Anda di halaman 1dari 8

PASANGAN HIDUP

"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia." Kej 2:18

Pernikahan atau memiliki pasangan pada dasarnya adalah inisiatif dari Allah. Allah menciptakan lelaki
dan perempuan memiliki tujuan agar mereka dapat saling mendukung untuk menggenapi rencana
Tuhan.
Ada dua macam keputusan yang terpenting dalam hidup kita yaitu:
 Keputusan untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat (& hidup sesuai rencanaNya)
 Keputusan dengan siapa kita akan menikah
Seorang anak Tuhan tidak boleh sembarangan memilih pasangan karena Tuhan memiliki rencana yang
indah atas hidup kita bersama pasangan kita.

Banyak sekali anak-anak muda yang terjerumus dalam pengaruh negatif pergaulan lelaki dan
perempuan. Kasus-kasus yang sering terjadi di kalangan anak muda adalah:
 Salah pilih pasangan yang mengakibatkan putus cinta yang membuat sakit hati, kepahitan,
trauma, dll yang berpengaruh secara psikologis terhadap hubungannya dengan orang lain di
sekitarnya.
 Salah pilih pasangan (atau mungkin karena coba-coba dsj) yang akhirnya ketika menikah,
bagaikan neraka di dunia, bahkan bisa berakhir dengan perceraian, padahal perceraian tidak
diperbolehkan di dalam Tuhan (Mat 5:32, Mat 19:1-9, Rom 7:2-3).
 Sembarangan bergaul/‘berpacaran’ dengan cara yang salah (tidak menjaga kekudusan selama
berpacaran) sehingga jatuh dalam dosa percabulan dan perzinahan.

ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM HUBUNGAN ANTARA ANAK
MUDA PRIA DAN WANITA:
1. Kasih Kristus merupakan dasar persahabatan (1 Tim 5:1-2, 2 Tim 2:22)
 Sejak muda belajar bersahabat dengan penuh kemurnian karena pernikahan adalah
persahabatan seumur hidup
 Kita dapat membangun suatu hubungan dengan baik apabila kita telah mengalami kasih Bapa dan
dipulihkan. Seseorang yang telah dipulihkan, mengalami kasih Tuhan dan mengasihi Tuhan dapat
mengasihi orang lain termasuk pasangannya, dengan cara yang benar.
 Syarat Kematangan/kedewasaan secara rohani maupun jasmani

2. Pasangan Hidup sesuai dengan Standar Allah (2 Korintus 6:14-15)


Allah memiliki suatu standar khusus bagi anak-anakNya dalam berpasangan.
 Seiman
Alkitab melarang dengan keras kita memilih pasangan di luar Kristus karena terang tidak bisa
bersatu dengan gelap. Tidak ada istilah spekulasi dalam hal ini. Kita tidak dapat seolah-olah
bersifat seperti seorang ‘pahlawan’ yang akan membawa pasangan kita kepada Kristus dan
pertobatan (bangsa Israel dilarang mencari pasangan di luar bangsa Israel karena mereka akan
mengajak bangsa Israel untuk menyembah Allah lain).
 Seimbang
Bukan berarti bahwa segalanya harus sama, tetapi seimbang berarti tingkat kerohaniannya tidak
berbeda jauh, sama-sama bisa melayani dan menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka.
Sebaiknya pria memiliki kerohanian lebih dewasa daripada perempuan, tetapi hal ini tidak
mutlak apabila memang pasangan itu dari Tuhan. Sebenarnya kekayaan, kedudukan, kepandaian,
1
suku dan lain-lain tidak menghalangi kita, dan bukan merupakan syarat utama, tetapi akan
menjadi masalah apabila tidak dibicarakan dan diatasi sejak awal. Yang penting di sini adalah
keduanya bisa saling menerima.
 Sevisi
Sevisi berarti kita memiliki visi yang sama yaitu memuliakan Tuhan, memenangkan jiwa dan rindu
sama-sama menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka. Visi yang sama tidak berarti
melayani atau memiliki panggilan dalam bidang yang sama, tetapi bersifat saling mendukung
untuk suatu visi yang dapat dicapai dengan kerjasama di antara mereka. Contoh: yang laki
seorang penginjil, yang perempuan seorang pendoa yang bersama-sama bekerja untuk
memenangkan jiwa-jiwa. Pebisnis dan pekerja sosial atau hamba Tuhan dsj.

Syarat seorang pria yang siap mendapatkan pasangan (pria sejati):


 Sudah dewasa secara rohani
Seorang pria harus menjadi imam dalam sebuah keluarga, karena suami melambangkan Kristus.
Seorang pria harus dewasa secara rohani dan sudah dipulihkan sehingga nantinya mampu
membimbing wanita dan mengambil keputusan dalam keluarga, bukan malah dikendalikan oleh
istri.
 Memiliki visi/ tujuan hidup di dalam Tuhan
Sehingga dia memiliki arah yang jelas dalam hidupnya untuk menggenapi rencana Tuhan dalam
hidupnya bersama seorang wanita sebagai penolong untuk bersama-sama memenuhi visi yang
Tuhan berikan kepada mereka.
 Bertanggung jawab, sebaiknya sudah bekerja (mandiri secara finansial)
 Setia

Syarat seorang wanita yang siap mendapatkan pasangan (wanita bijak) Amsal 31:
 Memiliki visi / tujuan hidup di dalam Tuhan
Wanita adalah seorang penolong, tetapi wanita juga harus memiliki visinya sendiri, tidak bergantung
pada laki-laki. Seorang wanita harus memiliki visi yang jelas yang diterima dari Tuhan, dimana
visi itu sepadan dengan visi pasangannya untuk menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka
 Cantik batiniah (Amsal 11:2-16)
Seorang perempuan harus memiliki kecantikan batiniah (inner beauty) yang merupakan faktor
utama. Seorang wanita harus dipulihkan dari berbagai macam kepahitan dan kekecewaan. Dia
tidak boleh mencari pasangan karena kesepian, kurang kasih sayang, dll, sehingga cinta hanya
merupakan pelampiasan kebutuhan emosionalnya. Seorang wanita harus benar-benar dipulihkan
terlebih dahulu sehingga ia dapat mendukung pasangannya dengan luar biasa. Tidak menjatuhkan
tetapi mendukung keberhasilan pasangannya.
 Tunduk kepada laki-laki (Efesus 5:22-24)
Wanita diciptakan sebagai seorang penolong laki-laki tetapi wanita bukanlah seorang pembantu.
Walaupun demikian, wanita harus belajar penundukan diri terhadap pasangannya. Dia tidak boleh
memiliki roh controlling yang selalu mengendalikan atau mendominasi laki-laki, karena laki-laki
adalah seorang kepala dan imam dalam keluarga (Efs 5:23).

Pertunangan, bukan Pacaran Duniawi (1 Tesalonika 4:3-8)


 Sejak awal ada kepastian menikah, bukan coba-coba
Hubungan pria-wanita harus langsung dipikirkan sampai ke jenjang pernikahan. Bukan untuk mencari
kesenangan belaka. Bukan untuk mengisi hati yang kesepian atau kosong. Seringkali anak muda
terjebak dalam memilih pasangan dengan sistem ‘trial and error’ atau coba-coba. Kalau cocok ya
jadi dan menikah, kalau tidak putus saja. Sistem ini memiliki dampak yang buruk. Kedua pihak
2
atau salah satu pihak akan merasa sakit, dan bagi perempuan, ada kemungkinan dia akan dinilai
‘buruk’ oleh lingkungannya karena gonta-ganti ‘pacar’
 Dasar hubungan adalah kasih Allah, bukan nafsu asmara
Seringkali anak muda memiliki hubungan pria-wanita yang berdasarkan pada nafsu asmara. Kasih
yang dimiliki bukanlah kasih agape tetapi kasih eros yang penuh dengan nafsu. Dalam hal ini, ada
beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pada masa ‘berpacaran’ atau persahabatan antara pria
dan wanita (menjaga kekudusan):
1. Bergandengan tangan
2. Berpelukan
3. Mencium (apapun)
4. Kontak Fisik dalam bentuk apapun
Mengapa hal ini dilarang? Karena walaupun kelihatannya sepele, hal-hal di atas (adanya kontak fisik)
akan mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh sehingga memicu terjadinya
percabulan bahkan perzinahan. Hati-hati dengan tipu daya iblis !!!

APA YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PERGAULAN PRIA DAN WANITA:


a. Tidak perlu berusaha mencari-cari pasangan
Adam diberi pasangan oleh Allah ketika ia masih tidur. Allah yang memiliki rencana dalam
pernikahan. Hubungan pria – wanita adalah inisiatif dari Allah sendiri. Allah yang lebih bingung
memberikan pasangan kepada kita daripada diri kita sendiri. Allah yang menggandeng tangan
kita untuk mendapatkan pasangan, bukan kita yang menggandeng/menyeret tangan Tuhan untuk
mendapatkan pasangan yang kita inginkan. Jadi percayalah kepada Tuhan, Tuhan pasti berikan
yang terbaik (Kejadian 2:21)
b. Berteman dan bergaullah dengan banyak orang
Walaupun kita berdiam, tetapi kita juga tidak boleh menjadi orang yang kurang pergaulan. Kita
tetap memiliki banyak teman pria dan wanita.. Jangan menutup hati kita. Pria dan wanita juga
harus menjaga penampilan sewajarnya, merawat tubuh yang Tuhan berikan kepada kita karena
tubuh kita adalah bait suci. (1 Korintus 3:16). Selain itu kita rela dipimpin oleh Tuhan, bukan
berdasar instinct.
Fungsi bergaul dalam group:
a. Mengenal banyak orang dengan macam-macam karakter dan dapat menilainya dengan
objektif.
b. Seorang dapat menemukan dan mengembangkan identitasnya sebagai suatu pribadi yang
unik, utuh dan kelemahan-kelemahan dapat dinilai secara obyektif.
c. Sarana mengembangkan bakat sosial sebagai manusia, bekerja sama, mengembangkan
kepekaan akan selera, perasaan, dan pemikiran orang lain
d. Mengembangkan bakat pribadi.

B
Siapa yang harus mulai didoakan?
C Contoh : A tertarik pada BCDE juga seharusnya rela bergaul dengan
F dan meminta pimpinan Tuhan yang barangkali pasangannya walau
D tidak menarik perhatiannya (bergaul seluas mungkin). Instinct dan
A
rasa tertarik saja pada teman tidak bisa jadi dasar pemilihan
E pasangan!

3
Misal : Setelah bergaul sekian tahun, B pindah keluar kota, menikah dengan orang lain, C
mengundurkan diri, D sering salah mengerti, dengan E semakin hambar, sedangkan dengan F
juga tidak ada yang baik….Barangkali kemudian Tuhan kirim orang lain pada A yaitu G yang baru
dikenal. Ia seiman, sebeban dan saling mendukung. Maka mulailah masuk dalam masa komitmen.
c. Mulai berdoa
Apabila kita yang telah memenuhi syarat pria sejati dan wanita bijak, maka ketika kita mulai
menyukai seseorang, mulailah berdoa kepada Tuhan apakah dia adalah pasangan dari Tuhan. Kita
perlu berkonsultasi dengan pemimpin kelompok sel atau gembala untuk membantu
mendoakannya. Sebelum mendapat jawaban yang jelas, jangan mengambil langkah terlebih
dahulu. Tetaplah berteman atau bersahabat seperti biasa tanpa bersikap berlebihan dengan
lawan jenis tersebut dan bersifat eksklusif. Mintalah peneguhan dari Tuhan. Peneguhan bisa
berasal dari Tuhan dengan cara-cara supranatural tetapi juga bisa dengan hal-hal yang alami
atau dari teman-teman dan gembala kita yang kerohaniannya dapat dipertanggungjawabkan.
Gembala dapat membantu hubungan ini dengan sifat yang netral.
d. Tampil apa adanya
Selama masa mendoakan, kita dapat menyelami pribadi masing-masing. Tunjukkan semua
kelebihan dan kelemahan kita. Bukan hanya kelebihan kita saja. Pada saat ini kita harus mulai
berpikir jauh ke depan, apakah kita bisa hidup bersama dengan orang ini dengan segala
kelemahan dan kelebihannya? Mulai kita telusuri visi dan tujuan hidupnya, panggilannya, apakah
bisa sejalan dengan visi kita? Yang jelas, visi kita dengan orang itu harus bisa saling mendukung.
Karena pasangan yang dari Tuhan pasti Tuhan berikan untuk menggenapi rencana Tuhan, jadi
tidak mungkin saling berlawanan tujuan. Pasangan yang dari Tuhan pasti akan membuat kita
semakin dekat dengan Tuhan, bukan malah membuat kita mundur.
e. Menguji
Dalam masa mendoakan, lakukanlah pengujian jarak dan waktu. Agar hati kita bisa netral di
dalam doa, kita tidak boleh selalu berdua, telpon, sms atau bertemu. Percayalah, kalau dia
pasangan dari Tuhan, semuanya akan diatur oleh-Nya. Jangan takut kehilangan. Belajar
berserah kepada Tuhan. Ingat, Tuhan yang memiliki inisiatif pernikahan.
f. Perlunya konfirmasi
Pasangan yang dari Tuhan selalu dikonfirmasi oleh kedua belah pihak dan pemimpin rohani
(pemimpin rohani meneguhkan). Apabila bertepuk sebelah tangan, jangan nekat memaksa.
Setelah itu, mulailah mengenal keluarga masing-masing untuk mendapat persetujuan. Lakukan
doa dari kedua belah pihak dan mulailah berkomitmen untuk menjalin suatu hubungan (kita tidak
menggunakan istilah pacaran/jadian di sini) dengan suatu hubungan yang kudus dari Tuhan,
tanpa hawa nafsu yang menyesatkan.
g. Menjaga Kekudusan
Selama berkomitmen, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menjaga kekudusan
(seperti yang sudah dibahas sebelumnya) jangan terlalu eksklusif. Sebelum melangkah lebih
jauh, perlu persetujuan dari orang tua.
h. Layani Tuhan bersama sesuai dengan visi yang Tuhan berikan. Pada waktunya Tuhan, lakukan
pertunangan dan pernikahan.

Orang yang gagal dalam membina persahabatan/pertemanan biasanya akan membujang seumur
hidupnya, akhirnya merugikan diri sendiri:
e. Merasa tidak membutuhkan pasangan (menghindar dari lawan jenis)

4
Hal ini terjadi karena sering melihat kejadian menyakitkan dari orang tua, kakak, konsep yang
ditanamkan orang tua salah, takut ditolak/dikecewakan, ketakutan mengalami gangguan
privasinya
f. Perfectionistic (menetapkan standar kesempurnaan pribadi)
Kegagalan pertemanan karena sikap idealistic yang tidak masuk akal, mau sesuai dengan standar-
standarnya sendiri, sukar cocok dengan lawan jenis
g. Cry for help (membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang belum terpenuhi)
Kegagalan persahabatan karena tergantungnya pada campur tangan orang tua
h. Rebellious (sikap melawan)
si anak hidup dengan 1001 aturan orang tua akhirnya dia hidup menolak persahabatan
i. Pseudo-piestism (kesalahan yang palsu)
Tipe-tipe orang yang sangat religius, memiliki kebutuhan besar akan kebutuhan rohani.
Kebutuhan rohani belum tentu menunjukkan kematangan rohani. Orang ini menerima mentah-
mentah semua khotbah yang dia dengar dan menetapkan standar sesuai kristerianya sendiri.
Mengisi pergaulan dengan hal-hal rohani terus dan aktivitas gereja. Susah bergaul dengan yang
lain
j. Poor self-identity (pengenalan dan konsep diri yang buruk)
Kebutuhan akan jodoh dilakukan dengan cara mengorbankan harga dirinya sendiri, baru
berkenalan beberapa minggu, rela memberi diri, uang, semuanya, padahal belum ada kepastian
apa-apa.

Hal penting dalam pembinaan komitmen:


 Objective Love, memberi sesuai dengan apa yang baik yang betul-betul dibutuhkan pasangan
kita
 Jelous Love, bukan Envious Love, yaitu cemburu yang positif yang menuntut apa yang memang
jadi haknya, seperti kesempatan bicara, pelayanan pada Tuhan, dll
 Real Love bukan Romantic Love, yaitu keadaan sadar/wajar bukan dimabuk cinta, dan tetap
memegang hal-hal yang realistis (misal apa janji-janjinya bisa dipercaya? apa hidup akan bahagia
bermesraan terus? Jalan-jalan? Rekreasi, dll?)
 Dialog center bukan activity center, yaitu bukan memusatkan hubungan pada aktivitas tetapi
hubungan dialog pengenalan pribadi lebih lagi.
 Personal oriented bukan sexual oriented, berorientasi pada pribadi masing-masing pasangan
(kepribadian, karakter dsj) bukan pada kepuasan seksual, kontak fisik berlebih dll.

Perasaan-perasaan yang tidak benar dalam membina hubungan:


1. Saya takut bertengkar dengan dia, takut menyakan hal-hal yang dia tidak suka
2. Setiap kali bertemu kami selalu mencari acara keluar..atau kami ingin selalu bercumbuan saja
3. Saya rasa “dia akan meninggalkan saya” kalau saya menuntut kebenaran yangs aya yakini. Saya
takut ditinggalkan
4. Saya tidak keberatan atas kebiasaannya, bahkan jalan pikirannya asalkan dia tetap mencintai
saya

Karena itu, pemulihan diri sendiri sangatlah diperlukan sebelum memasuki masa komitmen:

Konsep non Kristen Konsep Kristen


Motivasi pergaulan, komitmen, pernikahan: Motivasi:
 memenuhi kebutuhan sexual  bagian dari proses pertumbuhan/
 mengatasi kesepian kematangan pribadi dan penggenapan
5
 mangatasi tekanan sosial rencana Tuhan.
 mengisi waktu, mencari pengalaman  pengenalan masing-masing pribadi dan
proses penyesuaian dalam hubungan/
komitmen berdasarkan kebenaran Firman
Tujuan: Tujuan :
 untuk mendapatkan “rasa bahagia”  pengucapan syukur atas anugrah Allah
(kepuasan sex, status social, pemenuhan dalam Tuhan Yesus
kebutuhan keturunanm materialistic)  Memikul tanggung jawab kehidupan yang
 mengatasi konflik batiniah (melarikan makin besar bukan lagi berfokus
diri dari tekanan ortu, menyelesaikan kebahagian (kebahagiaan dan kepuasan
khasus kehamilan, mengatasi rasa adalah “ hadiah” Tuhan bagi mereka yang
bersalah pada teman wanita). mengasihi Allah. Bukan tujuan dari
komitmen atau pernikahan).

PRINSIP-PRINSIP BERTEMAN SPECIAL (pacaran)


Dalam menentukan teman hidup kita bekerjasama dengan Allah. Allah telah menyediakan bagi kita
seorang teman hidup yang sesuai dengan rencanaNya. Tetapi untuk mengetahui orang seperti apa
yang Tuhan akan berikan kepada kita, maka kita harus tahu prinsip-prinsip dasar dalam memilih
pasangan yang berkenan di hadapan Tuhan. Prinsip ini harus kita pegang teguh, jangan sampai kita
menjadi ragu-ragu dan mulai bingung apakah kita mau berpacaran dengan si A atau dengan si B.

Hal-hal yang harus kita perhatikan:


a. Seiman, Seimbang, Sevisi (sudah dijelaskan sebelumnya)
2 Korintus 6:14 menuliskan: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang
yang tidak percaya. Hal ini sangat penting sekali untuk diingat oleh setiap anak Tuhan. Kita harus
berani berkata tidak dengan orang yang tidak seiman. Mengapa harus seiman? Karena dalam
keluarga Kristiani, Kristuslah yang menjadi kepala dalam keluarga. Dengan dasar iman kita banyak
membuat keputusan. Contoh yang sangat mudah, bila suatu saat kita dipecat dari pekerjaan. Orang
beriman akan datang kepada Tuhan dan berdoa, tetapi orang tidak beriman bisa sampai bunuh diri
karena putus asa. Kita sebagai anak Tuhan tidak bisa selalu sejalan dengan yang bukan anak Tuhan,
maka akan terjadi banyak masalah di kemudian hari.
Seringkali orang berkata, “Ya nanti saya injili dia.” Hati-hati dengan hal ini, bila kita tidak kuat bisa-
bisa kita yang mundur dari Tuhan. Jangan pakai pacaran sebagai media untuk penginjilan. Hal itu
sangat beresiko tinggi.
Lalu apa yang dimaksud dengan seimbang? Seimbang disini berarti pasangan kita sama-sama punya
kerinduan untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Karena sekarang ini banyak sekali orang Kristen KTP.
Orang Kristen KTP bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh, jadi hampir sama saja dengan
orang yang bukan Kristen dan akhirnya kita akan menemukan masalah-masalah yang sama seperti
bila kita berpacaran dengan orang yang tidak seiman.

b. Pakailah Akal Sehat


Kejadian 24:14 menulis demikian: Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata:
Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu
juga akan kuberi minum; dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan
6
begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.
Ayat ini memperlihatkan bahwa Eliazar, hamba Abraham yang mendapat tugas mencarikan isteri
untuk Ishak memakan akal sehatnya. Ia mencari seorang wanita yang baik, yang rajin bekerja, yang
mau menolong dan murah hati.
Orang bilang “Love is blind”. Hal ini tidak berlaku buat anak-anak Tuhan. Justru dalam masa pacaran
kita harus mengenali pasangan kita dengan sungguh-sungguh. Kita buka mata kita terhadap semua
sifat-sifat pasangan kita baik itu yang positif maupun yang negatif. Bila kita pakai prinsip “Love is
blind” maka kita tidak boleh bersedih bila nanti kita baru tau bahwa pasangan kita malas luar biasa.
Jangan sampai kita harus mencucurkan banyak airmata hanya karena kalimat “Love is blind” ini.

c. Membangun Kerohanian Kita


Hal yang satu ini seringkali terlupakan oleh kita. Padahal banyak sekali orang yang setelah
berpacaran malah lupa sama Tuhan. Malam minggu yang biasanya datang ke persekutuan pemuda
remaja, maka setelah punya pacar selalu bisa ditemui di bioskop atau di mall bersama pacarnya.
Allah menciptakan Hawa untuk melengkapi Adam, sehingga mereka berdua bisa saling memebantu
dan menopang hingga menjadi pribadi yang serupa dan segambar dengan Allah. Jadi perlu kita teliti,
apakah pacar kita bisa membawa kita semakin dekat kepada Allah atau justru malah menjauh dari
Allah?

d. Hidup Kudus
1 Tesalonika 4:3 mengatakan: Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan. Percabulan bukan dosa terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri (1
Korintus 6:18). Masalah ini sudah sempat dibahas sedikit di bagian sebelumnya. Bahwa hubungan
seks hanyalah untuk pasangan suami isteri yang telah diberkati Tuhan dalam pernikahan kudus.
Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, “Kalau begitu sampai dimana kami boleh berpacaran?
Pegangan tangan boleh tidak? Pelukan boleh tidak? Ciuman bagaimana?”
Alkitab tidak menuliskan secara hurufiah apakah pegangan tangan, pelukan atau ciuman itu berdosa
atau tidak. Tetapi kita berpegangan tangan itu atas dasar dorongan seksual. Ada keinginan untuk
menyentuh pasangan kita. Dan suatu saat pegangan tangan tidak cukup, maka mulai berpelukan.
Hingga satu saat berpelukan pun tidak cukup, mulailah ciuman. Dan si Iblis sudah menunggu di dekat
kita, siap menangkap kita dalam dosa hubungan seks diluar nikah.
Gambar dibawah ini memperlihatkan proses tindakan seksual dalam berpacaran. Bagi anak-anak
wanita Kristen hal ini sangat penting sekali, bahwa seorang wanita harus bisa menghargai dirinya
terlebih dahulu, maka pria akan menghargainya.
Berhubungan dengan hal ini ada baiknya bila pacaran dibangun atas dasar persahabatan yang murni.
Karena seorang sahabat mengasihi tidak dengan nafsu dan kasih eros. Sehingga ia tidak akan
berniat untuk merugikan atau menyakiti pasangannya apalagi melakukan pelecehan seksual.

e. Atas Seijin Orang Tua


Efesus 6:1 menuliskan: Hai anak-anak taatilah orangtuamu di dalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Atas dasar takut akan Tuhan, kita harus mentaati orang tua kita. Bila orang tua kita saja
tidak memberkati hubungan kita apalagi Tuhan yang Maha Kudus?
Banyak sekali anak-anak Tuhan yang berpacaran tanpa seijin orang tua. Hal ini akan sangat
menyakitkan di kemudian hari. Bila seandainya toh ternyata benar bahwa pilihan kita tidak benar,
maka kita akan merasa bersalah, menyesal dan malu. Kita sudah menentang orang tua dan ternyata
7
hidup kita pun tidak bahagia. Bagi pasangan yang mempunyai masalah dengan orang tua, hendaklah
mereka berdoa bersama kepada Tuhan. Tuhan akan bekerja melembutkan hati orang tua kita, bila
memang Tuhan berkenan atas hubungan kita tersebut.

f. Jangan Manipulasi Rohani


Hal ini banyak terjadi pada waktu belakangan ini. Tiba-tiba seseorang menghampiri diri kita dan
berkata, “Kata Tuhan, kamulah pasangan hidup saya.” Jangan sampai kita menggunakan cara ini untuk
menarik perhatian seseorang. Dan kita pun jangan mudah percaya dengan kalimat yang menyejukkan
ini. Karena hal ini sangat jarang terjadi. Pada umumnya pacaran adalah proses, bukan dalam sekejap
“KataTuhan…”Dengan bijaksana kita harus datang kembali kepada Tuhan untuk menanyakan hal
tersebut dan kembali mengecek ulang prinsip-prinsip lainnya yang sudah dituliskan diatas. Dan yang
terpenting pula adalah bahwa kita pun harus bisa mengasihi pasangan kita. Jangan kita berpacaran
karena kasihan, karena simpati atau karena manipulasi rohani diatas.
Diatas segala prinsip-prinsip ini, kita harus sabar menantikan waktu Tuhan. Jangan tergesa-gesa
dalam berpacaran dan awali segala sesuatu dengan doa, termasuk dalam memilih teman hidup.
Karena rumah tangga bisa menjadi sorga buat kita namun ia pun bisa menjadi neraka buat kita.

Anda mungkin juga menyukai