"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia." Kej 2:18
Pernikahan atau memiliki pasangan pada dasarnya adalah inisiatif dari Allah. Allah menciptakan lelaki
dan perempuan memiliki tujuan agar mereka dapat saling mendukung untuk menggenapi rencana
Tuhan.
Ada dua macam keputusan yang terpenting dalam hidup kita yaitu:
Keputusan untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat (& hidup sesuai rencanaNya)
Keputusan dengan siapa kita akan menikah
Seorang anak Tuhan tidak boleh sembarangan memilih pasangan karena Tuhan memiliki rencana yang
indah atas hidup kita bersama pasangan kita.
Banyak sekali anak-anak muda yang terjerumus dalam pengaruh negatif pergaulan lelaki dan
perempuan. Kasus-kasus yang sering terjadi di kalangan anak muda adalah:
Salah pilih pasangan yang mengakibatkan putus cinta yang membuat sakit hati, kepahitan,
trauma, dll yang berpengaruh secara psikologis terhadap hubungannya dengan orang lain di
sekitarnya.
Salah pilih pasangan (atau mungkin karena coba-coba dsj) yang akhirnya ketika menikah,
bagaikan neraka di dunia, bahkan bisa berakhir dengan perceraian, padahal perceraian tidak
diperbolehkan di dalam Tuhan (Mat 5:32, Mat 19:1-9, Rom 7:2-3).
Sembarangan bergaul/‘berpacaran’ dengan cara yang salah (tidak menjaga kekudusan selama
berpacaran) sehingga jatuh dalam dosa percabulan dan perzinahan.
ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM HUBUNGAN ANTARA ANAK
MUDA PRIA DAN WANITA:
1. Kasih Kristus merupakan dasar persahabatan (1 Tim 5:1-2, 2 Tim 2:22)
Sejak muda belajar bersahabat dengan penuh kemurnian karena pernikahan adalah
persahabatan seumur hidup
Kita dapat membangun suatu hubungan dengan baik apabila kita telah mengalami kasih Bapa dan
dipulihkan. Seseorang yang telah dipulihkan, mengalami kasih Tuhan dan mengasihi Tuhan dapat
mengasihi orang lain termasuk pasangannya, dengan cara yang benar.
Syarat Kematangan/kedewasaan secara rohani maupun jasmani
Syarat seorang wanita yang siap mendapatkan pasangan (wanita bijak) Amsal 31:
Memiliki visi / tujuan hidup di dalam Tuhan
Wanita adalah seorang penolong, tetapi wanita juga harus memiliki visinya sendiri, tidak bergantung
pada laki-laki. Seorang wanita harus memiliki visi yang jelas yang diterima dari Tuhan, dimana
visi itu sepadan dengan visi pasangannya untuk menggenapi rencana Tuhan dalam hidup mereka
Cantik batiniah (Amsal 11:2-16)
Seorang perempuan harus memiliki kecantikan batiniah (inner beauty) yang merupakan faktor
utama. Seorang wanita harus dipulihkan dari berbagai macam kepahitan dan kekecewaan. Dia
tidak boleh mencari pasangan karena kesepian, kurang kasih sayang, dll, sehingga cinta hanya
merupakan pelampiasan kebutuhan emosionalnya. Seorang wanita harus benar-benar dipulihkan
terlebih dahulu sehingga ia dapat mendukung pasangannya dengan luar biasa. Tidak menjatuhkan
tetapi mendukung keberhasilan pasangannya.
Tunduk kepada laki-laki (Efesus 5:22-24)
Wanita diciptakan sebagai seorang penolong laki-laki tetapi wanita bukanlah seorang pembantu.
Walaupun demikian, wanita harus belajar penundukan diri terhadap pasangannya. Dia tidak boleh
memiliki roh controlling yang selalu mengendalikan atau mendominasi laki-laki, karena laki-laki
adalah seorang kepala dan imam dalam keluarga (Efs 5:23).
B
Siapa yang harus mulai didoakan?
C Contoh : A tertarik pada BCDE juga seharusnya rela bergaul dengan
F dan meminta pimpinan Tuhan yang barangkali pasangannya walau
D tidak menarik perhatiannya (bergaul seluas mungkin). Instinct dan
A
rasa tertarik saja pada teman tidak bisa jadi dasar pemilihan
E pasangan!
3
Misal : Setelah bergaul sekian tahun, B pindah keluar kota, menikah dengan orang lain, C
mengundurkan diri, D sering salah mengerti, dengan E semakin hambar, sedangkan dengan F
juga tidak ada yang baik….Barangkali kemudian Tuhan kirim orang lain pada A yaitu G yang baru
dikenal. Ia seiman, sebeban dan saling mendukung. Maka mulailah masuk dalam masa komitmen.
c. Mulai berdoa
Apabila kita yang telah memenuhi syarat pria sejati dan wanita bijak, maka ketika kita mulai
menyukai seseorang, mulailah berdoa kepada Tuhan apakah dia adalah pasangan dari Tuhan. Kita
perlu berkonsultasi dengan pemimpin kelompok sel atau gembala untuk membantu
mendoakannya. Sebelum mendapat jawaban yang jelas, jangan mengambil langkah terlebih
dahulu. Tetaplah berteman atau bersahabat seperti biasa tanpa bersikap berlebihan dengan
lawan jenis tersebut dan bersifat eksklusif. Mintalah peneguhan dari Tuhan. Peneguhan bisa
berasal dari Tuhan dengan cara-cara supranatural tetapi juga bisa dengan hal-hal yang alami
atau dari teman-teman dan gembala kita yang kerohaniannya dapat dipertanggungjawabkan.
Gembala dapat membantu hubungan ini dengan sifat yang netral.
d. Tampil apa adanya
Selama masa mendoakan, kita dapat menyelami pribadi masing-masing. Tunjukkan semua
kelebihan dan kelemahan kita. Bukan hanya kelebihan kita saja. Pada saat ini kita harus mulai
berpikir jauh ke depan, apakah kita bisa hidup bersama dengan orang ini dengan segala
kelemahan dan kelebihannya? Mulai kita telusuri visi dan tujuan hidupnya, panggilannya, apakah
bisa sejalan dengan visi kita? Yang jelas, visi kita dengan orang itu harus bisa saling mendukung.
Karena pasangan yang dari Tuhan pasti Tuhan berikan untuk menggenapi rencana Tuhan, jadi
tidak mungkin saling berlawanan tujuan. Pasangan yang dari Tuhan pasti akan membuat kita
semakin dekat dengan Tuhan, bukan malah membuat kita mundur.
e. Menguji
Dalam masa mendoakan, lakukanlah pengujian jarak dan waktu. Agar hati kita bisa netral di
dalam doa, kita tidak boleh selalu berdua, telpon, sms atau bertemu. Percayalah, kalau dia
pasangan dari Tuhan, semuanya akan diatur oleh-Nya. Jangan takut kehilangan. Belajar
berserah kepada Tuhan. Ingat, Tuhan yang memiliki inisiatif pernikahan.
f. Perlunya konfirmasi
Pasangan yang dari Tuhan selalu dikonfirmasi oleh kedua belah pihak dan pemimpin rohani
(pemimpin rohani meneguhkan). Apabila bertepuk sebelah tangan, jangan nekat memaksa.
Setelah itu, mulailah mengenal keluarga masing-masing untuk mendapat persetujuan. Lakukan
doa dari kedua belah pihak dan mulailah berkomitmen untuk menjalin suatu hubungan (kita tidak
menggunakan istilah pacaran/jadian di sini) dengan suatu hubungan yang kudus dari Tuhan,
tanpa hawa nafsu yang menyesatkan.
g. Menjaga Kekudusan
Selama berkomitmen, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menjaga kekudusan
(seperti yang sudah dibahas sebelumnya) jangan terlalu eksklusif. Sebelum melangkah lebih
jauh, perlu persetujuan dari orang tua.
h. Layani Tuhan bersama sesuai dengan visi yang Tuhan berikan. Pada waktunya Tuhan, lakukan
pertunangan dan pernikahan.
Orang yang gagal dalam membina persahabatan/pertemanan biasanya akan membujang seumur
hidupnya, akhirnya merugikan diri sendiri:
e. Merasa tidak membutuhkan pasangan (menghindar dari lawan jenis)
4
Hal ini terjadi karena sering melihat kejadian menyakitkan dari orang tua, kakak, konsep yang
ditanamkan orang tua salah, takut ditolak/dikecewakan, ketakutan mengalami gangguan
privasinya
f. Perfectionistic (menetapkan standar kesempurnaan pribadi)
Kegagalan pertemanan karena sikap idealistic yang tidak masuk akal, mau sesuai dengan standar-
standarnya sendiri, sukar cocok dengan lawan jenis
g. Cry for help (membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang belum terpenuhi)
Kegagalan persahabatan karena tergantungnya pada campur tangan orang tua
h. Rebellious (sikap melawan)
si anak hidup dengan 1001 aturan orang tua akhirnya dia hidup menolak persahabatan
i. Pseudo-piestism (kesalahan yang palsu)
Tipe-tipe orang yang sangat religius, memiliki kebutuhan besar akan kebutuhan rohani.
Kebutuhan rohani belum tentu menunjukkan kematangan rohani. Orang ini menerima mentah-
mentah semua khotbah yang dia dengar dan menetapkan standar sesuai kristerianya sendiri.
Mengisi pergaulan dengan hal-hal rohani terus dan aktivitas gereja. Susah bergaul dengan yang
lain
j. Poor self-identity (pengenalan dan konsep diri yang buruk)
Kebutuhan akan jodoh dilakukan dengan cara mengorbankan harga dirinya sendiri, baru
berkenalan beberapa minggu, rela memberi diri, uang, semuanya, padahal belum ada kepastian
apa-apa.
Karena itu, pemulihan diri sendiri sangatlah diperlukan sebelum memasuki masa komitmen:
d. Hidup Kudus
1 Tesalonika 4:3 mengatakan: Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan. Percabulan bukan dosa terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri (1
Korintus 6:18). Masalah ini sudah sempat dibahas sedikit di bagian sebelumnya. Bahwa hubungan
seks hanyalah untuk pasangan suami isteri yang telah diberkati Tuhan dalam pernikahan kudus.
Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, “Kalau begitu sampai dimana kami boleh berpacaran?
Pegangan tangan boleh tidak? Pelukan boleh tidak? Ciuman bagaimana?”
Alkitab tidak menuliskan secara hurufiah apakah pegangan tangan, pelukan atau ciuman itu berdosa
atau tidak. Tetapi kita berpegangan tangan itu atas dasar dorongan seksual. Ada keinginan untuk
menyentuh pasangan kita. Dan suatu saat pegangan tangan tidak cukup, maka mulai berpelukan.
Hingga satu saat berpelukan pun tidak cukup, mulailah ciuman. Dan si Iblis sudah menunggu di dekat
kita, siap menangkap kita dalam dosa hubungan seks diluar nikah.
Gambar dibawah ini memperlihatkan proses tindakan seksual dalam berpacaran. Bagi anak-anak
wanita Kristen hal ini sangat penting sekali, bahwa seorang wanita harus bisa menghargai dirinya
terlebih dahulu, maka pria akan menghargainya.
Berhubungan dengan hal ini ada baiknya bila pacaran dibangun atas dasar persahabatan yang murni.
Karena seorang sahabat mengasihi tidak dengan nafsu dan kasih eros. Sehingga ia tidak akan
berniat untuk merugikan atau menyakiti pasangannya apalagi melakukan pelecehan seksual.