Anda di halaman 1dari 49

SAKRAMEN – SAKRAMEN

GEREJA
DEFINISI
 Secara tradisional, Sakramen didefinisikan sebagai
tanda suci yang ditetapkan oleh Kristus untuk
memberikan kasih karunia.
 Setiap Sakramen terdiri dari unsur yang terlihat dan yang
tidak terlihat. Yang terlihat adalah tanda dari yang tidak
terlihat.
 Apa yang terjadi secara luar menunjukkan apa yang terjadi
secara dalam.
 Kristus bertindak pada kita dalam Sakramen pada tingkat
yang lebih dalam dan tidak terlihat, dan kita bertemu
dengan-Nya di dalamnya.
 Dalam Sakramen, kasih, kuasa, dan kasih karunia dari
Misteri Paskah diterapkan kepada kita dengan cara yang
khusus, untuk menyucikan hidup kita.
TIGA KELOMPOK SAKRAMEN
 Sakramen-sakramen Inisiasi: Baptis, Penguatan,
Ekaristi
 Sakramen-sakramen Penyembuhan: Tobat dan
pengurapan orang sakit
 Sakramen-sakramen Pelayanan untuk kebersamaan:
tahbisan dan perkawinan
DIMENSI KEHIDUPAN MANUSIA
 Sakramen-sakramen ini meliputi berbagai dimensi
kehidupan manusia.
 Baptisan melambangkan kelahiran rohani,
 Penguatan melambangkan pertumbuhan rohani,
 Ekaristi melambangkan makanan rohani.
MANUSIA SOSIAL DAN SIMBOLIS
 Hidup bersama berdimensi simbolis: setiap
pengalaman hidup berstruktur simbolis, tidak dapat
dilepaskan antara simbol dan realitas. Misal: cincin simbol
ikatan
 Ernest Cassirer: manusia adl. Animal Symbolicum. Manusia
tidak lepas dari simbol.
 Apa saja bisa jadi simbol, misal sapu tangan mgingatkan
akan pacarnya, batu diambil sbg simbol org yang keras
YESUS KRISTUS SEBAGAI INDUK
SAKRAMEN
 Dlm diri YK, tampaklah adanya:
- Tegangan yg Ilahi-manusiawi
- YK mjd puncak karya keselamatan Allah.
 YK bukan hanya menampakkan diri Allah yg hadir
bagi umat-Nya, tetapi juga mjd simbol real dari
hdp Allah bagi kita. Kol 2:2 = YK adl Rahasia Allah
/ mysterion Tou theou.
SAKRAMEN-SAKRAMEN SEBAGAI MEDAN
PERJUMPAAN
 Perjumpaan antara Allah dan manusia melalui Yesus
Kristus, berlangsung dalam bentuk tanda atau
symbol
 Rahner: sakramen bukan “alat/saluran”
keselamatan, yg seakan-akan langsung dpt
dipancurkan dari Allah. Rahner menempatkan
sakramen2 dalam hubungannya dengan Kristus
sebagai Sakramen Induk yang hadir dan
melaksanakan karya penyelamatan-Nya melalui dan
dalam Gereja sebagai sakramen dasar.
SAKRAMEN-SAKRAMEN BAGI SITUASI DASAR DAN
KONKRET MANUSIA
 Sakramen2 dipandang sebagai instansi atau tahap paling
konkret, di mana keselamatan Allah dalam Kristus itu dapat
dialami. Sakramen-sakramen bersangkut paut dengan
simpul-simpul kehidupan pokok manusia.
 Ada tahap2 & peristiwa2 pokok yg dialami manusia: lahir-
mati, tumbuh-sakit, kebutuhan dasar, tempat hidup&
tempat sosial, berkeluarga-bermasyarakat. disinilah
sakramen mendapat tempat & peranan
 Peristiwa2 dasar dan penting yg dialami manusia
didampingi & disertai sakramen2 Gereja
 Sakramen2 Gereja mau menunjukkan bahwa
Tuhan sebenarnya senantiasa hadir dan
menyertai tiap orang dalam perjalanan hidupnya
dan sbg simbolisasinya dlm peristiwa pokok itu
Tuhan hadir melalui pelayanan sakramen2
Gereja
 Dalam simpul peristiwa2 pokok, peristiwa
keselamatan Allah melalui Kristus dikenang dan
dirayakan
SAKRAMEN BAPTIS
 Sakramen pembaptisan adalah sakramen
inisiasi pertama dan pintu masuk ke dalam
hidup rahmat.
 Mengantar seseorang untuk dapat menerima
sakramen-sakramen lain demi keselamatan.
 Sebab melalui sakramen pembaptisan
seseorang secara rohani dilahirkan kembali
sebagai anak Allah, menjadi seorang murid
Kristus dan diperkenankan masuk ke dalam
persekutuan Gereja Kristen.
 Dari dan melalui sakramen pembaptisan juga
seseorang dianugerahi rahmat penebusan dosa,
kelahiran kembali menjadi manusia baru
(sebagai anak Allah), mendapatkan rahmat
pencurahan Roh Kudus, penyatuan kita dengan
Kristus yang mulia. (1 Yoh 3:1). Kita menjadi
anggota Tubuh Kristus yang mistik, yaitu Gereja.
Kristus adalah Kepalanya. Kita semua anggota-
anggota-Nya yang saling kasih mengasihi
BAPTISAN DALAM KITAB SUCI
 Tradisi Yahudi: ada banyak ritus pentahiran (krn
sentuh mayat, sentuh si kusta, sentuh binatang
haram) spy tahir, org tsb perlu ditenggelamkan ke
dlm air & dpt berulang-ulang.
 Kelomp Esseni: ada ritus inisiasi dgn
penenggelaman ke dlm air tapi tdk berulang2.
 Kelomp proselit yg ingin mjd org Yahudi: perlu sunat
& penenggelaman ke dlm air dilakukan sendiri & tdk
dpt diulang2.
Baptisan Yohanes Pembaptis, meliputi:
 penenggelaman ke dlm air
 tdk dpt diulang2
 dilakukan o/ Yoh Pemb
 baptisan u/ pertobatan berhadapan dgn
Allah sbg hakim.
Yesus dibaptis oleh Yoh Pembaptis?
 Yesus juga mau menantikan kedatangan
Kerajaan Allah (Mrk 1:14-15)
 Yesus ingin solider dgn kita yg berdosa (Ibr
2:17)
 Demi kehendak Allah (Mat 3:15) yg paling
eksplisit
BAPTISAN PADA GEREJA PERDANA

 Ritusnya tdk begitu jelas, tapi selalu ada unsur:


 Penenggelaman ke dlm air
 Selalu menyebut nama Yesus
 Selalu ada pelayannya (tdk dilakukan sendiri)
 Tdk dpt diulang2.
MAKNA TEOLOGIS:
 Baptisan sbg tanda iman pd YK dlm Grj (Mat 28:19; Mrk 16:16;
Rom 6:1-14)
 Baptisan membuat kita serupa dgnYK yg wafat & bangkit (Rom
6:1-14)
 Baptisan sbg pengampunan dosa (Kis 2:38)  baptis dewasa tdk
perlu ngaku dosa sebelum dibaptis, krn dgn pembaptisan
dosanya diampuni sekaligus.
 Baptisan mengaruniakan RK  dgn baptis, kita disatukan dgn
misteri paskah (wafat & kebangk YK) & mjd anak2 Allah.
 Baptisan mempersatukan kita ke dlm Grj (1 tubuh) 1 Kor 12:13
 Baptisan sbg karunia hdp baru (Yoh 3:5-7)  dilahirkan kembali.
SEJAUH MANA BAPTISAN
PERLU UTK KESELAMATAN KITA?
 KV II: masih pertahankan tegangan tapi tdk lagi
menyebut kata “di luar Grj tdk ada keslmtan”.
Tegangan tsb terdpt di LG 14 (perlunya baptisan
u/ keslmtan) & LG 16 (grj akui kebenaran dari
Allah di luar Grj).
 Apakah KV II berpikir bhw org perlu baptis? Ya,
LG 14.
PROBLEM BAPTISAN BAYI
 Masalah: bolehkah baptisan bayi itu? Apa
tidak melanggar hak asasi manusia?
 Teologi sekarang tidak bertanya tentang
perlunya baptisan bayi, tetapi apakah bayi
dalam lingkungan keluarga Kristiani harus
dibaptis?
 Sejarah: Kitab Suci tidak memberi informasi,
paling-paling 1Kor 1:16; Kis 16:15. Namun, sejak
Origenes, baptisan bayi sudah biasa sejak awal
dan mulai abad V sudah umum tersebar
Argumentasi yang menolak, alasan:
 Iman sebagai pengakuan dan urusan pribadi
 Iman sebagai tanggapan atas pewartaan
 Imansebagai tindakan manusia yang bertanggung
jawab dan mengandaikan kebebasan.

Argumentasi pro, alasan:


 Manusia sejak awal selalu dalam kebersamaan
 Iman juga sebuah proses
 Iman itu karunia Allah
Usaha jawaban Gereja Katolik.
Baptisan bayi itu perlu, karena:
 Penebusan itu karunia Allah. Baptisan dengan
bagus mengungkapkan hal ini
 Beriman itu selalu bersama dengan orang lain,
sebab manusia mahluk sosial
 Beriman itu bukan peristiwa sekali jadi, tapi sebuah
proses pertumbuhan yang terus menerus (Rm.
6:10-11)
PROSES INISIASI
 Masa I : Masa Pra katekumenat= u/ simpatisan, waktunya
tak terbatas tergantung kesiapan, dan org mau & ingin
mjd Katolik (simpatisan mjd katekumen – pelantikan
katekumen)
 Masa II: Masa Katekumenat= berisi pelajaran ttg seluruh
isi iman Grj, perlu keterlibatan jemaat, lamanya 1-1½ th
(pelantikan calon baptis)
 Masa III: Masa Persiapan Terakhir= selama masa pra
paskah, pendalaman skrm2 inisiasi, ada rekoleksi2,
upacara penyucian (scrutinia/upacara Tobat) (perayaan
inisiasi)
 Masa IV: Masa Mystagogi (pengantar ke misteri: para
baptisan baru dimantapkan kembali dlm lingk umat
beriman dgn segala adat dan kebiasaannya)=
menjadi baptisan baru dan berlangsung selama
masa Paskah lalu berakhir pada HR Pentakosta.
NAMA BAPTIS

Nama baptis bukan syarat demi sahnya/ validitas


baptisan, tapi sdh mjd tradisi yg baik & pantas
dilanjutkan
SEJARAH PENGGUNAAN NAMA BAPTIS:
 Abad I : penggunaan nama org kudus bagi org yg sdh
dibaptis di Grj Timur.
 Abad IV : nama org kudus biasa digunakan u/ baptisan
kanak2
 Abad XIII: praktik penggunaan nama baptis tersebar di Grj
Barat
 Catechismus Romanus (1566) : perlunya menggunakan
nama baptis
 Rituale Romanum (1614) : mewajibkan penggunaan nama
baptis
Ada 4 alasan:

• agar kesucian org tsb memancar dlm hdp baptisan


baru
• agar org suci itu melindungi dgn doa
• nama baptis mrp simbol hdp baru
• u/ ungkapkan makna communio sanctorum
(persekutuan para kudus)
SAKRAMEN TOBAT
 Manusia adalah makhluk yang rapuh.
 Kecenderungan atau potensi untuk jatuh ke
dalam dosa selalu terjadi. Dosa yang dilakukan
membuat manusia semakin menjauhkan diri dari
rahmat Allah.
 Untuk hidup dalam rahmat, manusia disembuhkan
melalui sakramen tobat. Imam yang bertindak
sebagai in persona Christi (dalam pribadi Kristus)
memberikan absolusi. Absolusi terjadi bukan atas
kemauan pribadi sang imam tetapi Kristus sendiri.
 Sakramen tobat sebagai sarana pertobatan
mengantar setiap orang berdosa untukmengakui
dosa di hadapan Allah. Pengakuan dosa di hadapan
Allah menjadikan kita hidup dalam rahmat.
SAKRAMEN EKARISTI
 Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus
sendiri dan Gereja;
 di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan
imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah
Bapa dengan kehadiran-Nya secara substansial
dalam rupa roti dan anggur
 Dia memberikan diri-Nya sebagai santapan
rohani kepada umat beriman yang
menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.
 Sakramen Ekaristi seringkali dikenal dengan
istilah puncak sakramen inisiasi. Di saat yang
sama pula sakramen Ekaristi menjadi puncak
dan sumber kehidupan Gereja.
 Dari dan melalui Ekaristi, Allah dimuliakan dan
manusia dikuduskan. Rahmat yang diterima dari
sakramen Ekaristi mengantar umat Allah kepada
sebuah kesadaran untuk selalu mengamalkan
Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
 Motivasi merayakan ekaristi: perjumpaan
bersama satu sama lain; kehadiran nyata
Kristus; merenungkan SabdaNya di dalam
Liturgi Sabda; merayakan Karya Keselamatan
yang saat ini sedang berlangsung; pengharapan
eskatologis; semuanya ini hendaknya menjadi
motivasi yang kuat untuk merayakan Ekaristi
setiap hari.
SAKRAMEN KRISMA
 Sakramen Krisma dikenal juga dengan nama
sakramen penguatan.
 Dari dan melalui sakramen Krisma, setiap orang
mendapat rahmat pencurahan Roh Kudus.
 Seseorang harus menyadari dan menghayati
kehadiran Roh Kudus dalam diri mereka sebagai jiwa
seluruh jemaat kristen dan kegiatan-kegiatannya.
Roh Kudus yang selalu menjiwai orang beriman
secara resmi dilantik menjadi saksi Kristus, baik
melalui perkataan maupun perbuatan
 Sakramen krisma ingin mengembangkan,
menguatkan dan meneguhkan apa yang kita
terima dalam pembaptisan: semakin menyadari
kehadiran Roh Kudus secara penuh di dalam diri
kita.
 Sakramen krisma berhubungan dengan sebuah
kedewasaan.
 Kedewasaan yang menjadi tujuan dari sakramen
krisma mengantar setiap orang sebagai anggota
Gereja untuk mampu mengembangkan Gereja
dengan tanggung jawabnya masing-masing.
SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
 Dewasa ini sakramen pengurapan orang sakit
dikaburkan maknanya oleh sebagian umat
katolik.
 Pemahaman yang keliru dan ketakutan saat
imam akan memberikan sakramen tersebut.
 Sakramen pengurapan orang sakit dapat
mempercepat kematian keluarga atau sanak
saudara mereka.
 Sakramen pengurapan orang sakit; memberi kekuatan
rohani bagi orang yang sakit serius dan terancam
bahaya mati. Karena itu, sakramen ini bisa diterima
lebih dari sekali.
 Sejalan dengan pengobatan dan perawatan, jiwa juga
dipelihara dengan pendampingan rohani. Sakramen
pengurapan orang sakit berguna untuk memberi
kekuatan melawan depresi serta memberi
kesembuhan baik spiritual maupun fisik.
 Dengan kata lain, seseorang yang menerima
sakramen pengurapan orang sakit dikuatkan agar
mampu menghadapi sakit penyakit dan ajalnya.
SAKRAMEN PERKAWINAN
 Perkawinan mempunyai kedudukan yang tinggi di
dalam kehidupan keluarga.
 Yesus pun menekankan kesetiaan dalam perkawinan
dan menolak perceraian (bdk. Mat. 19:8).
 Gereja katolik melalui Kitab Hukum Kanonik 1983
Kan. 1055§ 1. kembali menegaskan hal yang sama
dengan menyatakan “Perjanjian perkawinan antara
orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan
diangkat ke martabat sakramen”
 Artinya, Sakramen perkawinan merupakan
sumber istimewa dan usaha pengudusan suami-
istri.
 Keistimewaan perkawinan adalah panggilan
yang universal untuk kesucian khas bagi suami–
istri. Dari dan melalui sakramen perkawinan,
rahmat serta tuntutan akan spiritualitas
kehidupan rohani suami–istri yang otentik dan
mendalam terjadi
 Perkawinan Kristen sendiri, bertujuan menguduskan
umat, membangun tubuh Kristus dan melanjutkan
karya agung Allah.
 Perkawinan merupakan sakramen di mana laki-laki
dan perempuan yang telah menerimakan sakramen
baptis, dengan bebas dan legal menyerahkan diri
secara total kepada yang lain dan kepada Kristus.
 Persatuan ini bersifat permanen, diikat oleh
kekuatan dan rahmat Kristus. Kehidupan
sakramental bermula dengan janji dan berkelanjutan
dalam seumur hidup.
SAKRAMEN TAHBISAN SUCI
 Sakramen tahbisan termasuk dalam sakramen
panggilan hidup.
 Sama seperti sakramen pembaptisan dan
sakramen penguatan yakni suatu keadaan
ontologis di mana seseorang yang telah dibaptis
diangkat ke martabat pelayanan suci, yang
memampukan dia bertindak in persona Christi-
atas nama Kristus, sakramen tahbisan
memberikan suatu meterai (cap) rohani yang
tidak bisa dihapuskan kepada seseorang.
Syarat-Syarat Penerimaan Sakramen
 Syarat Demi Sahnya (Ad Validitatem)
 Dan Boleh atau Pantasnya (Ad Leicitatem)
 ad validitatem merupakan syarat-syarat yang
harus ada, agar penerimaan sakramen menjadi
sah dan berlaku sesuai dengan kehendak
Kristus dan Gereja. Dengan syarat ini, sering
ditunjuk istilah “dapat”. Syarat-syarat demi
sahnya ini meliputi ketiga unsur: pelayan,
penerima, dan simbol-simbol sakramennya.
 Syarat ad leicitatem (demi boleh dan pantasnya).
 Syarat ad leicitatem lebih menunjuk agar
penerimaan sakramen bisa berlangsung secara
pantas dan layak.
 Dengan syarat ini, sering dipakai istilah “boleh”.
Maka, syarat ad leicitatem tentu merangkum syarat
ad validitatem ditambah beberapa syarat lain, agar
sakramen itu diterima secara layak.
 Orang yang dapat menerima suatu sakramen belum
tentu “dibolehkan”. Syarat ad leicitatem ini juga
meliputi pelayan, penerima, dan simbol
sakramennya.
Simbol Sakramen: Materia dan Forma
Sacramenti
 materia remota: bahan-bahan alamiah (air, roti,
anggur, minyak),
 materia proxima: tindakan manusia atas meteria
remota (penuangan air di kepala, pengurapan
dengan minyak dan penumpangan tangan)
 dan forma sacramenti: rumusan kata- kata atau doa
yang mengiringi tindakan (Aku membaptis engkau
dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus).
DAYA GUNA SAKRAMEN-SAKRAMEN
Ex Opere Operato
menunjuk pada daya guna sakramen yang
tidak tergantung pada imam ataupun disposisi
si pelayan (dan atau penerima), melainkan
melulu bergantung pada tindakan Allah
sendiri.
Sacramentum Tantum, Res Sacramenti
 Res menunjukkan isi rahmat yang
dianugerahkan dalam sakramen,
 sacramentum tantum (signum)
menunjukkan tanda lahiriah yang kelihatan.
METERAI ATAU KARAKTER INDELEBILIS
 Sifat, ciri yang tak terhapuskan, merupakan status
baru sebagai hasil atau akibat penerimaan sakramen
dan yang dibedakan dari isi rahmat yang
sebenarnya.
 Charakter indelebilis ini hanya terdapat dalam ketiga
sakramen: baptisan, penguatan, dan tahbisan.
Dengan charakter indelebilis, mau dinyatakan
bahwa sakramen-sakramen tersebut hanya
diterimakan sekali dan tidak dapat diulangi lagi.
REVIVISCENTIA SACRAMENTORUM
 Reviviscentia Sacramentorum artinya
menghidupkan kembali rahmat sakramen dalam diri.
 Artinya, orang telah menerima sakramen secara
sah, tetapi disposisi batinnya belum siap ketika
menerima sakramen.
 Akibatnya isi rahmat sakramen tidak efektif dalam
diri orang itu. Tetapi jika dalam perjalanan hidupnya
kemudian mencapai disposisi batin itu rahmat
sakamen yang pernah diterimanya menjadi efektif.
 Salah satu contoh misalnya adalah pengakuan
dosa, menerima absolusi yang sah tetapi belum
sungguh menyesal atas dosa (Ex: Belum mampu
berdamai dengan musuh). Sakramen itu sah
tetapi rahmat pengampunan belum efektif. Pada
saat berdamai dengan lawannya, rahmat itu
efektif.

Anda mungkin juga menyukai