D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Jonathan Pakpahan
Tugas Sidi
Halaman 1 dari 14
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................3
Bab 1 Pendahuluan........................................................................4
A.Latar Belakang............................................................................4
B.Rumusan Masalah......................................................................4
C.Tujuan..........................................................................................4
Bab 2
Pembahasan...................................................................................5
1.Pengertian Sakramen..................................................................5
2.Perkembangan Sakramen Gereja...............................................7
3.Pembagian Sakramen Protestan ..............................................11
Bab 3 Penutup................................................................................14
Halaman 2 dari 14
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul
“PERKEMBANGAN AJARAN SAKRAMEN”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan untuk membaca lebih baik makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang bermanfaat. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembibing pelajar sidi
saya Inang Bibel Pro yang sudah membibing saya dengan baik.
Penulis
Halaman 3 dari 14
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah sakramen biasanya dilakukan seorang Pastor atau Pendeta kepada
sang penerima, dan umumnya dipercayai melibatkan hal-hal yang tampak
maupun yang tak tampak. Komponen yang tak tampak diyakini adalah
rahmat Tuhan yang sedang bekerja di dalam para peserta sakramen,
sementara komponen yang tampak melibatkan penggunaan air,anggur atau
minyak yang sudah diberkati.
Sakramen adalah tanda atau jaminan memperoleh keselamatan. Namun
bukan hanya tentang keselamatan tetapi juga secara fungsional, sakramen
adalah sebuah alat karunia yang menyatakan kasih Allah untuk
memperteguh kepercayaan/iman. Di sisi yang lain Pendampingan Pastoral
sendiri juga memiliki fungsi yang sama yaitu menyokong/menopang
sekaligus untuk mengutuhkan mereka yang sedang bergumul dengan
kehidupannya baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat
dan lingkungan.
Sakramen adalah tanda yang kelihatan dari Anugerah Tuhan yang diterima
melalui iman;Mat28:19;Mark16:15-16;Mat26:26-28;Mark14:22-
25;Luk22:15-20 dan 1Kor11:17-34.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sakramen?
2. Bagaimana perkembangan sakramen pada gereja?
3. Bagaimana pembagian Sakramen dalam Gereja Protestan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sakramen dengan baik.
2. Untuk mengetahui perkembangan sakramen pada gereja protestan.
3. Untuk mengetahui pembagian Sakramen dalam Gereja Protestan.
Halaman 4 dari 14
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Sakramen
Berdasarkan Etimologi
Sakramen berasal dari bahasa Latin 1 Sakramentum, artinya
"membuat suci, penggunaan suci, mempersembahkan kepada dewa-
dewa"; 2 Musterion, "ketetapan-ketetapan yang diberikan tekanan atau
perhatian khusus”(vulgata), berarti, ketetapan yang Yesus berikan
tekanan khusus); Kedua kata tersebut dalam budaya Helenis, dipakai
sebagai:
1. Uang muka yang dibayar dua belah pihak yang mengadakan perkara di
pengadilan; sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa pihak yang
kalah sudah membayar kepada pengadilan semua ongkos perkara. Uang
tersebut tidak akan dikembalikan sebagai uang jaminan;
2. Sumpah tentara kepada panglima. Seorang prajurit tetap setia kepada
panglimanya, bahkan sampai mati demi bangsa dan negaranya.
Sakramen (sacrament), dengan kata sifat sakramental ( sacramental),
dalam konteks tertentu dianggap sebagai suatu ritus agama Kristen yang
mana merupakan perantara (penyalur) rahmat dari Allah. Kata
“sakramen” berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang akar katanya
sacr, sacer, sacrare.6 Kata sacrare berarti menyucikan, menguduskan,
atau mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau
kudus, yang secara umum berarti "menjadikan suci". Salah satu contoh
penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan uang muka yang
dibayar dua belah pihak yang mengadakan perkara di pengadilan;
sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa pihak yang kalah sudah
membayar kepada pengadilan semua ongkos perkara. Uang tersebut
tidak akan dikembalikan. Pengertian lain juga sebutan untuk sumpah
bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian
digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam
pengertian sumpah tadi.7 Selaras dengan dalamnya makna yang
dikandungnya, Gereja-Gereja Timur biasa menyebut Sakramen dengan
sebutan"Misteri" atau "Misteri Suci".
Halaman 5 dari 14
Orang Kristen pada abad kedua, menerjemahkan kata Yunani
mustήrion (musterion = misteri) dari kata muw (muo = menutup mulut
dan mata). Pengertian misteri ini mengacu pada dua ciri pokok yakni:
menunjuk pada tegangan dinamik antara Yang Ilahi dan yang manusiawi
dan menunjuk pada sejarah penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
Pada abad kedua hingga abad keempat, pengertian mysterion-
sacramentum masih melanjutkan gagasan makna mysterion biblis yang
memuat dua ciri pokok tadi. Namun, pada abad kedua hingga abad ketiga,
penggunaan mysterion dan sacramentum masih cukup rancu dan tidak
seragam.
Halaman 6 dari 14
2.Perkembangan Sakramen Gereja
Fr. Hardon membagi sejarah perkembangan Adorasi sakramen Mahakudus
dalam beberapa periode, yaitu:
1. Zaman para Rasul sampai awal Abad Pertengahan
2. Zaman Abad Pertengahan sampai Konsili Trente
3. Perkembangan Adorasi Ekaristi
Halaman 7 dari 14
sehingga tidak ada bukti yang menyatakan hal yang sebaliknya, bahkan sejak
sebelum tahun 1000.
Referensi tentang Sakramen tertulis dalam riwayat St. Basilius (wafat 379).
Dikatakan bahwa St. Basilius membagi Hosti Ekaristi menjadi 3 bagian, bagian
pertama dimakannya, bagian kedua diberikannya kepada rekan imamnya, dan
bagian ketiga ditempatkannya di tempat emas berbentuk burung merpati yang
digantung di atas altar.
Menjelang akhir abad ke-11, Revolusi menghantam Gereja ketika Berengarius
(999-1088), seorang pemimpin di Angers, Perancis, secara publik menolak
bahwa Kristus secara nyata dan secara fisik hadir dalam rupa roti dan anggur.
Begitu seriusnya kasus ini, sehingga Paus Gregorius VII memerintahkan
Berengarius untuk menarik kembali ajarannya. Ini adalah pernyataan definitif
pertama Gereja tentang apa yang selalu dipercaya, dan tidak pernah secara
serius ditentang. Paus Gregorius VII sendiri adalah seorang rahib yang menjadi
Paus, yang imannya akan Sakramen Mahakudus telah dipupuk selama
bertahun-tahun dalam biara Benediktin.
Gereja-gereja di Eropa mengalami apa yang disebut dengan Eucharistic
Renaissance. Saat itulah ditetapkan adanya prosesi-prosesi Sakramen
Mahakudus, rumusan doa-doa yang adorasi. St. Fransiskus Asisi juga
merupakan orang kudus yang mempunyai devosi kepada Kristus dalam
Sakramen Mahakudus.
Paus Urbanus IV di tahun 1264 kemudian menetapkan perayaan Tubuh Kristus
(Corpus Christi). Paus Urbanus IV menugaskan St. Thomas Aquinas untuk
menyusun Ibadah Harian untuk perayaan Corpus Christi, untuk diperingati
setiap tahun di hari Kamis setelah hari Minggu Tritunggal Mahakudus. Tiga lagu
karangan St. Thomas Aquinas adalah:
1. O, Salutaris Hostia: doa penyembahan/ adorasi kepada Kristus, Kurban
Halaman 8 dari 14
3. Panis Angelicus, doa Adorasi kepada Sang Santapan Rohani, ketika
Halaman 9 dari 14
3. Perkembangan Adorasi Ekaristi
Sebelum akhir abad ke-16, Paus Klemens VIII di tahun 1592, yang
mengeluarkan dokumen historis yang disebut Quarant Ore (Empat puluh
jam).
Devosi ini mencakup 40 jam doa tanpa henti di hadapan Sakramen
Mahakudus. Doa ini dilakukan tanpa henti sehingga di gereja-gereja yang
berbeda (yang ditentukan oleh Paus) pada hari-hari tertentu, dilakukan
devosi 40 jam, Sekitar seabad kemudian, di tahun 1731, Paus Klemen XIII
mengeluarkan instruksi yang lebih detail tentang devosi tersebut, yaitu
bahwa:
1. Sakramen Mahakudus ditempatkan terekspos di altar tinggi (high altar).
2. Patung-patung, relikwi dan gambar-gambar yang ada di sekitar altar
agar digeserkan atau diselubungi dengan kain.
3. Hanya klerus yang dapat melayani eksposisi Sakramen Mahakudus di
altar tersebut.
4. Harus ada penyembah yang hadir tiada terputus di hadapan Sakramen
Mahakudus, dan harus melibatkan imam, atau klerus dari ordo yang
utama.
5. Tidak boleh ada Misa yang dilakukan di altar eksposisi tersebut.
Secara berangsur-angsur, devosi 40 jam ini tersebar ke seluruh dunia.
Kebiasaan penyembahan ini telah ada sejak abad ke-4, umumnya dilakukan
delapan hari setelah Baptisan. Jadi telah lama sebelum ditentukannya
perayaan Corpus Christi, kebiasaan menyembah sakramen Mahakudus
telah dilakukan baik oleh para religius maupun awam. Walaupun sudah
sejak lama tradisi penyembahan Sakramen Mahakudus ini dikenal, namun
dapat dikatakan bahwa baru sejak Konsili Trente, penyembahan abadi ini
berkembang mendunia.
Para reformer Protestan di Inggris yang di abad ke-16 menentang kehadiran
Kristus dalam Ekaristi, tiga abad kemudian kembali menyakini kehadiran
Kristus dalam Ekaristi, sebagaimana dipelopori oleh the Anglican Sisterhood
of St. Margaret (1854).
Halaman 10 dari 14
3.Pembagian Sakramen Protestan
Dalamm gereja Protestan, hanya diakui dua sakramen, yaitu Baptis
dan Perjamuan Kudusi. Sakramen Ekaristi dalam ajaran Protestan juga tidak
dilakukan setiap hari Minggu, namun hanya pada perayaan hari-hari besar
saja.1
Jonathan Pakpahan|jonathanpakpahan80@gmail.com
Halaman 11 dari 14
tradisi Yahudi yang dilakukan Yohanes dan Petrus di sugai dan umumnya
dilakukan oleh Pentakosta dan Kharismatik.
Halaman 12 dari 14
Yesus sendiri telah minum cawan murka Tuhan Allah yang seharusnya
diterima manusia
Dengan makan dan minum pada meja Perjamuan Kudus, ini berarti ada
suatu penyerahan diri kepada Tuhan Allah. Karena Yesus telah
menyerahkan Diri-Nya sebagai ganti manusia, maka setiap menghadiri
Perjamuan Kudus menunjukkan bahwa seseorang mau menjadi
persembahan yang hidup dan berkenan kepada Tuhan Allah, Roma 12:1-
2
Halaman 13 dari 14
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Sakramen berasal dari bahasa latin yaitu sakramentun(kata yang
dipergunakan dalam perjamuan kudus.
B.Saran
Kita sudah seharusnya mengetahui tentang pengertian sakramen
dalam Protestan,sejarah perkembangan sakramen serta pembagian
sakramen dalam Gereja Protestan.Jadi saya telah merangkum itu
ditugas saya ini.
Halaman 14 dari 14