Anda di halaman 1dari 115

KOMUNIKASI NON VERBAL UPACARA RITUAL IBADAH

MINGGUAN AJARAN KEPERCAYAAN UGAMO MALIM PADA

MASYARAKAT BATAK TOBA DI BOGOR

(Studi Deskriptif terhadap Komunikasi Non Verbal Masyarakat Ugamo

Malim di Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Disusun Oleh :

Yuli Dame Romantika

1464190391

Broadcasting

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

JAKARTA

2018
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil

karya orang lain , telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan kaidah,

dan penulisan karya ilmiah.

Saya bersedia menerima sanksi gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-

sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, apabila

dikemudian hari ditentukan adanya plagiat dalam skripsi saya ini.

Jakarta, Agustus 2018

Yuli Dame Romantika Siagian

1464190391
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
STRATA S-1
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Yuli Dame Romantika Siagian


NIM : 1464190391
Konsentrasi Studi : Penyiaran
Judul Skripsi :Komunikasi Non Verbal Upacara Ritual Ibadah
Mingguan Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim Pada
Masyarakat Batak Toba di Bogor. (Studi deskriptif terhadap
Komunikasi Non Verbal Masyarakat Ugamo Malim di Bogor)

Jakarta, September 2018

Pembimbing, Ketua Program,

Dr. Ilona V. Oisina S. S.IK, M. Si Dra. Hj. Nur Idaman, M.Si

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Komunikasi UPI Y.A.I

Prof. Dr. Ibnu Hamad, M.Si


Dekan
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


PROGRAM STUI PENYIARAN
PROGRAM S-1
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skrpsi : KOMUNIKASI NO VERBAL UPACARA RITUAL


IBADAH MINGGUAN MARARISABTU AJARAN
KEPERCAYAAN UGAMO MALIM PADA MASYARAKAT
BATAK TOBA DI BOGOR.

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi pada :


Hari : Selasa
Tangga;l : 25 September 2018
Waktu : 10.00

Oleh
Nama : Yuli Dame Romantika
NIM : 1464190391

Dewan Penguji Skripsi


Ketua Sidang : Drs. Achmad Mucharam, M.Si ( )

Penguji I : Dr. Ilona V. Oisina S, S. IK, M. Si ( )


Penguji II : Muhammad Olarizqi, S. Sos, M. Si ( )
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Program Studi Penyiaran
Fakultas Ilmu Komunikasi
Program Sarjana
ABSTRAK
Nama : Yuli Dame Romantika Siagian

NIM : 1464190391
Judul Skripsi : Komunikasi Non Verbal Upacara Ritual Ibadah Mingguan
Mararisabtu Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim Pada Masyarakat
Batak Toba di Bogor (Studi deskriptif terhadap Komunikasi Non
Verbal Masyarakat Ugamo Malim di Bogor)
Jumlah Halaman : 87 halaman

Jumlah Literatur : 15 buku


Kata Kunci : Komunikasi Non Verbal, Upacara Ritual, Mararisabtu, Ugamo
Malim.

Dosen Pembimbing : Dr. Ilona V. Oisina, S. S.IK, M.Si


Skripsi ini berjudul “Komunikasi Non Verbal Upacara Ritual Ibadah Mingguan
Mararisabtu Ajaran Kepercyaan Ugamo Malim Pada Masyarakat Batak Toba di Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasin non verbal
dari upacara ritual ibadah mingguan mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo Malim
terhadap masyarakat batak toba di Bogor. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Interaksi
Simbolik yaitu teori untuk menjelaskan bagaimana bahasa tubuh, gerakan isyarat, terhadap
sesuatu. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan kepada beberapa informan, dapat
dikatakan bahwa Upacara ritual ibadah mingguan mararisabtu menggunakan beberapa
simbol dalam pelaksanaannya. Bahasa tubuh dan beberapa hal dalam komunikasi non
verbal menjadi hal yang cukup berpengaruh dalam pelaksanaan upacara ritual ini.

iv
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Program Studi Penyiaran
Fakultas Ilmu Komunikasi
Program Sarjana

ABSTRACT
Name : Yuli Dame Romantika Siagian
NIM : 1464190391
Title :"Non Verbal Communication “Mararisabtu” Weekly Worship
Service Ceremony Teaching Belief in Ugamo Malim in the Toba
Batak Society in Bogor

Pages : 87 pages

Literature : 15 Books

Keywords : Non Verbal Communication, Ritual Ceremony, Mararisabtu,

Ugamo malim

Lecturer : Dr. Ilona V. Oisina, S. S.IK, M.Si

This thesis is entitled "Non Verbal Communication “Mararisabtu” Weekly Worship


Service Ceremony Teaching Belief in Ugamo Malim in the Toba Batak Society in Bogor.
The purpose of this study was to find out how the communicative non verbal from the
weekly mararisabtu ritual ceremony was the teachings of Ugamo Malim's belief in the
Batak toba community in Bogor. This study uses qualitative research with descriptive
methods. The theory used in this study is Symbolic Interaction Theory, which is a theory to
explain how body language, gesture gestures, towards something. From the results of the
research that the author did to several informants, it can be said that the weekly mararisab
ritual ceremony used several symbols in its implementation. Body language and a number

v
of things in non-verbal communication become quite influential in the implementation of
this ritual

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih

karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang

dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya

skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, bimbingan serta doa dari berbagai

pihak baik bersifat moril maupun materil. Penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Dr. H. Julius Syukur selaku ketua Yayasan Administrasi Indonesia.

2. Prof. Dr. Ir. H. Yudi Julius, MBA, selaku Rektor UPI YAI

3. Prof. Dr. Ibnu Hamad, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I

4. Dr. Muharto Toha, Drs, M.Si selaku Dekan Eksekutif Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I

5. Dra. Hj. Nur Idaman, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I

6. Dr. Ilona V. Oisina S, S. Ik, M.Ik selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukan beliau yang sangat padat, selalu dengan

sabar dan teliti dalam membimbing penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia Y.A.I

vi
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Kedua Orang Tua dan Abang saya tersayang yaitu bang Marthin Cokky yang

selalu siap sedia untuk penulis, yang telah membentuk, mendidik, dan

menyayangi diri penulis sehingga menjadi sekarang melalui doa dan semangat

yang selalu tiada hentinya diberikan oleh mereka yang penulis sayangi dan

seluruh Keluarga yang telah memberikan banyak sekali dukungan doa dan

motivasi secara moril dan materil.

9. Untuk teman-teman geng batak sekaligus sahabat yang menjadi teman satu

perjuangan yaitu Irfan Sinaga, Hilda Feronica, Dorasi Siregar, Ade Octavina

Sinaga, Jessica Sitorus, Mariana Naibaho, Eka Mauretta Manurung, Carissa

Briviendi, Johansen Sinaga, William, Dei, dan Puttry Lumbangaol selaku

teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung dalam hal apapun.

10. Untuk Key Informan yaitu Bang Henry Simanjuntak dan para Informan, yaitu

Tulang Sondang Sitorus, Nantulang Timbun Saragih, dan Amangboru Edyson

Siahaan yang telah memberikan penjelasan dan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian guna mendapatkan data terkait skripsi ini.

11. Kiki Panggabean. Pria yang sangat saya cintai dan saya sayangi. Penyemangat

saya saat mengerjakan dan melakukan penelitian ini bahkan untuk keseharian

saya. Terima kasih atas kasih dan support nya selama ini. Aku mengasihimu

sepenuh hati.

12. Terima Kasih saya sampaikan juga kepada Kepala Cabang Bank Mandiri Cabang

vii
RSCM, yaitu Bapak Irfan dan kepada Branch Operational Manager Bank

Mandiri Cabang RSCM, yaitu Bapak Dono atas perizinannya juga selama ini

dalam memberikan waktu kepada penulis agar bisa mengerjakan dan

menyelesaikan penelitian ini disela-sela waktu pekerjaan.

13. Untuk atasan saya di kantor, Telko dan Head Teller yaitu kepada Mba Chyntia dan

Ibu Anti serta rekan-rekan Teller, dan Costumer Service Bank Mandiri Cabang

RSCM yang sudah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

14. Serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan penelitian

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan maupun pengalaman yang

dimiliki, Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Untuk

itu, Peneliti bersedia dengan terbuka segala saran dan kritik yang membangun demi

sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan

penelitian ini dapat di terima dan berguna bagi mereka yang membutuhkan.

Semoga Tuhan Yesus memberkati dan membalas semua hal yang lebih besar dari

yang mereka berikan selama ini.

Jakarta, Agustus 2018

Yuli Dame Romantika Siagian

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………….iii

ABSTRAK ………………………………………………………………………… iv

ABSTRACT ………………………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….xii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1

B. Fokus Penelitisn ………………………………………………………………5

C. Batasan Penelitian …………………………………………………………….5

D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………………5

E. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… ..6

F. Manfaat Penelitian …………………………………………………………….6

1. Manfaat Teoritis …………………………………………………………..6

2. Manfaat Praktis ………………………………………………………….. 6

G. Sistematika Penelitian …………………………………………………………7

ix
BAB II : LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori ………………………………………………………………8

1. Teori Interaksionisme Simbolik ……………………………………… 8

B. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………10

1. Kerangka Konsep ……………………………………………………….10

2. Penelitian Terdahulu …………………………………………………….35

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ……………………………………………………….37

B. Sifat Penelitian ……………………………………………………………. ..39

C. Objek Penelitian …………………………………………………………… .39

D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………..40

E. Penentuan Key Informan dan Informan………………………………………44

F. Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………………….47

G. Teknik Analisis Data…………………………………………………………47

H. Teknik Keabsahan Data ……………………………………………………..49

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………51

1. Gambaran Umum…..…………………………………………………………51

2. Analisis Data ………………………………………………………………….60

x
B. Pembahasan………………………………………………………………….77

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….85

B. Saran …………………………………………………………………………86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 2 : Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Foto-Foto

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keberagaman, baik

dalam hal sumber daya alam, kebudayaan, agama kepercaraan, dan lain - lain.

Dari seluruh pulau yang ada di Indonesia, setiap wilayah memiliki keunikan

dan kebudayaannya masing-masing yang berbeda, seperti tata karma yang

berbeda, kesenian yang berbeda, dan bahasa sehari-hari yang berbeda. Orang

Jawa mempunyai adat kebiasaan yang berbeda dengan orang Sunda, walaupun

masih berada dalam satu pulau yaitu Pulau Jawa. Orang Batak juga mempunyai

kebiasaan yang sangat berbeda denga orang Minangkabau, walaupun masih

berada dalam kepulauan yang sama yaitu Pulau Sumatera.

Selain sumber daya alam dan kebudayaan, Indonesia juga mempunyai

keberagaman kepercayaan. Indonesia adalah bangsa yang mempunyai ideologi

Pancasila dan meresmikan 6 agama yang ada, yaitu Kristen Protestan, Katolik,

Islam, Budha, Hindu dan Kong Hu Chu. Dalam Undang-Undang Dasar 1945

dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan

mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan

untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaan.”

Pada zaman modern dan globalisasi saat ini ternyata masih banyak

masyarakat Indonesia yang memegang teguh kepercayaan yang mereka miliki.

Masih banyak orang-orang yang menganut aliran kepercayaan di luar agama-

agama yang sudah diresmikan, seperti Agama Bali (Hindu Dharma), Aluk

1
2

Todolo (Tana Toraja), Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten), Agama Djawa

Sunda, Kejawen, Kaharingan, Tonas Walian, Islam Tua, dan yag lainnya. Salah

satu aliran kepercayaan yang masih sering penulis temui di sekitar adalah

penganut aliran kepercayaan Ugamo Malim.

Banyak sekali definisi dari sebuah agama. Orang yang memiliki keyakinan

agama yang berbeda akan mengartikan agama menurut versi agama nya

masing-masing. Agama mempunyai pengertian yang cukup luas dan

menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan. Namun munculnya agama dan

kepercayaan itu adalah menjadi sebuah kebutuhan-kebutuhan mendasar bagi

setiap orang saat ini. Agama dan Kepercayaan agak sukar untuk dibatasi karena

hanya mempunyai sedikit perbedaan. Dalam melakukan keagamaan, manusia

secara sadar menyerahkan diri kepada Tuhannya. Sedangkan dalam

kepercayaan, sering dilakukan secara tidak sadar.

Di Indonesia sendiri, kepercayaan sangat kental dengan adat istiadat yang

melekat dalam kebiasaan masyarakat Indonesia. Kepercayaan/Agama

memberikan harapan bagi para penganutnya dengan harapan orang berusaha

membuat yang terbaik untuk membujuk yang dipercayai. Beberapa agama atau

kepercayaan mempunyai bentuk-bentuk kreatifitas berupa patung-patung dewa,

nyanyian yang digunakan untuk memanggil roh dan sebagainya dan perubahan

sosial yang terjadi secara cepat, berpengaruh pada tatanan kepercayaan

masyarakat.

Adat istiadat merupakan sebuah kebiasaan sosail yang sejak lama ada dalam

masyarakat dengan maksud untuk mengatur tata tertib. Ada pula yang mengikat
3

norma dan kelakuan di dalam masyarakat, sehingga dalam melakukan suatu

tindakan mereka dan memikirkan dampak akibat dari perbuatannya atau

sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannnya karna bersifat kekal

dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.

Hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan

hubungan antar manusia dengan masyarakat yang saling terkait satu sama lain.

Kegiatan upacara adat merupakan suatu kegiatan rutinitas atau kebiasaan yang

sering dilakukan oleh suatu komunitas tertentu atau juga suatu daerah tertentu.

Kegiatan upacara adat dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk sesuai

dengan adat istiadat daerah tertentu, ada yag berupa acara perkawinan,

mensyukuri kehamilan yang sudah memasuki 7 bulan, dan lain-lain. Kegiatan ini

bertujuan dengan maksud untuk mempertahankan tradisi adat istiadat yang ada di

suatu daerah, yang merupakan bagian dari suatu bentuk kebudayaan yang harus

dilestarikan, dan juga untuk meneruskan warisan dari nenek moyang yang sudah

dilakukan sejak dahulu.

Salah satu adat istiadat yang masih melekat kuat saat ini adalah adat istiadat

pada masyarakat di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki ajaran kepercayaan

yang kuat yaitu ajaran kepercayaan Ugamo Malim. Ugamo Malim adalah

kepercayaan atau agama asli dari masyarakat Batak Toba. Umumnya, Ugamo

Malim adalah masyarakat Batak yag berdomisili di Tapanuli. Dewasa ini, Ugamo

Malim menyebar di berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan sebutan untuk warga

penganut Ugamo Malim, disebut Parmalim. Parmalim meyakini Tuhan yaitu

Mulajadi Nabolon dimana agama ini sudah dianut oleh masyarakat Batak Toba
4

jauh sebelum masuknya agama-agama lain. Munculnya agama Malim tidak

terlepas dari konteks sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang pada saat itu

yang kemudian menjadikan agama ini sebagai repson atas fenomena tersebut.

Parmalim memang kepercayaan yang cukup unik karena rata-rata

penganutnya asli keturunan Batak. Namun, kepercayaan ini mengharamkan

penganutnya memakan babi, anjing dan darah. Menyantap makanan dari rumah

keluarga yang tengah berduka juga diharamkan. Kepercayaan ini juga

mengharuskan penganutnya menyanyi seisi alam, yakni sesama manusia, hewan

dan tumbuhan. Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk

mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang terancam disebabkan

agama baru yang dibawa oleh Belanda.

Dalam kepercayaan ini, tarian khas daerah Sumatera Utara yaitu tor tor

adalah tarian yang digunakan sebagai bentuk pemujaan. Tarian itu diiringi oleh

alat musik lengkap khasnya juga yaitu Gondang Sabangunan. Tiap tahunnya,

agama kepercayaan ini melakukan ritual keagamaan Pamaleaon Bolon

Sipahalima. Biasanya, dalam ritual ini, seluruh penganut kepercayaan Parmalim

akan berkumpul di desanya untuk memanjatkan rasa syukur kepada Debata Mula

Jadi Nabolon atau Sang Pencipta, atas berkah yang diberikan selama setahun.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut dengan

mengambil judul Komunikasi Non Verbal Upacara Ritual Ibadah Mingguan

Mararisabtu Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim Pada Masyarakat Batak

Toba.
5

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penulis dalam penelitian, maka penelitian ini

memfokuskan dalam menggambarkan pola komunikasi ritual ajaran kepercayaan

ugamo malim di Jakarta dimana dalam peristiwa komunikasi yang khas serta

adanya komponen komunikasi yang membentuk peristiwa komunikasi dan

keterkaitan keduanya yang membentuk ciri komunikasi.

C. Batasan Penelitian

Peneliti ini hanya untuk menjelaskan atau menggambarkan tentang

bagaimana pola komunikasi dalam interaksi ritual kepercayaan ugamo malim

yang ada di Jakarta. Agar penelitian ini tidak menyimpang dan mengembang dari

tujuan yang direncanakan semula sehingga mempermudah mendapatkan data dan

informasi yang diperlukan.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana Komunikasi non verbal upacara ritual ibadah mingguan

mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo Malim pada masyarakat Batak

Toba di Bogor?

2. Bagaimana Hubungan atas keterkaitan antar komponen dengan peristiwa

yang disampaikan dalam Komunikasi Non Verbal Upacara Ritual Ibadah


6

Minggun Mararisabtu Ajaran Kepercayaan Ugamo Malim pada

masyarakat Batak Toba di Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasin non verbal dari upacara ritual

ibadah mingguan mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo Malim terhadap

masyarakat batak toba di Bogor.

2. Untuk mengetahui bagaimana praktek komunikasi ritual ajaran

kepercayaan Ugamo Malim dilaksanakan oleh Masyarakat Batak Toba

yang berdomisili di Bogor.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

wawasan dan pengetahuan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya di

bidang Komunikasi Antar Budaya, agar pelaku komunikasi memiliki tambahan

pengetahuan mei mengenai pola komunikasi dari ritual masyarakat batak toba

dalam ajaran kepercayaan ugamo malim.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan referensi bagi

peneliti-peneliti berikutnya mengenai pola komunikasi ritual kepercayaan ugamo

malim.
7

G. Sistematika Penulisan

Sebagai sebuah karya ilmiah, peneliti berusaha menyusun kerangka

sistematika penulisan seperti yang sudah ada, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada Bab ini berisi tentang berbagai teori yang menjadi dasar yang

berkaitan dengan masalah penelitian dan tinjauan pustaka.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, sifat penelitian, jenis

penelitian, metode pengumpulan data, metode penentuan informa dan waktu serta

tempat penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini berisi tentang analisis pembahasan penulisan.

BAB V PENUTUP

Pada Bab terakhir ini sebagai penutup yang berisi kesimpulan dari

penelitian dan saran yang diberikan peneliti sebagai masukan yang positif bagi

pihak yang terkait dengan penelitian ini.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Teori Interaksionisme Simbolik

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori komunikasi dari

perspektif Interaksi Simbolik. Manusia pada hakikatnya adalah manusia yang

berinteraksi. Manusia akan selalu berinteraksi dan interaksi tersebut

membutuhkan sarana tertentu, mulai dari yang bersifat verbal maupun non verbal.

Sarana menjadi medium simbolisasi apa yang dimaksudkan dalam sebuah

interaksi. Teori interaksi simbolik ini dikembangkan oleh George Herbet Med dan

George Herbert Blumer.

George Herbet Mead mengatakan bahwa orang bertindak berdasarkan

makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu. Lambang atau

simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk merujuk sesuatu lainnya,

berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (verbal),

perilaku non verbal, dan objek yang maknanya di sepakati bersama (Mulyana,

2007:92).

Simbol atau lambing merujuk kepada pemaknaan terhadap manusia.

Makna sebenarnya tetap ada pada individu masing-masing. Simbol atau lambing

bervariasi dari suatu budaya ke budaya lainnya, dari satu konteks ke konteks

lainnya. Begitu juga makna yang diberikan kepada simbol tersebut.

8
9

Bagi Blumer yang dikutip dari buku Etika dan Filsafat Komunikasi (Mufid, 2009:

148), teori ini membawahi tiga premis, yakni :

a. Manusia bertindak trhadap sesuatu berdasarkan makna yng ada pada

“sesuatu” itu bagi mereka.

b. Makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial” seseorang

dengan yang lain.

c. Makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses

interaksi sosial” berlangsung.

Bagi Blumer, “sesuatu” yang disebut juga “realitas sosial”, bisa berupa

fenomena alam, tindakan seseorang baik verbal maupun non verbal yang patut

“dimaknakan”. Menurut Blumer, sebelum memberikan makna atas sesuatu,

manusia terlebih dahulu melakukan kegiatan oleh mental, antara lain memilih,

memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan

mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah

tindakannya.

Interaksi didasarkan pada ide-ide mengenal diri dan hubungan masyarakat.

Dalam kajian teorinya, interaksi simbolik menunjukkan tiga tema besar. Ketiga

tema konsep pemikiran George Herbet Mead yang mendasari interaksi simbolik

antara lain:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.

2. Pentingnya konsep mengenal diri

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat


10

Jadi menurut pendapat peneliti makna yang diberikan pada simbol

merupakan hasil dari interaksi sosial dan menggambarkan makna dari simbol

tertentu. Makna disampaikan lewat komunikasi non verbal melalui simbol yang

ada. Makna tersebut telah disepakati bersama sehingga terbentuklah makna

simbol dan istilah yang diteruskan dan diterapkan hingga saat ini. Makna yang

terdapat merupakan produk sosial dari interaksi sosial dan menggambarkan

kesepakatan dari tiap suku/etnis untuk menerapkan makna tertentu.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kerangka Konsep

a. Pengertian Komunikasi

Apa yang ada dalam pemikiran kita tidak sepenuhnya dapat dimengerti

oleh orang lain, apabila kita tidak mau mengungkapkannya. Namun,

pengertian orang lain terhadap apa yang kita gagas, pikirkan, rasa, dan

kehendaki dan apapun yang kita sampaikan kepada mereka akan terjadi secara

otomatis. Tindakan timbal balik baik itu memberi dan menerima akan terjadi

dalam kegiatan komunikasi.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris commucation berasal

dari kata Latin communicario, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Sedangkan pengertian

komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang menimbulkan efek

tertentu. Jelas bahwa percakapan kedua orang dapat dikatakan komunikatif


11

apabila kedua-duanya mengerti bahasa yang digunakan, dan juga dimengerti

makna dari bahasa yang di percakapkan (Onong U. Effendy, 2002 :9).

Komunikasi merupakan suatu interaksi antar pribadi, antar kelompok

yang dilakukan baik secara verbal maupun non verbal, langsung maupun tidak

langsung . Dalam komunikasi sendiri berisi berbagai macam-macam hal yang

akan dijadikan bahan untuk berkomunikasi itu sendiri.

Menurut Carl Hovland, Janis & Kelley dalam buku Ilmu Komunikasi

(Riswandi 2009: 1-2), menyebutkan :

“ Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).”

Sedangkan definisi lain yang dikemukakan oleh Forsdale (Muhammad,

1995), yaitu :

“Komunikasi sebagai suatu proses memberikan signal menurut aturan

tertentu, sehingga dengan cara ini sistem dapat disusun, dipelihara, dan

diubah.

Melalui beberapa definisi komunikasi di atas, penulis menyimpulkan

bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang bertujuan

untuk mengubah dan membentuk perilaku orang lain menurut aturan tertentu.
12

1. Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa

komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Pengirim

pesan berusaha meyakinkan orang untuk mau melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu.

Peristiwa komunikasi akan melibatkan beberapa elemen komunikasi

yang pada dasarnya elemen komunikasi ini adalah juga teori yang melihat

komunikasi berdasarkan unsur-unsur yang membentuknya.

a. Sumber ( Komunikator )

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber atau pengirim pesan

yaitu kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan. Sumber atau

komunikator bisa jadi adalah individu, kelompok atau bahkan orgamisasi.

b. Enkoding

Enkoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk

menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat

diterima oleh indra pihak penerima.

c. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan secara

tatap muka atau melalui saluran media.


13

d. Saluran

Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai kepada

penerima.

e. Dekoding

Kegiatan penerimaan pesan yang diawali dengan proses decoding yang

merupakan kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan

pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima.

f. Penerima

Penerima atau disebut juga audiensi adalah sasaran atau target dari pesan.

Penerima pesan dapat berupa satu individu, satu kelompok , lembaga, atau

bahkan satu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.

g. Umpan Balik

Umpan Balik atau feedback adalah tanggapan atau respon dari penerima

pesan yang membentuk dan mengubah pesan berikut yang akan

disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat perputaran arah dari

arus komunikasi.

h. Gangguan

Gangguan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menginterversi

proses pengiriman pesan. Gangguan yang terlalu banyak gng sangat kecil

mungkin dapat diabaikan, namun terlalu banyak gangguan dapat

menghambat pesan untuk mencapai tujuannya.


14

2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer

dan secara sekunder (Uchjana, 2006: 11)

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses pikiran dan atau perasaan

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (simbol)

sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi

adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang

secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan

komunikator kepada komunikan, baik itu berbentuk idea, informasi atau

opini; baik mengenal hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja

tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga

pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

b. Proses Komunikasi secara sekunder.

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambangsebagai media pertama.

3. Fungsi Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk

berinteraksi, maka dari itu komunikasi memiliki berbagai fungsi. William I.

Gorden (Mulyana, 2007: 5-33) mengungkapkan beberapa fungsi komunikasi


15

sebagai bentuk komunikasi sosial yang mengisyaratkan bahwa komunikasi itu

penting dan saling berkaitan, yaitu:

a. Komunikasi Sosial.

Komunikasi itu penting untuk membangun konsep-konsep diri, aktualisasi

diri untuk kelangsungan hidup dan lain sebagainya. Komunikasi

memungkinkan individu untuk suatu kerangka rujukan dan menggunakannya

sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Fungsi

komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi

penting, yakni:

1. Komunikasi Sebagai Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya

bisa diperoleh lewat informasi yangdiberikan orang lain kepada kita. Kita

sadar bahwa kita manusia karna orang-orang di sekeliling kita

menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan non verbal mereka

bahwa kita manusia.

2. Komunikasi Sebagai Pernyataan Eksistensi Diri

Seseorang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya memiliki

eksistensidengan cara memperlihatkan kepada orang lain bahwa dirinya

“ada dan bisa”.

3. Komunikasi Sebagai kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan

memperoleh kebahagiaan.

Melalui komunikasi, kita dapat memenuhi kebutuhan emosional dan

meningkatkan kesehatan mental kita. Melalui komunikasi juga manusia dapat


16

mengalami berbagai kualitas perasaan tersebut dan membandingkan dengan

perasaan lain.

b. Komunikasi Sebagai Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang

lain namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument

untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan ini

dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal.

c. Komunikasi Sebagai Ritual

Komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif. Misalnya dengan

melakukan upacara-upacara keagamaan dan sebagainya Komunikasi ritual

sering kali juga bersifat ekspresif, artinya menyatakan perasaan terdalam

seseorang. Kegiatan komunikasi itual memungkinkan pesertanya berbagi

komitmen emosional dan menjadi perekat bagi keterpaduan.

4. Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy (2009: 8) tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Sosial/Mengubah Masyarakat (to change the society)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir supaya

masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu

disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pemilu, ikut serta

dalam berperilaku sehat, dan lain sebagainya.


17

b. Perubahan Sikap (to change the attitude)

Kegiatan memberikan berbagi informasi pada masyarakat dengan tujuan

supaya masyarakat akan berubah sikapnya.

c. Perubahan Opini, Pendapat (to change the opinion)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya

supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan

informasi itu disampaikan.

d. Perubahan Perilaku (to change behavior)

Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan

supaya masyarakat akan berubah perilakunya.

Berdasarkan tujuan komunikasi yang dikemukakan oleh Effendy, peneliti

menyimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan komunikasi dilakukan untuk

mendapatkan perubahan dari komunikan atau penerima pesan sesuai dengan apa

yang komunikator atau source inginkan. Perubahan sosial, perubahan sikap,

perubahan pendapat dan perubahan perilaku merupakan tujuan umum komunikasi

yang dapat dicapai apabila penyampaian dan pemberian informasi dilakukan

secara baik dan benar.

5. Hambatan Komunikasi

Untuk melakukan komunikasi efektif memang tidaklah mudah. Bahkan

beberapa kali ahli komunikasi menyatakan bahwa sebenarnya tidak mungkin

seseorang melakukan komunikasi yang sungguh-sungguh efektif. Karena ada


18

banyak sekali hambatan yang memungkinkan dapat mengganggu komunikasi itu

sendiri.

Pada proses komunikasi pasti tidak pernah terlepas dari hambatan-

hambatan komunikasi yang sering mengakibatkan komunikasi tidak berhasil atau

bahkan miscommunication, oleh karena itu saat merencanakan komunikasi perlu

diperhatikan kemungkinan-kemungkinan timbulnya hambatan-hambatan atau

gangguan. Berikut adalah beberapa hambatan dalam berkomunikasi yang dikutip

dari buku “Komunikasi Antarpribadi dan Medianya” (2012:38), diantaranya

adalah :

a. Hambatan Semantik

Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian. Semantik adalah

pengetahuan mengai pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai

pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan.

b. Hambatan Psikologis dan Fisik

Yaitu berkaitan dengan dimensi tempat pada saat proses komunikasi

berlangsung.

c. Hambatan dalam Penyandian/ Simbol/ Bahasa Sandi.

Hal ini biasa terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga

mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan pengirim dan penerima

tidak sama.
19

d. Hambatan Media

Hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya

gangguan radio dan aliran listrik, sehingga tidak dapat mendengarkan pesan

dengan baik.

e. Hambatan dari Pengirim Pesan

Pesan yang dimaksudkan belum jelas, hal ini dipengaruhi oleh perasaan

atau situasi emosionalnya.

f. Hambatan dari Penerima Pesan

Kurangnya perhatian pada saat menerima/ mendengrkan pesan, sikap

prasangka, tanggapan yang keliru, dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

g. Hambatan saat Merespon Komunikasi

Respon yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya, tidak tepat

waktu serta tidak jelas.

Hambatan ini sebenarnya bisa dihindari dengan cara, kejelian komunikator

yang harus dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan harus mampu

mengendalikan komunikasi serta mengarahkan komunikasi, sehingga tidak

berbenturan dengan hambatan komunikasi.,


20

b. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol,

dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan

dan dipahami suatu komunitas. (Mulyana, 2007: 260).

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan,

dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan

berbagai aspek realitas individual kita.

Menurut Prof. Hafied Cangara (Riswandi, 2009: 61), bahasa memiliki tiga

fungsi yaitu:

1. Untuk mempelajari tentang dunia di sekitar kita

2. Untuk membina hubungan yang baik dengan sesama manusia.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Bahasa mengembangkan pengetahuan, agar dapat menerima sesuatu dari

luar, dan juga berusaha menggambarkan ide-ide kepada orang lain.

2. Komunikasi Non Verbal

a. Pengertian Komunikasi Non Verbal

Pada dasarnya, komunikasi digunakan untuk menciptakan atau

meningkatkan aktivitas hubungan antara manusia atau kelompok. Setiap


21

informasi atau emosi yang dikomunikasikan tanpa kata-kata atau nonlinguistik,

merupakan pengertian dasar mengenai komunikasi non verbal. Komunikasi Non

Verbal memiliki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi, sebab apa

yang sering kita lakukan, mempunyai makna yang jauh lebih penting daripada apa

yang kita katakana. Manusia melakukan interaksi bukan hanya melalui bahasa

verbal namun juga karena non verbalnya.

Dalam kehidupan nyata, komunikasi non verbal lebih jujur

mengungkapkan hal yang mau diungkapkan, karena biasanya dilakukan secara

spontan. Meskipun komunikasi non verbal jauh lebih umum, terus menerus

dipakai dan lebih jujur, namun komunikasi non verbal lebih sulit ditafsir karena

kabur.

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan-pesan yang

diekspresikan melalui gerakan-gerakan, tanpa kata-kata yang memberikan arti

pada komunikasi verbal untuk menyampaikan dan menyamakan makna. Lewat

perilaku non verbal, kita dapat mengetahui emosi seseorang, apakah ia sedang

marah, sedih, atau bahagia.

Menurut Larry A. Samovar dan Richrd E. Porter (Riswandi, 2009: 69),


komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangangan verbal)
dalam suatu settingan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima.
Beberapa para ahli seperti Morissan (2013:141) berpendapat mengenai

komunikasi non verbal bahwa :

“istilah dari komunikasi non verbal telah digunakan pada berbagai


peristiwa, yang artinya komunikasi dengan menyampaikan makna universal yang
22

dicontohkan seperti “ungkapan emosi yang bersifat biologis atau seseorang yang
merasakan ketakutan ingin kebelakang.” Tidak hanya itu, komunikasi non verbal
juga memberikan penyampaian pesan secara serentak dengan menggunakan alat
indra yang dimiliki oleh manusia untuk memberikan pesan berbeda lainnya dan
dikirim secara sekaligus.”

Tanda-tanda komunikasi non verbal pun sering kali ditunjukkan secara

spontan sehingga memicu adanya perubahan yang terjadi pada sikap atau perilaku

seseorang akibat pengaruh dari adanya komunikasi non verbal. Dalam komunikasi

non verbal, bahasa yang dipakai adalah bahasa non verbal berupa bahasa tubuh

(raut wajah, gerak kepala, gerak tangan), tanda, tindakan, atau objek.

Menurut Sobur (2013:122) Komunikasi non verbal adalah komunikasi

tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda non verbal berarti tanda

minus bahasa atau tanda minus kata.

1. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, seperti gerak kepala, gerak tangan,

gerak gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran,

kehendak dan sikap orang. Yang termasuk kategori bahasa tubuh adalah ekspresi

muka, pandangan mata, dan grakan isyarat.

a. Ekspresi Muka

Ekspresi muka merupakan sumber info yang menggambarkan keadaan

emosional seseorang seperti perasaan takut, marah, jijik, muak, sedih gmbira dan

berminat. Ekspresi muka sering kali menjadi factor utama yang menentukan

makna sebuah pesan. Setiap ekspresi wajah mengisahkan suatu cerita. Saat kita

berbicara, wajah kita mengomunikasikan sikap, perasaan dan emosi lainnya.


23

Orang dapat meliha dan mengeali perasaan yang berbeda seperti takut, bahagia,

bingung dan sedih dengen melihat perubahan ekspresi wajah.

b. Pandangan Mata

Elemen muka yang memberi pengaruh yang kuat dalam berkomunikasi

adalah mata. Dari pandangan mata dapat diketahui bagaimana sikap seseorang,

apakah dia siap untuk berinteraksi, apakah berminat atau memperhatikan pesan

yang disampaikan atau tidak.

Ketulusan tatapan mata yang dilakukan oleh seorang pembicara akan

menyampaikan pesan yang lebih kuat kepada audiens dibandingkan dengan cara

lainnya. Ketika seorang presenter menatap audiens, mereka yakin bahwa presenter

tersebut benar-benar tulus dan memiliki hasrat untuk menolong.

c. Gerak Isyarat

Gerak isyarat adalah gerak tubuh yang khusus digunakan untuk

menyampaikan makna dan memberikan tekanan. Seseorang dapat menciptakan

berbagai gerak isyarat dengan menggunakan bagian anggota tubuh manapun,

seperti kepala, bahu, kaki, atau telapak kaki. Gerak isyarat akan memperbanyak

informasi yang disimpan atau direkam oleh audiens atau pendengar.

2. Tanda

Dalam komunikasi non verbal, tanda mengganti kata-kata, misalnya

bendera, rambu-rambu lalu lintas, dan lain lain.


24

3. Tindakan atau Perbuatan

Tindakan atau perbuatan sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti

kata-kata tetapi dapat menghantarkan makna, misalnya menggebrak meja dalam

pembicaraan dan lain-lain. Tindakan yang dimaksud adalah gerakan badan,

kepala, tangan dan kaki yang dimaksudkan menyampaikan pesan tertentu.

Gerakan isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi karena dapat

merupakan pengganti dan pelengkap bahasa verbal.

4. Objek

Objek sebagai bentuk komunikasi non verbal juga tidak mengganti kata,

tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, rumah, kendaraan,

dan lain-lain.

Secara sederhana,p enulis menyimpulkan bahwa pesan non verbal adalah

semua isyarat yang bukan kata-kata dan komunikasi non verbal lebih jujur

mengungkapkan hal yang mau dijelaskan karena spontan. Sebagaimana kata-kata,

kebanyakan isyarat non verbal juga tidak isyarat juga tidak universal, melainkan

terikat oleh budaya, jadi harus dipelajari. Subkultur pun sering memiliki bahasa

nonverbal yang khas karna di dalam suatu budaya bisa jadi memiliki variasi

bahasa non verbalnya tersendiri.

b. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Seperti yang dijelaskan oleh Mark L. Knapp, bahwa istilah non-verbal

biasa digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata


25

terucap dan tertulis. Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal memiliki fungsi-

fungsi sebagai berikut :

a) Perilaku non verbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal.

Kita menganggukkan kepala ketika kita mengatakan “iya” atau

menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”.

b) Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal.

Misalnya kita melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat

jalan”, “sampai jumpa”, dan ketika kita berpidato kita melakukan “gerakan

tangan”, atau “nada suara tinggi” atau “nada suara rendah”.

c) Perilaku non verbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal.

Menggoyangkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke

depan (sebagai pengganti kata “tidak”). Atau menunjuk dengan jari

telunjuk ke arah ruang depan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang.

d) Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal.

Misalnya, anda sebagai pembaca mengenakan jaket atau

membereskan buku-buku, atau melihat jam tangan anda ketika waktu

kuliah sudah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

e) Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan (kontradiksi)


dengan perilaku verbal.

Misalnya seorang suami mengatakan “Bagus! Bagus!” Ketika dimintai

komentar oleh istrinya mengenai baju yang baru dibelinya seraya terus membaca

suratkabar di tangannya.
26

c. Klasifikasi Pesan Non Verbal

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengklasifikasikan pesan-pesan

non verbal ke dalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh,

ekspresi wajah, kontak, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu dan diam.

John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan klasifikasi lain

dari pesan nonverbal, sebagai berikut :

1. Isyarat – isyarat non verbal perilaku (behavioral)

2. Isyarat – isyarat non verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor-

faktor situasi lainnya.

d. Simbol atau Lambang-lambang

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol

semua kata yang digunakan. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang

menunjuk pada sesuatu. Simbol itu sendiri meliputi apapun yang dapat kita

rasakan atau kita alami. Berbagai macam hal dapat diartikan menjadi simbol, jauh

melebihi suara ucapan. Menggigil dapat diartikan dan dapat diartikan menjadi

simbol ketakutan, kegembiraan atau yang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lambing/simbol adalah sesuatu

seperti tanda untuk menyatakan suatu hal yang mengandung maksud tertentu.
27

Lambang adalah suatu tanda yang dipakai untuk menyampaikan pesan dalam

proses komunikasi. Peneliti dapat menyimpulkan melalui pengertian simbol diatas

adalah simbol merupakan suatu tanda atau lambing tertentu untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan tentang sesuatu hal yang sangat penting. Dengan kat lain,

simbol dapat dikatakan untuk menjelaskan sebuah makna dimana di dalam simbol

tersebut mempunyai makna yang tesurat yang harus diketahui.

C. Kepercayaan

a. Pengertian Kepercayaan

Dalam terminology sosiologi, konsep kepercayaan dikenal dengan trust.

Kepercayaan bermakna percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau

seseorang atau kebenaran suatu pernyataan. Torsvik (Damsar, 2011:185)

menyatakan bahwa kepercayaan merupakan kecenderungan perilaku tertentu yang

dapat mengurangi resiko. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis yang

terdiri dari niat untuk menerima kerentanan berdasarkan harapan positif mengenai

pihak lain. Kepercayaan memegang peranan penting dalam sebuah hubungan.

Individu memiliki kecenderungan menilai orang lain dan memutuskan apakah

akan mempercayai orang tersebut atau tidak saat menjalin interaksi.

Perilaku mempercayai melibatkan kesediaan untuk secara terbuka

menerima dan didefinisikan sebagai kesediaan untuk mendukung orang lain.

Sedangkan perilaku dapat dipercayai didefinisikan sebagai kesediaan untuk

merespon orang lain yang mengambil resiko terhadap dirinya dengan cara
28

memastikan bahwa orang lain akan menerima kepercayaan akibat yang

menguntungkan.

b. Faktor Terbentuknya Kepercayaan (Trust)

Membangun kepercayaan terhadap orang lain merupakan hal yang tidak

mudah. Hal itu tergantung pada perilaku kita dan kemampuan orang lain untuk

percaya dan mengambil resiko. Faktor yang mempengaruhi kepercayaan individu

dalam mengembangkan harapannya mengenai bagaimana seseorang dapat

kepercayaan kepada orang lain, bergantung pada faktor-faktor di bawah ini:

1. Predisposisi Kepribadian

Setiap individu memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada

orang lain. Semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan,

semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai orang lain.

2. Reputasi dan Stereotype

Meskipun individu tidak memiliki pengalaman langsung dengan orang

lain, harapan individu dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman

ataupun dari apa yang telah didengar. Reputasi orang lain biasanya membentuk

harapan yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk

kepercayaan dan tidak bisa dipercaya serta membawa pada pendekatan dalam

hubungan saling percaya.


29

3. Pengalaman Aktual

Individu membangn faset dari pengalaman untuk berbicara, bekerja,

berkoordinasi dan berkomunikasi. Beberapa dari faset tersebut sangat kuat di

dalam kepercayaan dan sebagian kuat didalam tidak bisa dipercaya. Sepanjang

berjalannya waktu, percaya atau tidak dipercaya mendominasi pengalaman untuk

menstabilkan dan secara mudah mendefinisikan sebuah hubungan ketika polanya

sudah stabil.

4. Orientasi Psikologis

Individu membngun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan

orientasi psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk

dan sebaliknya. Artinya, agar orientasinya tetap konsisten, maka individu akan

mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka.

D. Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Terbentuk termasuk sistem agama dan politik, dari banyak unsur yang rumit.

Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat.

Kata “budaya” atau “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu

buddhayah, yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yaitu mengolah atau

mengerjakan, atau bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
30

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sekelompok orang, yang diwariskan dari generasi-ke generasi dimana budaya

menjelaskan pola-pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak dan luas

yang unsur-unsurnya tersebar luas dan meliputi beragam kegiatan sosial manusia.

(Sambas, 2016: 15).

Menurut Sihabudin (2011:19) budaya adalah bagaimana cara manusia

hidup, manusia belajar, berfikir,merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa

yang patut menurut budayanya.

Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu

pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlakukan kebudayaan,

dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah

masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada

di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat apat dilihat dari kualitas,

karakter dan kemampuan individunya.

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia

dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-

nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang

berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan

disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri

manusia juga tidak bisa lepas dari nilai-nilai budaya yang berlaku.

Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu

mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apalagi manusia di samping


31

makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan individu

atau pembentukan karakter manusia sangat mungkin dipengaruhi oleh pendekatan

kebudayaan.

Dapat disimpulkan bahwa untuk memahami kebudayaan yang menjadi

penekanan utama adalah persepsi dari pesan dan makna yang terkandung dari

setiap fenomena, tingkah laku atau peristiwa.

a. Adat Istiadat

Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian suatu bangsa,

yaitu salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke

abad. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,

agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku

bangsa, dimana setiap suku bangsa memiliki adat istiadat yang berbeda-beda di

dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, dari keberagaman dan ketidaksamaan

adat istiadat tersebut, terlihat jelas bahwa adat merupakan unsur penting yang

memberikan identitas kepada bangsa yang bersangkutan.

Adat istiadat bisa dikatakan sebagai aturan tingkah laku yang dianut secara

turun temurun dan berlaku sejak lama yang bersifat ketat dan mengikat. Aturan

adat istiadat ini diakui dan ditaati oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu

dan hukumnya tidak tercatat secara tertulis.


32

E. Komunikasi Ritual

Komunikasi Ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan

untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunitas

sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan

komunikasi ritual menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku,

bangsa, ideology, atau agamanya. Beberapa bentuk komunikasi ritual antara lain,

upacara pernikahan, siraman, berdoa, upacara bendera, momen olah raga dan

sebagainya.

Mulyana (2005:25) mengatakan bahwa komunikasi ritual, biasanya

dilakukan oleh komunitas yang sering melakukan upacara-upacara berlainan

sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut antropolog sebagai rites of

passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,

pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam upacara-upacara tersebut orang-

orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang

bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa, membaca kitab suci, naik haji,

upacara wisuda adalah komunikasi ritual.

Komunikasi ritual sering kali bersifat ekspresif, artinya menyatakan

perasaan terdalam seseorang. Kegitan komunikasi ritual memungkinkan

pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi keterpaduan

mereka.

Komunikasi ritual ada kalanya bersifat mistik dan seringkali perilaku

orang-oranyangada di dalam komunitas tersebut sulit dimengerti dan dipahami


33

oleh orang-orang yang ada di luar komunitas. Contoh yang dapat dikemukakan

adalah upacara-upacara ritual di berapa suku pedalaman di Indonesia seperti suku

Asmat, suku Badui, suku Toraja, dan beberapa suku lainnya termasuk suku Batak.

Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada di sepanjang zaman, karena

ia merupakan kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah demi

pemenuhan kebutuhan diri manusia sebagai makhluk individu, anggota komunitas

tertentu, makhluk sosial, dan sebagai salah satu bagian dari alam semesta.

F. Masyarakat Batak Toba

Sebagai masyarakat, orang Batak Toba mengakui kehidupan sosial mereka

tidak dapat terlepas dari kebudayaan yang dimiliki. Konsep kebudayaan

masyarakat itu secara keilmuan telah dibahas secara luas dari sudut disiplin ilmu

sosiologi maupun antropologi. Masyarakat yang berbudaya hidup dari berbagai

factor yang menentukan cara hidup masyarakat. Disamping lingkungan dan

teknologi, faktor lain adalah organisasi sosial dan politik bepengaruh dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Batak Toba merupakan kelompok etnis Batak terbesar yang secara

tradisional hidup di Sumatera Utara. Kelompok Suku Batak ini terbagi dalam lima

kelompok besar yaitu Batak Toba, Batak Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan

Karo.

Kebudayaan Batak Toba merupakan sebuah bentuk gagasan yang diwarisi

masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nilai-nilai budaya.

Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia adalah bahwa


34

kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat merupakan

bagian dari kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan.

Menurut kepercayaan orang Batak dalam mitologinya, persoalan

kehidupan selalu ada sangkut pautnya dengan keilahian yang dipercaya sebagai

karya Tuhan kodrati oleh Mula Jadi Nabolon. Mite yang mirip dengan mitologi

dalam kepercayaan Hindu dalam cerita turun-temurun masyarakat Batak Toba ini,

yaitu adanya tiga oknum dewa masing-masing Batara Guru, Soripada dan

Mangala Bulan sebagai aspek dari Mula Jadi Nabolon yang memiliki otoritas di

bumi untuk mengatur kehidupan manusia.


35

2. Penelitian Terdahulu

Judul
Pemolaan
Makna simbol-simbol Makna Simbol-
Komunikasi Ritual
Penelitian
Pameleon Bolon dalam perayaan tahun simbol pada
Sipahalima Ajaran baru imlek
upacara pernikahan
Kepercayaan
(Studi deeskriptif
Parmalim (Studi adat Batak Toba
Etnografi Komunikasi Non
(Studi Deskriptif
Komunikasi Verbal mengenai
mengenai Pemolaan Komunikasi Non
perayaan tahun baru
Komunikasi Ritual
Verbal Mengenai
Pameleon Bolon imlek pada Penghuni
Sipahalima Ajaran Upacara
Kondominium Taman
Kepercayaan
Anggrek) Pernikahan Adat
Parmalim)
Batak Toba)

Peneliti Eka Nova Yanti Nisrina Namastuti Saras Septriana

Tahun 2015 2015 2015

Lembaga Universitas Persada Universitas Persada


Universitas Sumatera
Indonesia Y.A.I Indonesia Y.A.I
Utara
Teori Teori Interaksi Teori Interaksi
Teori Semiotik
Simbolik Simbolik

Metodologi Pendekatan Pendekatan Kualitatif, Pendekatan


Kualitatif, Sifatnya
Sifatnya deskriptif, Kualitatif, Sifat
deskriptif, metode
metode wawancara deskriptif,wawancara
wawancara
36

Hasil Upacara Pamaleaon 1. Tidak semua etnis 1. Semua simbol


Bolon Sipahalima Tionghoa memiliki dalam pernikahan
Ajaran Kepercayaan
pemaknaan yang adat Batak Toba
Parmalim memiliki
tiga urutan acara, sama terhadap sangat penting

yaitu perayaan Tahun Baru karena berisikan


mempersembahkan Imlek pesan, doa
dan mendoakan para
2. Setiap simbol- permohonan untuk
leluhur dan juga
Debata Mulajadi simbol dalam kehidupan yangbaru.

Nabolon. perayaan Imlek 2. Dalam upacara

memiliki makna yang pernikahan adat

penting bagi Etnis Batak Tonba

Tionghoa terdapat delapan

3. Hanya cina totok tanda antara lain

yang masih Beras, Ulos Hela,

menjalankan tradisi Aek Sitio-tio,

budaya perayaan Napuran, Jambar,

Imlek . Dengke, Hepeng,

dan Mandar Hela.

3. Upacara

yangdilakukan untuk

membuat sebuah

ikatan sosial dan

ikatan kekeluargaan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode menurut Surisumantri (dalam Kriyantono 2007:57) berasal dari

kata metodologi di bentuk dari kata “metodos” yaitu cara, teknik, atau prosedur

dan logos yaitu ilmu. Jadi metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur

atau teknik-teknik tertentu . Metodologi riset merupakan suatu pengkajian dari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam metodologi riset. Sedangkan metode

merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai

langkah-langkah sistematik. Metodologi penelitian adalah studi mengenai metode-

metode ilmiah yang digunakan untuk penelitian. Sutrisno Hadi (dalam Widodo

2004:45) menyebutnya sebagai pelajaran untuk memperbincangkan metode-

metode ilmiah untuk research.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Dimana penulis melakukan penelitian berdasarkan kondisi yang dialami

di lapangan. Penulis berusaha menggail informasi dari lapangan tanpa berusaha

mempengaruhi Informan. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan

suatu uraian mendalam mengenai kata, ucapan, tulisan dan tingkah laku yang

dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi/perusahaan

tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang

utuh.

37
38

Menurut Ruslan (2004:212) untuk meneliti bidang ilmu sosial, dan

khususnya komunikasi atau lebih tepat dilakukan dengn metode kualitatif,

mendalam untuk lebih mengetahui fenomena-fenomena tentang aspek kejiwaan,

perilaku, sikap, tanggapan, opini keinginan dan kemauan seseorang atau

kelompok.

Dalam penelitian kualitatif ini penulis berusaha menggali informasi

menggli komunikasi non verbal pada upacara ritual ajaran kepercayaan ugamo

malim pada masyarakat Batak Toba di Bogor. Riset kualitatif bertujuan untuk

menjelaskan fenomena dengn sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data

sedalam-dalamnya.

Menurut Daymon dan Halloway (dalam Tohirin, 2012:3) mengemukakan

karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Berfokus pada kata

2. Menuntut keterlibatan peneliti

3. Dipengaruhi sudut pandang (orang yang menjadi sumber data)

4. Fokus penelitian yang holistic (menyeluruh dan mendalam)

5. Desain dan penelitiannya bersifat fleksibel

6. Lebih mengutamakan proses daripada hasilnya.

7. Menggunakan latar alami.

8. Menggunakan analisis induktif baru deduktif.


39

Berdasarkan beberapa definii di atas maka dapat dipahami bahwa

Metode Penelitian Kualitatif merupakan penelitian untuk menemukan fakta-fakta

mengenai bagimana komunikasi non verbal pada upacara ritual ajaran

kepercayaan ugamo malim pada masyarakat batak toba di Bogor.

B. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif, peneliti berusaha menyajikan

gambaran lengkap mengenai komunikasi non verbal pada ibadah mingguan ajaran

kepercayaan ugamo malim pada masyarakat toba di Bogor. Menurut Kriyantono,

deskriptif bertujuan membuat deskriptif secara sistematis, actual, dan akurat

tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Menggambarkan

realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Hasil

akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti (Kriyantono

2007:69).

Penelitian kualitatif deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa

. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

atau membuat prediksi (Rakhmat , 2007:24). Metode deskriptif berusaha

memberikan gambaran tentang keadaan subjek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

Dengan demikian, penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari

naskah dari dokumen resmi lainnya. (Moleong, 2010:11).


40

C. Objek Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini penulis mewawancari objek penelitian yaitu

beberapa orang yang menganut kepercayaan ugamo malim yang beribadah di

Jalan Tasmania 1, Tanah Serela, Kota Bogor.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling dat dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya

dilakukan oleh periset. Dalam riset kualitatif dikenal metode pengumpulan data :

observasi, focus group discussion, dan wawancara (Kriyantono, 2012:95). Dalam

pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

1) Data Primer

Menurut Istijanto (2005:45) data primer adalah data asli yang

dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah risetnya khusus. Data primer

adalah data langsung yang diperoleh dari sumbernya sehingga periset sebagai

“tangan pertama” yang memperoleh data tersebut. Pengumpulan data primer

dilakukan melalui wawancara dan observasi.


41

a. Observasi

Metode observasi adalah metode dimana periset mengamati langsung

objek yang diteliti (Kriyantono 2006:64). Ada dua jenis observasi, yaitu:

a. Observasi partisipan, yaitu periset ikut berpartisipasi sebagai anggota


kelompok yang diteliti.

b. Observasi nonpartisipan, yaitu observasi dimana peneliti tidak


memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti.

Menurut Hadi yang dikutip oleh (Sugiyono, 2011: 145) mengemukakan

bahwa:

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbaga proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja , gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.”

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang berharap

mendapatkan informasi) dan informan (seseorang yang diasumsi mempunyai

informasi penting tentang suatu objek). Wawancara merupakan metode

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

sumbernya. (Kriyantono 2006: 98). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

wawancara semistruktur.

Wawancara semistruktur, pewawancara biasanya mempunyai daftar

pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan


42

secara bebas, yang terkait pada permasalahan. Wawancara ini dikenal juga dengan

nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Pedoman

permasalahan yang akan ditanyakan merupakan landasan atau pijakan dalam

melakukan wawancara. Kemudian periset dimungkinkan untuk mengembangkan

pertanyaan sesuai dengan situasi sehingga dimungkinkan mendapatkan yang lebih

lengkap (Kriyantono 2006:99-100).

a. Proses Wawancara Kualitatif

Proses ini diawali dengan pengant yang disampaikan oleh peneliti. Peneliti

secara terbuka dan jujur memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari

wawancara tersebut. Selanjutnya peneliti menyampaikan pertanyaan yang

bersifat luas dan diakhiri dengan pertanyaan terbuka (Patilima 2007: 68).

b. Penyediaan dan Perencanaan

Menurut Hamid Patilima, dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif

(2007: 68-69), menjelaskan bahwa persiapan yang harus dilakukan

sebelum menemui informan adalah menyediakan kelengkapan wawancara

dan merencanakan kegiatan apa yang perlu dilakukan. Ada beberapa

persiapan yang harus dilakukan peneliti antara lain, peneliti

mengembangkan focus penelitian, menyediakan panduan wawancara, dan

menghubungi informan.

Pengembangan fokus penelitian ditujuan supaya peneliti dapat melakukan

wawancara secara efektif dan efisien sehhngga data yang dihasilkan sesuai dengan

tujuan penelitian. Kegiatan paling pentin lainnya adalah menghubungi informan.


43

Sebelumnya kita perlu menyusun jadwal wawancara masing-masing informan dan

menyiapkan data informasi yang terkait dengan informan. Data dan informasi

yang penting yang penting yang perlu disiapkan adalah surat izin penelitian,

nama, alamat, dan latar belakang informan.

c. Saat wawancara berlangsung

Kunci keberhasilan penelitian kualitatif adalah pada proses wawancara

berlangsung. Jika proses wawancara berlangsung dengan lancar, maka kita

akan memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Sebaliknya, jika

wawancara tidak berlangsung dengan lancar, maka kita akan memperoleh

data dan informasi yang kurang memuaskan. (Patilima 2007: 69).

2) Data Sekunder

Menurut (Rakhmat, 2006:42) data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder, data-data sekunder yang

disuinginkan dalam penelitian ini ialah literature-literature pustaka yang terkait

dengan penelitian ini. Dan juga melalui buku-buku yang penulis baca yang

membantu menunjang berlangsungnya penelitian.

a. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu karangan ilmiah yang berisi pendapat berbagai

pakar mengenai suatu masalah, yang kemudian ditelaah, dibandingkan, dan

menarik kesimpulan.
44

b. Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan literature

buku yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis memperoleh dan mengumpulkan data tentang

komunikasi non verbal dalam kegiatan peribadatan mingguan ajaran kepercayaan

ugamo malim pada masyarakat batak toba di Bogor.

c. Internet

Internet Searching atau pencarian data melalui internet adalah teknik

pengumpulan data menggunakan internet dalam rangka mencari data-data

pendukung yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian. Internet

Searching atau dikenal dengan metode penelusuran online merupakan tata cara

melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media

lainnya yang menyediakan fasilitas online.

Teknik ini digunakan untuk menambah data dan informasi mengenai

perkembangan ajaran kepercayaan ugamo malim khususnya yang ada di wilayah

Bogor yang berfokus pada simbol atau lambngdan komunikasi non verbal yang

terdapat di dalamnya.

E. Penentuan Key Informan dan Informan

Moleong (2010:90) mengungkapkan bahwa Key Informan adalah personil

atau kunci yang dijadikan sumber informasi utama untuk menguatkan data-data
45

yang ada. Sedankan informan adalah orang atau sumber informasi untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber informasi yang disebut

informan. Adapun informan ialah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010: 132).

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber informasi ialah para

informan yang kompeten, mempunyi relevansi dengan setting sosial yang diteliti.

Key Informan adalah orang atau pihak yang dianggap i kompeten dalam

memberikan persyaratan yang akan di analisis sesuai dengan tema penelitian.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Adapun yang menjadi

informan penulis dalam penelitian ini adalah:

a) Key Informan

Nama : Henri Simanjuntak

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Manajer

Alasan penulis memilih Henri Simanjuntak sebagai informan dalam

penelitian ini karena beliau adalah pimpinan dalan ajaran kepercayaan ugamo

malim yang ada di Bogor


46

b) Informan 1

Nama : Sondang Sitorus

Umur : 55 tahun

Pekerjaan : Seniman

Alasan penulis memilih Bapak Sitorus sebagai informan dalam penelitian

ini adalah karena beliau mempunyai keyakinan ugamo malim ini dari kecil dan

cukup aktif dalam beberapa kegiatan ajaran kepercayaan.

c) Informan 2

Nama : Timbun Saragih

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alasan peneliti mewawancarai ibu Timbun Saragih tersebut karna yang

bersangkutan adalah salah satu orang yang cukup aktif dalam kegiatan ajaran

ugamo malim khususnya pada pihak kaum wanita.

d) Informan 3

Nama : Edyson Siahaan

Umur : 62 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Guru


47

Peneliti memilih Bapak Edyson Siahaan sebagai informan karena selain

memiliki kepercayaan Ugamo Malim, Bapak Edyson Siahaan mempunyai basic

sebagai seorang guru. Maka dari itu, peneliti merasa bahwa informasi yang di

dapatkan akan lebih akurat dan mudah dimengerti secara lebih mendalam.

Peneliti dapat memahami bahwa dalam menentukan informan harus

berdasarkan pada karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

dianggap memiliki informasi yang relevan dengan topik penelitian. Oleh karena

itu informan dipilih karena mereka adalah orang-orang yang memiliki

kepercayaan yang kuat dengan ajaran kepercayaan ugamo malim khususnya di

Kota Bogor. Dengan demikian, informan memiliki kredibilitas untuk menjelaskan

mengenai ajaran kepercayaan ugamo malim.

F. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Jalan Tasmania 1, Tanah Baru, Bogor

Tengah dan waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Mei-Juli 2018.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, memilah-milahya menjadi satuan yang mensistensikannya, mencari

dan menemukan pola, menentukan hal yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011:248)
48

Dalam melakukan analisis data ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah

mengumpulkan beberapa data yang telah diperoleh melalui observasi partisipan

serta wawancara. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 91) proses

analisis data dapat disusun berdasarkan atas tiga tahap, yaitu:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data dilakukan dengan proses pemilihan data, penyederhanaan

data, pengabstrakan data dan pemindahan kata dasar yang muncul dari

catatan peneliti di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus

menerus selama penelitian sampai akhir laporan lengkap tersusun.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dilakukan dengan menginterpretasikan secara deskriptif

kutipan-kutipan hasil wawancara. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif.

c. Conclusion Drawing and Verification

Penarikan kesimpulan dengaan cara melakukan verifikasi terhadap

penyajian data penelitian guna memperoleh kebenaran data atau informasi

yang valid kemudian diinterpretasikan secara deskriptif dan ditarik suatu

kesimpulan.
49

H. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting dalam menelaah data. Dalam

penelitian ini, penulis memilih teknik triangulasi dalam keabsahan data. Menurut

Kriyantono (2010:70), analisis triangulasi adalah menganalisis jawaban subyek

dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang

tersedia.

Dalam skripsi ini, keabsahan data yang digunakan penulis adalah

menggunakan metode triangulasi. Triangulasi merupakan cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan yang memanfaatkan pembanding di luar

data itu. Menurut Dwidjowinoto (Kriyantono, 2012:72) ada beberapa macam

triangualasi, yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

b. Triangulasi Waktu

Berkaitan dengan perubahan suatu perilaku manusia, karena perilaku

manusia dapat berubah setiap waktu.

c. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dibandingkan. Untuk itu,

diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan analisis data lengkap.


50

d. Triangulasi Peneliti

Menggunakan lebih dari satu peneliti dalam mengadakan obervasi atau

wawancara. Karena masing-masing peneliti mempunyai gaya, sikap dan

persepsi yang berbeda meskipun fenomenanya sama.

e. Triangulasi Metode

Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan

penelitian melalui metode yang berbeda. Dalam penelitian ini, teknik

triangulasi yang digunakan oleh peneliti untuk menguji hasil pengamatan

dan wawancara adalah triangulasi sumber. Analisis ini akan

membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan

apa yang dikatakan narasumber di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan lebih dari satu narasumber.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Triangulasi

Sumber. Peneliti melakukan observasi langsung dan melakukan

wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang lebih

akurat.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

I. Gambaran Umum

1. Asal Usul Masyarakat Batak Toba

Menurut Mitologi yang berkembang dalam masyarakat Batak Toba, Si

Raja Batak lahir dari perkawinan incent (perkawinan sedarah) kembar Si Raja Ihat

Manisia dengan Si Boru Ihat Manisia, keturunan Raja Odap-Odap kawin dengan

Si Boru Deak Parujar yang diutus oleh Mula Jadi Nabolon . Kampung

kediamannya adalah Sianjur Mula-mula di kaki gunung Pusuk Buhit, di bagian

barat Pulau Samosir. Setelah si Raja Batak meninggal, arwahnya menetap di atas

Pusuk Buhit. Si Raja Batak mempunyai dua putera, yang sulung bernama Guru

Tatea Bulan (ahli ilmu tenung) dan adiknya Raja Isumbaon, ahli dalam hukum

adat.

Guru Tatea Bulan mempunyai 5 orang anak laki-laki dan 4 orang anak

perempuan, sedangan Raja Isumbaon mempunyai tiga putera. Seluruh anak dari

Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon ini lah yang kemudian menurunkan marga-

marga orang Batak.

Kedua induk marga di atas yang memiliki keturunan dan masing-masing

dari generasi anak mereka membuat marga yang terdapat pada masyarakat Batak

adalah sebagai garis generasi pertama lahirnya sebuah marga atau dikenal dengn

51
52

sundut pertama. Keterkaitan silsilah Batak antara Mitologi dengan status marga

setiap orang Batak yang melekat dalam dirinya, diyakini bahwa setiap orang yang

mengklaim dirinya sebagai Batak yang memiliki marga adalah keturunan atau

sundut si Raja Batak.

Asal usul Si Raja Batak berasal dari mana, hanya dapat dilihat dari tulisan

mitologi Si Boru Deak Parujar yang diutus oleh Mula Jadi Nabolon. Belum

ditemukan catatan lain yang mengungkap asal-usul Si Raja Batak secara tertulis.

Namun, mite ini tetap hidup di tengah masyarakat Batak Toba sebagai tradisi lisan

yang diceritakan secara turun temurun.

Mula Jadi Nabolon diyakini sebagai pencipta dari alam semesta untuk

alam yang besar (nabolon) dan menciptakan dewa-dewa yang lebih rendah.

Debata Asi-asi, sebagai dewa yang menurunkan berkat dan kasih melalui oknum

perantara (roh leluhur, roh penghuni suatu tempat). Batara Guru artinya maha

guru yang memberi ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu gaib, pengobatan dan

penangkalan roh-roh jahat.

Mitologi Batak pada umumnya disampaikan melalui cerita dari mulut ke

mulut, biasanya pemberitaan seperti ini sukar untuk dipercaya. Hal ini terbukti

dari banyaknya beredar cerita-cerita dongeng di kalangan bangsa Batak.


53

a. Pengertian Ugamo Malim

Ugamo Malim adalah sebuah ajaran kepercayaan yang berkembang pada

masyarakat Batak di Sumatera Utara. Para penganut ajaran kepercayaan Ugamo

Malim biasanya menyebutkan panggilan mereka yaitu Parmalim. Secara harfiah,

Par- adalah awalan kata yang berarti “penganut atau orang yang menganut ajaran”

sedangkan malim dalam bahasa Batak artinya adalah suci atau bersih rohani tidak

bernoda dan bermoral tinggi. Ugamo Malim adalah nama dari ajaran kepercayaan

yang telah digunakan sejak kelahiran Ugamo Malim ditengah-tengah masyarakat,

namun sebutan Parmalim sebagai identitas pribadinya lebih popular daripada kata

Ugamo Malim

Pada dasarnya, Ugamo Malim itu terdiri dari dua suku kata yaitu Ugamo

dan Malim. Secara harfiah, Ugamo memiliki arti pulungan atau ambu-ambuan

pelean (kumpulan atau ramuan dari bermacam-macam benda yang disajikan

sebagai pelean persembahan atau sesaji). Ramuan atau pulungan yang dijadikan

sesaji itu lah yang kemudian disebut sebagai Ugamo atau Agama. Sedangkan

“Malim” mempunyai arti “ias” (bersih) atau “pita” (suci). Dengan demikian,

secara etimologis Bahasa Batak, Ugamo Malim mempunyai arti yaitu sekumpulan

atau sejumlah pulungan benda-benda persembahan yang bersih dan suci.

Sedangkan menurut istilah Ugamo Malim, ugamo atau agama adalah jalan

perjumpaan dengan Debata (Tuhan) melalui sesaji yang bersih dan suci.
54

b. Sejarah Kepercayaan Ugamo Malim

Agama ini merupakan sebuah kepercayaan terhadap “Tuhan Yang Maha

Esa” yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Utara sejak dahulu kala. “Tuhan

Debata Mula Jadi Nabolon” adalah pencipta manusia, langit, dan bumi dan segala

isi alam semesta yang disembah oleh umat dari Ugamo Malim.

Ugamo Malim adalah sebuah kepercayaan atau agama local di kalangan

masyarakat Batak Toba. Umumnya penganut Ugamo Malim adalah masyarakat

Batak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara,

namun ada juga di beberapa daerah lainnya. Ugamo Malim bisa disebut juga

sebagai gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan

kuno yang terancam disebabkan oleh munculnya agama baru.

Pemeluk agama Parmalim bersikeras dengan keyakinan yang kukuh

bahwa malim adalah sebuah agama yang mereka yakini sebagai kepercayaan yang

turun temurun dari keturunan pertama darah batak, menyebut diri sebagai Ugamo

Malim yang artinya agama Malim, walaupun aliran kepercayaan ini tidak terdaftar

secara resmi sebagai agama di Indonesia, mereka tidak perduli kepercayaan yang

mereka anut ini diakui atau tidak diakui bagi mereka keyakinan ini adalah agama,

dan jika kita melihat syarat-syarat berdirinya suatu agama pada agama Malim

syarat-syarat itu sudah ada seperti: (1) Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha

Besar tempat semua makhluk berasal) (2) Tempat Ibadah: Bale Pasogit (Bale

Parsaktian) (3) Kitab Suci: Pustaha Habonoron (4) Pembawa Agama/Tokoh

Spiritual: Raja Uti (5) Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta
55

Monyet (6) Hari Suci: Sabtu (7) Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun

Batak.

Dalam Ugamo Malim, manusia pertama yang hidup bernama Si Raja Ihat

Manisia dan istrinya Si Boru Ihat Manisia. Dalam kisahnya, Raja Ihat dan Boru

Ihat lahr di Pusuk Buhit, yaitu sebuah gunung kecil yang terletak di sebelah barat

Pulau Samosir.

Pada pulau vulkanik di tengah Danau Toba, Sumatera Utara, Raja Ihat dan

Boru Ihat membangun sebuah perkampungan pertama di kaki gunung Pusuk

Buhit, yang di beri nama: Sianjurmula-mula. Raja Ihat dan Boru Ihat mempunyai

keturunan yang bernama: Raja Miokmiok, Patundal Nibegu, dan Aji Lapaslapas.

Raja Miokmiok mempunyai anak bernama Eng Banua, yang mempunyai 3 orang

anak bernama Raja Aceh, Raja Bonang-bonang, dan Raja Jau.

Dalam kajian sejarah, Siraja Batak dianggap sebagai nenek moyang orang

Batak yang dikenal sebagai permulaan catatan tarombo (silsilah), yang dalam

budaya batak kemudian membentuk marga-marga. Menurut kepercayaan Ugamo

Malim, Raja Ihat juga diyakini sebagai manusia pertama yang diturunkan di dunia

ini.

Para pengikut dari agama Ugamo Malim ini disebut dengan parugamo

malim atau yang biasa disingkat Parmalim. Nama Malim atau Parmalim masih

jarang sekali terdengar, bahkan oleh orang-orang yang tinggal di Sumatera Utara,

tempat asal agama ini berkembang.


56

Bagi penganut agama Malim, Tanah Batak adalah tanah yang suci.

Kawasan ini melingkupi daerah sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, yang

menyimpan nilai magis dan ajarannya.

2. Malim sebagai salah satu Agama Kepercayaan Batak Toba

Malim adalah agama asli dari Tanah Batak. Sebagaimana Adam dan Hawa

diyakini sebagai manusia pertama dalam Islam ataupun Kristen, kisah Raja Ihat

dan Boru serta keturunan-keturunannya adalah bagian dari ajaran dan keyakinan

yang dianut Malim. Para pengikut agama ini disebut parugamo Malim atau biasa

disingkat Parmalim. Jumlah mereka memang sangat kecil. Ibrahim Gultom

dalam Agama Malim di Batak(2010) menyebut angkanya cuma berkisar 5 ribu

orang atau 1.127 kepala keluarga. Nama Malim atau Parmalim masih jarang

didengar, bahkan oleh orang-orang yang tinggal di Sumatera Utara, tempat asal

agama ini berkembang. Belum lagi ia hanya diakui negara sebagai "aliran

kepercayaan", ketimbang agama sebagaimana Islam, Kristen Protestan, Katolik,

Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Bagi Malim, Tanah Batak adalah tanah suci. Kawasan ini melingkupi

daerah sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, yang menyimpan nilai magis dan

ajarannya. Pusat administrasi mereka juga didirikan di sana, tepatnya di Huta

Tinggi, Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, sekitar 7 hingga 8 jam dari Medan

dengan perjalanan darat.

Nama „parmalim’ itu sendiri berasal dari kata „malim’, yakni dari kata

Melayu „malim’ yang berarti “ahli dalam pengetahuan agama‟ (dalam bahasa
57

Arab, „muallim’). Malim memiliki arti “suci”, sedangan Parmalim adalah sebutan

bagi penganut dari ugamo malim, dimana parmalim itu sendiri memiliki arti

“pengikut ajaran suci”.

Tokoh yang sangat berperan dalam Agama Parmalim yaitu:

a. Sisingamangaraja XII: (Raja Nasiak bagi) adalah tokoh yang diyakini

sebagai utusan Mulajadi Na Bolon untuk orang Batak

b. Guru Somalaing Pardede

Guru Somalaing adalah tokoh karismatik. Beliau sebagai sebagai tokoh

spritual, politik ahli strategi dan selalu nekad melakukan aksi pengorganisasian

Hamalimon. Oleh Karenanya Sisingamangaraja XII lebih mempercayainya

sebagai penasehat perang. Disamping itu, Guru Somalaing Pardede memiliki

wawasan dan ilmu yang luas, oleh karenanya seorang ilmuawan dari Italy

bernama Modigliano sangat mengharap bantuan Guru Somalaing Pardede untuk

mendampinginya dalam perjalanan nya keliling tapanuli hingga Asahan.

c. Raja Mulia Naipospos

Sebelum menjadi pemimpin Parmalim Huta tinggi, Beliau adalah Raja

Parbaringin bius Lagu boti.Raja Mulia memegang teguh peranannya untuk tidak

muncul sebagai sosok perlawanan anti kolonial, sehingga lebih didekatkan kepada

Missionaris Nommensen di Sigumpar. Ini merupakan pengkaderan secara

terselubung agar tidak segera dipatahkan oleh gerakan misi kristen dan penjajah.

Dengan Sikap beliau maka Agama Parmalim dapat eksis hingga kini

Agama parmalim tidak mengenal Surga, malaikat, setan atau sejenisnya


58

seperti agama umumnya, selain makhluk Dewa Mulajadi Na Bolon dan Arwah-

arwah leluhur, tidak ada ajaran reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau

jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan tidak punya

turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat Sumangot dari Dewa Debata

Mula jadi Nabolon, dari Arwah-arwah leluhur (dari yang Ghaib), juga dari Tokoh-

tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang di hormati, seperti Kaum Hula-hula

(dari sesamanya). Agama ini lebih condong ke paham Animisme. Agama ini

bersifat tertutup hanya untuk suku Batak, karena upacara ritualnya memakai

bahasa Batak, dan setiap orang harus punya marga, juga Dewa Mulajadi Nabolon

dan Arwah-arwahnya harus arwahnya orang-orang dari Suku Batak, tidak beda

dengan agama-agama suku-suku animisme dibelahan bumi lainnya, sifatnya tidak

universal. Tidak bisa dipakai untuk bangsa2 lain.

Dewa tertinggi dalam kepercayaan Malim adalah “Debata Mulajadi Na

Bolon” sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang

disembah oleh “Umat Ugamo Malim” (“Parmalim”). Agama Malim terutama

dianut oleh suku Batak Toba di Provinsi Sumatra Utara. Sejak dahulu kala

terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah

kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Lagu Boti, Kab. Toba

Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu „[bulan]

Pertama‟) serta Si Pahalima (yaitu „[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan

di kompleks Parmalim di Huta Tinggi.

Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan batak toba asli

adalah buku-buku kuno(pustaha).Selain daripada berisi silsilah-silsilah


59

(tarombo) buku yang di buat dari kulit kayu itu juga berisi konsepsi orang batak

tentang dunia makhluk halus. Hal ini dapat terjadi demikian oleh karena tarombo

itu sendiri bermula dengan kejadian-kejadian yang hanya mungkin terjadi dalam

dunia makhluk halus, seperti misalnya penciptaan manusia yang pertama yang

leluhurnya bersangkut paut dengan burung.

II. Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Ritual Ibadah Mingguan

Mararisabtu

Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu

melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersama-

sama. keduanya , bahasa verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistic (

masing-masing tidak dapat dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi ,

bahasa non verbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Lambang-

lambang non verbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan

pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengatakan

terima kasih( bahasa verbal) maka orang tersebut akan melengkapinya dengan

tersenyum( bahasa non verbal), seseorang setuju dengan pesan yang disampaikan

orang lain dengan anggukan kepala ( bahasa non verbal). Dua komunikasi tersebut

merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan non verbal bekerja bersama-sama

dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi.

,
60

B. Analisis Data

Salah satu bentuk dari komunikasi, yaitu adalah komunikasi non verbal.

Komunikasi non verbal ini adalah sebuah bentuk dari komunikasi yang tidak

menggunakan kata-kata, yaitu cukup dengan menggunakan gerak isyarat, bahasa

tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, simbol-simbol dan lain sebagainya. Penelitian

ini menggunakan beberapa klasifikasi dan fungsi pada komunikasi yaitu

komunikasi non verbal dan lebih dalam terkait dengan upacara ritual ibadah

mingguan ajaran kepercayaan ugamo malim pada masyarakat Batak Toba di

Bogor.

Ugamo Malim adalah salah satu ajaran kepercayaan yang ada di Indonesia

dan berkembang pada masyarakat Sumatera Utara khususnya suku Batak. Ajaran

kepercayaan ini adalah sebuah ajaran yang diyakini sebagai agama pertama kali

yang dikenal oleh masyarakat sebelum datangnya Nomennsen dari Belanda untuk

menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak dan agama-agama lain.

Dalam upacara ritual mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo Malim,

Parmalim akan beribadah dengan menyampaikan permohonan doa kepada Debata

Mula Jadi Nabolon. Tonggo-tonggo dalam bahasa batak, yaitu doa-doa. Tonggo-

tonggo dalam kepercayaan ugamo malim adalah mengucapkan doa-doa atau

memanjatkan ucapan yang disampaikan kepada Tuhan Mula Jadi Nabolon serta

kepada utusan-utusannya. Pada masa kepemimpinan Parmalim yang pertama yaitu

Raja Mulia Naipospos,


61

Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh para informan bahwa Tonggo-

tonggo atau doa-doa ini disampaikan kepada Debata Mula Jadi Nabolon , Debata

Batara Guru, Debata Sorihaliapan, Debata Bala Bulan, Debata Si Boru Deak

Parojar, Debata Padohaniaji, Debata Saniangnaga, Debara Patuat Rajja Uti,

Debata Simaribulu Bosi, Raja Naopatpuluopat, Raja Sisingamangaraja, dan Raja

Nasiakbagi.

Informan I Bapak Henry Simanjuntak menyebutkan, “Jadi setiap ritual,

pasti ada tonggo-tonggo atau doa. Tonggo-tonggonya yang kita yakini dan kita

sembah. Mula Jadi Nabolon yang menciptakan segala isinya. Debata Natolu yang

memegang pucuk kerajaan hamalimon sama suruan ni Debata di Banua

Ginjang.”

Penulis mewawancarai Informan I Bapak Henry Simanjuntak dan dari

hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Tonggo-tonggo (doa-doa) yang disampaikan berdasarkan permintaan diri masing-

masing. Doa-doa yang disampaikan dalam ritual ugamo malim, dipanjatkan

kepada Ompung Debata Mula Jadi Nabolon yang menciptakan langit dan bumi

beserta segala isinya.

Informan 2, Bapak Sondang Sitorus, “Jadi, kalo kami Parmalim ini, Mula

Jadi Nabolon lah yang kami sembah. Itu lah Tuhan kami. Jadi kami setiap kali

ada kegiatan atau acara ritual apapun, pasti doa-doa yang kami sampaikan untuk

Debata Mula Jadi Nabolon. Tapi gak itu aja, pengikut-pengikutnya juga”.
62

Penulis mewawancarai Informan 2 yakni ibu Timbun Saragih dan dapat

ditarik kesimpulan bahwa tonggo-tonggo yang disampaikan dan diucapkan oleh

parmalim tidak hanya kepada Debata Mula Jadi Nabolon, tetapi Tonggo-tonggo

ini juga diucapkan kepada utusan-utusanNya.

Informan 3, Ibu Timbun Saragih, “Kami sama seperti agama yang lain.

Kami menyembah Tuhan, dan pasti nya ada permohonan yang kita minta dalam

hidup. Permohonan itu kami sampaikan dalam bentuk doa, dan kami

menyebutnya dalam bahasa Batak itu Tonggo-Tonggo. Nah, tiap orang kan

kebutuhannya dan permohonannya berbeda, maka itu nabi – nabinya juga

berbeda-beda. Jadi ya tonggo-tonggo di parmalim hampir sama sih. Doa yang

kami panjatkan paling utama untuk Mula Jadi Nabolon” Menurut analisis penulis,

informan 3 yakni ibu Timbun Saragih, makna tonggo-tonggo hampir sama seperti

doa pada umumnya, yaitu meminta permohonan kepada sang pencipta. Sang

Pencipta menurut agama Ugamo Malim adalah Debata Mula Jadi Nabolon.

Informan 4, Bapak Edyson Siahaan, “Parmalim itu agama pertama di

Tanah Batak. Tuhan yang kami sembah itu adalah Debata Mula Jadi Nabolon

beserta dengan pengikut-pengikutnya. Nah, biasanya ada beberapa kegiatan atau

pas lagi mararisabtu, atau sipahalima, kami pasti ada doa atau tonggo-tonggo.

Namanya ibadah, pasti lah berdoa.” Menurut analisis yang penulis terima dari

Bapak Edyson Siahaan, Tonggo-tonggo adalah hal yang wajib dilakukan saat

melaksanakan upacara Mararisabtu.


63

Dalam proses pelaksanaan upacara ritual ibadah mingguan ajaran

kepercayaan ugamo malim, ada beberapa simbol dan gerakan tubuh yang

memiliki arti dan makna sebagai penyampaian pesan sebagai tanda permohonan

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu Mula Jadi Nabolon. Hal ini dapat dilihat

dari beberapa hal, yaitu :

1. Bahasa Tubuh

Bahasa Tubuh ini bisa dilihat dari raut wajah, atau gerakan kepala,

bagaimana gerakan tangan atau mungkin gerak gerik dimana hal tersebut bisa

mewujudkan sebuah makna dari isi pikiran, hati, sikap ataupun kehendak

seseorang.

a. Ekspresi Muka

Ekspresi Muka adalah salah satu hal yang bisa menunjukkan bagaimana

perasaan atau situasi diri seseorang. Misalnya, Ekspresi wajah seseorang yang

sedang bahagia mungkin akan terlihat dari ekspresi wajahnya yang tersenyum.

Atau ekspresi wajah seseorang yang sedang sedih akan terlihat murung dari

ekspresi wajah. Hal ini bisa terlihat walaupun kenyataannya, setiap orang berbeda

saat mengungkapkan sesuatu.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada upacara ritual ibadah

mingguan mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo Malim, para umat atau

parmalim melaksanakan ibadah ini dengan ekspresi wajah yang diam datar. Hal

ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar fokus dan cukup berkonsentrasi

dengan ibadah yang sedang mereka laksanakan.


64

Gambar 1

b. Pandangan Mata

Mata merupakan salah satu panca indera manusia yang ternyata memberi

pengaruh yang kuat dalam berkomunikasi. Pandangan mata bisa saja membangun

rasa kepercayaan, selain itu mata juga bisa bercerita tentang banyak hal. Kontak

mata menyediakan informasi yang berhubungan dengan sosial dan emosional.

Emosional bisa diekspresikan melalui pandangan mata.

Pada saat melaksanakan observasi pada pelaksanaan upacara ritual

mararisabtu, penulis mengamati bagaimana pandangan mata baik itu dari Ulu

Punguan maupun dari umat yang lainnya. Parmalim dengan khusuk memanjatkan

doa kepada Sang Pencipta. Pada saat pelaksanaan upacara ritual tersebut,

parmalim melakukan ibadah dengan suasana yang khusuk serta hening dan

dipimpin oleh seorang Ulu Punguan. Ulu Punguan dan seluruh umat Parmalim

memanjatkan permohonan kepada Debata Mula Jadi Nabolon, dengan arah

pandangan Ulu Punguan menghadap kea rah atas melihat bingkai foto wajah Raja

Mula Naipospos. Sedangkan umat parmalim yang lainnya, menghilangkan


65

pandangan matanya dengan menutup mata ke arah bawah sambil menundukkan

kepala.

Gambar 2

Pandangan mata ditutup pada saat melaksanakan upacara ritual ibadah

mingguan mararisabtu ajaran kepercayan Ugamo Malim ini sebenarnya bertujuan

agar setiap orang yang sedang beribadah untuk benar-benar menghayati dan

merefleksikan dirinya berdasarkan kehidupan sehari-hari sesuai dengan doa yang

sedang dipanjatkan.

Penjelasan di atas diperkuat dengan pernyataan dari seorang Ulu

Punguan yang bertindak sebagai Informan I dalam penelitian ini, yaitu Bapak

Henry Simanjuntak, yaitu :

“Saat berdoa, Parmalim memanjatkan 10 tonggo-tonggo. Doa paling


tinggi yang kami panjatkan adalah kepada Debata Mula Jadi Nabolon. Kami
berdoa seperti orang biasanya, menundukkan kepada supaya konsentrasi”

Parmalim, melakukan tonggo-tonggo dengan cara yang sama dengan cara

beribadah yang lainnya, yaitu menutup mata. Tujuannya, agar mereka bisa

menghayati permohonan mereka saat beribadah, karna Parmalim mempunyai dan


66

mempercayai sebuah keyakinan yang bersumber dari Debata Mulajadi Nabolon

dan kepercayaan ini diyakini oleh para penganutnya sebagai sumber segala yang

ada. Menurut kepercayaan Parmalim, bahwa semua orang yang ada di muka bumi

ini yakin akan keberadaan Debata (Tuhan) dan para umat parmalim mengakui

bahwa Debata (Tuhan) mampu menciptakan apa yang tidak terjangkau oleh akal

dan pikiran manusia. Jika manusia memperhatikan segala sesuatu yang

diciptakan-Nya, tampaklah bahwa ada kuasa yang sangat besar yang telah

menjadikannya serta mengatur segala proses berjalannya.

c. Gerak Isyarat

Gerak isyarat dalah gerak tubuh yang dapat mempertegas sebuah

pembicaraan. Gerak ini biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau

frase. Bisa saja gerakan isyarat ini menggunakan bagian-bagian tubuh tertentu,

seperti tangan, kaki, kepala, bahu, ataupun telapak kaki.

Ada beberapa gerak isyarat sebagai komunikasi non verbal yang terjadi

dalam upacara ritual ibadah mingguan mararisabtu ajaran kepercayaan Ugamo

Malim. Hal ini diamati langsung oleh peneliti pada saat Ulu Punguan dan umat

yang lainnya ingin melakukan doa atau tonggo-tonggo.


67

Gambar 3 Tonggo-tonggo

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa Ulu Punguan dan

seluruh umat parmalim yang hadir akan melakukan doa bersama dengan cara

menyatukan kedua telapak tangan dan mengangkatnya persis di depan wajah.

Gerakan ini juga dilakukan bersamaan dengan pandangan mata yang ditutup dan

menundukkan kepala ke bawah.

Dalam foto tersebut diatas, terlihat jelas bahwa Ulu Punguan dan umat

yang lainnya sedang berdoa dengan cara menyatukan telapak tangan tepat di

depan wajah mereka. Hal ini dilakukan sebagai wujud hormat dan sembah kepada

Debata Mula Jadi Nabolon beserta dengan pengikutNya yang lain.

2. Tanda

Selain bahasa tubuh, tanda juga merupakan salah satu hal yang masuk

dalam komunikasi non verbal. Secara tidak langsung, suatu tanda bisa

mengnafsirkan sebuah makna untuk menggantikan kata-kata.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada saat

melaksakan upacara ritual mararisabtu, para laki-laki akan secara otomatis duduk

di sebelah kiri ruangan, sedangkan wanita duduk di arah sebaliknya yaitu di


68

sebelah kanan ruangan. Laki-laki dan Wanita yang sudah menikah biasanya akan

duduk berada di depan, sedangkan laki-laki dan wanita yang belum menikah akan

duduk di belakangnya.

3. Tindakan atau Perbuatan

Tindakan yang dimaksudkan dalam hal ini tidak khusus dimaksudkan

untuk mengganti kata-kata tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, gerakan

badan, kepala, tangan, dan kaki yang dimaksudkan menyampaikan pesan tertentu.

Dalam upacara ritual parmalim, hal ini bisa dilihat pada simbol pelean

yang selalu ada dalam setiap upacara ritual Ugamo Malim, yaitu

a. Air Pangurason.

Air merupakan salah satu alat yang digunakan parmalim dalam setiap

melakukan upacara ritual. Sabtu pagi, ketika hari sudah mulai terang, anak yang

belum baligh pergi mengambil air ke mata air. Pengambilan air dilakukan lebih

awal dengan harapan kebersihannya masih terjaga dan belum digunakan untuk

keperluan-keperluan lain seperti mencuci, mandi, dan lain-lain. Air yang sudah

diambil kemudian dimasukkan ke dalam sebuah mangkuk kaca berwarna putih.

Selanjutnya, anggir akan diperas dengan menggunakan kain putih yang bersih

sebagai alasnya dan hasil perasannya akan dimasukkan ke dalam mangkuk putih,

lalu dimasukkan banebane (tanaman liar yang biasa dijadikan obat). Lalu air

pangurason tersebut disimpan di tempat yang layak dan bersih.


69

Gambar 4 Air Pangurason

Menurut Informan I, Bapak Henry Simanjuntak, “Air suci pangurason itu

adalah mangkuk yang berisi air jeruk purut yang diperas dan bane-bane yang

berasal dari pohon kecil dan sangat harum. Air ini didoakan supaya air ini bisa

jadi obat dan diyakini kalo air ini sudah diberkati. Air ini diambil dari sumur

dimana air ini belum diambil sama orang pada waktu subuh. Saat berdoa, air ini

Pernyataan mengenai Air Pangurason juga dijelaskan oleh informan yang

lain. Pandangan mengenai Air Pangurason menurut Informan 2 yaitu Bapak

Sondang Sitorus. Beliau menjelaskan bahwa:

“Air pangurason itu air suci yang udah didoain biasanya sama Ulu
Punguan. Kami percaya kalo air itu bisa menyembuhkan, menjauhkan dari segala
sakit, pokoknya air berkat lah. Biasanya nanti didoakan, lalu nanti dibagikan ke
seluruh yang hadir.”
70

Dan menurut Ibu Timbun Saragih, sebagai informan 3, menjelaskan:

“Air pangurason itu nanti didoain sama Ulu Punguan sebelum mulai
ibadah. Nanti sebelum mulai, ulu punguan memercikkan air pangurason itu ke
sekeliling area.”

Menurut Bapak Edyson Siahaan sebagai Informan 4, menjelaskan


mengenai air pangurason, bahwa:

“Nanti air pangurasonnya itu didoakan sama pendeta. Kami bilang


pendeta itu, ulu punguan. Dibagi dua nanti, satu ditaruh di mangkuk untuk
didepan sebagai pelean, lalu ada juga yang ditaruh di ceret. Nanti buat diminum
sama semua umat parmalim yang datang.”

Berdasarkan hasil analisis wawancara yang dilakukan mengenai air

pangurason dengan beberapa informan, peneliti menyimpulkan bahwa air

pangurason itu adalah simbol dari persembahan yang harus disampaikan saat

melaksanakan ritual mararisabtu. Air pangurason ini didoakan oleh Ulu pungan

yang nantinya air ini akan dibagikan kepada seluruh umat parmalim yang hadir

dengan makna air pangurason ini diyakini bisa menjaga diri kita dari segala

penyakit dan menjadi simbol dari berkat dari permohonan yang sudah

disampaikan saat martonggo.

b. Dupa (Daupa)

Pelean menjadi sangat penting dalam setiap pelaksanaan upacara ritual

Ugamo Malim. Selain air pangurason, Dupa juga menjadi alat atau perlengkapan

yang dibutuhkan. Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga

berbau harum dan menyala sebagai lambang dan berfungsi sebagai:


71

 Perantara yang menghubungkan pemuja dengan yang dipuja

 Sebagai pembasmi segala mala dan pengusir roh jahat.

 Sebagai saksi dalam upacara.

Fung dan arti dupa dalam upacara persembahyangan yang dipimpin ulu

punguan punya arti sangat dalam. Dupa berasal dari alam semesta dan asapnya

secara perlahan menyatu ke angkasa inilah sebagai perlambang menuntun umat

agar menghidupkan api dalam raga dan menggerakkan menuju Mula Jadi

Nabolon.

Gambar 5 Pardaupaan

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Henry Simanjuntak, adalah

sebagai berikut:

“Kami pengikut parmalim yang ada di muka bumi ini bisa berkomunikasi
dengan yang disebutkan tadi, dengan menggunakan pelean. Itulah titah yang
kami terima. Tanpa itu kami tidak bisa berkomunikasi langsung. Disamping saya
tadi ada pardaupaan Pardaupaan itu didalamnya ada arang yang sudah dibakar.
Di acara hari sabtu itu ada pangurason dan pardaupaan.”
72

Pandangan Bapak Sondang Sitorus sebagai Informan mengenai

pardaupaan, yaitu :

“Pardaupaan itu seperti altar yang biasanya digunakan untuk membakar


kemenyan untuk persembahan. Nanti daupa ini biasanya ditaruh didepan.
Ditaruh lah arang didalam daupa itu, trus nanti dibakar. Itu memang pelean
wajib juga untuk pelean. ”

Menurut Ibu Timbun Saragih selaku Informan, pardaupaan itu adalah

sebagai berikut:

“Jadi pardaupaan atau daupa itu isinya arang yang nanti dibakar dulu
sampai mengeluarkan asap kan, nah asap itu lah yang kami percaya bisa
menghantarkan doa-doa kami. Kemenyan juga ada didalamnya”

Bapak Edyson Siahaan menambahkan pernyataan pandangannya

mengenai daupa, yaitu:

“Dupa itu kemenyan. Artinya itu lah adalah alat sebagai ,jalan nya
komunikasi terhadap Debata Mula Jadi Nabolon. Kalau di Kristen, persembahan
itu kan pakai uang, kalau di parmalim tidak. Persembahan di Parmalim itu air
pangurason dan daupa. Isinya itu lah arang yang dibakar didalamnya,
kemenyan.”

Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan, Dupa adalah salah satu

pelean atau persembahan yang wajib diberikan saat melaksanakan upacara ritual

Parmalim. Daupa ini berisikan kemenyan dan terdapat arang untuk pardaupaan

yang dibakar terlebih dahulu sampai mengeluarkan asap lalu dimasukkan ke

dalam sebuah wadah. Sebelum para umat masuk, pangurason sudah diletakkan di

atas langgatan tepatnya di sebelah kiri. Asap ini dipercayai bisa membawa doa-

doa, atau permintaan manusia yang berada di banua tonga kepada sang pencipta

dan para nabi di banua ginjang.


73

4. Objek

Objek sebagai bentuk komunikasi non verbal juga tidak menggantikan

kata, tetapi objek disini dapat menyampaikan sebuah arti tertentu. Misalnya

pakaian, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya.

Ada beberapa objek yang terdapat pada pelaksanaan upacara ritual Ugamo

Malim. Hal ini bisa dilihat dari beberapa atribut yang wajib digunakan pada saat

pelaksanaan upacara ritual.

a. Sorban Putih dan Hitam (Tali-tali)

Sorban (dalam bahasa Batak “Tali-tali”) adalah salah satu atribut pakaian

yang wajib digunakan saat melakukan kegiatan keagamaan atau ritual dari ajaran

kepercayaan Ugamo Malim. Sorban ini biasanya dikenakan dengan cara dililitkan

di atas kepala.

Gambar 5 Sorban Putih Gambar 6 Sorban Hitam


74

Menurut, Informan I yaitu Bapak Henry Simanjuntak, “Tali-tali adalah

salah satu pakaian yang wajib untuk digunakan. Kalo di dalam acara, ada yang

menggunakan sorban atau tali-tali berwarna putih, itu menandakan bahwa ia

sudah menikah. Itu hanya digunakan oleh laki-laki yang sudah menikah Apabila

sudah menggunakan sorban putih, artinya ia sudah berjanji untuk mengikut

ajaran malim dan sudah mendeklarasikan dirinya untuk memegang ajaran suci”.

Jawaban dari pernyataan ini hampir sama dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Informan II dan III, yaitu Bapak Sondang Sitorus dan Ibu

Timbun Saragih. Bapak Sondang Sitorus dan Ibu Timbun Saragih juga

menyebutkan bahwa Tali-Tali adalah salah satu pakaian yang wajib digunakan

saat melakukan acara parmalim dan hanya digunakan oleh laki-laki yang sudah

menikah.

Menurut Informan IV, yaitu Bapak Edyson Siahaan mengenai tali-tali,

“Jadi, kalau itu bedanya begini. Sorban itu sebenarnya topi. Bedanya
topinya ini ada artinya. Kalau yang di Laguboti, pengajaran Ugamo Malim itu
diajarkan oleh badannya Sisingamangaraja. Kalau yang di Habinsaran,
pengajaran Ugamo Malim diajarkan sama Roh. Ugamo Malim Kalo Parmalim di
kami, Tali-tali yang kami pake warna hitam. Kalo yang di Huta tinggi itu, pakai
tali-tali warna putih. Tali-Tali yang warna putih itu dipakai dengan makna
kesucian. Kalo Parmalim kami, tali-talinya pakai warna hitam dengan maksud
tidak ada yang suci seutuhnya di dunia ini. Tidak aka nada manusia yang mampu
melakukan kesucian. ”

Menurut analisis dari pernyataan seluruh informan, penulis menarik

kesimpulan bahwa tali-tali ini adalah salah satu atribut yang penting digunakan

saat melakukan ibadah mingguan. Tali-tali terdiri dari dua jenis warna, yaitu

berwarna hitam dan putih. Tali-Tali berwarna putih digunakan oleh penganut
75

Ugamo Malim (Parmalim) yang berasal dari Huta Tinggi, Loguboti. Namun untuk

Tali-Tali yang berwarna Hitam, biasanya digunakan oleh penganut ajaran Ugamo

Malim yang tinggal dan berpusat di Habinsaran dan sekitarnya. Tali-tali hanya

digunakan oleh laki-laki yang sudah menikah, sedangkan laki-laki yang belum

menikah belum boleh menggunakan tali-tali.

b. Sarung dan Ulos

Sarung adalah salah satu pakaian yang wajib juga digunakan saat

melakukan upacara ritual ajaran kepercayaan ugamo malim. Sarung ini digunakan

menutupi tubuh bagian pinggang hingga mata kaki. Sarung ini memang sejak

dahulu adalah atribut yang wajib digunakan masyarakat batak toba dalam

melangsungkan kegiatan apapun dalam sehari-harinya. Sarung ini merupakan

simbol yang memiliki arti kesopanan dalam melangsungkan seluruh rangkaian

upacara ritual ajaran kepercayaan Ugamo Malim maupun dalam kehidupan sehari-

hari. Pakaian ini wajib digunakan baik itu untuk laki-laki maupun perempuan

Gambar 7 Ulos dan Sarung


76

Wanita diwajibkan untuk mengenakan sarung yang berbentuk ulos dari

jenis runjat, kebaya, dan selendang (hande-hande) dari jenis yang bervariasi, yaitu

sedum, bintang maratur dan mangiring, dan tatanan rambut yang menggunakan

gaya sanggul toba, yakni gaya menyanggul yang digulung ke dalam.

Menurut Informan I, Bapak Henry Simanjuntak “Jadi sebenarnya ini

menandakan kalo kita mengadakan upacara ritual, itu adalah pakaian yang wajib

digunakan. Ini hanya sebagai perlengkapan. Kalo anak gadis hanya sarung dan

ulos, sedangkan ibu-ibu pakai ulos hohop.”

Pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Henry Simanjuntak, hampir

sama jawabannya dengan seluruh informan yang lainnya, baik itu Bapak Sondang

Sitorus, Ibu Timbun Saragih, dan Bapak Edyson Siahaan. Sarung dan Ulos adalah

sebagai pelengkap dari pakaian yang wajib digunakan saat melaksanakan setiap

upacara ugamo malim.

Bapak Sondang Sitorus menambahkan pernyataan mengenai penggunaan

sarung dan ulos sebagai simbol dalam upacara ritual parmalim. Beliau

mengungkapkan bahwa:

“Parmalim itu pas lagi upacara ritual wajib pakai ulos sama sarung. Ulos
itu kan sebagai kain khas Batak dan sarung itu sebenarnya memang sesuai adat
istiadat kita. Kalau pakai sarung, kita beribadahnya bisa lebih hohom.”

Berkaitan dengan penjelasan dari seluruh informan, penulis menarik

kesimpulan bahwa sebenarnya penggunaan sarung dan ulos sebagai atribut

upacara ritual ini memang harus digunakan sebagai perlengkapan pelengkap. Ulos
77

dan Sarung itu digunakan sesuai dengan adat istiadat Batak yang kesehariannya

menggunakan sarung dan ulos. Penggunakan ulos dan sarung saat beribadah akan

berpengaruh dengan kekhusyukkan saat martonggo.

B. Pembahasan

Demikian seluruh hasil wawancara dan observasi mengenai komunikasi

non verbal upacara ritual ibadah mingguan ajaran kepercayaan ugamo malim yang

dijabarkan penulis dalam bentuk deskriptif. Pembahasan ini didukung teori yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.

Komunikasi Non Verbal dalam komunikasi adalah penyampaian pesan tanpa kata-

kata dan memberikan arti pada komunikasi verbal. Komunikasi non verbal ini

biasanya terjadi untuk mempersepsi seseorang tidak hanya melalui bahasa verbal

tapi juga melalui perilaku non verbalnya sehingga kita bisa mengetahui suasana

emosional seseorang yang mendorong untuk mengenal lebih jauh. Pesan-pesan

non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi karna pesan-pesan non verbal

tertanam dalam konteks komunikasi.

Gerakan tubuh atau simbol atau lambing-lambang tersebut merupakan

komunikasi non verbal dalam menggantikan komunikasi verbal, karna gerakan

tubuh, simbol, lambang-lambang dan lain sebagainya bisa dipakai untuk

menyampaikan pesan dalam proses komunikasi. Dalam penelitian ini terjadi

komunikasi non verbal dalam rangkaian kegiatan ugamo malim. Setiap gerakan

dan doa doa yang di sampaikan, terdapat makna yang terkandung di dalam

pelaksanaan upacara ritual ibadah mingguan ajaran kepercayaan ugamo malim


78

dan hal ini sebagai wujud permohonan, atau penyampaian doa dan harapan

kepada Mula Jadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa.

Berkaitan dengan teori Interaksi Simbolik yang berpandangan bahwa

orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi

tertentu. Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori yang menekankan pada

simbol. Orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam

sebuah situasi tertentu. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk merujuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.

Lambang meliputi kata-kata (verbal), perilaku non verbal, dan objek yang

maknanya di sepakati bersama.

Asumsi-asumsi dari teori interaksionalisme simbolik adalah pentingnya

makna bagi perilaku manusia. Isyarat tubuh yang memiliki makna bersama ini

dengan sebutan „simbol signifikan‟ (significant symbol). Bagi penganut Ugamo

Malim, dalam pelaksanaan upacara ritual baik itu marari sabtu, ataupun upacara

ritual lainnya, terdapat banyak simbol-simbol yang digunakan dan memiliki

makna tersendiri bagi mereka. Simbol-simbol itu adalah air pangurason, tali-tali,

sarung, ulos, dan pardaupaan.

Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti dapatkan, penulis dapat

menyimpulkan bahwa Ugamo Malim adalah salah satu agama kepercayaan yang

masih berdiri tegak dan masih berjalan sampai saat ini, walaupun beberapa

kepercayaan adat harus berdiri ditengah agama utama yang diakui oleh Negara.

Tidak hanya ugamo malim, namun juga beberapa agama kepercayaan adat yang
79

masih berdiri kuat di beberapa daerah, seperti Sunda Wiwitan, Suku Akit, dan

beberapa ajaran kepercayaan adat lainnya.

Tuhan yang dipercayai adalah Debata Mula Jadi Nabolon dan parmalim

sangat percaya dengan adanya arwah leluhur yang harus dihormati. Namun dalam

ajaran agama ini, tidak mempercayai adanya surge dan neraka. Parmalim juga

tidak mengenal adanya hukuman atas perbuatan buruk ataupun reward untuk

perbuatan baik.

Ugamo Malim melaksanakan ibadah setiap minggunya yang dilaksanakan

pada hari Sabtu atau biasanya disebut “Mararisabtu”. Dalam pelaksanaan

peribadatannya, ugamo malim masih menjunjung adat istiadat Batak. Hal ini

terlihat dari beberapa hal yang terjadi dalam pelaksanaan ajaran kepercayaan

ugamo malim yaitu mararisabtu. Mararisabtu merupakan salah satu aturan atau

ritual yang dilakukan oleh umat Parmalim.Ritual ini dilakukan satu kali dalam

seminggu, tepatnya pada hari Sabtu. Penetapan hari Sabtu sebagai hari untuk

beribadah ini berdasarkan sejarah bahwa hari sabtu merupakan hari yang

digunakan oleh Siboru Deak Parujar Universitas Sumatera Utara 52 untuk

beristirahat (paradianan) dan itulah yang diamalkan oleh keturunannya yakni Raja

Ihat manisia dan Siboru ihat manisia.

Dalam wawancara dengan key informan dan informan, peneliti banyak

menanyakan mengenai komunikasi non verbal atau simbol-simbol yang ada dalam

pelaksanaan upacara ritual mingguan Ugamo Malim yaitu Marari Sabtu. Peneliti

mengetahui bahwa setiap pelaksanaan yang dilakukan dalam upacara ritual ibadah
80

mingguan Ugamo Malim tersebut, terdapat banyak simbol dan gerakan-gerakan

yang mempunyai makna.

Peneliti menanyakan mengenai komunikasi non verbal yang terjadi dalam

upacara marari sabtu. Dalam pelaksanaannya, Ugamo Malim memang sebuah

kepercayaan yang masih sangat kuat dengan adat istiadat. Parmalim menggunakan

beberapa simbol-simbol baik itu melalui gerakan, kata-kata, ataupun benda yang

digunakan sebagai pelean.

Mararisabtu dalam ugamo malim adalah ibadah mingguan kaum Malim

yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. Untuk di Bogor sendiri, pelaksanaan

mararisabtu dilaksanakan pada pukul 11 siang dan berakhir pada pukul 2 siang.

Parmalim duduk berbaris, dan berdoa dengan cara merapatkan kedua telapak

tangannya dan meletakkannya di depan wajah. Shaft Laki-laki berdiri di bagian

kiri, sedangkan shaft wanita berdiri di bagian kanan setelah itu semuanya duduk

bersila. Ulu punguan berdiri menghadap depan dan mulai memimpin ritual dengan

memercikkan air pangurason atau air suci sebanyak tiga kali di sekeliling. Hal ini

bertujuan untuk mensucikan pelean atau persembahan yang ada di depan serta

agar peserta yang mengikuti ritual diberkati.

Dalam ibadah Mararisabtu atau dalam upacara ritual lainnya, Parmalim

melaksakan ibadah dengan menyampaikan doa atau tonggo-tonggo sebagai wujud

permohonan atau wujud rasa syukur dengan apa yang sudah dimiliki saat ini.

Tonggo-tonggo ini disampaikan kepada Debata Mula Jadi Nabolon dan kepada

seluruh nabi-nabi pengikutNya. Permohonan yang diucapkan dalam tonggo-


81

tonggo atau doa itu disampaikan kepada Mula Jadi Nabolon dan seluruh nabi-nabi

pengikutNya secara satu-persatu. Biasanya ibadah ini berlangsung sekitar hampir

2 jam.

Bagi Parmalim, Tonggo-tonggo memiliki peran di dalam kehidupan

sehari-hari yaitu sebagai pedoman untuk berperilaku. Doa yang disampaikan

kepada Debata Mula Jadi Nabolon dan para utusanNya merupakan hal yang

sangat diyakini dan sebagai hal yang sacral bagi umat Parmalim. Hal ini

dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu memperoleh hangoluon ni

tondi atau keteguhan iman.

Sebelum melakukan doa, ulu punguan akan berdoa sendiri terlebih dahulu

untuk meminta kekuatan dan kesanggupan memimpin ritual serta agar mampu

menjalankan ajaran kesucian atau biasa disebut ajaran hamalimon.

Seluruh Parmalim yang mengikuti setiap ibadah atau pelaksanaan upacara

ritual apapun, wajib untuk mengenakan pakaian tertentu. Pakaian yang wajib

dikenakan adalah ulos dan sarung. Secara khusus, Laki-laki yang sudah menikah,

diwajibkan untuk menggunakan tali-tali yang dililitkan di atas kepala, sedangkan

untuk laki-laki yang belum menikah, tidak diperbolehkan. Sedangkan untuk

wanita, rambutnya harus diikat cepol keatas dan mengenakan baju kebaya.

Tali-tali ini adalah simbol komunikasi dalam upacara ritual ajaran

kepercayaan Ugamo Malim. Saat ini pada dasarnya Tali-tali atau sorban dibagi

menjadi 2 warna yaitu hitam dan putih. Pembagian warna tali-tali ini berdasarkan
82

pembagian daerah pengajaran Ugamo Malim itu sendiri. Pengajaran Ugamo

Malim ini di daerah Laguboti dan Parmalim yang ada di daerah Habinsaran.

Pengajaran mengenai Ugamo Malim terhadap Parmalim yang berada di

daerah Laguboti, diajarkan langsung oleh badannya Raja Sisingamangaraja ,

sedangkan pengajaran Ugamo Malim yang ada di Habinsaran dan sekitarnya,

diajarkan oleh rohnya Sisingamangaraja.

Parmalim yang berada di daerah Laguboti, menggunakan tali-tali berwarna

putih, mengartikan “tali-tali” yang berwarna putih sebagai simbol dari kesucian.

Namun, berbeda dengan masyarakat Parmalim yang menggunakan Tali-Tali

berwarna hitam, yaitu Parmalim yang berada di daerah Habinsaran. Tali-tali

berwarna hitam ini diartikan sebagai simbol bahwa tidak ada satu pun di dunia ini

yang suci seutuhnya. Maka mereka menggunakan tali-tali berwarna hitam, karna

warna hitam itu warna yang netral dan warna yang cocok untuk menggambarkan

dunia ini. Setiap orang yang sudah menggunakan tali-tali, mempunyai arti bahwa

orang itu sudah mendeklarasikan dirinya untuk mengikut ajaran Malim dan

memegang ajaran suci.

Selain pakaian yang wajib dikenakan saat melaksanakan ritual, Parmalim

dalam melaksanakan upacara terutama dalam upacara Marari Sabtu, mereka wajib

memberikan pelean. Dalam Ugamo Malim, Parmalim yang ada di muka bumi ini

mempercayai bahwa mereka harus memberikan pelean dalam setiap ritual. Pelean

adalah salah satu titah yang diterima. Pelean mempunyai makna, bahwa tanpa

pelean, parmalim tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Debata Mula Jadi
83

Nabolon dan Nabi yang lainnya. Pelean dalam acara ritual Marari sabtu terdiri

dari air panguras on yang berisi air jeruk dan bane-bane yang wangi, pardaupaan

yang berisi arang yang sudah dibakar, lalu dupa.

Air pangurason adalah air yang kuasanya dipegang oleh Boru Saniang

Naga. Parmalim mempercayai, bahwa air pangurason yang sudah didoakan akan

diberikan berkatnya oleh Boru Saniang Naga, dan Parmalim meyakini bahwa air

yang sudah didoakan (air pangurason) sudah menjadi obat dan sudah diberkati.

Setiap upacara Marari Sabtu, air pangurason ini diambil di pagi hari sebelum

orang lain menggunakan air tersebut dan di ambil dari mata air. Sebelum upacara

dimulai, airnya akan dicampurkan oleh perasan air jeruk purut yang nantinya akan

didoakan agar Boru Saniang Naga meminta kepada Debata Mula Jadi Nabolon

agar air tersebut diberkati menjadi obat.

Air Pangurason yang sudah didoakan ditaruh di mangkuk putih,

disediakan pula air pangurason yang dimasukkan ke dalam ceret untuk diminum

para umat setelah proses marari sabtu selesai. Parmalim berharap dan meyakini

bahwa air pangurason tersebut bisa menyembuhkan segala penyakit dan menjadi

berkat bagi diri mereka.

Selain Air Pangurason, persembahan yang wajib diberikan saat

melaksanakan upacara ritual apapun terutama di ibadah minggan Mararisabtu,

adalah Daupa atau Pardaupaan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh

informan, daupa adalah salah satu benda yang wajib ada saat melaksanakan

ibadah ritual parmalim selain air pangurason. Pardaupaan adalah sebuah dupa
84

yang di dalamnya berisi arang yang nantinya akan di bakar. Asap dari arang ini

dipercayai oleh parmalim sebagai salah satu media yang bisa menghantarkan

tonggo-tonggo atau doa-doa yang dipanjatkan kepada Debata Mula Jadi Nabolon

dan para pengikutNya.

Pardaupaan ini posisinya akan diletakkan di depan berdampingan dengan

air pangurason. Dimana daupa ini juga nanti akan didoakan juga terlebih dahulu

oleh Ulu Punguan sebelum ritual ugamo malim dilaksanakan.


85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan di analisis oleh

peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam pelaksanaan upacara ritual ibadah mingguan mararisabtu, ada

penggunaan simbol dan gerakan tubuh yang memiliki arti. Dimana

gerakan atau simbol itu bertujuan sebagai penyampaian pesan. Bahasa

Tubuh ini terdiri dari ekspresi wajah, pandangan mata, dan gerak isyarat.

Saat beribadah, Parmalim melakukan ibadah mararisabtu dengan ekspresi

wajah yang datar dan pandangan mata yang menghadap ke bawah sambil

menundukkan kepada. Hal ini dimaksudkan agar parmalim bisa

berkonsentrasi saat melakukan peribadatan.

2. Selain bahasa tubuh, Tanda juga merupakan salah satu bagian yang masuk

dalam komunikasi non verbal. Bagi para kaum laki-laki dan wanita yang

duduk di depan, itu menandakan bahwa mereka sudah menikah.

Sedangkan yang duduk di bagian tengah dan belakang, dikhususkan untuk

kaum laki-laki dan perempuan yang belum menikah.

.3. Upacara ritual Mararisabtu dalam ajaran kepercayaan Ugamo Malim juga

disertai dengan beberapa tindakan dan perbuatan yang khas. Parmalim

dalam setiap pelaksanaan upacara ritual, diwajibkan untuk memberikan


86

pelean. Pelean tersebut berbentuk sebuah air yang ditaruh ke mangkuk dan

sebuah dupa. Pelean ini mempunyai makna bahwa air yang sudah

didoakan diyakini bisa menjaga diri dari segala hal jahat dan penyakit serta

menjaga diri. Sedangkan dupa adalah sebagai media komunikasi antara

parmalim dengan sang pencipta

4. Objek dalam komunikasi non verbal upacara ritual ibadah mingguan

mararisabtu ugamo malim, setiap parmalim mempunyai beberapa atribut

yang wajib dikenakan saat melaksanakan ibadah. Sorban putih dan hitam

adalah topi yang wajib dikenakan oleh pihak laki-laki yang sudah

menikah,. Ulos dan sarung adalah atribut yang wajib dikenakan baik itu

oleh kaum laki-laki maupun pihak kaum perempuan. Dalam penggunaan

atribut ini, peneliti menyimpulkan bahwa parmalim dalam pelaksanaan

keagamaannya benar-benar masih menjunjung tinggi adat istiadat Batak

B. Saran

1. Tahapan prosesi ritual dalam upacara ritual ibadah mingguan ajaran

kepercayaan Ugamo Malim telah mengalami cukup banyak perubahan

hingga saat ini. Hal ini tentu akan berimbas pada semakin terkikisnya

nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya. Meski tidak mengubah

makna dari ritual yang dilakukan, namun tentu ada makna lain yang ingin

disampaikan lewat tahapan atau ritual-ritual yang kini mulai ditinggalkan

seiring perkembangan zaman. Oleh karenanya, diharapkan para generasi

muda Batak terkhusus untuk umat Ugamo Malim (Parmalim) saat ini tidak

serta merta meninggalkan tradisi namun tetap mempertahankan dan


87

mempelajari hal tersebut sebagai suatu kekayaan kebudayaan adat istadat

Batak. Nilai budaya terutama nilai religusitas patutnya terus dipegang dan

diamalkan oleh para Parmalim, bukan saja dalam pelaksanaan ritual

semata namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Nilai budaya terutama nilai religusitas patutnya terus dipegang dan

diamalkan oleh para Parmalim, bukan saja dalam pelaksanaan ritual

semata namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Ugamo Malim sejatinya

merupakan sebuah kepercayaan yang sebenarnya kepercayaan ini

mengajar para umat juga untuk menjunjung adat istiadat para leluhur agar

generasi saat ini senantiasa mewarisi dan melestarikan nilai-nilai yang

dipegang oleh nenek moyang terdahulu. Parmalim saat ini harus tetap

menjaga sikap dalam melaksanakan setiap ritualnya baik itu dari bahasa

tubuh, dan lainnya karna hal ini menjadi ciri khas dari ugamo malim.
DAFTAR PUSTAKA

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Kencana, Jakarta


Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis.
Bandung : Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung:
Penerbit Remaja Rosda Karya
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis

riset media, public relation, advertising, komunikasi organisaso, komunikasi

pemasaran. Jakarta: Kencana

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya

Morissan. 2013. Teori komunikasi : individu hingga massa . Jakarta : Kencana.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin, 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya

Riswandi, 2009 : Ilmu komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu

Sobur, Alex.2013. Filasafat Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Website

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4826/120905032.pdf?sequene

e=1&isAllowed=y di akses pada 10 Juni 2018


http://lib.unnes.ac.id/20686/1/3401411044-S.pdf di akses pada 18 Juni 2019
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=514067&val=10519&title=Pusat
%20Aktivitas%20Ritual%20Ugamo%20Malim%20di%20Huta%20Tinggi%2
0Laguboti%20Toba%20Samosir di akses pada 13 Juli 2018
http://jurnal.unimed.ac.id/2012.index.php/jupii/article/view/784/588 diakses pada 04
Agustus 2018
Pertanyaan Wawancara

Narasumber :

 Henry Simanjuntak
 Sondang Sitorus
 Timbun Saragih
 Edyson Siahaan

1. Apa itu Ugamo Malim dan apa pengertiannya?

Henry Simanjuntak

Malim artinya suci. Parmalim artinya pengikut ajaran suci. Maka kami disebutnya
pengikut ajaran malim dan disebutnya ajaran suci. Ugamo Malim itu adalah ajaran
suci.

Sondang Sitorus

Kalo Parmalim itu, sebutan nama. Ugamo itu artinya agama, kalo malim itu artinya
suci. Jadi Agama suci.

Timbun Saragih

Ajaran suci. Kalo kami itu dibilangnya Parmalim, karna kan kalo artinya par itu kan
bahasa batak kayak manggil. Kami dibilang Parmalim, jadi maksudnya pengikut
ajaran suci.

Edyson Siahaan

Ugamo Malim itu sama kayak agama lain. Par itu sebenarnya panggilan. Makanya
dibilang Parmalim itu, sebenarnya sebutan. Malim itu artinya suci. Jadi Parmalim itu
maksudnya pengikut ajaran suci.
2. Bagaimana sejarah awalnya Ugamo Malim bisa masuk ke Tanah Batak?

Henry Simanjuntak

Parmalim adalah ajaran suci dari Debata Mula Jadi Nabolon. Ugamo Malim adalah
ajaran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pertama di Tanah Batak.
Parmalim itu baru – baru ini saja disebutkan sekarang. Seiring berjalannya waktu
adanya penjajahan belanda dan datangnya Nommensen kan membawa missionaris,
yaitu memberitakan ajaran Kristen, maka timbulah perbedaan. Ajaran ini dipimpin
sama Raja Naipospos yang mendapat tiah dari Sisingamangaraja.

Edyson Siahaan

Jadi kalau parmalim itu pertama kali diajarkan sama Sisingamangaraja. Cuma kalau
yang ada di Laguboti itu, diajarkan sama badannya. Sedangkan yang di daerah
Habinsaran, diajarkan sama rohnya. Makanya dulu banyak yang siar-siaron atau
kesurupan. Ugamo Malim itu agama pertama yang ada di tanah batak. Tapi karna
beberapa agama masuk, terutama Kristen, maka banyak yang beralih kepercayaan.

3. Apa maksud dari doa yang dilakukan dalam setiap ritual upacara ritual
Mararisabtu Ugamo Malim?

Henry Simanjuntak

Jadi setiap ritual, pasti ada tonggo-tonggo atau doa. Tonggo-tonggonya yang kita
yakini dan kita sembah. Mula Jadi Nabolon yang menciptakan segala isinya. Debata
Natolu yang memegang pucuk kerajaan hamalimon sama suruan ni Debata di Banua
Ginjang

Sondang Sitorus

Jadi, kalo kami Parmalim ini, Mula Jadi Nabolon lah yang kami sembah. Itu lah
Tuhan kami. Jadi kami setiap kali ada kegiatan atau acara ritual apapun, pasti doa-doa
yang kami sampaikan untuk Debata Mula Jadi Nabolon. Tapi gak itu aja, pengikut-
pengikutnya juga

Timbun Saragih

Kami sama seperti agama yang lain. Kami menyembah Tuhan, dan pasti nya ada
permohonan yang kita minta dalam hidup. Permohonan itu kami sampaikan dalam
bentuk doa, dan kami menyebutnya dalam bahasa Batak itu Tonggo-Tonggo. Nah,
tiap orang kan kebutuhannya dan permohonannya berbeda, maka itu nabi – nabinya
juga berbeda-beda. Jadi ya tonggo-tonggo di parmalim hampir sama sih. Doa yang
kami panjatkan paling utama untuk Mula Jadi Nabolon.

Edyson Siahaan

Parmalim itu agama pertama di Tanah Batak. Tuhan yang kami sembah itu adalah
Debata Mula Jadi Nabolon beserta dengan pengikut-pengikutnya. Nah, biasanya ada
beberapa kegiatan atau pas lagi mararisabtu, atau sipahalima, kami pasti ada doa atau
tonggo-tonggo. Namanya ibadah, pasti lah berdoa.

4. Kenapa pada saat beribadah, ada mangkuk yang berisi air? Apa artinya?
Henry Simanjuntak
Air suci pangurason itu adalah mangkuk yang berisi air jeruk purut yang diperas dan
bane-bane yang berasal dari pohon kecil dan sangat harum. Air ini didoakan supaya
air ini bisa jadi obat dan diyakini kalo air ini sudah diberkati. Air ini diambil dari
sumur dimana air ini belum diambil sama orang pada waktu subuh. Saat berdoa, air
ini

Sondang Sitorus
Air pangurason itu air suci yang udah didoain biasanya sama Ulu Punguan. Kami
percaya kalo air itu bisa menyembuhkan, menjauhkan dari segala sakit, pokoknya air
berkat lah. Biasanya nanti didoakan, lalu nanti dibagikan ke seluruh yang hadir
Timbun Saragih
Air pangurason itu nanti didoain sama Ulu Punguan sebelum mulai ibadah. Nanti
sebelum mulai, ulu punguan memercikkan air pangurason itu ke sekeliling area

Edyson Siahaan

Nanti air pangurasonnya itu didoakan sama pendeta. Kami bilang pendeta itu, ulu
punguan. Dibagi dua nanti, satu ditaruh di mangkuk untuk didepan sebagai pelean,
lalu ada juga yang ditaruh di ceret. Nanti buat diminum sama semua umat parmalim
yang datang

5. Lalu kenapa ada kendi juga di depan? Kendi itu digunakan untuk apa?

Henry Simanjuntak

Kami pengikut parmalim yang ada di muka bumi ini bisa berkomunikasi dengan yang
disebutkan tadi, dengan menggunakan pelean. Itulah titah yang kami terima. Tanpa
itu kami tidak bisa berkomunikasi langsung. Disamping saya tadi ada pardaupaan
Pardaupaan itu didalamnya ada arang yang sudah dibakar. Di acara hari sabtu itu ada
pangurason dan pardaupaan.

Sondang Sitorus

Pardaupaan itu seperti altar yang biasanya digunakan untuk membakar kemenyan
untuk persembahan. Nanti daupa ini biasanya ditaruh didepan. Ditaruh lah arang
didalam daupa itu, trus nanti dibakar. Itu memang pelean wajib juga untuk pelean

Timbun Saragih

Jadi pardaupaan atau daupa itu isinya arang yang nanti dibakar dulu sampai
mengeluarkan asap kan, nah asap itu lah yang kami percaya bisa menghantarkan doa-
doa kami. Kemenyan juga ada didalamnya

Edyson Siahaan

Dupa itu kemenyan. Artinya itu lah adalah alat sebagai ,jalan nya komunikasi
terhadap Debata Mula Jadi Nabolon. Kalau di Kristen, persembahan itu kan pakai
uang, kalau di parmalim tidak. Persembahan di Parmalim itu air pangurason dan
daupa. Isinya itu lah arang yang dibakar didalamnya, kemenyan
6. Tapi, , kenapa setiap Parmalim itu yang laki-laki pakai sorban ?

Henry Simanjuntak

Tali-tali adalah salah satu pakaian yang wajib untuk digunakan. Kalo di dalam acara,
ada yang menggunakan sorban atau tali-tali berwarna putih, itu menandakan bahwa ia
sudah menikah. Itu hanya digunakan oleh laki-laki yang sudah menikah Apabila
sudah menggunakan sorban putih, artinya ia sudah berjanji untuk mengikut ajaran
malim dan sudah mendeklarasikan dirinya untuk memegang ajaran suci

Edyson Siahaan

Ini ada artinya. Kalau yang di Laguboti, pengajaran Ugamo Malim itu diajarkan oleh
badannya Sisingamangaraja. Kalau yang di Habinsaran, pengajaran Ugamo Malim
diajarkan sama Roh. Ugamo Malim Kalo Parmalim di kami, Tali-tali yang kami pake
warna hitam. Kalo yang di Huta tinggi itu, pakai tali-tali warna putih. Tali-Tali yang
warna putih itu dipakai dengan makna kesucian. Kalo Parmalim kami, tali-talinya
pakai warna hitam dengan maksud tidak ada yang suci seutuhnya di dunia ini. Tidak
aka nada manusia yang mampu melakukan kesucian.

7. Kalau untuk sarung sama ulos itu sendiri, kegunaannya apa? Apakah sarung
sama ulos juga wajib digunakan?

Henry Simanjuntak

Jadi sebenarnya ini menandakan kalo kita mengadakan upacara ritual, itu adalah
pakaian yang wajib digunakan. Ini hanya sebagai perlengkapan. Kalo anak gadis
hanya sarung dan ulos, sedangkan ibu-ibu pakai ulos hohop

Sondang Sitorus

Parmalim itu pas lagi upacara ritual wajib pakai ulos sama sarung. Ulos itu kan
sebagai kain khas Batak dan sarung itu sebenarnya memang sesuai adat istiadat kita.
Kalau pakai sarung, kita beribadahnya bisa lebih hohom
Gambar 1 ParmalimsedangMararisabtu

Gambar 2 Parmalimsedangmelakukantonggo-tonggo
Gambar 3PenelitibersamaUluPunguan

Gambar 4 PenelitibersamasalahsatutemanParmalim
Gambar 5 PenelitibersamaEdysonSiahaan

Gambar 6 Daupa Gambar 7 AekPangurason


Romantika Siagian
081296354629/@rmntikasiagian
Email : romantikasiagian@yahoo.com

I. PERSONAL INFORMATION

Nama : Yuli Dame Romantika Siagian , S. IKOM


TTL : Bogor, 21 Juli 1996
Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah : Jl. Salemba Bluntas GG. II RT006/RW05 No.
B143 Kelurahan Paseban, Kec. Senen, Jakarta
Status : Belum Menikah
Hobbi : Bermain Piano
Jurusan : Broadcasting (S-1)
II. PENDIDIKAN III. SKILL

2002 - 2008 : SD BUDI MULIA BOGOR 1. Leadership


2008 - 2011 : SMP BUDI MULIA BOGOR 2. Komunikasi yang baik
2011 - 2014 : SMA NEGERI 5 BOGOR 3. Microsoft Office
2014 - sekarang : UPI YAI, Salemba, JAKPUS

IV. PENGHARGAAN

1. Juara II Lomba Presenter, Institut Pertanan Bogor ( 2012 )


2. Juara II Lomba Membaca Berita, Universitas Pakuan ( 2012 )
3. Juara II Piano Competition and Concert, Jakarta-Bogor ( 2012 )
4. Juara I FLS2N musik permainan anak Kota Bogor (2010)
5. Juara Harapan I FLS2N musik permainan anak JABAR (2010)
6. Peserta Lomba "News Anchor" SCTV Goes to Campus (2015)
7. Penyiar YAI Radio
8. Penyiar "Pasombu Sihol" RRI Bogor (2013)

V. SEMINAR DAN PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Sekum, Forum Komunikasi Paskibra Sekolah Kota Bogor (FK-PSKB) 2011-2012
2. Sekum, Forum Komunikasi Paskibra Sekolah Kota Bogor (FK-PSKB) 2012-2014
3. Rimbawan Muda Indonesia "Sea Youth River Tour for Ecologicals Human Right"- se-ASEAN
4. Wakil Sekum PARSADAAN NAPOSOBULUNG SIAGIAN BORU BERE se-JABODETABEK 2015
5. "Pelatihan Jurnalistik" ANTV
6. Seminar "Knowing More About Radio" JOBS FIKOM UPI Y.A.I 2015
7. Peserta lomba Reporter Jurnalistik SCTV Goes To Campus 2015
8. Volunteer "Relawan4Life"
9. Seminar "Kawasan Bebas Asap Rokok", Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah JABAR
10. Workshop Jurnalistik GRIND PERINDO 2016.

Anda mungkin juga menyukai