PENDAHULUAN.
Dari dua hal ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa semua manusia
yang hidup selalu bertindak dengan iman menuju pengharapan-
pengharapannya. Atau jika disandingkan dengan tema di atas maka dengan
kata lain, “Iman adalah kendaraan yang setiap manusia kita gunakan,
sementara Pengharapan adalah tujuan yang akan mereka capai di masa
depan”. Akan tetapi Iman dan Pengharapan seperti apakah yang menjadi
pedoman kita dalam menyongsong masa depan?
Konteks pada ayat ini berbicara mengenai surat nabi Yeremia kepada
umat Israel (Kerajaan Yehuda—Selatan) di pembuangan Babel. Suatu janji
yang Tuhan nyatakan melaluinya bahwa masa depan umat Israel akan
dipulihkan sesuai dengan rancangan Tuhan, namun mereka harus menunggu
selama tujuh puluh tahun (Yer. 29:10) akibat pelanggaran mereka. Suatu
bentuk anugerah yang disampaikan mendahului masa penghukuma Tuhan
terhadap ketidak-setiaan Israel. Tuhan menghukum dosa dan pelanggaran
mereka, namun Ia tetap mengasihi mereka. Dari pengalaman iman umat Israel
(Kerajaan Selatan) ini, kita memperoleh dua hal penting mengenai janji Tuhan
tentang iman dan pengharapan masa depan kita.
Di atas saya telah sampaikan bahwa “Iman” adalah kendaraan yang
kita gunakan untuk mencapai “Pengharapan” sebagai tujuan akhirnya. Ayat
ini memberikan tujuan akhir mengenai pengharapan di dalam rancangan
Tuhan.
“Aku mempunyai rencana yang baik bagimu. Aku tidak merencanakan melukai
kamu. Rencana-Ku ialah memberikan pengharapan dan masa depan yang baik
bagimu.” (Terjemahan Mudah Dibaca).
Tujuan akhir yang Tuhan rancangkan bagi umat-Nya adalah untuk
suatu masa depan yang baik. Masa depan yang penuh damai sejahtera dan
pengharapan. Kata “damai sejahtera” dalam ayat ini menggunakan kata
“Shalom” yang berarti “sehat, utuh, dan dalam keadaan baik”. Suatu keadaan
ideal yang diidamkan oleh manusia karena baik secara jasmani, rohani,
maupun sosial ekonomi, semuanya baik. Inilah janji Tuhan. Tuhan
menghendaki agar Saudara dan saya memperoleh janji berkat ini.
Ayat ini merupakan prinsip dasar kita menghadapi masa depan dengan iman
dan pengharapan.
Tuhan tidak pernah menekankan pada salah satu hal saja dari ketika
unsur di atas. Ia tidak pernah menyarankan agar kita hanya “meminta” tanpa
“mencari”. Kalau hanya “meminta”, kita akan menjadi orang Kristen yang
peminta-minta, orang-orang yang bermental pengemis. Kalau hanya “mencari”,
kita akan menjadi anak Tuhan yang tidak tahu bersyukur atas berkat Tuhan,
mengandalkan kekuatan sendiri, dan memberhalakan pekerjaan serta materi.
Tuhan mengajarkan secara seimbang untuk “Meminta” dan pergi “Mencari”.
Berdoa dan berjuang! Itu bahagian kita, suatu panggilan iman kristiani yang
diaplikasikan dalam dunia kerja untuk mencapai masa depan. Sedangkan
perihal “Ketok” dan pintu dibukakan adalah bagian Tuhan. iman dan
pengharapan yang diekspresikan dalam tindakan praktis adalah bukti dari
orang-orang yang takut akan Tuhan. dan bagi orang-orang yang takut akan
Tuhan, Amsal mengatakan demikian, “… takutlah akan TUHAN senantiasa!
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Ams.
23:17-18).
PENUTUP.
Iman adalah kendaraan yang kita tempu untuk sampai kepada
pengharapan, yaitu tujuan akhir kita. Namun iman dan pengharapan kristiani
tidak meniadakan tindakan iman. Dengan kata lain, beriman dan
berpengharapan di dalam Kristus tidaklah menjadikan kita menjadi seorang
pemalas. Berdoa dan berpengharapan saja tidak cukup untuk menjadikan
Saudara seorang menejer perusahaan yang berhasil, maka perlu tindakan dan
langkah-langkah iman yaitu melakukan apa yang menjadi bagian kita—
sekolah dengan baik, belajar dengan giat, dan gapai masa depan yang cerah
bersama dengan Tuhan. Hanya dengan tindakan iman demkianlah kita akan
siap menghadapi dan menyongsong masa depan yang penuh damai sejahtera
dan pengharapan. Amin, Tuhan Yesus memberkati Saudara/i.