sendiri sehingga kehadiran Allah tidak lagi terikat oleh
suatu tempat tertentu. Yesus Kristus adalah simbol nyata akan kehadiran Allah yang kini
hadir dalam Roh Kudus di tengah Gereja yang kemudian Gereja menjadi tempat dan ruang
kehadiran Yesus Kristus bagi dunia–tempat perjumpaan manusia dan dunia dengan Kristus.
Karena ada hubungannya dengan Kristus maka Gereja disebut sebagai Bait Allah. Seluruh
ruang dan tempat Suci hanya mendapat arti dari perspektif Kristologis dan Ekklesiologis
karena Kristus yang merupakan Bait Allah sejati sungguh berdiam dan hadir dalam dan
melalui Roh kudus di tengah Gereja sehingga Gereja atau umat Beriman juga dapat disebut
sebagai bangunan Allah, Bait Suci.
Tata Waktu. Waktu dan masa liturgi melambangkan misteri sejarah keselamatan Allah yang
berpuncak pada Misteri sengsara, wafat dan kebangkitan (Misteri Paskah) Yesus Kristus.

4
Secara keseluruhan tata waktu liturgi ingin memperjelas serta menguraikan misteri Yesus
Kristus.
Berbicara tentang waktu atau masa liturgi, tidak terlepas juga dengan kelender liturgi
atau tahun liturgi yang dipahami sebagai peryaan Gereja yang mengenangkan misteri karya
keselamatan Allah dalam Kristus dalam rangka peredaran lingkaran tahun10. Pusat dari tahun
liturgi terletak pada Misteri Paskah yang akhirnya menjadi inti acara atau pusat dan jantung
Tahun Liturgi karena perayaan liturgi yang dirayakan sepanjang tahun selalu merupakan
perayaan kenangan penuh syukur atas karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam
Misteri Paskah. Dengan artian tertentu Gereja menampakkan seluruh Misteri Paskah mulai
dari penjelmaan serta kelahiran hingga kenaikanNya sampai hari Pentakosta-penantian akan
kedatangan Tuhan.
Tahun liturgi merupakan kenangan akan karya keselamatan Allah: sekali untuk
selamanya dalam sejarah, yang dicicipi sekarang sebagai antisipasi dalam harapan, yang
mencapai kepenuhannya delam masa depan eskatologis11.
b. Dari sisi Teologis-Liturgi-Pastoral tentang Live Streaming.
Dalam SC 11 peryaan liturgi disebut sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Dalam perayaan Ekaristi, misteri Paskah Kristus dikenangkan dan dihadirkan secara
sakramental menurut intensitasnya yang paling dalam dan padat12. Dalam merayakan
peryaanaan liturgi Ekaristi perlu adanya dimensi Trinitas-Eklesiologi-Eskatologis.
Liturgi merupakan suatu kesatuan yang utuh13. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada
bagian-bagian dalam liturgi yang dilakukan secara terpisah, maka yang terjadilah hanya
memberi pemahan yang tidak lengkap akan Misteri Kristus. Dalam persoalan liturgis perlu
adanya pehaman juga akan bentuk Ekaristi yang mengalami perkembangan yakni dari
perjamuan terakhir hingga sekarang. Bentuk Ekaristi: menurut makna: Ekaristi yang
dipahami sebagai Anemnese, Epiklese, Koinonia, Kurban; menurut perayaan Ekaristi:
berkaitan dengan unsur untuk liturgis yang bertujuan menopang terlaksananya perayaan
liturgi Ekarisiti. Unsur-unsur itu antara lain segi perjumpaan, himpunan umat, mewartakan,
dan mengenang, unsur-unsur doa, unsur persembahan, dan penerimaan dalam komunio14.
Dalam SC 20” siaran-siaran upacara suci melalui radio, televisi, terkhusunya dalam
meliput perayaan Ekaristi, hendaklah berlangsung dengan bijak dan penuh hormat, dibawah

10
E. Martasudjita., Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi. 177.
11
Kutipan dari jurnal Meryakan Karya Keselamatan Dalam Kerangkan Tahun Liturgi, M Christy.
12
E. martasudjita., Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi. 205.
13
Gabe Huck., Liturgi Yang Anggun Dan Menawan, Yogyakarta: Kanisius, 2001, 29.
14
E. Martasudjita., Ekaristi Tinjauan Teologis, Liturgis, Pastoral, Yogyakarta: Kanisius, 2005, 346.

5
bimbingan dan tangung jawab seorang ahli yang ditunjuk oleh Uskup setempat”. Tentang
penerimaan komuni ketika umat mengikuti perayaan ekaristi secara live-streaming harus
diserahkan kepada uskup setempat dalam pengaturannya asalkan terjaminnya dalam upaya
pencegahan akan terjangkitnya pandemik yang sedang terjadi.
4. Ibadat harian atau Liturgia Horarum
a. Teologi dan Spiritualitas Liturgi Harian
Teologi ibadat harian. Pada dasarnya teologi ibadat harian tidak dapat dipisahkan dari
makna liturgi harian sebagai liturgi resmi Gereja dan ibadat harian memiliki kedudukan
yang sama dengan perayaan sakramen-sakramen lainnya karena termasuk liturgi resmi
Gereja. Dalam liturgi harian Gereja mengambil bagian dalam tiga imamat Yesus Kristus
yang memepersembahkan diri kepada Bapa dalam Roh Kudus15. Umat yang melaksanakan
ibadat harian turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah dalam konteks saat ini
yang terlaksana dalam misteri sengsara-wafat-kebangkitan Yesus Kristus. Selain memiliki
kedudukan yang sama yakni sebagai liturgi resmi Gereja, ibadat harian menjadi kenangan
akan Misteri Paskah yang berpuncak dalam misa Kudus. Dalam liturgi harian adanya unsur
Anabatis yang berarti terjadinya komunikasi antar umat beriman dengan Allah serta adanya
ungkapan dimensi Ekklesia. Tekanan akan makna liturgi harian terletak dalam hal
pengudusan hari dan waktu yang telah ditebus oleh Yesus Kristus dan menunjuk pada
peristiwa penghadiran kerajaan Allah secara historis yang menunjuk realitas sejarah. Waktu
yang dimaksudkan adalah malam, pagi dan petang yang menjadi tanda akan kehadiran
Allah yang menyelamatkan. Antara waktu dan hari, semuanya diciptakan oleh Allah baik
adanya karena Allah sendiri yang telah menebus dan menyucikan melalui pribadi Yesus
Kristus.
Spiritualitas ibadat harian. Ibadat harian merupakan doa seluruh Gereja yang
merupakan ungkapan pengalaman iman akan keagungan, kasih, dan kesetiaan yang dilakukan
oleh Tuhan dalam sejarah manusia atau juga ungkapan aktual orang-orang yang sedang
mendoakannya. Umat yang melakukan ibadat harian turut ambil bagian dalam tugas Gereja
yang sedang berdoa dan juga mengungkapkan solidaritas dengan sesama yang sedang
mengalami peristiwa hidup yang sungguh berbeda dari si pendoa. Doa harian yang dilakukan
seseorang baik biarawan/i maupun awam sungguh mengandung makna yang sama yakni
demi kemuliaan Bapa. Oleh karena itu seluruh umat diharapkan untuk mengambil bagian di
dalamnya(bdk. SC 100). Spiritualitas dalam bahasa latin Roh. Makna dari spiritualitas adalah

15
E. Martasudjita., Liturg-Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 214.

6
hidup menurut roh atau hidup untuk Allah. spiritualitas pertama-tama berarti kehidupan yang
dijiwai dan dipimpin oleh roh, yaitu Roh Kudus.16
b. Contohnya
o Dalam sehari saya melakukan doa brevir sebanyak tiga kali yang ditutup dengan
kompletorium. Semuanya merupaka doa pujian dan permohonan yang menjadi tanda
akan kehadiran Allah yang menyelamatkan dan merupakan ungkapan realitas akan
karya keselamatan Allah dalam sejarah.
o Dalam mendaraskan mazmur yan ada dalam doa brevir, terkadang saya menemukan
mazmur yang sungguh kontras dengan situasi saya saat itu. Contohnya mazmur yang
biasanya di daraskan pada hari Jumat, kebanyakan berupa mazmur ratapan dan tidak
sesuai dengan situasi saya saat itu. Namun saya tetap mendaraskannya yang merupakan
letak spiritualitas dari ibadat harian yakni memiliki solodaritas dengan sesama yang
sedang mengalami peristiwa hidup yang lain dari saya.
5. Liturgi dan Devosi
a. Teologi dan peranan devosi dalam liturgi Gereja
Devosi merupakan misteri penjelmaan dan karya penebusan Yesus Kristus. Sang
Sabda yang adalah Yesus Kristus menjelma menjadi manusia yang secara eksplisit mau
menunjukkan bahwa Allah menerima segala dimensi kemanusiaan dengan rela mengutus
Putra-Nya ke dunai ini.
Dengan adanya devosi sungguh menjadi suatu cara agar umat manusia dapat
berjumpa dengan Allah. Apabila manusia ingin bertemu secara sempurna, kita harus
dimurnikan agar pantas dan layak bertemu dengan-Nya. Dan dengan misteri Inkarnasilah
segala kemanusiaan disucikan, dimurnikan melalui karya penebusan Yesus Kristus yang
berpuncak pada Misteri Paskah.
Devosi merupakan ungkapan iman yang sejati. Dengan adanya devosi, umat semakin
merasa dekat dan cinta kepada Tuhan dan Roh Kudus yang menjadi pendorongnya.
Dalam pemahaman dan penghayatan iman umat akan praktek devosi secara teologi
berarti seperti ada sesuatu tindakan dari Allah sendiri untuk membiarkan diri-Nya
didatangi ataupun dijamah oleh orang-orang yang membutuhkan pertolongan, merasa
perlu disembuhkan baik secara fisik maupun rohani.
Peran dari devosi
Devosi memberi tiga sumbangan bagi liturgi Gereja yang mencakup:

16
E. Martasudjita., Spiritualitas Liturgi, Kanisius: Yogyakarta, 2002 , 11.

7
 Peringatan akan pentingnya dimensi afeksi-emosi dalam berliturgi yang secara
eksplisit mau menunjukkan bahwa kebutuhan iman Umat belum sepenuhnya ada
dalam liturgi Gereja.
 Sebagai pengingat akan kesederhanaan ungkapan iman sehingga yang pertama-
tama harus diperhatikan dalam liturgi adalah bukanlah keindahan ataupun
kelengkapan unsur tetapi bagaimana umat mampu dan lebih tersentuh meski
hanya sederhana.
 Mengingat akan liturgi adalah sebuah doa seperti yang ada dalam devosi yang
selalu mengulang-ulang doa yang membawa orang untuk mengalami kehadiran
Tuhan.
b. 3 Macam Bentuk Devosi dan Maknanya.
Adorasi atau devosi kepada sakmen yang maha kudus. Adorasi selain sebagai
perpanjangan dan pendalaman dari apa yang terjadi dalam perayaan Ekaristi, sebagai
pembakti Hati Kudus Yesus dan Maria, inilah saat dimana situasi dunia dengan segala
tantangan, luka-luka dunia dipersembahkan kepada Hati Yesus yang tak bernoda sehingga
adnya Rahmat pengampunan dan kesembuhan. Devosi ini kami lakukan setiap harinya dan
terus menerus atau yang disebut “Perpetual Adoration” yang bertujuan memfokuskan diri
lebih jauh ke pusat kehadiran Yesus Kristus.
Rosario. Devosi ini dilakukan dalam komunitas sekali dalam seminggu yakni pada hari
Kamis malam. Maknanya adalah bersama Bunda Maria memohon kepada Allah dengan
perantaraan Yesus Kristus untuk mendoakan siapa saja yang pernah kita janjikan doa terlebih
kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Selain tiu dengan bantuan Bunda Maria, kita
merenungkan peristiwa kalahiran, penderitaan dan kemuliaan Putranya.
Ziarah. Makan yang tekandung di dalam mengikuti ziarah yang bertujuan untuk praktek
devosional merupakan latihan penitensi atau penyesalan, suatu tindakan dalam rangka
pemulihan atas dosa yang dilakukan. Dengan melakukan ziarah tujuannya untuk mencari
bimbingan atau petunjuk spiritual dan juga mangajukan permohonan khusus kepada Allah
atau mengucap syukur atas permohonan yang telah terkabulkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma, JB.,
1986 Ekaristi dan Kerja Sama Imam-Umat, Yogyakarta: Kanisius.
Huck ,G.,
2001 Liturgi yang Anggun dan Menawan, Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E.,
1999 Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E.,
2011 Liturgi-Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, Yogyakarta: Kanisius.
Maryanto Ernest.,
2004 Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E.,
2005 Ekaristi Tinjauan Teologis, Liturgis, Pastoral, Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai