Anda di halaman 1dari 21

BERTOLAK DARI OSCAR ROMEO, APA PERAN

GEREJA TERHADAP PERSOALAN SOSIAL DI


PAPUA
(Sebuah karya tulisan Teologi Sosial, menyoroti peran gereja sebagai
Nabi dan Imam di tengah-Tengah realita)

Oleh

Nama : Erik Aliknoe

Kelas :A

Semester :5

NIM : 14303300417104
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI

“IZAAK SAMUEL KIJNE”

JAYAPURA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus sang pemilik
hidup atas kasih dan campurtangan-Nya sehingga tugas ini dapat saya selesaikan
dengan baik.

Tulisan yang saya buat dengan Judul “Bertolak Dari Oscar Romeo, Apa Peran
Gereja Terhadap Persoalan Sosial Di Papua” adalah upaya untuk memenuhi
sebuah tugas mata Kuliah “Teologi Kontekstual”. Yang diampuh oleh Pdt. Basthian
Nanlohy, M.Mis. Penulisan ini merupakan hasil pencerahan pada tatap muka dan
nonton film bersama di semester lima, Pada STFT GKI I.S Kijne Jayapura, Dengan
melihat pentingnya peran gereja sebagai alat untuk menghadirkan tanda-tanda
kerjaaan Allah di dunia yang nyata.

Perkenaan dengan ini saya menyampaikan terimakasih kepada: dt. Basthian


Nanlohy, M.Mis.. Selaku Pengampuh mata kuliah teologi Kontekstual I, yang telah
memacu pikiran serta pengetahuan yang diberikan kepada saya.

Saya menyadari bahwa penyusunan soal TAS ini, masih mengandung


kekurangan dengan keterbatasan informasi dan literatur. Oleh sebab itu segala saran
dorongan dari semua pihak untuk mengkritisinya dalam rangka penyempurnaanya
pada waktu yang akan datang, saya menyambut dengan senang hati.

Abepura Holandia, 10 Desember 2019

3
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………... 3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. . Latar belakang…………………………………………………….. 3


1.2. Tujuan Masalah…………………………...……………………….. 5
1.3. Pokok Masalah……………………………………………………….. 5
1.4. Rumusan Masalah…………………………………………...……… 6

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Belajar Dari Film Oscar Romero?………………………………. … 7

2.2. Gereja di Larang untuk melakukan politik praksis………………… 7

2.3. Apa Hubungan dengan Nasib Papua?……………………………….. 9

2.4. Apa Peraan Gereja atas Persoalan di Papua?………………………... 10

2.5. Peran Gereja harus terlibat penuh dalam menyelesaian segala bentuk
masalah………………………………………………..……………. 11

2.6 Tidakan apa yang Harus diBangun Gereja-gereja Di Papua? ………. 13

4
BAB II. PEMBAHASAN

2.1.Tanggapan Kritis …………………………………………………… 15

2.2. Komitmen…………………………………..………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada abad ke-60 an adalah masa-masa kemiskinan sosial di negara-negara


Amerika Latin. Oscar Romero adalah salah satu teolog martir yang digambarkan
Paus Fransiskus Xaverius sebagai seorang juara dunia demokrasi1.

Óscar Arnulfo Romero Galdámez adalah seorang uskup kebangsaan El-Salvador.


Romero lahir 15 Agustus 1917 – dan meninggal 24 Maret 1980 pada umur 62 tahu.
Romero adalah seorang pemberani Gereja Katolik di El Salvador, yang menjabat
sebagai Uskup Agung San Salvador. Ia berbicara terbuka melawan kemiskinan,

1 Film, Oscar Romero, pada tanggal 26 pada jam kuliah Teology Kontektual, 07:45 WIT.

5
ketidakadilan sosial, pembunuhan, dan penyiksaan. Pada 1980, Romero dibunuh
saat sedang Misa di kapel Rumah Sakit Penyelenggara Ilahi.2

Dari dasar ini saya mendapatkan bawa kaum Teolog kerap memainkan peranan
yang sangat penting dalam mengikuti tindakan praksis, yakni mengabdikan diri
kepada pembaharuan masyarakat dari kemiskinan, penderitaan dan penganiayaan
oleh kelompok yang berkuasa. Satu hal yang perlu kita diperhatikan adalah
perkataan terkenal Nelson Mandela, Tiada masa depan tanpa pengampunan"3
Nelson Mandela memulai pembangunan dengan kasih' dan pengampunan
walaupun ia di perlakukan tidak adil' dianggap rasis' di penjarakan 28 tahun
bahkan di lecehkan oleh pemerintahan Apparteit. Namun' Ia melakukan
pembaharuan di Afrika Selatan dengan kesembuhan batin' dengan menekankan
komisi kebenaran yang membawa kepada penyembuhan luka batin' karena
pelecehan' penganiayaan' penyiksaan' dan penderitaan yang kejam. Penulisan
makalah Teologi pembebasan dan peran gereja di Papua adalah sebuah pergumulan
yang cukup serius. Ide ini muncul setelah menonton bersama Film Oscar Romero,4
dalam perananya memberikan pemikiran yang cukup mendalam tentang bagaimana
memperjuangkan keadilan, atas ketidakadilan dan penderitaan umatnya karena
mereka dibunuh, disiksa, diculik, dianiaya, ditekan, dikejar, bahkan hak mereka
dicabut dan seakan-akan pemerintah membangun dengan pendekatan ekonomi,
agama dan sosial.

Refleksi dari film ini memberikan sebuah refrleksi yang mendalam terhadap
konflik di Papua, sehingga muncul pertanyaan bagaimana peran gereja dalam
situasi saat ini dalam tindakan praksis? Karena praktik pemerintah di El-Salvador
dengan pemerintahan di Tanah Papua tidak jauh berbeda. Orang Papua dibunuh,
disiksa, dianiaya, ditanggap di seakan hak kemanusiaan ciptaan Tuhan yang mulai
tidak ada harga di mata pemerintah. Masyarakat kelas bahwa seakan musuh
pemerintah, sehingga mereka dicap pengacau kamptikmas keutuhan negara. Hal ini

2 Tesedi di https://id.wikipedia.org/wiki/Óscar_Romero, diunduh pada tanggal 27 November 29,


2019, 17:00 WIT.

3 Tersedia https://blog.nationalgeographic.org/2013/12/06/nelson-mandela-and-the-power-of-
forgiveness/ unduh pada tanggal 29 November, 2019, 10:00 WIT.

4
Ibid, Film Oscar, Romero

6
menjadi perhatian kita, apalagi gereja sebagai perwakilan Tuhan untuk
menjalankan misi-Nya, sebagai nabi dan hamda Allah.

1.2. Tujuan Masalah

Tujuan penulisan topik ini adalah “Analisa Teologi penderitaan terhadap


Konsep Teologi praksis dalam Kekristenan khususnya di Tanah Papua” adalah
memberikan wawasan postifif terhadap pengaruh Teologi sosial dan pembebasan
kepada setiap kita.. Memahami Teologi Pembebasan ditinjau dari Alkitab sebagai
otoritas yang benar di dalam kekristenan masa kini, dan memberikan tinjauan
pemahaman istilah politik praktis bagi gereja kita mengenai tindakan yang nyata.

1.3. Pokok Masalah

Pokok permasalahan adalah apa sebenarnya peran gereja terhadap konflik


sosial di Papua? Bertolak dari pandangan Oscar Romero Galdamez. Karena situasi
politik di zaman Oscar tidak memiliki perbedaan dengan situasi saat ini di Papua.
Situasi saat itu adalah kelemahan institut gereja yang lengah terhadap tindakan
praktis sosial. Penekanan kepada masa Romero oleh pemerintah adalah “gereja
tidak boleh berpolitik praktis”. Sementara umatnya mengalami penderitaan rohani
(kekuasaan komunis) maupun kekuasan pemerintah. Keberanian Oscar Romero
adalah kelepasan, kebebasan dari penderitaan umat El-Salvador, dengan pertanyaan
apa maksud kedatangan Kristus. Apa yang terjadi di Bangsa El-Salvador berlaku
juga untuk Papua. Umat Tuhan di Tanah ini mengalami penderitaan, penganiayaan
dan tindakan represif terhadap umat. Pemerintah menekankan Damai, Gereja
menekankan Damai Sejahtera,-Damai Sejahtera ini yang dimaksudkan teologi
praksis?

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah


dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

7
A. Bagaiman Gereja Bersikap terhadap gejolak Politik di Papua?

B. Apa peran gereja terhadap segala bentuk konflik?

C. Apa yang dimaksud dengan Teologi Praktis?

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Belajar Dari Film Oscar Romero?

Yang saya kemukakan dari hasil watching movie Oscar Romero adalah
beberapa hal yang tentu menjadi perenungan kita sebagai gereja yang hidup dan
institusi gereja yang berdiri atas nama umat di hadapan Tuhan. Sungguh menarik
beberapa hal yang perlu menjadi acuan kita, yakni:5

1) Oscar sebelumnya bukan pemerhati sosial, Ia seorang Katolik yang turut pada
ajaran secara kasat mata. Tetapi kemudian Oscar menjadi seorang pmeberani
yang memunculkan Teolog Sosial (memperjuangkan keadilan dan kebenaran
bagi hak hidup masyarakat).

2) Misinya menghentikan segala bentuk kekerasan aparat kepada umat Tuhan,


katanya “mereka yang dibunuh tidak boleh terulang lagi”6

3) Kemerdekaan yang diperjuangkan adalah kemerdekaan yang berakar dalam


Iman.

4) Menunjukan cinta kasih Tuhan. Dengan mengampuni, namun tegas untuk


kepentingan umatnya.

5) Uskup berusaha mencari langkah untuk tahanan politik. Salah satunya Rafel
adalah salah satu yang diculik hingga menjadi tahanan politik. Dimana Oscar
dengan berani tanpa surat yang jelas membawa keluar Rafael dari penjara. Disini
terlihat ketegasan dan pemelaan Gereja untuk tahanan Politik, karena kebenaran,
kemiskian keadilan.
5
Ibid,,; Film Ocar Romero
6
Ibid,,; Film Ocar Romero

9
6) Sikap kolonial adalah Penangkapan' penyiksaaab' pembunuhan' pembohong dan
selalu mengatakan damai. Dan mengatakan Teroris bagi pembicara keadilan.

2.2. Gereja di Larang untuk melakukan politik praksis.

Pemerintah sering lontarkan apakah gereja harus melakukan politik praktis?


Jawab Romero bagaiman saya diam jika umat saya dibunuh, di Siksa di aniayah,
“Yesus tersalib bersama Umat”7. Di lihat pemerintah seakan menutupi mulut
gereja untuk mengatakan niai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan. Satu kata
yang terungkap, dalam Film ini “ gereja temeng Pemerintah oleh anggota jemaat”.
Terlihat pemerintah sangat antusias melarang Romeo berdoa untuk kaum miskin
dan kaum pemberontak, ketimbang program pemerintah, namun jawab Romeo
tegas : Bagaimana saya memberkati keadaan jika rakyat hilang tiap saat?,
Pemerintah Pembohong)” penekanan ini adalah tekanan yang tegas penuh dengan
iman.

Kita juga belajar dari salah tokoh terkenal juga Gustavo Gutierrez8, teologi
bukanlah suatu “teori yang transenden” yang tanpa praksis, tetapi adalah
suatu refleksi kritikal, dimana teologi dapat menjawab tantangan zaman
dengan segala permasalahan sosialnya di negara Peru.9 Teologi Kristen
bukan hanya mencari otensitas dasar iman Kristiani, tetapi haruslah memiliki
praksis sebagai wujud konkret penghayatan iman. Hal ini sungguh
mendasar, bagi kita bahwa iman bukanlah sesuatu yang abcrat tetapi Iman,
sebenarnya adalah tindakan yang lahir dari refleksi iman.

7
Ibid.; Film Oscar Romero

8
Hengki Wijaya Analisa Biblika Terhadap Konsep Teologi Pembebasan Di Dalam Kekristenan,
sttjaffraymakassar@yahoo.co.id, hlm 3

9
Op,.Cit, Wijaya hlm 4

10
Berkaitan dengan dasar pendapat diatas Pdt M.Th Mawene menekankan bentuk
teologi yang dibangun di Papua adalah teologi Ekonomi, Teologi pembangunan 10.
Sebuah implikasi sistem gereja teologi kita dalam gereja. Lebih lanjut
Mawene11gereja kita pun terjerumus dalam sistem penerapan pemerintahan,
sehingga gereja nampaknya kehilangan eksistensi gereja Tuhan. Pada saat ini
negara kita malarang sistem teologi pembebasan, bagi ini adalah ketakutan pada
eksistensinya sebagai negara pancasila. Apa yang menjadi masalah bagi kita,
apakah gereja melarang politik praksis? Tentu gereja melarang politik praksis yang
memecah belah gereja.Namun apa tugasa gereja dalam dunia yang nyata. Gereja
dalam realita butuh tindakan, dimana terlibat sebagai nabi dan imam. Bukan pada
kehendak diri sendiri, melainkan kehendak Tuhan sesuai yang tertulis didalam
alkitab.

2.3. Apa Hubungan dengan Nasib Papua?

Amat saya Papua tidak jauh beda dengan nasib bangsa El-Salvador. Di Negara
El-Salvador, ketika uskup Oskar Romero bersama umatnya melawan tidakan
ketidakadilan, kekerasan dan penculikan adalah serangkaian konflik yang muncul
akibat: kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan ekonomi, agama dan
pendidikan12. mereka dibunuh, dicap separatis dan pengacau.

Serangkaian isu konflik yang berkembang di Tanah Papua adalah setidaknya


konflik Politik (Pemerintah Dan Masyarakat Papua), dan konflik Sosial antar
(suku, Ras, dan Budaya) didasarkan pada perbedaan ideologi antara (nasionalisme
Indonesia) dengan Nasionalisme Papua dan Kesenjangan pembangunan13. Tim
ELSHAM Papua menuliskan konflik di Papua dimulai sejak Deklarasi Trikora 19

10
Sebuah ceramah yang disampaikan oleh Pdt. M.Th Mawene dalam kegiatan Seminar Teologi
Pembebasan yang diselenggarakan oleh Badan pengurus Senat Mahasiswa STFT GKI I S Kijne, pada
tanggal 13 April 2019. hlm 10

11
Ibid,. Ceramah Mawene, M.Th, Hlm,10
12
Ibid.; Watching, Movie Ocar Romeo,
13
Saya sampaikan Ceramah pada KNMTI (Konsultasi Mahasiswa Teologi Di Indonesia), tanggal 29
Oktober 2019, hlm 3

11
Desember 1961 di Yogyakarta dengan menguasai Irian Jaya, dengan membubarkan
“Negara Boneka buatan Belanda”14. Karena itu konflik di Papua tidak dapat
dipungkiri karena konflik muncul akibat ketidakpuasan pelaksanaan PEPERA yang
dianggap tidak netral kepada orang Papua.

Koflik sosial ini saya rumuskan dalam beberapa hal mendasar di Tanah Papua
yakni: Berdasarkan konflik sosial budaya, dimana masing-masing budaya
mempertahankan budayanya (saling tidak menerima); sosial ekonomi, dimana
masyarakat Papua tidak mempunyai toko atau perusahaan yang layak sehingga
menempatkan mereka menjadi kelas dua dan membuat mereka cemburu, kemudian
Identitas berhubungan dengan Etnis dan Ras (antara Melayu dan Melanesia),
saling tidak menerima keberadaan. Sementara Orang Papua yang mempertahankan
identitasnya dimarjinalisasi dan didepopulasi (hak-hak hidupnya).

Perbedaan ideologi Antara pemerintah (nasionalisme Indonesia) dengan


Nasionalisme Papua15.

Di tahun ini ada beberapa hal konflik perlu menjadi perhatian kita, yakni: 1.
Pelanggaran berpendapat di muka umum. 2. Konflik Bersenjata Di Tanah
Ndugama. 3. Penghancuran Sumber Daya Alam: misalnya: 417 Penambang Emas
di Yahukimo Menyelamatkan Diri Ke Boven Digoel16 4. Konflik Rasisme (16
Agustus di Surabaya yang berujuang pada kekerasan di Wamena, Jayapura,
Manokwari, Fakfak, Deyai, dan beberapa kota di luar Papua17.

Hal ini sangat berdampak pada kehidupan gereja dan masyarakat. Karena itu
kerap Papua terkenal pula sebagai salah satu daerah yang penuh dengan masalah
sejarah masa lalu. Jika diukur dari sistem penjajahanya sudah cukup
menggambarkan kepada kita bahwa penjajahan di negara-negara Amerika Latin
memilki kesamaan dengan Papua saat ini.

14
Tim ELSHAM Papua, Potret HAM Papua, Padang Bulan Jayapura, February, 2003, hlm 8

15 Saya sampaikan dalam Ceramah pada KNMTI (Konsultasi Mahasiswa Teologi Se Indonesia), tanggal 29 Oktober
2019, hlm 3

16
Tersedia (kompas.com/read/2019/09/06); Ilegal logging. Unduh 05 Oktober 2019,
17
Erik Aliknoe, Op,Cit,’ . Hlm 4

12
2.4. Apa Peraan Gereja atas Persoalan di Papua?

Apa peran gereja? Pertanyaan ini muncul atas keluhan yang sering dilontarkan
masyarakat. Apakah gereja hadir didalam dunia untuk apa? Mengapa gereja ada
didalam dunia?. Pertanyaan-pertanyaan ini perlu ditegaskan bahwa maksud
kehadiran gereja adalah pertama: Gereja hadir untuk menghadirkan Kerajaan
Tuhan di bumi. Kedua, Gereja memiliki peran sosial sebagaimana teladan Yesus
Sang Mesias saat berkata: “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut
kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak
membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah
dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang”(Luk 4:16-19).

Gereja seharausnya terlibat dalam mewartakan nilai hidup manusia, nilai


kemanusiaan dan moral hidup. Mengapa Gereja harus terlibat mewartakan nilai-
nilai moralitas, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial? Pertama, karena
nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial adalah isi
dari Kerajaan Tuhan sebagaimana dikatakan, “Sebab Kerajaan Tuhan bukanlah
soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita
oleh Roh Kudus” (Rm 14:17). Jika Gereja mewartakan nilai-nilai moralitas, nilai-
nilai kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial. Karena nilai kemanusiaan tidak
terlepas dari gereja dalam kehidupan sisial. Gereja benar- benar menjadi, leader
bagi umat Tuhan sebagai nabi dan imam Tuhan didalam gereja dan Masyarakat.

2.5. Peran Gereja harus terlibat penuh dalam menyelesaian segala


bentuk masalah

Gereja hadir sebagai wadah pemberitaan Injil tentang kebenaran, keadilan,


pertobatan, pendamaian, pengampunan dan penyelamatan untuk semua umat
manusia. Hal ini penting dimaknai secara mendalam bahwa Yesus mendatangkan

13
transaksi adikodrati. Sebagai pembawa pendamaian dan keselamatan dilakukan
oleh dilakukan dalam pelayanan Yesus di dunia. Yesus dilahirkan untuk
mendamaikan dunia (2 Kor 5:19) “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-
Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami”. Maka hal yang amat
penting bagi saya, untuk menyelesaikan konflik Papua, gereja-gereja di Papua
sudah harus memulai dengan sikap kasih, kejujuran dan pengampunan, tanpa
memandang suku, ras, budaya dan agama karena konteks di Papua rata-rata
jemaatnya adalah universal, dari perbagai golongan masyarakat ada. Tugas gereja
adalah menyelesaikan segala bentuk konflik dengan cara damai, secara netral.
Sementara sikap pemerintah tidak peduli, bahkan direspon dengan kekerasan
terhadap umat Tuhan. Contoh: Surat Gembala yang disampaikan kepada
Pemerintah agar mengedepankan, pendekatan humanistik, dialog Jakarta - Papua,
dan pemenuhan hak, untuk menyelesaikan pelanggaran HAM dan perlindungan
terhadap aktivis HAM, belum juga direspons sampai saat ini. Ini menandakan ada
masalah. Di sisi lain pemerintah tidak memercayai Gereja.18 Sementara dalam
gereja kita perlu evaluasi tentang, konsep damai, konsep kasih, dan konsep
pemberitaan Injil, karena bagi saya tidak memberikan sebuah jawaban yang
konstruktif atas pertanyaan-pertanyaan dari jemaat. Bertolak dari teologi yang
dikembangkan di kampus dan gereja GKI adalah Teologi Kontekstual. Maka gereja
seharunya terlibat penuh dalam persoalan-persoalan yang dihadapi, karena Yesus
yang kita sembah adalah Yesus yang nampak, Yesus yang beraksi, Yesus yang
menyelamatkan dan Yesus yang menderita untuk menyelamatkan manusia yang
berdosa. Karl Marx (1886)19 Agama berkembang menjadi alat justifikasi kelas.
Pada akhirnya ajaran agama yang bersifat monastik dan sakral justru berkembang
menjadi entitas profan dengan menempatkan para agawan sebagai penjaga
kekuasaan penguasa dengan mengikat pemahaman moral masyarakat secara

18
Surat-Surat Gembala dari Forum kerja Oikumenis Gereja-gereja di Tanah Papua. Abepura :
Deyai.2018.

19
Walisongo, Volume 22, Nomor 1, Mei 2014, hlm136

14
dogmatik.20 Dalam teori marxisme menekankan bawa sebenarnya agama adalah
alat penindasan bagi manusia. Bagi saya awal munculnya teologi kebahagiaan,
mempertahankan kelas penguasa, dan agamawan itulah yang muncul teologi
pembebasan, pengharapan dan teori sosial.

Konsep Marxicme memberikan sebuah gambaran tentang konsep nabi dan


Imam. Gereja tidak bisa hanya menjadi imam didalam gereja, hanya
mempersembahkan korban-dan korban, tanpa melihat keluar. Tetapi gereja harus
menjadi Nabi Tuhan, melihat jemaat dan pemerintah. Gereja bukan tameng
pemerintah, yang hanya ikut maunya pemerintah, tetapi eksistensi gereja
seharusnya adalah wakil Allah, menyamapikan maunya Tuhan melalui Firman-
Nya. Gereja diam maka umat tertidas oleh penguasa, gereja bergerak, gereja
menjadi musuh pemerintah. Kekuasaan sebagai bentuk penguasaan terhadap yang
lain jelas melawan hak asasi, keadilan, cinta kasih. Kekuasaan semacam itu berada
dalam lingkup kegelapan dan merupakan pengambilbagian dalam kekuasaan setan
yang merupakan praksis dunia zaman sekarang. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan
Allah, di mana kekuasaan dan otoritas pelayan kasih dan keadilan terhadap sesama
dan dilakukan dengan semangat pelayanan sebagaimana ditunjukkan oleh Yesus
(Luk 22:26). Maka gereja harus berdiri pada otoritas dan kehendak Allah dan
terlibat dalam persoalan sosial masyarakat. Dasar keterlibatan Gereja di dalam
dunia mengenai masalah sosial diletakkan pada hubungan pribadinya dengan
Kristus yang diimani sebagai Tuhan dan Kristus. Yesus mewartakan pertobatan dan
sekaligus memberi perhatian kepada orang miskin, cacat, lumpuh, buta (Luk 14:12-
14). Perhatian itu bahkan dianggap sebagai pilihan dasar hidup-Nya untuk hadir
bersama mereka. Ia hadir untuk memenuhi kehidupan nyata mereka yang lapar,
asing, telanjang, sakit, dipenjara (Mat 25:31-46). Panggilan menjadi pengikut
Kristus berarti panggilan untuk terlibat seperti Yesus, mendahulukan orang miskin
dan terlantar, sebagaimana diperlihatkan oleh Gereja Perdana.

NampaknyaLawan kata dari Damai adalah kacau. Kacau antara dua kelompok
yang bertikai, kelopok penguasa dan masyarakat. Oleh karena itu kedatangan

20
Ted Sprague, “Pendahuluan pada Sumbangan untuk Kritik terhadap Filsafat Hak Hegel”, https://
www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1844/PendahuluanSumbangan.htm, diakses pada tanggal 27
Maret 2014.

15
Kristus diwarnai dengan kedamaian. Yesus Lahir untuk memberikan Kebebasan,
Kaadilan dan kedamaian bagi semua kaum,suku bangsa. Karena melalui kedamaian
tercipta kesejahteraan. Namun kesejahteraan itu harus terwujud melalui keadilan.
Kesejahteraan dan kedamaian tanpa keadilan adalah mustahil. Serangkaian Konflik
di Papua dipicu oleh kesalahan konsep damai yang dibangun. Saya maksudkan
disini konsep Damai Papua dengan pemekaran, Pembangunan ekonomi,
insfrastruktur dan pemberdayaan masyarakat dan gereja tidak akan ada ujungnya,
adalah mustahil terwujud, sebab kerinduan orang Paapua bukan kesejahteraan yang
diimpikan oleh pemerintah. Untuk menciptakan Papua Tanah Damai adalah dengan
menyelesaikan akar persoalan, politik, ekonomi, sosial dan kemanusiaan. Tanpa
melibatkan unsur kekuasaan. Karena saya percaya Raja Damai Yesus Kristus
sungguh menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan dan perdamaian.

2.3. Tidakan apa yang Harus diBangun Gereja-gereja Di Papua?

Berkaca dari sabda dan ajaran serta teladan Yesus, para rasul Yesus serta
keberanian Yohanes Pembaptis, maka Gereja di mana di dalamnya terdiri dari
pendeta, pastor dan umat Tuhan harus menyuarakan nilai-nilai moral, nilai-nilai
kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial yang bersumber dari sabda dan ajaran
Yesus Sang Mesias. Penting sekali kita lihat satu kekhasan dari Gereja Konsili
Vatikan II adalah evaluasi terhadap dirinya yang berangkat dari sudut pandang
dunia luar, gereja tidak bisa berada pada masalahnya sendiri, tetapi gereja harus
membuka diri, karena dengan membuka diri dengan dunia luar Gereja bersolider
dengan masyarakat dan berdialog (terus-menerus) dengan masyarakat. Gereja sadar
bahwa masyarakat dengan segala harapan dan permasalahannya merupakan tempat
di mana Allah menyatakan diri-Nya dan hadir dalam realitas insani. Maka,
penyataan diri Allah itu harus dicari dan ditanggapi dalam terang iman. Dunia
adalah panggung sejarah manusia. Dunia menjadi medan berbagi cinta sebagai
sesama manusia. Jika nilai-nilai tersebut diwartakan dengan benar, maka secara
tidak langsung pasti akan bersentuhan dengan kekuasaan politik dan konstelasi
politik sebagaimana dikatakan DR. J. Verkuyl (alm) sbb: “Di dunia ini gereja

16
adalah nabi (Tuhan)21. Gereja telah ditugaskan untuk memberitakan Hukum
(Tuhan) dan Injil kepada jemaat Kristus dan dunia. Jika hal ini dilakukannya
dengan setia dan sunguh-sunguh, maka itu berarti bahwa kehidupan masyarakat
dan tata negara dihadapmukakan dengan perintah-perintah Tuhan. Gereja Yesus
Kristus tidak menerima panggilan untuk melakukan pemberitaan politik. Tetapi
jika gereja sungguh-sungguh memberitakan Firman Tuhan tanpa dikurangi
sedikitpun, maka pemberitaannya itu akan menyinggung juga kehidupan politik
dan juga menyinggung juga para pemerintah”22

Jadi kehadiran Kristus untuk membela keadialan, kebebasan, perdamaian. Untuk


membebaskan, menyelamatkan semua ciptaa-Nya. Apa yang harus kita lakukan?
Kita harus mengasihi musuh kita. Yesus mengajar kita untuk berdoa bagi
mereka (Lihat Lukas 6:27-36). Saat kita berada pada kondisi yang tidak nyaman
ini, oleh karena permusuhan, peperangan yang ada di tanah cendrawasih ini,
bahkan juga jika-hal benar semakin menyurut, hal in tidak mungkin kita berdoa dan
mengasihi musuh kita.Gereja harus Ikut merasakan penderitaan umat.Iman
bukanlah sebuah omongan suci. Gereja harus ada untuk mengatakan cukup, untuk
penindasan dan penganiayaan.

21
DR. J. Verkuyl Etika Kristen: Ras, Bangsa, Gereja dan Negara,Jakarta: BPK Gunung Mulia 1982, hal
256).

22
Op.Sit, hlm 155

17
BAB III

PENUTUP

A. Tanggapan Praktis.

Belajar dari Pastor Romeo. Romeo berperan penting dalam kasus,


penempakan, pembunuhan, penyiksaan, penangkapan dan penculikan. Romeo
memakai Toga, hadir sebagai pimpinan gereja yang ikut merasakan kesediahan, air
mata, mengalami penderitaan, terkurung dalam tahanan, dan membela keadilan.
Perkataan Romeo yang terkenal “Kalian tidak menderita sendiri. Dia (Yesus)
tersalib dalam dirimu, sakit dan penderitaan adalah kebebasan Salvador”. Perkataan
ini menggugah hati orang-orang El-Salvador dan merasakan kehadiran gereja untuk
orang-orang tertindas dan tertawan.

Karl Max memberi perhatian pada penilaian kekuasan Agana yang sering
menjadi penguasa dan menindas masyarakat. Maka gereja saat ini perlu
membangun ide yang cemerlang, gereja hadir sebagai utusan Allah untuk berbicara
dan membela hak-hak ekonomi, politik dan sosial umat. Gereja bukan tempat
berbisnis. Gereja bukan tempat pertunjukan pembangunan (itu tugas pemerintah),
gereja bukan juga tempat cari nyaman. Namun gereja tempat memberitakan Injil.
Injil Yesus Kristus di kabarkan. Berita tentang kenabian disampaikan, pembebasan
diberitakan, anugerah keselamatan disampaikan kebenaran diberitakan, kedamaian
dan pengampunan diberitakan. Tempat menderita (Yesus pun menderita), tempat
bermiskin, bersakis, melayani, mengayomi dan bukan tempat bisnis murahan.
Mengapa karena Yesus mewartakan pertobatan dan sekaligus memberi perhatian
kepada orang miskin, cacat, lumpuh, buta (Luk 14:12-14).Ia hadir untuk memenuhi
kehidupan nyata mereka yang lapar, asing, telanjang, sakit, dipenjara (Mat 25:31-
46). Panggilan menjadi pengikut Kristus berarti panggilan untuk terlibat seperti
Yesus, mendahulukan orang miskin dan terlantar, sebagaimana diperlihatkan oleh
Gereja Perdana.

Mari bersama umat kita belajar sesuatu yang sulit. Akar masalah Papua adalah
kita. Gereja berjuang untuk kebebasan. Mereka menyiksa. Kami semua manusia.
Gereja melawan pemerintah yang tidak adil adalah bagian dari perjuangan.

18
Membuat orang bermartabat. Misi gereja adalah membuat sama seperti para
miskin. Stop penindasan. Dan Stop pembanguan moral gereja tanpa makna.

B. Komitmen.

Dari ulasan diatas,saya mengambil komitmen sebagai misi utama saya


terhadap persoalan di Papua adalah

1. Mau belajar banyak hal tentang teologi pembebasan, sosial, pembaharuan


sosial, ekonomi dll.

2. Memberi perhatian penuh sebagai mahasiswa teologi, apa maunya Tuhan bagi
saya dan tanah Papua ini.

3. Menulis banyak hal tentang resolusi, perdamaian dan pembebasan dalam


konteks Papua.

4. Berbicara jujur dan menegur tentang ketidakadilan dan kesalahan tafsir kaum
agamawan di Tanah ini.

Empat hal ini menjadi komitmen saya, kiranya pembaca dapat memberikan
masukan dan motivasi serta dukungan untuk mengembangkan teori kebebasan
dalam konteks Papua.

Salam kebebasan: Kita Papua – Papua itu Kita

Kerja Bersama untuk isi kemerdekaan Papua dengan bijaksana – MERDEKA !

TUHAN memberkati kita semua Wa wa Wa Wi wao!

19
DAFTAR PUSTAKA

Papua, ELSHAM, 2003. Potret Hak Asasi Manusia (HAM) Papua, Jayapura:
ELSHAM Papua,

Serial Memoria Passionis No 37, 2019. Jayapura: SKPKC Fransican Papua,

Surat-Surat Gembala dari Forum kerja Oikumenis Gereja-gereja di Tanah


Papua. 2018. Abepura : Deyai.

Verkuil Etika Kristen: 1982 Ras, Bangsa, Gereja dan Negara,Jakarta: BPK
Gunung Mulia

CERAMAH:

1. Sebuah ceramah yang disampaikan oleh Pdt. M.Th Mawene dalam kegiatan
Seminar Teologi Pembebasan yang diselenggarakan oleh Badan pengurus Senat
Mahasiswa STFT GKI I S Kijne, pada tanggal 13 April 2019.

2. Pada Ceramah KNMTI (Konsultasi Mahasiswa Teologi Di Indoensia), Erik


Aliknoe tanggal 29 Oktober 2019 di Tobelo,

ONLINE

1. Tesedi di https://id.wikipedia.org/wiki/Óscar_Romero, diunduh pada tanggal


27 November 29, 2019, 17:00 WIT.

20
2. Tersedia (kompas.com/read/2019/09/06); Ilegal logging. Unduh 05 Oktober
2019,

3. https://blog.nationalgeographic.org/2013/12/06/nelson-mandela-and-the-
power-of-forgiveness/ unduh pada tanggal 29 November, 2019, 10:00 WIT.

4. Ted Sprague, “Pendahuluan pada Sumbangan untuk Kritik terhadap Filsafat


Hak Hegel”, https:// www.marxists.org/indonesia/archive/marx-
engels/1844/PendahuluanSumbangan.htm, diakses pada tanggal 27 Maret
2014.

WATCHING FILM:

Film, Oscar Romero, pada tanggal 26 pada jam kuliah Teology Kontektual,
07:45 WIT.

JURNAL:

1. Hengki Wijaya Analisa Biblika Terhadap Konsep Teologi Pembebasan Di Dalam


Kekristenan, sttjaffraymakassar@yahoo.co.id,

2. B u l e t i n I J I V o l 3 / D e s e m b e r 2015 Teguh Hindarto

3. Walisongo, Volume 22, Nomor 1, Mei 2014, hlm136

21

Anda mungkin juga menyukai