Panggabean
Nim : 16.01.1393
M. Kuliah : Liturgika II
2. Mimbar
2 Buah, 1 buah di sebelah kiri altar dan lebih tinggi dari altar , dan disebelah kanan
altar yang lebih kecil dan sejajar dengan altar. Bagian atas mimbar ditutupi dengan kain
berwarna hijau di bagian tengahnya dan diberi lambang salib.
Analisa: Jumlah mimbar sudah tepat yaitu sebanyak 2 buah sesuai dengan fungsi
masing-masing yang berbeda. Mimbar di sebalah kanan altar sebagai tempat berkhotbah. Hal
ini menandakan bahwa Gereja GKPI Estomihi masih mengikuti peletakan mimbar Lutheran
kuno yaitu disebalah kanan atau kiri altar dan bukan di tengah. Mimbar di sebalah kanan altar
sebagai tempat untuk membacakan warta jemaat dan doa syafaat. Penggunaan kain hijau
pada meja altar sesuai dengan nama minggu/ perayaan minggu setelah Trinitatis.
Preludium` : ... (diiringi musik/organ) .... Pelayanan memasuki ruang Ibadah. Setelah itu
liturgis mengudang jemaat untuk mempersiapkan diri memasuki peribadahan dengan
bersaat teduh.
Analisa : Pada bagian ini liturgis sebaiknya melakukan panggilan beribadah kepada
jemaat yang diambil dari nats Alkitab. Sebab, panggilan beribadah; adalah inisiatif Allah,
Allah lah yang memanggil kita untuk beribadah dengan firman Tuhan, maka kata pengantar
haruslah firman Allah. Sebab yang memanggil untuk beribadah adalah Allah dan bukan
manusia.
Votum : Di dalam nama Allah Bapa, dan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan
Roh Kudus, Khalik langit dan bumi. Amin
Doa Introitus : Liturgis Membacakan doa introitus sesuai dengan Minggu/ Perayaan
Gerejawi.
Analisa: Nyanyian ini sesuai dengan Hari Minggu XVII Setelah Trinitatis dan
respons Jemaat terhadap doa pembukaan.
5. Koor: Remaja
Analisa: Koor remaja seperti kurang persiapan, sebab mereka menyanyi kurang
semangat dan volume suaranya terlalu kecil tertutupi oleh suara musik pengiring (gitar dan
organ) yang lebih keras.
6. Bernyanyi : KJ 27:1-2 (pada bait terakhir jemaat berdiri)
7. Doa Pengakuan Dosa
Analisa: Pada bagian ini merupakan alur liturgi 2 yaitu kesadaran diri. Seharusnya
pada bagian kesadaran diri, diawali dengan refleksi yaitu “Hukum Taurat”, kemudian
dilanjutkan dengan pengakuan dosa. Sebab dengan memperdengarkan serta memahami
Hukum Taurat dari Allah, anggota Jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-kesalahan
dan pelanggaran yang dia lakukan (Roma 3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga
berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan
memohon kekuatan untuk melakukan Taurat-Nya. Setelah itu, barulah jemaat mengakukan
dosanya di hadapan Tuhan. Jadi, haruslah Hukum Taurat dahulu barulah kemudian
pengakuan dosa, diikuti dengan pengampunan dan pendamaian.
Setelah Jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa
tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ‘doa pengampunan dosa’, Jemaat memohon dalam
kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk
masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu
dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah
mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11).
Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan
mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin.”
Pada bagian saat teduh, pemusik mengiringinya dengan sangat baik, denga volume
dan pemilihan lagu yang sangat tepat untuk pengampunan dosa. Namun, akan sangat baik
jika saat teduh juga diiringi oleh saksofon bukan hanya organ.
Analisa: Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya
melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah
menyapa umat-Nya melalui surat kiriman, yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik
dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang
mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat
mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.
Analisa: Doa syafaat merupakan bagian dari respon jemaat setelah mendengar
Firman yang disampaikan. Oleh sebab itu, penempatannya sebelum Firman merupakan
sesuatu yang salah dan keliru. Doa syafaat sebaiknya dibawakan oleh pengkotbah setelah
pemberitaan Firman. Dalam doa syafaat, seorang pengkotbah mendoakan seluruh kehidupan
jemaat, gereja, masyarakat,dan bangsa Indonesia.
Analisa: Nyanyian ini merupakan pengantar jemaat untuk kotbah yang akan
didengarkan, sekaligus untuk mempersiapkan hati jemaat mendengarkan Firman.
Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan Jemaat sebagai
respons atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah
pemilik segala sesuatu dan pemberi segala sesuatu (Lihat Mat 6:13).
20. Berkat
Amin... Amin.. Amin
Analisa: Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada
Umat Israel. Melalui berkat ini penulisa pamahami bahwa Allah juga telah memberkati
Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan
“Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”. Pada bagian berkat, Penatua
mengganti kata “engkau” dengan “kita”, sebab hanya pendeta sajalah yang dapat
mengucapkan berkat dengan kata “engkau”.