Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fila delvia Ginting

Rexy Anda M Sidabalok

Widia Helena Purba

Tingkat/Jurusan : II-B/Teologi

Mata Kuliah : Etika II

Dosen Pengampu : Dr. Deddy Fajar Purba

Iman dan Perbuatan

I. Pendahuluan
Dalam kehidupan Kekristenan iman sangat berperan penting bagi setiap aspek
kehidupan. Karena iman adalah “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Namun iman juga
harus beriringan dengan perbuatan, karena perbuatan etis kita adalah perbuatan
baik sebagai terjemahan atau ekspresi dari iman kita karena kita karena kita telah
dibenarkan oleh iman kepada Kristus oleh Tuhan.
II. Pembahasan
II.1. Iman
II.1.1. Pengertian Iman
Iman dalam bahasa Yunani adalah (Pistis).1 Istilah iman adalah
“percaya” artinya percaya kepada Allah. Hal ini bukan merupakan
suatu tindakan yang berdasarkan kepercayaan yang tidak beralasan.
Allah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai pribadi yang patut
dipecayai. Surat Paulus kepada jemaat Ibrani memberikan defenisi
tentang Iman dalam Ibrani 1:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Dapat dilihat bahwa bukti dari sesuatu tang tidak terlihat, tetapi firman
Tuhan menyatakan bahwa Allah yang tidak terlihat telah menyatakan
diriNya melalui apa yang dapat dilihat (Roma 1:20).2

1
Mark Tab, Teologi apa yang Kita Yakini?, (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011), 222.
2
R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, (Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara,
2002), 243-246.
1
Kata iman tidak secara eksklusif merupakan istilah religius. Kata
itu juga sering dalam pengertian umum, dengan demikian juga
memiliki arti lebih dari satu, yaitu:
a. Iman sebagai sesuatu yang sedikit lebih dari pendapat biasa. Kata
iman kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang longgar dan
popular, untuk menunjukkan suatu bujukan akan kebenaran yang
lebih kuat dari pendapat biasa.
b. Iman sebagai kepastian langsung. Dalam hubungan dengan ilmu
pengetahuan, iman sering disebut sebagai kepastian langsung. Ada
suatu kepastian yang diperoleh manusia persepsi, pengalaman, dan
dedukasi logis, akan tetapi ada juga kepastian intuitif. Dalam hal ini,
iman secara eksklusif dianggap sebagai kegiatan dari intelektual.
c. Iman adalah keyakinan berdasarkan kesaksian dari orang lain itu
benar, dan apa janji yang dilakukannya akan dilakukannya.
Kepercayaan itu merupakan sebuah penerimaan dari apa yang sudah
dikatakan oleh orang lain berdasarkan rasa percaya yang
dimilikinya.3
II.1.2. Pengertian Tentang Iman dalam Alkitab
Konsep iman dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
memiliki kesamaan pada gambaran kepercayaan kepada Allah yang
menyejarah.4 Alkitab mendefinisikan iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat (Ibr. 11:1). Hal-hal yang kita harapkan adalah seperti hal-hal yang
kita inginkan untuk diri sendiri, tetapi hal-hal itu belum kita miliki.
Contohnya, upah dan keselamatan kekal dimasa depan. Jadi, Iman
adalah “Hakekat” (substance) dari upah dan keselamatan kekal, yang
berarti, kita yakin seolah-olah kedua hal itu sekarang sebenarnya dan
pada dasarnya sudah kita miliki. Iman adalah keyakinan yang pasti dan
teguh pada segala sesuatu yang diharapkan. Keyakinan yang mendasari
hal-hal yang diharap dan dinantikan. “segala sesuatu yang belum

3
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume 4: Doktrin Keselamatan, (Surabaya: Momentum, 2016),
195-197.
4
Emanuel Martasudjita, Pr,Pokok-Pokok Iman Gereja, (Yogjakarta: Kanisius, 2013), 7.
2
dilihat” adalah segala sesuatu yang Allah singkapkan dalam Firman-
Nya.5
Dalam Perjanjian Lama kata Iman berasal dari kata kerja
Aman, yang berarti memegang teguh. Kata ini dapat muncul dalam
bentuk yang bermacam-macam, umpamanya dalam arti memegang
teguh pada janji seseorang, karena janji itu dianggap teguh atau kuat,
sehingga dapat diamini, di percaya. Jika diterapkan kepada Tuhan
Allah, maka kata Iman berarti, bahwa Allah harus dianggap sebagai
yang teguh atau yang kuat. Beriman kepada Allah berarti mengamini
bukan hanya dengan akalnya, melainkan juga dengan segenap
kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah yang telah
diberikan dengan perantaraan Firman dan karya-Nya.
Diterapkan kepada pengertian Iman di Perjanjian Baru, Iman
berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya
kepada janji Allah, bahwa Ia didalam Kristus telah mendamaikan orang
berdosa dengan diri-Nya sendiri, sehingga segenap hidup orang yang
beriman dikuasai oleh keyakinan yang demikian itu. Iman disitu
dipandang sebagai jalan keselamatan. Dalam arti yang demikian itulah
juga kata Iman dipakai dalam ungkapan “orang yang benar itu akan
hidup oleh percayanya atau imannya” (Rm.1:17; Gal.3:1 ; Ibr. 10:38).6
iman adalah suatu konsep sentral bagi suatu pengakuan dan penerimaan
kabar baik dan karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.sasaran
Perjanjian Baru ialah tindakan Alah didalam dan melalui Kristus, yang
diungkapkan dalam berbagai rumus-rumus iman awal, misalnya:
“sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rm.10:9).7
II.1.3. Jenis-jenis Iman
Alkitab tidak selalu membicarakan iman dalam pengertian yang
sama. Louis Berkhof membagi empat jenis iman:
a. Iman Historis
5
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia(ALI),
2012), 152.
6
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 17-18.
7
Emanuel Martasudjita, Pr, Pokok-Pokok Iman Gereja, 9-10.
3
Iman ini sepenuhnya merupakan penerimaan atas kebenaran, tanpa
memperhatikan tujuan moral maupun spritual. Iman ini mungkin
akibat dari suatau tradisi, pendidikan, pendapat umum, atau suatu
kekaguman atas kebenaran Alkitab, yang disertai dengan tindakan
Roh Kudus. Mungkin saja iman ini sangat ortodoks dan Alkitabiah,
tetapi tidak berakar dalam hati (Mat. 7:26; Kis. 26:27; Yak. 2:19)
b. Iman Mujizat
Iman ini adalah suatu kepercayaan yang ada di dalam pikiran
seseorang bahwa sebuah mujizat akan dapat dilakukannya dan atas
nama-Nya. allah dapat memberikan kepada seseorang pekerjaan
yang mengatasi kekuatan alamiahnya dan memungkinkan dia
melakukannya. Setiap usaha semacam itu menumbuhkan iman. Hal
ini sangat jelas dalam keadaan dimana manusia tampil hanya
sekedar alat Tuhan atau seorang yanmg mengumumlkan bahwa
Tuhan akan mengerjakan mujizat, sebab orang semacam itu harus
mempunyai rasa percaya kepada Tuhan. Iman ini pun dapat disertai
iman yang menyelamatkan (Mat. 8:10-13; Yoh 11:22) .
c. Iman Sementara
Iman seperti ini adalah kepercayaan terhadap kebenaran agama yang
disertai dengan tuntunan hati nurani dan pengaruh perasaan, tetapi
tidak berakar dalam. Istilah ini diambil dari Mat. 13:20-21, dimana
disebut sebagai sementara sebab tidak permanen dan gagal
mempertahankan diri pada masa kesulitan. Kristus menyebut orang
percaya sedemikian: “ tidak berakar pada dirinya sendiri” (Mat.
13:21). Secara umum dapat dikatakan bahwa iman sementara ini
berdasar pada hidup emosional dan berusaha mencari kesenangan
pribadi dan bukan kemuliaan Tuhan.
d. Iman yang benar dan menyelamatkan
Iman yang benar dan menyelamatkan adalah suatu iman yang
memiliki kedudukan dalam hati dan berakar pada hidup yang telah
mengalami kelahiran kembali. Iman ini pertama-tama bukan
tindakan manusia, akan tetapi suatu potensi yang diberikan oleh
Tuhan. Benih iman ditanamkan dalam diri manusia ketika ia

4
mengalami kelahiran kembali. Ketika benih itu sudah tumbuh
ditanamkan dalam hati manusia , maka ia dapat melakukan tindakan
iman. Iman yang menyelamatkan dapat didefenisikan sebagai suatu
keyakinan yang pasti yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh
Kudus, kepada kebenaran Injil dan suatu kepercayaan yang
sesungguhnya kepada janji Allah dalam Kristus.8
II.2. Pengertian Perbuatan
Kata perbuatan berasal dari bahasa latin “Actus” yang diartikan
sebagai perbuatan, tindakan atau suatu hal yang dilakukan. 9 Dalam KBBI
dijelaskan perbuatan adalah segala sesuatu yang dilakukan atau segala
tindakan yang dimiliki nilai positif dan negatif.10 Perbuatan didalam PB
menyatakan perilaku kemanusiaan. Perbuatan baik adalah jawaban manusia
atas anugerah Allah, tetapi manusia tidak memperoleh anugerah Allah oleh
perbuatan baik itu. Banyak pertentangan sejak jaman reformasi disebabkan
para reformator menganggap orang-orang Katolik mencoba memperoleh
keselamatan melalui perbuatan baik, sedangkan dalam pengertian mereka
orang percaya hanya dibenarkan oleh Kristus melalui iman.11 Perbuatan baik
manusia dapat dibedakan yaitu perbuatan baik menurut manusia dan
perbuatan baik meurut Allah. Kedua hal ini sangatlah berbeda. Seriap
manusia tidak dapat menentukan apakah perbuatannya itu berkenan kepada
Allah, karena hanya Allah sendiri yang bisa melakukannya (Mikha 6:8).
Dalam menentukan apakah perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan baik
dihadapan Allah, yaiut harus sesuiai dengan hukum Alah yang dilakukan
secara tidak terpaksa namun dengan kesungguhan hati dan harus didasarkan
pada motif yang benar.12
II.3. Hubungan Iman dan Perbuatan
Perbuatan merupakan sesuatu yang diperbuat (dilakukan) atau dengan
kata lain perbuatan merupakan suatu tindakan.13 Ada beberapa point tentang
arti dari perbuatan dalam penghayatan iman:

8
Louis Brekhof, Teologi Sistematika Volume 4: Doktrin Keselamatan, 197-201.
9
Hank Ten Nepel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 17.
10
….KBBI
11
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK-GM, 2011), 342.
12
Edwar W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 149.
13
....KBBI
5
a. Hubungan antara manusia dengan Allah akan menjadi nyata, jika
manusia tidak hanya semata-mata menggemakan sapaan Allah,
melainkan memberikan jawaban yang berasal dari penghayatan diri
manusia yang bertanggung jawab dalam kehidupannya baik relasinya
dengan manusia dan juga terhadap Allah.
b. Iman sebagai jawaban manusia dalam relasinya dengan Allah dan
diwujudkan dengan kenyataan dan kesungguhannya dalam perbuatan
hidupnya. Iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan seperti yang tertulis
dalam Yak. 2:17, orang yang beriman pasti akan melakukan perbuatan
yang baik, karena buah dari iman adalah perbuatan.14
Hubungan antara iman dan perbuatan sebagaimana diajarkan di dalam
perjanjian baru dapat digambarkan dengan perbandingan bahwa iman tidak
didasarkan dan tidak bergantung kepada perbuatan, tetapi perbuatan
merupakan suatu ekspresi atau pernyataan dari iman atau secara lebih
sederhana lagi, kita percaya sesuatu bukan karena apa yang telah kita
lakukan, tetapi justru sebaliknya, apa yang kita lakukan ditentukan oleh apa
yang kita percayai.15 Iman harus ditunjukkan melalui perbuatan-perbuatan
sehingga iman itu menjadi hidup bukannya mati. “segala sesuatu yang tidak
bedasarkan iman adalah dosa”, Roma 14:23. Sedangkan dasar iman itu
sendiri adalah Kristus. Iman disempurnakan dengan perbuatan-perbuatan.
Artinya iman membantu perbuatan terlaksana dalam kehidupan, iman tidak
dapat dikatakan sejati tanpa perbuatan yang nyata. Jika tidak ada perbuatan-
perbuatan yang membuktikan yang diakui, itu berarti bahwa sebenarnya tidak
ada iman yang hidup didalamnya.16
II.4. Hubungan Iman dan Perbuatan dalam Etika Kristen
Rasul Paulus memberi penjelasan yang luas tentang kaitan antara
keselamatan iman dan perbuatan. Namun, pemahaman yang tepat tidak di
dapatkan tanpa mengetahui bahwa pada intinya Paulus berjuang melawan
konsep para nabi Yahudi tentang keselamatan yang diperoleh dari perbuatan
yang berdasarkan hukum taurat. Oleh karena itu Paulus menyatakan, “kita
dibenarkan hanya oleh iman dan bukan oleh perbuatan-perbuatan

14
Bernhard Kieser, Moral Dasar Kaitan Iman dan Perbuatannya, (Yogyakarta: Kanasius, 1987), 38-39.
15
Derek Prince, Bertobat dan Percaya, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “IMMANUEL”, 1993), 72.
16
Hasan Susanto, Berita yang Patut didengar, (Malang: SAAT, 2006), 267.
6
berdasarkan hukum taurat” (Rm 3:28).17 Yakobus 2:20 “Hai manusia yang
bebal, maukah engkau mengakui sekarang bahwa iman tanpa perbuatan
adalah iman yang kosong?” Kalimat hai yang bebal berarti “orang bodoh
yang kosong kepalanya”. Kata kosong di sini menunjukkan kurangnya
pengertian yang berarti “tidak berakal” atau “bodoh”. Maukah engkau
mengakui bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. Pemikiran
yang sama dengan ini telah dinyatakan beberapa kali. Iman tidak ada
perbuatan disebut tidak ada gunanya pada ayat 14, disebut mati pada ayat 17
dan disini disebut juga kosong yang secara harafiah berarti “tidak bekerja”,
yaitu “tidak berpengaruh” atau “tidak menghasilkan”. Yakobus hendak
menegaskan adanya iman tidak dapat dibuktikan tanpa melalui perbuatan.
Iman justru menyatakan keberadaannya melalui perbuatan. Perbuatan-
perbuatan menurut Yakubus merupakan bukti nyata tentang adanya iman
pada dirinya. Ini tidak berarti perbuatan itu lebih penting dari pada iman. Bila
seseorang berbuat baik (membuahkan perbuatan) tetapi itu bukan hasil dari
beriman, maka sia-sialah perbuatan itu tidak ada artinya dimata Tuhan.
Bukankah kita diselamatkan oleh iman kepada Yesus, dan bukan karena
perbuatan baik kita. Kita tidak berbuat baik untuk diselamatakan, tetapi kita
berbuat baik karena sudah diselamatkan.18
Manusia dan semua mahluk lainya adalah milik Tuhan. Kita adalah
milik Tuhan dan bukan milik kita sendiri. Berkaitan dengan tugas kita untuk
memelihara, mengusahakan, dan membangun, timbul pertanyaan etis yaitu
apa yang seharusnya dilakukan manusia. Perbauatan dan tindakan manusia
langsung berhubungan dengan etika. Sedangkan etika sendiri memberi
kepada kita pokok-pokok pertimbangan sebagai pengambilan keputusan etis
untuk apa yang perlu dan harus kita lakukan. Ciri khas etika Kristen adalah
dimensi Kristen. Dimensi Kristen inilah yang membedakan anatara etika
Kristen dan etika sosial atau etika pada umumnya atau etika yang lain. Itulah
sebabnya asas atau titik pangkal etika Kristen adalah iman kepada Tuhan
yang telah menyatakan diri dalam Tuhan Yesus. Di dalam diriNya kita dapat
mengenal Allah Bapa pencipta segala sesuatu. Tuhan adalah pemberi tujuan
hidup, dan merupakan kebesaran Tuhan untuk memelihara setiap makhluk, Ia
17
Antony A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah, (Jakarta: Momentum, 2010), 180.
18
Doren Wijdana, Kupasan Firman Allah: Surat Yakobus, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis), 53.
7
adalah Allah pendamai, Allah penebus, dan Allah pembebas melalui karya
Sang Anak dan Roh Kudus. Perbuatan etis kita adalah perbuatan baik sebagai
terjemahan atau ekspresi dari iman kita karena kita telah dibenarkan oleh
iman kepada Kristus oleh Tuhan (Rm. 3: 22, Gal. 2: 16). Hal ini juga kerena
kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat itu. Iman
berkaitan erat dengan perbuatan. Oleh sebab itu, apabla iman tanpa
perbuatan, iman itu menjadi mati atau kosong. Juga dikarenakan bahwa iman
bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu
iman menjadi sempurna (Yak. 2: 17, 22).19
III. Kesimpulan
Jadi dari pemaparan di atas, kami penyaji menyimpulkan bahwa iman adalah
“percaya” artinya percaya kepada Allah. Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dan
perbuatan merupakan sesuatu yang diperbuat (dilakukan) atau tindakan seseorang.
Iman dan perbuatan memiliki hubungan yang sangat erat, karena perbuatan
merupakan suatu ekspresi atau pernyataan dari iman. Alkitab juga mengajarkan
bahwa kita dibenarkan oleh iman dan bukan oleh pekerjaan kita, bahwa setelah
dibenarkan kita mempunyai damai dengan Allah dan bahwa kita dibebaskan dari
dosa untuk menjadi hamba-hamba kebenaran.

IV. Daftar Pustaka


....KBBI
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika Volume 4: Doktrin Keselamatan,
Surabaya: Momentum, 2016.
Brotosudarmo, R. M. Drie S., Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: ANDI, 2007.
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab Jakarta: BPK-GM, 2011.
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2007.
Hoekema, Antony A., Diselamatkan Oleh Anugerah, Jakarta: Momentum,
2010.
Kieser, Bernhard, Moral Dasar Kaitan Iman dan Perbuatannya, Yogyakarta:
Kanasius, 1987.

19
R. M. Drie S. Brotosudarmo, Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: ANDI, 2007), 63-64.
8
Koehler, Edward W.A., Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi
Lutheran Indonesia(ALI), 2012.
Martasudjita, Emanuel, Pr,Pokok-Pokok Iman Gereja, Yogjakarta: Kanisius,
2013.
Nepel, Hank Ten, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2005.
Prince, Derek, Bertobat dan Percaya, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
“IMMANUEL”, 1993.
Sproul, R.C., Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Malang: Seminar
Alkitab Asia Tenggara, 2002.
Susanto, Hasan, Berita yang Patut didengar, Malang: SAAT, 2006.
Tab, Mark, Teologi apa yang Kita Yakini?, Yogyakarta: Yayasan Gloria,
2011.
Wijdana, Doren, Kupasan Firman Allah: Surat Yakobus, Bandung: Lembaga
Literatur Babtis.

Anda mungkin juga menyukai