Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Liturgi merupakan unsur sentral dalam gereja Katolik. Perlu ditegaskan bahwa Liturgi
dalam Gereja Katolik setua Gereja itu sendiri. Itu artinya, untuk memahami dengan lebih
menyeluruh bagaimana asal mula liturgi, perkembangannya dalam zaman, dan praktik yang
masih kita lihat hari ini dalam Gereja, kita perlu sebentar melihat sejarah lahirnya Gereja. Hal
itu akan menjadi bahasan awal dalam paper ini.
Liturgi, yang menjadi kebaktian umum resmi seutuhnya (integrum cultim publicum)
dalam Gereja Katolik, memberi sutu kekhasan tersendiri bagi Gereja dalam menghadirkan
wajah Allah di dunia. Dengan Liturgi, Gereja menegaskan bahwa Allah bekerja melalui tanda,
masuk dalam keterbatasan manusia dan membiarkan diri-Nya dipahami. Dengan demikian,
Liturgi merupakan penerjemahan teologi Kristiani tentang Inkarnasi, suatu langkan besar
yang diambil Allah untuk memasuki sejarah manusia dan hidup di antara kita. Itulah mengapa
liturgi merupakan sakramen/tanda.
Liturgi di satu sisi sangat teologis/spiritual, tetapi serentak juga menyangkut hal
praktis/material dalam tata peribadatan Gereja. Ketika masuk dalam gereja katolok misalnya,
orang akan terpesona atau malah bertanya-tanya melihat banyaknya (barangkali rumitnya)
cara orang Katolik berdoa. Kita ambil contoh perayaan Ekaristi yang memiliki tata liturgis
yang padat mulai dari perarakan masuk dan nyanyian, salam pembuka, bacaan, liturgi ekaristi,
lalu liturgi penutup. Hal tersebut belum termasuk tata gerak dan sebagainya.
Secara populer, liturgi sering dipahami sebagai upacara atau ritual publik Gereja. Yang
dimaksud di sini ialah bahwa liturgi sering kali hanya diartikan secara umum seperti
mengenai tata upacara peribadatan, petugas liturgi, peralatan doa, dll. Pengertian populer ini
memberi nuansa atau penekanan pada peran manusia dalam liturgi. Liturgi sesungguhnya
merupakan sekaligus karya Allah dan manusia. Karya manusia di sini bukan tambahan pada
karya Allah, melainkan partisipasi atau keikutambilbagianan kita (manusia) dalam karya
keselamatan Allah. Karena itulah kemudian liturgi dimaknai sebagai karya Gereja yang
adalah tubuh Kristus dengan Kristus sebagai Kepala.
B. Rumusan
1. Bagaimana Sakramen dan Sakramentali?
2. Bagaimana penanggalan Tahun Liturgi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komposisi dari Sakramen dan Sakramentali
2. Untuk mengetahui penanggalan Tahun Liturgi.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sakramen dan Sakramentali


1. Sakramen-Karya Keselamatan Allah melalui Gereja
Memahami sakramen sebagai karya Allah yang menyelamatkan melalui Gereja
yang di dalamnya diimani Kristus hadir secara istimewa, bukanlah hal yang mudah
untuk zaman sekarang ini. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kekaguman yang luar
biasa terhadap ilmu pengetahuan dan diikuti sikap pragmatisme yang mengatakan apa
yang tampak itulah yang berguna sehingga peranan Allah di dalam setiap sakramen
kurang dihayati. Sikap hidup individualistik pun telah mengaburkan makna hidup
berkomunitas di dalam Gereja.
Hal ini tentu dapat mengakibatkan perayaan sakramen-sakramen hanya dilihat
sebagai “demi resminya saja”. Misalnya sakramen baptis dirayakan hanya sekedar
menyatakan bahwa seseorang itu telah resmi sebagai Katolik, sakramen perkawinan pun
hanya untuk menunjukkan bahwa sepasang mempelai telah resmi menjadi sepasang
suami istri, dll.
2. Sakramen-Istilah dan Makna
Istilah sakramen yang kita kenal sekarang berasal dari bahasa Latin
“sacramentum” yang dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan
keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai mysterium.Kitab Suci
menyampaikan dasar pengertian sakramen sebagai misteri kasih Allah, yang
diterjemahkan sebagai “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad… tetapi yang
sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya” (Kol 1: 26, Rom 16:25). Misteri
kasih ini, yang sering disebut juga sebagai misteri penyelamatan, menunjuk pada
pribadi yakni Kristus sendiri (Kol 2:2; 4:3; Ef 3:3) yang hadir di tengah-tengah kita
(Kol 1:27). Hal ini dipertegas oleh St. Leo Agung dengan mengajarkan, “apa yang
tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam sakramen-sakramen- Nya”.
Seturut struktur wahyu Allah, bahwa rahasia yang tersembunyi di dalam Allah
ditampakkan di dalam dunia dan sejarahnya melalui sakramen. Sakramen bisa
didefinisikan sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat Allah
yang menyelamatkan manusia. Dalam sakramen, rahmat (cinta Allah) disampaikan
secara konkret melalui forma (rumusan/kata-kata) dan materi (tanda atau perbuatan
yang di dalamnya kita mengalami rahmat yang menguduskan, karena tanda sakramen
sesungguhnya aksi/perbuatan .
Karena sakramen itu perbuatan manusiawi/gerejawi yang melambangkan atau
melaksanakan secara simbolis suatu tindakan Allah terhadap kita, maka perayaan-
perayaan sakramen harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.Dalam hal ini juga
penting disadari bahwa perbuatan manusia konkret itu baru mendapat identitasnya
sebagai sakramen Kristiani melalui perkataan yang diucapkan. Perbuatan penuangan air
mendapat artinya melalui forma atau kata-kata yang menghubungkan perbuatan itu
dengan peristiwa keselamatan yang dilaksanakan Allah Tritunggal menjadi nyata. Sebab
itu perbuatan dan perkataan bersama-sama membentuk tanda, lambang melaluinya
Allah mendekati dan menyelematkan kita secara konkret.
3

3. Asal usul Sakramen


Sakramen-sakramen yang kita kenal sekarang dimulai dalam sejarah Gereja
sebagai praktek, tidak lahir sebagai teori yang kemudian dilaksanakan. Hal ini tampak
melalui perayaan-perayaan yang sudah ada sejak awal hidup Gereja.Perayaan-perayaan
tersebut dianggap sebagai bentuk pelaksaan hidup Gereja, dan dipandang penting dan
mutlak perlu untuk hidup Gereja. Perayaan-perayaan ini merupakan sarana yang
dengannya rahasia penyelamatan Allah disampaikan kepada manusia sepanjang sejarah
melalui ketujuh sakramen.
Kalau menyelidiki Kitab suci, jelas sekali bahwa Gereja perdana sadar akan
perbuatan Allah yang unik dan “satu kali untuk selama-lamanya” dalam diri Yesus dari
Nazaret, seorang manusia historis.Allah Abraham, Allah Ishak, dan Yakub, Allah dan
Bapa Tuhan kita Yesus Kristus telah melaksanakan keselamatan umat manusia dan
dunia seluruhnya dalam salib dan kebangkitan Putra-Nya yang tunggal itu sedemikian
rupa, sehingga sekarang Gereja sekaligus merupakan hasil dan sakramen keselamatan.
Sebagai sakramen keselamatan, Gereja menyadari bahwa karya keselamatan yang
harus diimani, diwartakan, dan dilaksanakan antara lain melalui perayaan-perayaan
tertentu. Karya keselamatan dengan seluruh dimensi historisnya, baik menyangkut janji,
pelaksanaan dalam diri Yesus dan pemenuhan eskatoligisnya hadir di dalam Gereja
sebagai hidup dan inti Gereja. Gereja, sebagai hasil karya penyelamatan yang
melaksanakan hakikatnya itu dan menunaikan amanat dan tugasnya sebagai alat
keselamatan dengan cara penghayatan hidup yang diberikan oleh Allah.Konsili Vatikan
II menegaskan kehadiran Gereja dewasa ini menampilkan dan sekaligus mewujudkan
karya keselamatan kepada manusia di dalam setiap perayaan sakramen.
4. Sakramentali-Perayaan Liturgi Yang Lain
Bunda Gereja kudus, selain mengadakan sakramen-sakramen, juga mengadakan
sakramentali. Sakramentali atau disebut juga ‘perayaan liturgi yang lain’ seperti
dinyatakan Katekismus Gereja Katoliki dan memiliki kemiripan dengan sakramen-
sakramen ialah tanda-tanda suci yang menandakan karunia-karunia, terutama yang
bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui
sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen,
dan pelbagai situasi hidup disucikan (bdk SC 60).
Istilah sakramentali yang berasal dari bahasa Latin sacramentalia (semacam
sakramen) menunjuk pada kemiripan dengan sakramen tetapi tidak sama dengan
sakramen dan terkadang disebut juga sebagai “sakramen-sakramen kecil” (piccoli
sacramenti atau sacramenti minori). Istilah ini muncul dalam tulisan Petrus Lombardus,
seorang teolog dan uskup Paris, pada abad pada abad XII, bersamaan dengan
pembakuan istilah sakramen bagi ketujuh ritus Gereja.
5. Sakramentali Terarah Dan Bersumber Pada Sakramen
Konstiitusi Liturgi menyatakan bahwa sakramentali memiliki kemiripan dengan
sakramen. Kemiripan ini dimaksud bahwa perayaan sakramentali dalam arti tertentu
merupakan perayaan yang terarah kepada sakramen dan bersumber dari sakramen.
Maka boleh dikatakan bahwa sakramentali ada karena adanya ketujuh sakramen dalam
Gereja. Sakramentali mengantar dan mempersiapkan orang beriman kepada sakramen-
sakramen Gereja. Dengan sakramentali, misteri yang dirayakan dalam sakramen
semakin diperjelas dan disposisi umat bagi penerimaaan sakramen dipersiapkan secara
optimal.
4

Hal ini tampak pada berbagai upacara sakramentali. Pemberkatan air suci,
pemberkatan dengan tanda salib pada dahi anak-anak atau katekumen merupakan
upacara dalam rangka menuju atau mengenangkan sakramen baptis; pemberkatan roti,
buah atau doa sebelum dan sesudah makan berhubungan dengan sakramen Ekaristi;
berbagai doa untuk orang sakit merupakan kerinduan dan perwujudan sakramen
pengurapan orang sakit; upacara pertunanan merupakan perayaan kerinduan akan
sakramen perkawinan; upacara tobat terarah pada sakramen tobat.
6. Sakramentali sebagai Doa Permohonan Gereja
Sakramentali dibedakan dengan sakramen menurut daya guna atau akibat
sakramentalnya. Daya guna sakramen terjadi secara ex opere operato (menurut karya
yang dilakukan atau berkat tindakan yang dilakukan oleh Kristus). Artinya, sakramen
pertama-tama tindakan Kristus. Dalam sakramen, Kristuslah yang melayani dan
menguduskan si penerima. Jadi, dengan istilah ex opere operato ini mau ditekankan
bahwa sakramen merupakan karya Allah dan bukan usaha manusia. Karya Allah ini
tidak bersangkut paut dengan si pelayan atau si penerima.
Berbeda dengan sakramen, daya guna sakramentali terjadi secara ex opere
opantis( berkat tindakan manusia yang mengerjakan). Itu berarti sakramentali pertama-
tama karya, tindakan dan usaha manusia, yaitu Gereja. Sakramentali adalah doa
permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau benda
tertentu. Kalau dalam sakramen rahmat pengudusan tidak tergantung pada disposisi dan
usaha si pelayan manusia, dalam sakramentali pemberkatan dan pengudusan itu terjadi
sejauh itu dimohonkan oleh Gereja. Misalnya bila Gereja memohonkan berkat atas
benda-benda dan menjadikannya suci (seperti rosario, medali, patung, skapulir, air suci,
dsbnya) atau bekat atas seseorang (oleh pastor atau uskup) yang mendatangkan rahmat
dan kemurahan Tuhan bagi seseorang itu.
Sakramentali dipahami Gereja tidak secara magis atau jimat keberuntungan,
bahwa seolah-olah sesudah orang atau barang itu diberkati, maka orang atau barang itu
menjadi sakti. Dengan ungkapan sakramentali sebagai “doa permohonan Gereja” itu,
mau dinyatakan bahwa orang atau barang yang diberkati oleh Allah melalui doa
permohonan Gereja kini memiliki arah dan nilai baru yang terarah kepada Allah Sang
Pencipta dan Penebus.
7. Pelayan Sakramentali
Pelayan sakramentali tidak harus seorang klerus atau orang tertahbis, tetapi dapat
juga awam. Pelayan awam dalam upacara sakamentali dimungkinan atas dasar imamat
umum yang perolehnya dalam sakramen baptis dan krisma. Lain hal dengan dengan
sakramen, pelayan sakramen (kecuali baptisan darurat) adalah pimpinan jemaat yang
resmi, yaitu uskup, imam, diakon, sebab perayaan sakramen menyangkut Gereja
seluruhnya dan perwujudan kehadiran Kristus di dalam Gereja dalam arti
sesungguhnya. Sedangkan perayaan sakramentali selalu bersifat khusus, merupakan
perwujudan doa Gereja bagi orang tertentu, entah pribadi entah secara kelompok
maupun benda tertentu. Oleh karena itu sakramentali bukanlah perwujudan kehadiran
Kristus di dalam Gereja dalam arti sesungguhnya, melainkan bentuk doa permohonan
Gereja yang konkret yang dapat dimohonkan oleh setiap orang beriman atas dasar
imamat umum yang dimiliki dan kepantasannya.
5

B. Tahun Liturgi
Sebagai Misdinar tentu kita harus mengetahui tentang penanggalan Liturgi untuk
mempermudah dalam bertugas dan menyususn jadwal. Kalender Liturgi Gereja Katolik dibagi
dalam beberapa pembabakan diantaranya Masa Adven, Masa Natal, Masa Biasa I, Masa Pra-
Paskah, Masa Paskah, Masa Biasa II dan kembali lagi ke Masa Adven. Masa Biasa atau
ordinary time memiliki rentan waktu antara 33/34 minggu. Tahun Liturgi dibagi menjadi
Tahun A, B, dan C dan Tahun I (Ganjil) dan Tahun II (Genap). Serta dalam penanggalan
Liturgi ada beberapa tingkatan diantaranya Hari Raya, Pesta, Peringatan, Masa Musim
Liturgis dan Masa Biasa.
1. Tahun Liturgi
Tahun Liturgi dibagi menjadi Tahun A, B, C dan Tahun I (Ganjil) dan Tahun II
(Genap) jadi total ada 6 penanggalan yaitu A/I, A/II, B/I, B/II, C/I dan C/II. Tujuan
penentuan ini adalah untuk menentukan bacaan-bacaan pada kitab suci pada Tahun A
dibacakan Injil Matius, Tahun B dibacakan Injil Markus dan Tahun C dibacakan Injil
Lukas. Lantas bagaimana dengan Injil Yohanes. Injil Yohanes tetap dibacakan namun
peletakannya diantara bacaan-bacaan Injil di Tahun A, B dan C. Sedangkan Tahun I
dan II untuk menentukan bacaan misa harian Disebut tahun I karena dalam kalender
Masehi berakhiran ganjil (2011, 2013, 2015, 2017, dst) sedangkan disebut Tahun II
karena dalam kalender masehi berakhiran genap (2012, 2014, 2016, 2018, dst).
a. Cara Menentukan Tahun A, B dan C
Caranya adalah dengan membagi 3 jika hasil bagi sisa = 1 maka itu adalah
Tahun A jika hasil bagi sisa = 2 maka itu adalah Tahun B dan jika habis dibagi 3
atau sisa = 0 maka itu adalah Tahun C.
Contoh :
Tahun 2008 : 3
= 2008-1800
= 208-180
= 28-27
=1
Maka Tahun 2008 adalah Tahun A
Tahun 2009 : 3
= 2009-1800
= 209-180
= 29-27
=2
Maka Tahun 2009 adalah Tahun B
Tahun 2010 : 3
= 2010-1800
= 210-180
= 30-30
=0
Maka Tahun 2010 adalah Tahun C
2. Kalender Liturgi
Kalender Liturgi gereja katolik tidak dimulai dari tanggal 1 januari hingga 31
Desember namun dimulai dari Minggu pertama Adven kira-kira pada akhir November
6

dan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam pada 1 minggu sebelum
Adven.
a. Masa Adven
8 Desember HR Sta. Perawan Maria dikandung tanpa Noda
Masa Natal dan Oktaf Natal
30 Desember Pesta Keluarga Kudus
1 Januari HR Sta. Maria Perawan dan Bunda Allah
6 Januari HR Epifani (Penampakan Tuhan)
Masa Biasa I
Rabu Abu
Masa Pra-Paskah
Pekan Suci (Minggu Palma hingga Minggu Paskah)
Masa Paskah
40 hari setelah Paskah HR Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah HR Pentakosta
Hari Minggu setelah Pentakosta : HR Tritunggal Mahakudus
Hari Minggu setelah HR Tritunggal Mahakudus : HR Tubuh dan Darah Kristus
Hari Jumat setelah HR Tubuh dan Darah Kristus : HR Hati Kudus Yesus
Masa Biasa II
15 Agustus HR Sta. Perawan Maria diangkat ke Surga dan Hari St. Tarsisius
Martir
29 September Pesta Nama 3 Malaikat Agung
1 November HR Semua Orang Kudus
2 November Pesta Peringatan Hari Arwah
Hari Minggu sebelum Masa Adven : HR Kristus Raja Semesta Alam
*HR merupakan singkatan dari Hari Raya.
3. Tingkatan Pada Kalender Liturgi
a. Hari Raya/Solemnity
Hari Raya adalah tingkatan tertinggi dan merupakan peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan Yesus, Maria atau Para Rasul yang merupakan peristiwa utama
dalam rencana keselamatan Allah.
b. Pesta/Feast
Pesta berada di tingkat kedua setelah Hari Raya yang ditujukan untuk
memperingati hidup Yesus, Maria, Para Rasul atau Orang Kudus tertentu.
c. Peringatan/Memorial
Peringatan adalah perayaan orang kudus di bawah tingkatan pesta dan
memiliki sifat opsional yang berarti tidak wajib dirayakan.
d. Masa Musim Liturgis
Masa musim liturgis adalah masa-masa tertentu dalam gereja katolik yang
biasa kita rayakan seperti Masa Natal dan Masa Paskah.
e. Masa Biasa/Ordinary Time
Masa biasa merupakan hari minggu di luar masa musim liturgis adapun
masa biasa dalam 1 tahun berjumlah 33/34 minggu.
7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sakramen juga berarti tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada Manusia.
“Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya
mempersembahkan ibadat kepada Allah”(SC 59).
Karena Sakramen sebagai tanda dan sarana keselamatan, maka menerima dan
memahami sakramen hendaknya ditempatkan dalam kerangka iman dan didasarkan
kepada iman. Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka
sakramen dalam Gereja Katolik mengandung 2 (dua) unsur hakiki yaitu :
a. Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi
b. Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan
2. Makna Ibadat Sakramentali
a. Sakramentali disebut mirip sakramen karena sakramentali menggunakan
aneka lambang yang dikenal dalam sakramen. Contohnya : percikan air suci
untuk pemberkatan rumah jelas mirip dengan sakramen baptis karena
menggunakan air.
b. Sakramentali merupakan perayaan kerinduan akan sakramen, karena selalu
diarahkan kepada perayaan sakramen, tetapi juga perayaan yang mengalir
dari sakramen. Sakramentali harus terarah dan mengalami pemenuhannya
pada perayaan sakramen. Misal : pemberkatan macam-macam benda dengan
air suci jelas terarah pada dan mengalir dari sakramen baptis.
c. Sakramentali menandakan karunia yang bersifat rohani. Artinya,
sakramentali pertama-tama melambangkan karunia rohani yang bersifat
batiniah. Setelah itu ada sebagian ibadat sakramentali yang memang
memberikan status sosial. Misal : pada penahbisan gedung gereja, pertama-
tama menandakan karunia rohani bagi gedung itu, dan juga memberikan
status sosial bahwa gedung itu kini menjadi rumah Tuhan.
d. Sakramentali menandakan karunia rohani yang diperoleh berkat doa
permohonan Gereja. Hal ini berbeda dengan sakramen yang bukan hanya
tindakan Gereja saja melainkan terutama tindakan Kristus, yang karunia
rahmat sakramentalnya diperoleh dair berkat perayaan sakramen itu sendiri.
Jadi, ibadat sakramentali adalah tindakan doa permohonan Gereja.
3. Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi
Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan
untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa
dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita
merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan
tahun liturgi Gereja kepada kita.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja
membantu menghantar kuasa penebusan Kristus Secara Sakramental kepada kita. Apa
yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan
(sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.
8

B. Saran
Jika kita ingin mengikuti teladan Kristus dan berjalan di jejak-Nya, kita harus berupaya
melakukan hal-hal yang sama mengikuti pola yang telah Dia berikan.”5
Adalah penting untuk mengingat bahwa Yesus mampu berbuat dosa, bahwa Dia dapat
menyerah pada godaan, bahwa rencana kehidupan dan keselamatan dapat digagalkan, tetapi
Dia tetap setia. Seandainya tidak terdapat kemungkinan Dia menyerah pada bujukan Setan,
akibatnya adalah tidak akan ada ujian yang sesungguhnya, tidak ada kemenangan yang murni
sebagai hasilnya. Seandainya Dia dilucuti dari kemampuan untuk berdosa, Dia dilucuti dari
hak pilihan-Nya. Justru Dialah yang telah datang untuk mengamankan dan memastikan hak
pilihan manusia. Dia harus mempertahankan kesanggupan dan kemampuan untuk berdosa
seandainya Dia ingin melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai