DI SUSUN OLEH
NIM : 1812100842
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristusyang telah
memberikan rahmat dan petunjuknya, sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini berupa
makalah dengan judul “pacaran secara kristiani” untuk memenuhi tugas mata kuliah ETIKA
Puji Tuhan, akhirnya paper pacaran secara kristiani dapat diselesaikan. Saya juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan maupun
kekurangan, baik dari segi pengetikan, maupun materi yang di sajikan. Oleh sebab itu, saran
dan kritik dari semua pihak yang terkait sangat di harapkan agar paper ini dapat lebih baik
lagi ke depannya
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang salah dan tidak sesuai.
Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Kita sering sekali mendengar prinsip yang mengatakan bahwa pacaran adalah ajang di mana
kita memilah yang serius untuk di ajak ke masa depan. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu
dengan orang yang kurang tepat. Hal ini di kenal dengan kata pemborosan waktu pada anak
Dengan pacaran juga membuat kita mampu mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan
pasangan kita. Sebenarnya tidak ada aturan khusus pacaran Kristen yang diatur , akan tetapi
kita bias melihat apa yang sudah di katakana alkitab, dan bias menjadi acuan untuk
PEMBAHASAN
A. Definisi Pacaran
Masa muda adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah? Karena, pada masa-
masa inilah seorang remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Secara
biologis, tentu kita sudah tahu bahwa remaja putri akan mengalami haid, beberapa bagian
tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang remaja putra akan mulai
tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan beberapa perubahan lainnya.
Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa yang dinamakan cinta monyet. Apa itu
cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa bisa suka kepada lawan jenis? Dan, pertanyaan-
pertanyaan lainnya.
hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dengan laki-laki, di dalamnya ada rasa kasih
dan sayang satu sama lain. Sedangkan, "berpacaran" memiliki arti berkasih-kasihan, bercinta,
atau bersuka-sukaan. Namun, pernahkan Anda tahu bagaimana awal mula kata pacaran? Kata
pacaran dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata indehoi. Kata indehoi ternyata tidak
muncul dengan sendiri, tetapi kata ini berasal dari bangsa Mesir.
Di Mesir, terdapat tumbuh-tumbuhan yang bernama hoi. Hoi adalah tumbuhan yang
tumbuh subur di sepanjang sungai Nil. Tumbuhan hoi tingginya setinggi perawakan manusia,
antara 100-150 cm, berdaun hijau lebat, dan terus tumbuh sepanjang tahun. Di Mesir,
biasanya seorang laki-laki yang tengah dekat dengan seorang wanita, kemudian mulai ada
rasa tertarik dan rasa suka, hingga akhirnya mereka melakukan hubungan badan di balik
pohon-pohon hoi. Nah, dari definisi dan sejarah tentang pacaran, kita bisa melihat bahwa
Oleh sebab itu Jikalau kita hanya bicara mengenai berpacaran, maka nilai apa yang
akan kita terapkan dalam pacaran tersebut? Tidakkah kita melihat bahwa kehidupan
berpacaran dari dulu sampai sekarang makin tidak karuan, di mana nilai-nilai moral dibuang
dari padanya? Tidak jarang kita melihat bagaimana orang mempraktekkan free love, memiliki
pasangan lebih dari satu orang sekaligus, gonta-ganti pasangan dengan begitu mudahnya.
Itulah yang pernah saya temui ketika masih duduk di bangku sma sampai berkuliah di ambon.
Saya mengecap yang namanya pergaulan bebas di akibatkan rasa penasaran dengan
Kita juga melihat tujuan pacaran yang semakin tidak jelas, atau mungkin jelas, tetapi
salah. Karena itu, kita dapat mendengar atau menyaksikan orang berpacaran, menganut gaya
free sex (sex bebas). Akibatnya, terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya
melihat kenyataan ini. Menurut sebuah penelitian yang pernah dimuat di media massa,
tingkat aborsi (pengguran kandungan) di Indonesia sangat tinggi, khususnya terjadi di kota-
kota besar. Kesedihan tidak hanya berhenti di sini, bisa juga hal-hal ini berakibat pada
percekcokan yang tajam dan saling melukai serta menciderai pihak yang lain. Itulah
sebabnya, kita harus melihat prinsip dan tujuan berpacaran secara jelas, sesuai dengan firman
Tuhan.
Bicara soal prinsip dan tujuan pacaran, tentu saja tidak seperti disebutkan di atas. Ada
beberapa prinsip penting yang harus diterapkan dalam berpacaran secara Kristen.
1. pacaran tersebut haruslah memuliakan Tuhan
Ini saya sebut dengan prinsip vertikal. Demikianlah Firman Tuhan, "Apapun yang
kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan, bukan untuk
manusia." (Kol.3: 23). Itulah sebabnya kalau sepasang muda-mudi Kristen sungguh-
sungguh menghayati prinsip vertikal ini, mereka sebenarnya akan lebih kreatif
terdorong dan tegas untuk menolak dan menghindari kegiatan yang nyata-nyata
Hal inilah yang mulai berusaha saya bangun dalam hubungan berpacaran saya saat
ini. Terkadang saya tergoda dengan kedagingan saya, sehingga hubungan berpacaran
saya tidak bertahan lama disebabkan hubungan yang saya bangun tersebut tidak
memuliakan Allah. Oleh sebab itu sampai saat ini saya berusaha untuk belajar lebih
Ini yang saya sebut dengan prinsip horizontal. Tuhan Yesus menyimpulkan isi hukum
Taurat dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan, jiwa dan segenap akal
memberikan satu kalimat yang sangat indah, "Milikilah kasih, maka kamu dapat
melakukan segalanya." Kembali kepada pasangan anak-anak Tuhan, jika saja mereka
menghayati prinsip horizontal ini, maka tentu mereka akan semakin menikmati
hubungan mereka tiap-tiap hari. Semakin hari, minggu, bulan, tahun suasana
berpacaran tersebut akan semakin indah; tidak semakin membosankan karena masing-
namun saya berpacaran untuk melampiaskan emosi, dan nafsu yang di akibatkan
karena latar belakang keluarga yang hancur dan kurangnya pemantauan dari orang tua
saya sendiri.
Prinsip vertikal dan horizontal di atas, sesungguhnya hanya dapat dilakukan dengan
prinsip ketiga ini, yaitu hidup dalam kekudusan. Demikianlah Firman Tuhan,
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang
menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di
dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang adalah kudus, yang telah memanggil
kamu. Sebab ada tertulis: kuduslah kamu sebab Aku kudus" (1Pet.1:14-16). Dalam
bagian lain, rasul Paulus juga menegaskan, "Karena inilah kehendak Allah:
bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1Tes.4: 3, 7)
ini menyadarkan saya Mengapa saya gagal memuliakan Tuhan dalam masa pacaran
saya? Mengapa saya yang sebelumnya nampaknya begitu penuh kasih, bergaul begitu
manis bagaikan madu, begitu mesra dan hangat seakan-akan dunia ini milik kita (saya
dan pacar saya) berdua, tapi kemudian berakhir dengan sedih serta dengan cucuran air
mata? Akirnya saya sadar Kemungkinan besar adalah karena saya melanggar prinsip
kekudusan ini dalam pergaulan saya dan pasangan saya. Akibatnya, mungkin saya
terlalu bebas bergaul, menerapkan gaya pacaran duniawi yang mungkin sadar atau
tidak telah mempengaruhi kami. Ketika hal itu terjadi, terjadilah 'kecelakaan'. Hal
inilah yang membuat saya kemudian menghilang dari komunitas atau persekutuan
yang pernah giat saya ikuti. Namun puji Tuhan saya berusaha bangkit kembali dan
berusaha membangun hubungan saya dengan Tuhan kembali, yang pada awalnya saya
tidak percaya diri dan merasa bahwa tidak mungkin mendapat pengampunan Tuhan
dan kesempatan atas apa yang saya sempat perbuat di masa lalu. namun saya berhasil
Setelah membahas ketiga prinsip di atas, kita akan melanjutkan dengan tujuan
menganjurkan orang untuk langsung saja menikah, dan tidak usah melewati masa
pacaran? Saya menjawab dengan tidak. Sekalipun resiko berpacaran dapat terjadi,
bahkan resiko itu begitu besar, saya tetap melihat pentingnya berpacaran.
Kalau melihat cara dan gaya beberapa orang yang sedang berpacaran, saya
memiliki kesan bahwa mereka berpacaran adalah demi penyaluran hawa nafsu
mereka. Itulah sebabnya, dengan penghayatan seperti itu, tidak heran kalau
mereka selalu ingin ketemu dengan kekasih mereka pada saat-saat kondisi
mengalami 'ketegangan'.
Ada orang mengatakan, "Setelah pacaran, saya jadi makin semangat belajar.
Karena itu, cari pacar cepat-cepat. Jangan ngelamun terus." Sekalipun mungkin
orang ini semakin giat belajar setelah punya pacar (dan itu tentu baik) namun ini
Tidak baik, bukan? Tapi ini juga kenyataan. Akhirnya, pacaran juga tidak boleh
untuk mengisi kesepian. karena itu sempat saya alami seperti apa yang saya
berpacaran adalah kasih. Itulah sebabnya, sekalipun ada kemungkinan resiko negatif terjadi
dalam pacaran, di dalam kasih hal itu tetap perlu dilakukan. Untuk apa? Untuk persiapan
menuju pernikahan. Jadi kita menegaskan di sini bahwa pacaran itu adalah untuk menuju
kepada pernikahan, bukan sekedar free love tanpa arah yang jelas. Dalam masa persiapan
ini akan terjadi masa penyesuaian. Beberapa hal yang sangat penting kita sebut di sini.
1. penyesuaian rohani.
Jika pria terlihat cukup dewasa, sedangkan si perempuan kelihatannya masih kanak-
kanak secara rohani, maka baiklah masa ini digunakan untuk membawa kekasih tersebut
Karena pada saatnya nanti, hal itu dapat menyulitkan keduanya. Demikian juga sebaliknya,
perempuan dapat membawa si pria kepada kedewasaan rohani. Hal itu dapat dilakukan
dengan mengisi saat-saat pacaran (dating) untuk sharing (membagi pengalaman kerohanian)
Frasa berpacaran jikalau dilihat dari etimologi katanya ternyata memiliki unsur yang
negatif karena dalam berpacaran pada konteks masa lalu, sepasang kekasih akan melakukan
hubungan badan. Oleh sebab itu, frasa "berpacaran" harus dikaji ulang.
Lalu, bolehkah seorang remaja putri menjalin kedekatan dengan seorang remaja putra?
Jawabannya tentu saja boleh, asalkan kita bisa mengikuti rambu-rambu yang sudah Allah
berikan dalam Alkitab. Mengasihi lawan jenis tentu diperbolehkan, tetapi kita harus
introspeksi diri karena kita sudah memiliki patokan dalam menjalin kedekatan dengan lawan
jenis, atau apakah kita justru hanyut dalam berbagai problematik remaja?
memiliki karakter Kristus. Generasi yang memiliki integritas dan selektif dalam menjalin
sebuah hubungan. Dan, satu hal yang utama, biarlah kita menjaga kekudusan kita hingga kita
masuk dalam pernikahan yang kudus dan pernikahan yang menerima berkat sulung
pernikahan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://remaja.sabda.org/apa-kata-alkitab-tentang-pacaran
http://ikatolik.com/gaya-pacaran-yang-sehat-menurut-alkitab/
https://www.facebook.com/notes/manna-doloksaribu/berpacaran-secara-
kristen/10151515049057735/