Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan Sakramen

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Jonathan Pakpahan
Tugas Sidi

Halaman 1 dari 14
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................3

Bab 1 Pendahuluan........................................................................4
A.Latar Belakang............................................................................4
B.Rumusan Masalah......................................................................4
C.Tujuan..........................................................................................4

Bab 2
Pembahasan...................................................................................5
1.Pengertian Sakramen..................................................................5
2.Perkembangan Sakramen Gereja...............................................7
3.Pembagian Sakramen Protestan ..............................................11

Bab 3 Penutup................................................................................14

Halaman 2 dari 14
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul
“PERKEMBANGAN AJARAN SAKRAMEN”

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan untuk membaca lebih baik makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang bermanfaat. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembibing pelajar sidi
saya Inang Bibel Pro yang sudah membibing saya dengan baik.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Berampu, 24 Agusutus 2019

Penulis

Halaman 3 dari 14
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah sakramen biasanya dilakukan seorang Pastor atau Pendeta kepada
sang penerima, dan umumnya dipercayai melibatkan hal-hal yang tampak
maupun yang tak tampak. Komponen yang tak tampak diyakini adalah
rahmat Tuhan yang sedang bekerja di dalam para peserta sakramen,
sementara komponen yang tampak melibatkan penggunaan air,anggur atau
minyak yang sudah diberkati.
Sakramen adalah tanda atau jaminan memperoleh keselamatan. Namun
bukan hanya tentang keselamatan tetapi juga secara fungsional, sakramen
adalah sebuah alat karunia yang menyatakan kasih Allah untuk
memperteguh kepercayaan/iman. Di sisi yang lain Pendampingan Pastoral
sendiri juga memiliki fungsi yang sama yaitu menyokong/menopang
sekaligus untuk mengutuhkan mereka yang sedang bergumul dengan
kehidupannya baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat
dan lingkungan.
Sakramen adalah tanda yang kelihatan dari Anugerah Tuhan yang diterima
melalui iman;Mat28:19;Mark16:15-16;Mat26:26-28;Mark14:22-
25;Luk22:15-20 dan 1Kor11:17-34.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sakramen?
2. Bagaimana perkembangan sakramen pada gereja?
3. Bagaimana pembagian Sakramen dalam Gereja Protestan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sakramen dengan baik.
2. Untuk mengetahui perkembangan sakramen pada gereja protestan.
3. Untuk mengetahui pembagian Sakramen dalam Gereja Protestan.

Halaman 4 dari 14
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Sakramen
 Berdasarkan Etimologi
Sakramen berasal dari bahasa Latin 1 Sakramentum, artinya
"membuat suci, penggunaan suci, mempersembahkan kepada dewa-
dewa"; 2 Musterion, "ketetapan-ketetapan yang diberikan tekanan atau
perhatian khusus”(vulgata), berarti, ketetapan yang Yesus berikan
tekanan khusus); Kedua kata tersebut dalam budaya Helenis, dipakai
sebagai:
1. Uang muka yang dibayar dua belah pihak yang mengadakan perkara di
pengadilan; sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa pihak yang
kalah sudah membayar kepada pengadilan semua ongkos perkara. Uang
tersebut tidak akan dikembalikan sebagai uang jaminan;
2. Sumpah tentara kepada panglima. Seorang prajurit tetap setia kepada
panglimanya, bahkan sampai mati demi bangsa dan negaranya.
Sakramen (sacrament), dengan kata sifat sakramental ( sacramental),
dalam konteks tertentu dianggap sebagai suatu ritus agama Kristen yang
mana merupakan perantara (penyalur) rahmat dari Allah. Kata
“sakramen” berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang akar katanya
sacr, sacer, sacrare.6 Kata sacrare berarti menyucikan, menguduskan,
atau mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau
kudus, yang secara umum berarti "menjadikan suci". Salah satu contoh
penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan uang muka yang
dibayar dua belah pihak yang mengadakan perkara di pengadilan;
sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa pihak yang kalah sudah
membayar kepada pengadilan semua ongkos perkara. Uang tersebut
tidak akan dikembalikan. Pengertian lain juga sebutan untuk sumpah
bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian
digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam
pengertian sumpah tadi.7 Selaras dengan dalamnya makna yang
dikandungnya, Gereja-Gereja Timur biasa menyebut Sakramen dengan
sebutan"Misteri" atau "Misteri Suci".

Halaman 5 dari 14
Orang Kristen pada abad kedua, menerjemahkan kata Yunani
mustήrion (musterion = misteri) dari kata muw (muo = menutup mulut
dan mata). Pengertian misteri ini mengacu pada dua ciri pokok yakni:
menunjuk pada tegangan dinamik antara Yang Ilahi dan yang manusiawi
dan menunjuk pada sejarah penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
Pada abad kedua hingga abad keempat, pengertian mysterion-
sacramentum masih melanjutkan gagasan makna mysterion biblis yang
memuat dua ciri pokok tadi. Namun, pada abad kedua hingga abad ketiga,
penggunaan mysterion dan sacramentum masih cukup rancu dan tidak
seragam.

 Berdasarkan Gereja Mula Mula


Gereja mula-mula, memberikan makna dan isi baru tentang sakramen (di
dalamnya menyangkut sakramen dan mysterion), sakramen juga berarti
tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia untuk
menguduskan manusia, sehingga maknanya adalah:
1Suatu kesepakatan antara manusia dengan Tuhan Allah. Sehingga dengan
menerima Sakramen, seseorang berjanji untuk hidup setia kepada Yesus
Kristus.
2.Sebagai sumpah kesetiaan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus.
3.Menurut Agustinus, salah seorang dari "bapa-bapa gereja", sakramen
berarti:
a.Tanda-tanda yang kelihatan dari yang tidak kelihatan dari suatu hal suci;
atau wujud yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan; Firman yang
kelihatan.
b.Tanda dan materei yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan
Allah, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dijanjikan-Nya supaya iman
kita dikuatkan,
c.Ditetapkan Tuhan Allah untuk menguatkan persekutuan sesama anak-
anak Allah. Sakramen memberikan anugerah dan menguduskan
seseorang. Cara untuk mempersatukan seseorang [manusia] dengan
Kristus, dan mempertahankan persatuan itu.

Halaman 6 dari 14
2.Perkembangan Sakramen Gereja
Fr. Hardon membagi sejarah perkembangan Adorasi sakramen Mahakudus
dalam beberapa periode, yaitu:
1. Zaman para Rasul sampai awal Abad Pertengahan
2. Zaman Abad Pertengahan sampai Konsili Trente
3. Perkembangan Adorasi Ekaristi

1. Zaman para Rasul sampai awal Abad Pertengahan


Di zaman para Rasul, kepercayaan akan kehadiran Kristus secara nyata di
dalam Ekaristi bertumbuh dari ajaran para Rasul, terutama, dari Rasul Paulus
dan Rasul Yohanes. Mereka mengajarkan bahwa Ekaristi adalah Yesus Kristus
yang secara nyata melanjutkan misi penyelamatan-Nya di antara umat
manusia. Rasul Paulus dalam suratnya menegur jemaat di Korintus, yang
melakukan pemecahan roti dengan cara yang menimbulkan perselisihan,
padahal seharusnya Ekaristi adalah tanda yang indah untuk kasih Agape
, yang mempunyai efek mempersatukan Gereja sebagai satu tubuh
.Rasul Yohanes menyampaikannya begitu eksplisit hingga banyak di antara
para murid-Nya saat itu, yang menganggap ajaran itu sulit untuk diterima,
sehingga mereka meninggalkan Dia. Setelah abad pertama berakhir, St.
Ignatius dari Antiokhia menulis surat yang memperingatkan Gereja terhadap
ajaran sesat Gnosticism, yang tidak percaya akan kehadiran Kristus dalam
Ekaristi. Iman akan kehadiran Kristus dalam Ekaristi menyebabkan banyak
rahib di abad-abad pertama (sampai pertengahan abad ke-3) menyimpan
Ekaristi di ruang sel mereka, di gua-gua, sebagaimana terjadi di Gereja Timur,
yaitu di Palestina dan Mesir. Di abad kedua, para Paus telah mengirimkan
Ekaristi kepada para uskup sebagai tanda kesatuan iman dan pada kesempatan
tertentu, para Uskup melakukan hal yang sama kepada para imam di bawah
kepemimpinan mereka.
Setelah Konsili Nicea (325 Masehi), Ekaristi mulai disimpan di gerejagereja dan
biara-biara. Alasan utamanya adalah agar dapat disimpan bagi orangorang
sakit dan yang sedang mengalami ajal, maupun untuk perayaan lainnya. Maka
kesakralan Ekaristi sudah diakui dan tempat penyimpanannya pun khusus agar
terhindar dari bahaya profanasi.
Sekitar tahun 800-an, Sakramen disimpan di gereja di dekat altar itu sendiri.
Praktek menyimpan Ekaristi di biara-biara adalah kebiasaan yang universal

Halaman 7 dari 14
sehingga tidak ada bukti yang menyatakan hal yang sebaliknya, bahkan sejak
sebelum tahun 1000.
Referensi tentang Sakramen tertulis dalam riwayat St. Basilius (wafat 379).
Dikatakan bahwa St. Basilius membagi Hosti Ekaristi menjadi 3 bagian, bagian
pertama dimakannya, bagian kedua diberikannya kepada rekan imamnya, dan
bagian ketiga ditempatkannya di tempat emas berbentuk burung merpati yang
digantung di atas altar.
Menjelang akhir abad ke-11, Revolusi menghantam Gereja ketika Berengarius
(999-1088), seorang pemimpin di Angers, Perancis, secara publik menolak
bahwa Kristus secara nyata dan secara fisik hadir dalam rupa roti dan anggur.
Begitu seriusnya kasus ini, sehingga Paus Gregorius VII memerintahkan
Berengarius untuk menarik kembali ajarannya. Ini adalah pernyataan definitif
pertama Gereja tentang apa yang selalu dipercaya, dan tidak pernah secara
serius ditentang. Paus Gregorius VII sendiri adalah seorang rahib yang menjadi
Paus, yang imannya akan Sakramen Mahakudus telah dipupuk selama
bertahun-tahun dalam biara Benediktin.
Gereja-gereja di Eropa mengalami apa yang disebut dengan Eucharistic
Renaissance. Saat itulah ditetapkan adanya prosesi-prosesi Sakramen
Mahakudus, rumusan doa-doa yang adorasi. St. Fransiskus Asisi juga
merupakan orang kudus yang mempunyai devosi kepada Kristus dalam
Sakramen Mahakudus.
Paus Urbanus IV di tahun 1264 kemudian menetapkan perayaan Tubuh Kristus
(Corpus Christi). Paus Urbanus IV menugaskan St. Thomas Aquinas untuk
menyusun Ibadah Harian untuk perayaan Corpus Christi, untuk diperingati
setiap tahun di hari Kamis setelah hari Minggu Tritunggal Mahakudus. Tiga lagu
karangan St. Thomas Aquinas adalah:
1. O, Salutaris Hostia: doa penyembahan/ adorasi kepada Kristus, Kurban

yang menyelamatkan yang membuka pintu Surga bagi manusia.


2. Tatum Ergo Sacramentum: doa Adorasi kepada Sang Sabda yang

menjadi manusia, di mana iman menopang apa yang tidak dapat


dirasakan oleh perasaan.

Halaman 8 dari 14
3. Panis Angelicus, doa Adorasi kepada Sang Santapan Rohani, ketika

mereka yang rendah hati memperoleh makanannya oleh Tuhan yang


menjelma menjadi manusia.
2. Zaman Abad Pertengahan sampai Konsili Trente Sebelum Konsili Trente
1. Di abad ke-14, saat berkomunikasi dengan uskup Armenian yang

memohon bantuan subsidi, Paus Klemens IV menanyakan apakah


mereka mengakui iman Katolik yang penuh.
2. Dua puluh tahun kemudian Paus Gregorius XI menentang pandangan

yang menganggap bahwa Kristus tidak tetap hadir dalam Ekaristi,


ketika rupa Ekaristi diperlakukan dengan tidak hormat.
3. Terhadap pandangan Calixtines di abad ke-15, Konsili di Constance

memutuskan untuk “menyatakan, mendekritkan dan menentukan”,


sebagai artikel iman bahwa, “Keseluruhan Tubuh dan Darah Kristus
benar-benar terkandung di dalam rupa roti saja dan di dalam rupa
anggur saja.” Definisi ini ditegaskan oleh Paus Martinus V (1
September, 1425).
Konsili Trente
Di abad ke-16, seluruh ajaran iman Katolik tentang Ekaristi Kudus ditentang
oleh para Reformer Protestan. Sebagai konsekuensinya, Konsili Trente
membahas mengenai hal ini secara menyeluruh.
Konsili Trente mengajarkan, “Putera Allah yang Tunggal adalah untuk
disembah di dalam sakramen Ekaristi, dengan penyembahan termasuk
secara eksternal (kelihatan). Karena itu, sakramen adalah untuk dihormati
dengan perayaan yang luar biasa dan dengan agung dibawa dari tempat ke
tempat dalam prosesi menurut ritus dan kebiasaan universal yang layak
dari Gereja yang kudus.
Sakramen Ekaristi adalah untuk diperlihatkan secara publik agar dapat
disembah.” Pernyataan ini disetujui oleh Paus Yulius III (11 Oktober 1551),
dan menjadi dasar bagi ajaran dan kemajuan devosi kepada Sakramen
Mahakudus.

Halaman 9 dari 14
3. Perkembangan Adorasi Ekaristi
Sebelum akhir abad ke-16, Paus Klemens VIII di tahun 1592, yang
mengeluarkan dokumen historis yang disebut Quarant Ore (Empat puluh
jam).
Devosi ini mencakup 40 jam doa tanpa henti di hadapan Sakramen
Mahakudus. Doa ini dilakukan tanpa henti sehingga di gereja-gereja yang
berbeda (yang ditentukan oleh Paus) pada hari-hari tertentu, dilakukan
devosi 40 jam, Sekitar seabad kemudian, di tahun 1731, Paus Klemen XIII
mengeluarkan instruksi yang lebih detail tentang devosi tersebut, yaitu
bahwa:
1. Sakramen Mahakudus ditempatkan terekspos di altar tinggi (high altar).
2. Patung-patung, relikwi dan gambar-gambar yang ada di sekitar altar
agar digeserkan atau diselubungi dengan kain.
3. Hanya klerus yang dapat melayani eksposisi Sakramen Mahakudus di
altar tersebut.
4. Harus ada penyembah yang hadir tiada terputus di hadapan Sakramen
Mahakudus, dan harus melibatkan imam, atau klerus dari ordo yang
utama.
5. Tidak boleh ada Misa yang dilakukan di altar eksposisi tersebut.
Secara berangsur-angsur, devosi 40 jam ini tersebar ke seluruh dunia.
Kebiasaan penyembahan ini telah ada sejak abad ke-4, umumnya dilakukan
delapan hari setelah Baptisan. Jadi telah lama sebelum ditentukannya
perayaan Corpus Christi, kebiasaan menyembah sakramen Mahakudus
telah dilakukan baik oleh para religius maupun awam. Walaupun sudah
sejak lama tradisi penyembahan Sakramen Mahakudus ini dikenal, namun
dapat dikatakan bahwa baru sejak Konsili Trente, penyembahan abadi ini
berkembang mendunia.
Para reformer Protestan di Inggris yang di abad ke-16 menentang kehadiran
Kristus dalam Ekaristi, tiga abad kemudian kembali menyakini kehadiran
Kristus dalam Ekaristi, sebagaimana dipelopori oleh the Anglican Sisterhood
of St. Margaret (1854).

Halaman 10 dari 14
3.Pembagian Sakramen Protestan
Dalamm gereja Protestan, hanya diakui dua sakramen, yaitu Baptis
dan Perjamuan Kudusi. Sakramen Ekaristi dalam ajaran Protestan juga tidak
dilakukan setiap hari Minggu, namun hanya pada perayaan hari-hari besar
saja.1

 Sakramen baptisan kudus

Arti Baptisan,; (Yunani), Baptizo, dimandikan, dibersihkan, atau


diselamkan; Roma 6: 1- 14, mati dan bangkit di dalam Kristus;
Melambangkan bahwa manusia mati terhadap dosa bersama dengan
Kristus, dan dibangkitkan untuk suatu hidup baru. Karena manusia
dilahirkan kembali oleh air dan Roh Kudus, Yoh 3:5. Dan hidup baru
tersebut menunjukkan kita dibersihkan dari dosa.
Mengapa orang percaya harus dibaptiskan:perintah Tuhan Yesus, Mat. 28:
19 “pergi dan jadikan semua bangsa murid Tuhan, baptis dalam nama Bapa,
Anak, dan Roh Kudus, mengajar Firman Allah untuk menjadi murid Tuhan ;
untuk masuk dalam keluarga umat kudus kepunyaan Allah, I Pet. 2: 9 -10;
menerima warisan janji Tuhan Allah kepada Bapa Orang Beriman, Kisah
2:39. Melalui baptisan ini orang yang telah percaya bersaksi kepada orang
lain bahwa dirinya sudah percaya pada Tuhan Yesus Kristus.

Cara Baptisan Kudus:

Pertama: Menyiramkan, baptisan ini dilakukan dengan menyiramkan air ke


kepala yang menerima baptisan dengan satu keyakinan, bahwa air itu
bukanlah air biasa, melainkan air yang berisikan Firman dan Titah Allah yang
telah dikuduskan. Bukan karena air itu si penerima baptisan mendapat
Keselamatan dari keampunan dosa, melainkan Firman Tuhan itu, maka
baptisan itu menyelamatkan.

Kedua: Memercikkan, baptisan ini dilakukan dengan memercikkan berulang


kali ke atas kepala yang menerima baptisan. Baptisan seperti ini biasanya
dilakukan dalam gereja Katolik dan gereja Ortodok

Ketiga: Menyelamkan, biasanya orang yang dibaptis diselamkan di dalam


kolam air, di sugai dan sejenisnya secara langsung, ini mengikuti baptisan

Jonathan Pakpahan|jonathanpakpahan80@gmail.com

Halaman 11 dari 14
tradisi Yahudi yang dilakukan Yohanes dan Petrus di sugai dan umumnya
dilakukan oleh Pentakosta dan Kharismatik.

Seorang dewasa -yang tadinya bukan Kristen- yang dibaptisan [baptisan


dewasa] berdasarkan pengakuan imanya serta penyerahan diri secara
pribadi kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan juga ia
harus meninggalkan imannya yang lama agar memperoleh iman yang baru,
dalam arti menjadi serta masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan Allah
yang menyatakan DiriNya dalam Yesus Kristus

 Sakramen Perjamuan Kudus


Sakramen ditetapkan Tuhan Yesus untuk menguatkan dengan sesama
orang percaya, seluruh umatNya, atau segenap keluarga Allah, di semua
tempat dan segala zaman. Karena seseorang masuk ke dalam perse-
kutuan keluarga Allah atau Jemaat sebagai anak-anak Allah melalui
Baptisan. Dalam perse-kutuan tersebut, kita merayakan Perjamuan
Kudus berarti makan bersama dari satu roti yaitu Tubuh Kristus, sebagai
tanda kesatuan dalam Tubuh Kristus.
Gereja Mula-mula atau orang-orang yang menjadi percaya setelah
peristiwa Pentakosta setiap hari berkumpul untuk memecahkan roti,
yaitu Perjamuan Kudus, Kisah 2:42. Apa yang mereka lakukan ini diimani
sebagai perintah dari Tuhan Yesus. Gereja melakukan atau
melaksanakan Perjamuan Kudus sebagai peringatan terhadap
penderitaan -dan juga kematian serta kebang-kitan- yang Tuhan Yesus
alami, sampai Ia datang kedua kali, 1 Kor 11:28.

Makna Roti dan Anggur dalam Perjamuan Kudus :


1.Roti melambangkan Tubuh Kristus, meng-ingatan dan memperingati
tubuh Yesus yang disalibkan. Makan tubuh Kristus dalam arti -kita-
dipersatukan dengan Dia, dengan menerima apa yang dilakukan-Nya
bagi manusia, Yoh 6:48-58. Makan roti mengingatkan bahwa Yesus
menjadi manusia supaya tubuh manusiawi itu disalibkan. Ia menderita
dan mati serta bangkit, untuk menciptakan Tubuh baru, yaitu jemaatNya

2.Anggur melambangkan darah Kristus yang ditumpahkan untuk


menyucikan dosa-dosa manusia. Darah ditumpahkan pada/dari tubuh
Yesus yang terpaku di kayu salib untuk pengam-punan atau
penghapusan dosa seluruh manusia. Darah yang adalah hidup,
ditumpahkan agar memberi hidup kekal bagi manusia. Minum anggur -
pada/dari cawan- pada Perjamuan Kudus, mengingatkan -kita- bahwa

Halaman 12 dari 14
Yesus sendiri telah minum cawan murka Tuhan Allah yang seharusnya
diterima manusia

Sikap pada Perjamuan Kudus:

 Berusaha untuk hadir, karena Tuhan Yesus sendirilah yang mengundang


untuk datang pada meja perjamuan

 Mempersiapkan diri untuk hadir. Menyelidiki dan mengaku dosa,


berdamai dengan sesama manusia, serta mohon pengampunan dari
Tuhan Allah. Kita datang ke hadapan Tuhan Allah sebagai orang yang
berdosa yang sudah ditebus oleh Kristus

 Dengan makan dan minum pada meja Perjamuan Kudus, ini berarti ada
suatu penyerahan diri kepada Tuhan Allah. Karena Yesus telah
menyerahkan Diri-Nya sebagai ganti manusia, maka setiap menghadiri
Perjamuan Kudus menunjukkan bahwa seseorang mau menjadi
persembahan yang hidup dan berkenan kepada Tuhan Allah, Roma 12:1-
2

Halaman 13 dari 14
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Sakramen berasal dari bahasa latin yaitu sakramentun(kata yang
dipergunakan dalam perjamuan kudus.

2.Perkembangan Sakramen Gereja ada 3 yaitu Zaman abad


pertengahan sampai konsili Trente Sebelum Konsili Trente dan
Perkembangan Adorasi Ekaristi.

3.Pembagian Sakramen Protestan yang diakui hanya 2 yaitu Sakramen


Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan Kudus.

B.Saran
Kita sudah seharusnya mengetahui tentang pengertian sakramen
dalam Protestan,sejarah perkembangan sakramen serta pembagian
sakramen dalam Gereja Protestan.Jadi saya telah merangkum itu
ditugas saya ini.

Halaman 14 dari 14

Anda mungkin juga menyukai