Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penulisan makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa Pendidikan Agama
Kristen dapat memahami dan menghayati pengertian etika yang
berhubungan dengan moralitas, dan etika Kristen. Melalui pemahaman
dan penghayatan tersebut diharapkan mahasiswa dapat berperilaku sesuai
dengan norma – norma yang sesuai dengan ajaran Kristen. Makna
moral/etika Kristiani sangat penting bagi kehidupan orang Kristen.
Manusia sebagai ciptaan Allah berimplikasi pada eratnya hubungan antara
iman dengan perilaku manusia dalam rangka tanggung jawab pada
Pencipta. Etika Kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang
khusus dalam hidup manusia yakni petunjuk dan penuntun tentang
bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok harus mengambil
keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan firman
Tuhan. Etika Kristen adalah ilmu yang meneliti, menilai, dan mengatur
tabiat dan tingkah laku manusia dengan memakai norma kehendak dan
perintah Allah sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristus.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan disajikan dalam penulisan makalah ini berkaitan
dengan moralitas dan perilaku dalam berkehidupan sebagai mahasiswa
Kristen, baik dalam berinteraksi dengan sesame mahasiswa, dengan dosen
dan dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

1. Jelaskan pengertian dari Etika dan Moral!


2. Sebutkan perbedaan dan persamaan Etika dan Moral!
3. Bagaimana kaitannya dengan kehidupan sehari – hari?

1.3. Maksud dan Tujuan


Melalui penulisan makalah di harapkan mahasiswa Pendidikan Agama
Kristen dapat memberikan contoh kehidupan yang bermoral dan beretika
sesuai ajaran Kristen sehingga dapat menjadi teladan di lingkungan
kampus ataupun di tempat tinggalnya. Moral dan Etika Kristen tersebut di
harapkan dapat di aplikasikan dalam sikap dan perilaku sebagai berikut :

1. Sikap dan Perilaku terhadap dosen / pengajar.


2. Sikap dan Perilaku terhadap sesama mahasiswa.
3. Sikap dan Perilaku di lingkungan tempat tinggal.

1
BAB II
ISI

2.1.Pengertian Etika
Untuk memahami pengertian etika, perlu diketahui akar kata dari etika itu
sendiri. Verkuyl (Etika Kristen: Bagian 1, Tahun 2000) menyatakan bahwa
kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya kebiasaan, adat.
Kata etos dan ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau
kecenderungan hati seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan.
Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam. Karena itu juga Etika bukanlah
ilmu yang pengetahuan yang bersifat deskriptif, yang hanya menerangkan
dan menguraikan tindakan dan kelakuan manusia, seperti halnya dengan
ilmu bangsa-bangsa( antropologi kultural), yang menguraikan dan
membahas adat-istiadat dan keadaan bangsa-bangsa.
Etika merupakan Ilmu yang mempelajari norma-norma yang mengatur
tingkah laku manusia. Etika berbicara tentang keharusan yang di lakukan
oleh manusia tentang apa yang baik, benar dan tepat.
Kata ethos yang menjadi etika berarti kebiasaan, baik kebiasaaan individu
maupun kebiasaan masyarakat. Etika tidak hanya berurusan dengan
dengan segi lahiriah seperti kelakuan dan tindakan, tetapi juga berurusan
dengan segi batiniah seperti sikap, motif, karakter atau tabiat.

a. Etika Dalam Perjanjian Lama


Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika ia dipanggil Allah dalam
usianya yang ke 75.Pada saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta
keponakannya Lot menuju Kanaan melalui Sikhem dan Betel sekitar
tahun 2091 SM (Kej 12:1-5). Abraham yang pada waktu itu bernama
Abram pergi hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri
tidak mengetahui bagaimana sebetulnya daerah Kanaan tersebut. Ketika ia
sampai di Kanaan, ternyata negri itu sedang mengalami bencana
kelaparan, oleh karena itu ia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir
melalui Negep. Peristiwa Abraham yang menuruti perintah Allah
memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, antara lain:
1. Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri
yangbelumdiketahuikeadaannya.
2. Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang
penuh suka duka serta ancaman bahaya
3. Ketika Abraham mencapai tempat yang ia tuju, ada
bencana kelaparan disana, namun Abraham tidak meninggalkan
tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan.
4. Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan
hal itu terjadi hingga Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi
segala bangsa.

2
Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, ada juga
moral buruk yang ia tunjukkan ketika menghadapi permasalahan
hidupnya, yaitu:
1. Ketika ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh
supaya orang bisa mengambil istrinya.
2. Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui
istrinya sebagai adik.
3. Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak
melindungi istrinya dan membiarkan istrinya rela di ambil orang.
4. Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia
tenggelam pada perasaan takutnya yang bisa mengancam nyawanya.

b. Etika Dalam Perjanjian Baru


Ajaran etik Yesus Kristus di antaranya terdapat dalam Injil-injil sinoptis
(Matius, Markus, Lukas), salah satu ajaran tersebut adalah khotbah di
bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49). Dalam khotbah di bukit, Yesus
mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada
pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan
hukum taurat dan kitab para nabi. Dalam hal ini Yesus mengatakan
bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu
tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan
Allah sudah dekat kepadamu (Luk 10:9).
Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia untuk menjadi
seorang manusia yang bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti menjadi
seseorang yang lebih baik dari yang lain. Sebagai contoh, Yesus
mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan
engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa
yang menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5;39-41).
c. Asas-asas Etika Kristen
1. Iman
Untuk membicarakan hal ini, kita perlu meninjau terlebih dulu bahwa
hakikat kemanusiaan kita adalah citra Allah (Kej. 1:2627). Citra Allah itu
meliputi gambar Allah (imago Dei) dan teladan Allah (similitudo Dei). Ini
merupakan kelengkapan manusia yang dianugerahkan Tuhan kepada
manusia untuk melakukan tugastugas yang telah diberikan-Nya.
Citra Allah adalah potret atau bayangan yang mempunyai kesamaan sifat.
Namun satu hal yang harus kita ketahui adalah kecitraan manusia dengan

3
Tuhan terkait dengan tugas manusia. Manusia memang segambar dengan
Tuhan tetapi bukan sifat atau keadaan atau tabiat yang imanen dalam diri
manusia melainkan kedudukan manusia yang diperoleh karena
berhadapan dengan Tuhan atau karena bersangkut-paut dengan Tuhan.
Dengan kata lain citra Allah yang dimiliki manusia merupakan
persekutuan dengan Tuhan sebagai berkat dan karunia sehingga sikap dan
kelakuan manusia sesuai dengan gambar dengan Tuhan. Manusia
mencerminkan atau memantulkan cahaya kemuliaan Tuhan Allah.9 Citra
Allah dimiliki manusia ketika manusia berada di Eden atau Firdaus.
Manusia yang diciptakan sesuai dengan citra Allah inilah yang ditugasi
untuk menguasai atau memerintah dunia dan segala makhluk. Menguasai
atau memerintah dalam hal ini berarti memelihara, mengusahakan dan
membangun (Kej. 1:28, 2:15).
filsafat orang Jawa adalah memayu hayuning bawana. Istilah "memayu"
berarti memberi daging atas kerangka, memberi dinding pada kerangka
rumah dan sekaligus memberi atap. Sedangkan istilah "hayu" berarti
cantik atau bagus. Istilah "bawana" berarti dunia atau jagad raya (kosmos).
Jadi, memayu hayuning bawana berarti mempercantik, melengkapi,
membangun dunia, termasuk membangun citra diri agar baik, bagus dan
cantik dalam kelakuan dan sifat. Itulah tugas manusia yang harus
dilakukan. Manusia dan semua makhluk lairulya adalah milik Tuhan. Kita
adalah milik Tuhan dan bukan milik kita sendiri.
Perbuatan dan tindakan manusia langsung berhubungan dengan etika.
Sedangkan etika sendiri memberi kepada kita pokok-pokok pertimbangan
sebagai bahan pengambilan keputusan etis untuk apa yang perlu dan harus
kita lakukan.11 Ciri khas Etika Kristen adalah dimensi Kristen. Dimensi
Kristen inilah yang membedakan antara Etika Kristen dan Etika Sosial
atau etika pada umumnya
Perbuatan etis kita adalah perbuatan baik sebagai terjemahan atau ekspresi
dari iman kita karena kita telah dibenarkan oleh iman kepada Kristus oleh
Tuhan (Rm 3:22; Gal. 2:16). Hal itu juga karena kita telah diselamatkan
oleh Tuhan Yesus Kristus Sang Juru selamat itu. Iman berkaitan erat
dengan perbuatan. Oleh sebab itu, apabila iman tanpa perbuatan, iman itu
menjadi mati atau kosong (Yak. 2:17, 22).
2. Pengakuan tentang Manusia
Asas atau titik pangkal Etika Kristen adalah iman, karya Tuhan dan
pemeliharaan-Nya terhadap semua makhluk. Dari sini Etika Kristen
memperhatikan tindakan manusia karena pada hakikatnya "...sebab segala
sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah
kemuliaan sampai selama lamanya" (Rm 11:36).
3. Manusia Dengan Tingkah Lakunya

4
Etika memang menyoroti kehidupan manusia dengan tingkah lakunya.
Manusia menilai manusia yang lain. Hal itu dapat dilihat dari tindakan
atau tingkah lakunya. Dalam hal ini, Poedjawijatna mengatakan bahwa
apabila penilaian itu diambil secara luas, nilai akan bermacam-macam
jenisnya. Nilai adalah a) penilaian etis-moralis yang berkaitan dengan
kelakuan baik dan kelakuan buruk, b) penilaian medis yang berhubungan
dengan kesehatan seseorang, dan c) penilaian estetik yang berkaitan
dengan keindahan.14
Berkaitan dengan hal itu, dalam Etika Jawa dikenal dengan dora sembada
(berbohong tetapi dianggap baik). Etika dora sembada sebenarnya dapat
dikatakan sebagai; kejahatan kecil yang menyelamatkan.
Jadi hal ini pun termasuk pengecualian atau tidak baik tetapi apa boleh
buat.
Masalah yang sama pada zaman Modern ini adalah, misal, masalah
perang, penindasan politik, politik apartheid (ras diskriminasi) di beberapa
bagian dunia ini, ketidakadilan dalam bidang sarana dan prasarana hidup
manusia dan sebagainya. Kita harus memikirkan bagaimana seorang
Kristen dalam kenyataan seperti itu. Persoalannya adalah sampai sejauh
mana kita dapat berkompromi dengan kenyataan seperti itu? Inilah
persoalan etis-teologis.
d. Baik dan Buruk
1. Pandangan Umum
Ada hubungan antara baik dan buruk. Apabila tindakan etis tidak baik,
tindakan tersebut disebut buruk. Derajat keburukan tidak perlu sama.
Semua itu buruk karena tidak baik. Buruk adalah pengertian negatif.
Baik dan buruk dapat juga diberi pengertian positif dan negatif. Namun
ada yang netral seperti makan, berjalan, tidur, menulis, mengedipkan
mata. Ada juga tindakan yang pura-pura atau munafik atau hipokrit.
a. Hedonisme.
Etika yang mencari kebahagiaan sebagai prinsip yang paling dasar
menurut hedonisme adalah eu daimonisme (Yun) yang berarti
kebahagiaan. Hedonisme berasal dari kata bahasa Yunani: "to hedone"
yang berarti kenikmatan, kegembiraan, kepuasan. Hedonisme bertolak
dari anggapan bahwa manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga
mencapai kebahagiaan atau kenikmatan. Tindakan manusia cenderung
ingin puas. Menurut Sigmund Freud, kecenderungan itu adalah libido
seksualitas. Sedangkan menurut Alfred Adler, kecenderungan itu adalah
memiliki kekuasaan. Faktor kecenderungan ini mendorong manusia untuk
bertindak. Hedonisme menganggap bahwa rasa puas dapat menimbulkan
kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan dapat menenangkan manusia
sehingga tidak lagi butuh apa-apa. Kebahagiaan menjadi tujuan pada

5
dirinya sendiri. Ciri khas semangat hedonisme adalah "carilah kenikmatan
dan hindarilah perasaan yang menyakitkan". Jadi, menurut hedonisme,
ukuran baik itu adalah apabila memuaskan.
b. UtiIitarisme
Jeremy Bentham, orang Inggris. Dalam mengevaluasi suatu tindakan, ia
mengembangkan kalkulus atau perhitungan tentang kebahagiaan. Istilah
utilitarisme berasal kata utilis (Lat) yang berarti berguna. Utilitarisme
dianggap sebagai Etika Sukses, yakni suatu etika yang menilai kebaikan
dari apakah perbuatan menghasilkan suatu hal yang baik atau tidak. Misal,
tindakan korupsi itu tidak baik apabila hanya berguna bagi dirinya sendiri.
Utilitarisme bermaksud agar orang selalu bertindak sedemikian rupa
sehingga sebanyak mungkin orang mendapatkan kebahagiaan sebanyak-
banyaknya. Utilitarisme juga mengungkapkan penghayatan moral yang
kritis dan rasional. Tujuan seperti itulah yang diberi nilai moral. Menurut
moral tradisional, bohong itu tidak boleh. Tetapi, menurut utilitarisme,
bohong itu hanya terlarang karena akibat-akibatnya lebih jelek jika
dibandingkan mengatakan kebenaran. Andaikata, akibatdari kebohongan
itu akan lebih baik, kita boleh bohong, bahkan wajib. Di bidang politik
praktis apa saja boleh dilakukan asal berguna karena baik menurut
utilitarisme adalah apa yang berguna.
c. Vitalisme
Menurut vitalisme apa yang baik mencerminkan kekuatan hidup manusia.
Dalam hidup manusia terdapat kekuatan dan kekuasaan. Vitalisme
berpendapat bahwa kekuatan dan kekuasaan itu bertujuan untuk
menaklukkan orang lain yang lemah. Hal itu berarti manusia yang
berkuasa itulah yang baik. Perbuatan-perbuatan yang termasuk vilatisme
adalah feodalisme, diktatorisme, kolonialisme. Jadi sekali lagi, ukuran
yang baik menurut vitalisme adalah orang kuat dan berkuasa yang dapat
mengalahkan dan menindas orang yang lemah.

d. Sosialisme
Masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya tindakan seseorang
yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Apa yang baik adalah sesuai
anggapan masyarakat tertentu.
dikunjungi seseorang yang berasal Belanda. Menurut pengakuannya, ia
baru pertama kali berkunjung di Indonesia. Lalu, saya suguhi (hidangkan)
minuman dan makanan kecil. Begitu saya persilahkan, ia langsung
menghabiskan semua suguhan (hidangan). Menghabiskan makanan dan
minuman dengan sekali dipersilahkan, bagi tamu saya, itu baik dan sopan.
Namun menurut orang Timur, ada perbedaan. Dengan beberapa kali
dipersilahkan, kemudian diminum itu baik. Namun ukuran baik dan sopan

6
apabila tuan rumah lebih dulu melakukan, kemudian si tamu baru
menyusul. Selain itu, ukuran sopan dan baik, apabila minuman dan
makanan kecil yang dihidangkan masih sisa sedikit. Apabila makanan dan
minuman habis sama sekali, itu berarti tidak sopan.
e. Humanisme
Apa yang baik menurut ukuran aliran ini adalah apa yang sesuai dengan
kodrat manusia secara eksistensial dalam cipta (daya berpikir), rasa (rasa-
perasaan, situasi dan kondisi) dan karsa (kehendak, keinginan) dan
menentukan baik dan buruknya suatu tindakan yang dilakukan secara
konkret. Sedangkan tindakan konkret berasal dari kata hati si pelaku
sehingga Humanisme hanya melihat segi yang abstrak dan terlepas dari
subjek yang melakukan tindakan itu. Tindakan yang baik adalah sesuai
dengan derajat manusia yakni kodratnya. Contoh, pohon mangga pasti
berbuah mangga dan tidak boleh lain karena kodratnya adalah mangga.
Makan dan minum itu sangat baik untuk mempertahankan hidup. Tetapi,
apabila makan dan minumnya itu untuk mencari kesenangan sehingga
mabuk, perbuatannya tidak sesuai dengan kodratnya. Itu merupakan
perbuatan yang buruk
2. Pandangan Iman Kristen
Iman Kristen berpendapat, bahwa hanya Tuhan saja yang baik. pertanyaan
apa yang baik hanya dapat dijawab oleh Tuhan sendiri. Kenapa demikian?
Karena, manusia telah jatuh dalam dosa, yakni pelanggaran yang fatal
dengan memakan buah pengetahuan baik dan jahat (Kej. 3:1-24).
Akibatnya manusia sudah tidak dapat lagi membedakan atau memilahkan
baik dan jahat. Baik dan jahat campur aduk dan berkecamuk dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak dapat lagi menjawab secara benar dan
mutlak tentang apa yang baik. Karena Tuhan adalah sumber dari segala
yang baik, dengan demikian hanya Tuhan sajalah yang dapat dan berhak
untuk menjawab apa yang baik. Kebaikan Tuhan adalah mutlak.
Pengetahuan akan hal yang baik dicari oleh manusia. Namun tempat yang
baik hanya ada dalam Tuhan itu sendiri. Dengan demikian, jika seseorang
mencari apa yang baik, ia juga mencari Tuhan. Menurut Alkitab,
sebenarnya orang beriman sudah diberi karunia pengetahuan tentang yang
baik (Mi. 6:8). Syaratnya apabila manusia mau mendengarkan firman
Tuhan. Karena itu, manusia harus dapat mengetahui kehendak Tuhan.
Dalam Alkitab memuat petunjuk tentang hal ini seperti firman yang
dikatakan Tuhan Yesus, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup ..." (Yoh.
14:6a). Selain itu, sebelum manusia jatuh dalam dosa, manusia memang
telah diberi pengertian tentang cara yang seharusnya dilakukan untuk
menjadi petugas di taman Eden, yakni mengusahakan dan memelihara
(Kej. 2:15) dalam kaitannya dengan tugas menguasai dan memenuhi bumi
(Kej. 1:28).

7
Selama manusia masih mempertahankan kesegambarannya dengan Tuhan
dan tidak mau menjadi sama atau menandingi Tuhan akan ada persekutuan
perjanjian yang erat dan hubungan kasih yang intim. Dalam keadaan
seperti ini, manusia tahu akan kehendak Tuhan sehingga tindakan manusia
seperti ini disebut posse non peccare (dimungkinkan untuk tidak berbuat
jahat). Namun yang terjadi adalah manusia sudah tidak mau lagi berada
dalam ikatan dengan Tuhan. Manusia ingin mencari otonomi sendiri.
Akibatnya, manusia tidak tahu lagi kehendak Tuhan dan tidak tahu lagi
apa yang baik secara hakiki. Pengetahuan baik dan jahat memang dia
kuasai tetapi dalam melakukan apa yang baik selalu mengarah atau
mengandung pada apa yang tidak baik. Tindakan manusia setelah jatuh
dalam dosa menjadi non posse no peccare (tidak mungkin tidak atau sudah
pasti berbuat jahat). Perbuatan baik bercampur dengan perbuatan jahat.
Segalanya telah berubah. Kebenaran sebagai anugerah Allah berubah
menjadi kejahatan. Keselamatan berubah menjadi kesengsaraan.
Kebijaksanaan berubah menjadi kebodohan. Untuk itu, manusia harus
mengalami pemugaran atau pembangunan kembali. Pemugaran itu
dilakukan sendiri oleh Tuhan sehingga kita menjadi manusia baru (2 Kor.
5:17) dan sesuai dengan citra Allah (Rm 8:29, 12:2; 1 Kor. 3:18; Kol.
3:10). Menjadi manusia segambar dengan Tuhan berarti hidup dalam
hubungan yang baik dengan Tuhan.21 Proses Restitutio Imaginis Dei
merupakan pemugaran kembali citra Allah.

2.2.Pengertian Moralitas
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores, yang merupakan kata jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik
dan mana yang wajar. Abineno (1996) menuliskan bahwa istilah atau kata
mos mempunyai arti yang kira-kira sama dengan Yunani “etos”, yaitu
kebiasaan adat istiadat.
Kata atau istilah ini lebih banyak digunakan oleh Gereja katolik Roma,
kalau dibandingkan dengan Gereja-gereja Protestan. Dalam gereja Katolik
Roma teolog yang mengkhususkan diri di bidang moral disebut teolog
moral. Dalam gereja-gereja protestan teolog demikian disebut tetikius,
maksudnya: teolog dibidang etika. Kalau kita membaca karya para teolog
katolik Roma kita mendapat kesan, bahwa pada waktu-waktu yang akhir
ini istilah atau pengertian ‘teolog moral” makin lama makin kurang
digunakan, diganti dengan istilah atau pengertian etikus”.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.

8
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan atau
adat istiadat masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah
laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang
baik, begitu juga sebaliknya.

2.3.Perbedaan Etika dan Moral


Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral mempunyai
pengertian yang sama, tetapi tidak persis dengan moralitas. Etika
semacam penelaah terhadap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari,
sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai benar atau
tidak. beberapa perbedaan etikadan moral adalah:
1. moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan
yang kebenaran
2. moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika
berbuat atau bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam
pendidikan moral
3. moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan
dalam “rel” kehidupan
4. .moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika mentaati
rambu-rambu kehidupan
5. moral itu memberikan arah hidup yang harus ditepumpuh
sedangkan etika berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah)
6. moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika
memperhatikan dan mengikuti arah kompas dalam menjalani kehidupan
7. moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti peta
kehidupan
8. moral itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengiuti pedoman
9. moral tidak bisa dimanipulasi sedangkan etika bisa dimanipulasi
10. moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan
etika sering berorientasi pada sikon ,motif ,tujuan,kepentingan ,dsb.
Tanpa pedoman moral manusia tidak mempunyai dasar bagaimana
berperilaku dalam dunia yang multi arah. manusia tidak akan mampu
mengambil keputusan etis yang baik,tepat, dan benar. pada dasarnya hidup
manusia akan cenderung salah arah tanpa acuan moral.

2.4.Persamaan Etika dan Moral

9
Ada beberapa persamaan etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Pertama, etika dan moral mengacu kepada ajaran atau
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan
perangai yang baik.
2. Kedua, etika dan moral merupakan prinsip atau aturan
hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat
kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas
etika dan moral seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
3. Ketiga, etika dan moral seseorang atau sekelompok orang
tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang
bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan
potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut
diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta
dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan
konsistensi yang tinggi.

2.5.Kegunaan Etika dan Moral Dalam kehidupan sehari.


Etika adalah pemikiran yang sistematis tentang moralitas
yang dihasilkan secara langsung bukan hanya kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis.
Ada beberapa alasan mengapa etika pada zaman ini semakin perlu yaitu:
1. Kita hidup dalam masyarakat yang pluralistic, juga
dalam bidang moralitas.
2. Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang
tanpa tanding.
3. Kita seringkali cepat-cepat memeluk segala pandangan
yang baru, tetapi juga sering menolak nilai-nilai hanya
karena baru dan belum biasa.

2.6.Etika Mahasiswa Kristen


Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya dalam Rumusan Masalah,
bahwa penulisan makalah ini difokuskan pada bagaimana mahasiswa
berperilaku sesuai dengan etika Kristen. Perilaku yang akan dibahas
adalah tingkah laku yang terkait dengan interaksi mahasiswa dengan
sesama mahasiswa, mahasiswa dengan dosen termasuk dengan segenap

10
karyawan kampus, ataupun perilaku mahasiswa dalam berinteraksi dengan
masyarakat dimana dia tinggal.

2.7..Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen


Sebagai seorang mahasiswa perlu disadari bahwa tugasnya adalah belajar.
Untuk mencapai keberhasilan sebagai seorang mahasiswa perlu
mengalokasikan waktu yang lebih untuk belajar, membaca buku referensi
baik dengan memanfaatkan fasilitas perpustakaan ataupun browsing di
internet, berdiskusi dengan teman atau siapapun yang yang dapat
memberikan masukan.
Motivasi untuk keberhasilan tersebut dapat ditingkatkan melalui target-
target pribadi seperti target untuk nilai IPK, target untuk cepat lulus, untuk
segera bekerja dan target lainnya tergantung pribadi mahasiswa.
Dalam mencapai keberhasilan dan menambah motivasi seorang
mahasiswa, khususnya mahasiswa FT PWK harus dilandasi oleh ajaran
kristen, yaitu menjadi garam dan terang yang dilandasi oleh kasih.
Tentunya dalam mengejar cita-citanya tidak menghalalkan segala cara,
misalnya malas belajar, tidak mau bertanya, dan mencontek.

2.8.Mahasiswa dengan Mahasiswa


Sebagai sesama mahasiswa kristen, perlu menerapkan ajaran kasih yang
dapat diaplikasikan dengan kesediaan untuk menolong sesama mahasiswa
dalam belajar, mau berbagi pengetahuan, bersikap ramah satu sama lain,
kompak, tidak menyombongkan diri, dan mau memaafkan jika ada
kesalahan teman.

2.9.Mahasiswa dengan Dosen


Dosen merupakan perwakilan orang tua di lingkungan kampus, dosen juga
dapat dianggap sebagai atasan atau tuan dari mahasiswa kita. Seperti
tertulis pada Kolose 3:22 yang berbunyi “Hai hamba-hamba, taatilah
tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan
mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati
karena takut akan Tuhan. Ajaran ini jelas menggambarkan agar mahasiswa
mentaati dosen ataupun aturan yang berlaku di Kampus. Lebih jauh lagi,
ketaatan mahasiswa bukan karena dimotivasi oleh keinginan mendapat
pujian ataupun mengharapkan nilai atau IPK yang tinggi, tetapi
melakukannya dengan tulus hati.
Hal tersebut, menurut saya adalah keunggulan dari etika Kristen.
Mahasiswa tidak akan menjadi orang yang munafik di kampus. Jika dosen
tidak masuk kelas atau berhalangan, akan merasa senang dan tidak belajar;
tetapi jika dosen berada di kelas bertindak seolah-olah memperhatikan
dengan seksama. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan iman Kristen.

11
Tetapi, bagaimana jika dosen atau pengajar orang yang sangat
menjengkelkan? Orang yang galak, kejam dan “killer”? Bolehkah kita
tidak menghormatinya? Jawaban Alkitab sangat tegas, yaitu TIDAK.
Dalam 1 Petrus 2:18 dikatakan, “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah
dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan
peramah, tetapi juga kepada yang bengis.” Lihat, betapa jelasnya Tuhan
meminta untuk taat kepada orang yang mempunyai posisi di atas kita
.
3 0.Mahasiswa dengan Lingkungannya
Kehidupan di luar kampus juga merupakan kunci keberhasilan dalam
mencapai keberhasilan seorang mahasiswa. Jika kehidupan di luar kampus
dapat berjalan dengan baik, tentu akan menghindari gangguan fisik
ataupun gangguan mental sehingga dapat lebih fokus untuk mencurahkan
waktu dan pikiran pada pelajaran.
Kehidupan yang baik di luar kampus dapat dilakukan melalui hal-hal
berikut:
1. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa
tersebut berada;
2. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan
sebagai mahasiswa;
3. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah
dipelajarinya di masyarakat sebagai wujud pengabdian
(misalnya aktif di organisasi gereja);
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan di luar kampus.

12
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan
segala tindak tanduk tidak terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu,
mahasiswa kristen harus dapat memberikan contoh yang baik atau
panutan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi “garam” atau “pelita” bagi
masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan
sosial masyarakat menjadi damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat
memberikan cita rasa yang lebih baik. Menjadi pelita artinya sebagai
seorang mahasiswa dapat memberikan contoh atau menjadi terang
sehingga dapat menjadi panutan bagi orang lain agar tidak tersandung
dalam permasalahan-permasalahan yang akan merugikan diri sendiri atau
orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen,
yaitu melakukan perbuatan untuk menjadi contoh yang baik bagi orang
lain dengan didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada
sesama.

3.2.Saran.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abineno Dr.J.L.Ch. (1996), Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis”, PT. BPK
Gunung Mulia, Jakarta.
Sirait, Drs. Jerry. R.H. dkk (1993), ”Diktat mata kuliah pendidikan Etika
(Kristen)”, Departemen Mata Kuliah Dasar Umum Universitas Kristen
Indonesia.
Verkuyl, DR. J. (2000), ”Etika Kristen: Bagian Umum”, PT. BPK Gunung
Mulia, Jakarta.

Referensi:http://linajuntak.blogspot.co.id/2014/04/makalah-
etikakristen.html

14

Anda mungkin juga menyukai