Anda di halaman 1dari 11

Tema: OMK di Tengah Arus Zaman Ini

Dengan judul:

“Pacaran Yang Sehat Jalan Menuju Perkawinan Bahagia”

A. Sasaran
OMK Stasi Kristus Raja Lemoh
B. Tujuan
Agar OMK Stasi Kristu Raja Lemoh dapat memahami arti dan tujuan dari pacaran serta
apa yang dikehendaki Tuhan dalam berpacaran sebagai bekal berharga bagi kehidupan
perkawinan yang bahagia dan langgeng.
C. Dasar Biblis
1 Tesalonika 4:3-8
D. Tempat
Aula Santo Anthonius Lemoh
E. Metode
Bernyanyi, Sharing, Cerita, Pengamatan, Tanya-jawab, Ceramah dan Pendalaman Iman
(KS)
F. Sumber Bahan Katekese
- Kitab Suci
- Komkat KWI, Persekutuan Murid-murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik, Buku
Guru SMP Kelas VII, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
- www.katolisitas.org
G. Media / Sarana
- Kitab Suci
- Laptop
- LCD
H. Langkah-langkah :
1. Menyanyi Lagu Pembuka “Hari Ini Ku Rasa Bahagia”
Hari ini ku rasa bahagia berkumpul bersama saudara seiman, Tuhan Yesus Kau
satukan kita tanpa memandang di antara kita, Bergandengan tangan dalam kasih
dalam satu hati berjalan dalam terang Kasih Tuhan,
2Reff: Kau Sahabatku dan kau Saudaraku tiada yang dapat memisahkan kita oh oh…
2. Doa Pembuka
(Oleh salah seorang peserta katekese)
3. Pengantar
Memasuki masa remaja berarti memsuki relasi sosial yang makin luas. Relasi
mereka yang tadinya terbatas pada teman sejenis, mulai berkembang dan terarah pada
ketertarikan pada lawan jenis. Hal tersebut biasanya diikuti dengan perubahan
perilaku. Misalnya, ketika seorang perempuan atau laki-laki mulai tertarik dengan
lawan jenisnya, ia akan berupaya menampilkan diri sebaik mungkin agar lawan
jenisnya tertarik padanya. Selain itu ditemukan dampak negatif, misalnya, konsentrasi
belajar menurun, mencari-cari alasan untuk dapat pergi bersama pacarnya, berbohong
Katekese bagi Orang Muda Katolik |1
dalam soal keuangan, dan sebagainya. Gejala ini perlu diantisipasi. Maka mereka
perlu mendapat pendampingan yang memadai agar mereka tidak salah jalan.
Walaupun kebutuhan akan pengakuan dan status pergaulan adalah bagian dari
gejolak masa remaja, tetaplah sangat penting bagi kaum muda untuk mempunyai
alasan dan sikap yang tepat dalam berpacaran.
Kaum muda Katolik adalah anak-anak Tuhan yang dipanggil untuk menjadi
Kudus dalam segala hal. Sebagaimana dinyatakan-Nya dalam 1 Petrus 1:14-16:
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang
menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu kudus di dalam
seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu, sebab
ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Usia muda tidak harus tidak matang
dalam iman, justru sedari muda kita belajar apa yang benar dan baik yang akan
mengarahkan kita menjadi manusia dewasa seutuhnya, dalam kepenuhan kasih dan
iman kepada Tuhan. Kita baca hal itu dalam 2 Tim. 2:22, “Sebab itu jauhilah nafsu
orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama dengan mereka
yang berseeu kepada Tuhan dengan hati yang murni.”
Tuhan selalu tahu apa yang terbaik bagi kita dalam semua aspek hidup kita,
termasuk pergaulan. Di dalam Kitab Suci, Dia mengajarkan sikap-sikap yang baik dan
terpuji menyangkut relasi kita dengan lawan jenis. Tuhan menghendaki demikian,
sebenarnya pertama-tama demi kebahagiaan kita, karena Ia mengenal kita dengan
sempurna sejak semula, dan karena Ia sangat mengasihi kita.

4. Menggali Pengalaman
 Sharing Pengalaman
Pemandu meminta para peserta untuk menggali pengalaman mereka dalam hal
berpacaran dengan menjawab pertanyaan berikut:
1. Adakah diantara kalian yang sudah mempunyai pacar ?
2. Bagi yang sudah mempunyai pacar atau yang sudah berpacaran, menurut
kalian apa keuntungan dan kerugian dalam berpacaran ?
3. Bagi yang belum mempunyai pacar, seperti apa pacar idaman kalian ?
4. Menurut kalian, kapan waktu yang tepat untuk berpacaran ?

 Cerita: “Tragedi Nina Siswa SMA”


Nina adalah seorang siswa kelas XII SMA. Sebagai orang muda, Nina dikenal
sebagai siswi yang lincah, manis, dan mudah bergaul. Dengan keramahannya,
Nina dikagumi oleh teman-teman prianya yang ada di sekolah tersebut.Bahkan,
tidak sedikit teman pria dari kelas XIII yang juga berusaha mendekati Nina.
Dari sekian banyak teman-teman pria itu, Nina ternyata hanya menyukai
Andre.Nina merasa Andre yang sudah kelas XIII itu lebih dewasa dan lebih
mampu melindunginya.Pembawaan Andre yang lebih tenang akhirnya membuat
Nina terpikat dan sungguh merasa jatuh cinta untuk pertama kalinya.Nina
akhirnya berpacaran dengan Andre.Dimana ada Nina, di situ pasti ada Andre.
Bagi Nina, dunia SMA menjadi dunia yang sangat indah dan menyenangkan. Nina
menjadi lebih bersemangat ke sekolah karena berharap selalu dapat bertemu
dengan Andre.
Katekese bagi Orang Muda Katolik |2
Lama-kelamaan, Andre dan Nina tidak hanya bertemu di sekolah, tetapi juga
di rumah.Setiap mereka berdua pergi, Ibu Nina selalu berpesan agar Nina berhati-
hati dan menjagi diri sebaik-baiknya.“Boleh berteman, tetapi kalian harus hati-
hati. Kaliankan masih sekolah,” kata ibu Nina setiap kali Nina akan pergi dengan
Andre.
Setelah 6 bulan berpacaran, Nina dan Andre mulai merasa semakin sulit
dipisahkan satu dengan yang lainnya karena mereka sudah saling memiliki. Hal
yang kemudian sangat disayangkan adalah menjelang kenaikan Nina ke kelas XIII
, Nina menyadari bahwa dirinya sudah hamil. Nina bingung dan takut sekali
menghadapi kenyataan itu.Ia ingat pesan ibunya dan menyesal telah melanggar
pesan ibunya. Sementara Andre juga merasa belum mampu menanggung segala
beban yang dihadapinya. Andre belum siap menjadi seorang bapak, apalagi ia
baru saja lulus dan akan masuk ke perguruan tinggi.
Demi nama baik keluarga, orangtua Nina dan Andre akhirnya menarik mereka
berdua untuk tidak melanjutkan pendidikan, dan kemudian mereka dinikahkan.
Nina berhenti sekolah dan ia sangat sedih serta menyesali semua perbuatannya itu.

Mendalami Cerita:
Pemandu mengajak para peserta untuk mendalami cerita dengan pertanyaan:
1. Kerugian apa saja yang dialami Nina dan Andre dengan kasus yang
menyimpang dalam cerita tadi ?
2. Bila kasus Nina dan Andre ini tidak ingin terjadi pada dirimu, hal-hal apa saja
yang harus kamu perhatikan selama berpacaran ?

5. Pendalaman
Pacaran Yang Sehat Jalan Menuju Perkawinan Bahagia

Apakah pacaran itu ?

“Pacaran itu Indah, jatuh cinta itu selangit, berjuta rasanya”kata syair lagu.
Ketika kita masih duduk di awal bangku Sekolah Dasar, bergandengan tangan dengan
teman yang berlainan jenis tidak menimbulkan perasaan apa-apa kecuali rasa gembira
sebagai teman bermain. Namun meginjak usia pra-remaja, di mana perkembangan
fungsi tubuh dan hormonal mulai mejadi dominan, kebersamaan dengan teman lawan
jenis menumbuhkan perasaan suka yang berbeda. Ketika dua insan berlainan jenis
selalu ingin menghabiskan waktu bersama, baik lewat pertemuan secara fisik maupun
lewat berbagai sarana alat komuniksi, dengan diikuti ketertarikan secara seksual
romantisme, maka relasi di antara keduanya disebut berpacaran. Berpacaran tentu saja
merupakan hak setiap orang muda. Tetapi setiap orang perlu secara bijaksana
menentukan kapan ia akan mulai berpacaran. Karena pacaran yang salah dan tidak
bertanggungjawab dapat mendatangkan bencana yang merugikan tidak hanya bagi
diri kita sendiri atau sang pacar, melainkan juga bagi keluarga, bahkan masyarakat.

Tuhan memang menciptakan manusia untuk saling mengasihi. Dalam pacaran,


manusia mengenal bentuk saling mengasihi itu secara khusus dalam perasaan cinta
kepada lawan jenis, dalam artian, ingin memberi, melindungi, dan mengasihi lawan
Katekese bagi Orang Muda Katolik |3
jenis yang dicintai. Relasi ini bersifat eksklusif, artinya hanya melibatkan perasaan
kedua orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hubungan pacaran yang baik, harus ada
unsur-unsur yang menjaga kelanggengannya dan memastikan tujuannya tercapai, di
antaranya secara umum adalah kesetiaan, kejujuran, saling menghormati dan
menghargai, tanggungjawab, dan komitmen.

Mengapa kita pacaran ?

Jika hanya mengikuti dorongan alami dari fungsi-fungsi hormonal tubuh, bisa-
bisa manusia berpacaran dengan siapa saja yang ia suka dan kapan pun ia mau. Tetapi
tentu tidak dapat demikian, karena manusia adalah makhluk berakal budi, ciptaan
tertinggi yang dikaruniai hikmat untuk mengikiti norma-norma kebaikan dari hari
nuraninya. Manusia diciptakan sesuai gambaran Penciptanya, sehingga ia disebut
sebagai Citra Allah. Ia juga dipanggil untuk berpasangan dan beranak cucu melalui
sebuah relasi yang disebut perkawinan kudus yang tak terceraikan.

Karena manusia mempunyai martabat paling tinggi sedemikian, dan dipercaya


ole h Tuhan untuk mengelola alam ciptaan dengan akal budinya, maka setiap tindak
tanduknya harus didasari oleh tujuan yang mulia dan alasan yang menjunjung tinggi
martabat itu. Tidak terkecuali dalam pacaran, yang merupakan langkah awal sebelum
jenjang perkawinan.Motivasi yang benar dalam berpacaran mengarahkan muda-mudi
untuk berpacaran dengan sehat dan mencapai tujuan yang benar dalam memuliakan
martabatnya sebagai manusia sesuai dengan tugas dan panggilan Tuhan baginya.
Sebaliknya, berpacaran sekedar untuk status, demi ego pribadi, demi memuaskan
dorongan seksual semata, atau untuk sekedar bersenag-senang saja, justru berpotensi
menimbulkan kesedihan, misalnya luka dalam hati, perbuatan dosa dan rsa bersalah,
rusaknya hubungan baik, bahkan kehamilan diluar nikah, atau pernikahan dini yang
terpaksa dijalani karena kehamilan di luar pernikahan itu dan bukan didasari oleh
cinta yang sejati dengan pertimbangan kecocokan yang matang. Ujungnya adalh
masalah, dan bukannya kebahagiaan.Bisa-bisa pacaran tidak lagi berjuta rasanya,
tetapi berjuta msalah.

Pacaran yang sehat didasari oleh kasih yang tulus dan kebutuhan untuk
menemukan pasangan hidup yang tepat, di mana kedua insan berusaha saling
mengenal pribadi satu sama lain, mengembangkan cinta kasih sejati, untuk kemudian
menikah membentuk keluarga yang dikuduskan dalam sakramen. Gereja-Nya,
sakramen perkawinan. Di dalamnya, Tuhan menghendaki pria dan wanita
berketurunan dan membentuk keluarga yang saling mencintai, menghormati, dan
melayani dalam kasih dan kesetiaan yang tulus hingga akhir hayat.Semangat kasih
dan hormat kepada Tuhan mendasari semua bentuk ungkapan kasih di
dalamnya.Kasih yang Tuhan maksudkan adalah kasih yang dituliskan St. Paulus
dalam 2 kor. 13:4-7.

Keluarga adalah pilar paling dasar yang menopang sendi-sendi kehidupan


bermasyarakat. Maka persiapan membentuk keluarga yang diawali dengan proses
pacaran mempunyai makna dan tujuan yang sangat penting dan mulia, dan oleh

Katekese bagi Orang Muda Katolik |4


karenanya harus disikapi dan dijalani dengan bijaksana, dengan senantisa menerapkan
apa yang baik yang dikehendaki Tuhan di dalam sebuah relasi berpacaran antara pria
dan wanita. Masa pacaran adalah masa untuk mengenal sebaik-baiknya pribadi orang
yang mungkin akan menjadi pasangan hidupnya di kemudian hari. Masa pacaran
perlu dilalui secara bertanggungjawab. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk
senantiasa bersatu dengan Allah, agar Allah sendiri membimbing hubungan kita
dengan sang pacar. Itulah sebabnya, menjalani masa pacaran yang sehat dan sesuai
dengan ajaran kasih Tuhan juga akan memberikan bekal berharga bagi kehidupan
perkawinan yang bahagia dan langgeng.

Ada beberapa alasan yang membuat orang muda saat ini berpacaran, yakni:

- Merasa kesepian - Takut dianggap tidak laku


- Merasa kesepian - Jomblo yang membuat kita tidak betah
- Ingin bahagia atau tidak nyaman
- Merasa butuh perhatian - Supaya ada teman untuk berbagi masalah
termasuk finansial

Pacaran yang baik bagaimana ?

Karena tujuannya adalah menemukan pasangan hidup yang tepat sebelum


memasuki jenjang perkawinan dan membentuk keluarga yang bahagia, pacaran yang
sehat melibatkan sebuah proses. Proses untuk saling mengenal dan mengerti satu
sama lain, mengembangkan sikap saling menerima kelemahan dan kelebihan satu
sama lain dalam semagat saling melayani, latihan menikmati kebersamaan dan
berbagi sukacita bersama. Dan tak kalah paling penting dari semuanya, latihan
menjaga kemurnian.Karena “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus.”( 1 Tes. 4:7).

Proses sedemikian itu memerlukan kematangan dan pada gilirannya juga akan
mengembangkan kematangan dari dua insan yang berpacaran. Menjadi makin
matang, bertanggungjawab, dan lebih tidak mementingkan diri sendiri adalah
beberapa indicator yang baik dari sebuah pacaran yang sehat. Aspek-aspek yang
dipelajari dalam sebuah proses saling mengenal itu misalnya:

1. Belajar untuk mencintai


Dalam berpacaran yang baik, cinta yang menerima (eros) dikembangkan sedikit
demi sedikit menjadi cinta yang memberi, dan tidak bersyarat (agape).Cinta itu
memberi.Sejak kecil, kita telah menerima cinta dan mengalami dicintai oleh
orangtua dan saudara-saudara dalam keluarga. Semakin kita tumbuh besar, kita
pun merespon cinta yang yang kita terima itu dengan tindakan dan perasaan
mencintai yang sama. Semua itu sebenarnya adalah cinta Tuhan yang membara
kepada kita.Namun cinta yang diajarkan-Nya adalah memberi tanpa syarat, yaitu
dengan tulus demi kebaikan dan kepentingan pihak yang dicintai. Cinta yang
sedemikian ini tidak diberikan hanya kalau pihak yang diberi melakukan hal-hal
yang sesuai dengan kita mau, tetapi memberi karena cinta itu sendiri

Katekese bagi Orang Muda Katolik |5


menggerakkan kita memberi karena mengasihi, menerima dan menghormati pacar
kita apa adanya.

2. Belajar membedakan hak dan kewajiban


Karena sudah menjadi kekasih dan merasa saling memiliki, bukan berarti kita
dapat berbuat apa saja dengan pacar kita dan menuntut pacar kita melakukan apa
pun yang kita inginkan. Kadang-kadang atas nama cinta, kita terjebak dalam relasi
yang saling menuntut dan bukannya saling memberi. Pemuda dan pemudi wajib
untuk saling melindungi, selain secara fisik dan mental, juga terutama dalam
menjaga kemurnian satu sama lain. Jika pemuda meminta pacarnya melakukan
hubungan badan, itu bukan dalam rangka menuntut haknya,justru melanggar
kewajibannya untuk menjaga kemurnian pacarnya. Jika pemudi memanfaatkan
pacarnya untuk kesenangannya sendiri misalnya minta diantar ke manapun tanpa
ingat waktu dan kesibukan sang pacar, minta dibelikan makanan atau benda yang
mahal, mak semua itu bukan haknya untuk dipenuhi. Hak yang sehat untuk
dipenuhi misalnya adalah hak untuk berdiskusi mengenai rencana masa depan
(ingatlah bahwa perkawinan Katolik adalah hak tak-terceraikan, perkawinan
adalah untuk selamanya, sehingga sangat penting selama masa-masa belajar
berkomitmen di masa pacaran, sepasang kekasih mengeksplor seluas-luasnya
keterampilan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain, saling
mengungkapkan harapan dan kebutuhan, di dalam konteks perencanaan masa
depan berdua), kemudian hak untuk tetap saling mempunyai kebebasan dan
waktu-waktu sendiri bersama keluarga atau teman baik, hak untuk tetap menjadi
diri sendiri, hak untuk tetap mempunyai honi masing-masing, dan hak untuk
mempunyai waktu khusus bagi Tuhan. Hal semacam ini menjadikan pacaran
mendewasakan kita, mari merenungkan lebih lanjut tentang hal ini, dalm 2 Pet.
1:5-7,:“Justru karena…

3. Belajar menjadi realistis


Walaupun sedang dalam suasana berbunga-bunga setiap setiap waktu, maka
waktu-waktu berdua hendaknya jangan hanya dihabiskan dengan kegiatan yang
sifatnya hanya bersenang-senang seperti rekreasi, makan di restoran, nonton
bioskop, berjalan-jalan di pertokoan, atau berbelanja berdua saja. Sesekali
luangkan waktu mengunjungi saudara atau teman yang sedang mengalami
kesusahan atau sakit, memberika perhatian kepada orang-orang yang kesepian
atau sudah lanjut usia, dan beribadah bersama. Maka sangatlah baik jika pasangan
adalah pemuda pemudi yang seiman dalam Kristus, karena kegiatan merayakan
misa berdua dan melakukan pelayanan kasih bersama teman-teman OMK menjadi
lebih dimungkinkan.

6. Mendalami Pandangan Kristiani Tentang Berpacaran dalam Teks Kitab Suci (1


Tesalonika 4:3-8)

Apa yang dikehendaki Tuhan dalam pacaran yang sehat seperti yang tersirat
dalam teks Kitab Suci tersebut ?
Katekese bagi Orang Muda Katolik |6
Hal kemurnian dalam kata-kata, pikiran, dan terutama tindakan, adalah hal
yang sangat penting dalam berpacaran. Kurangnya rasa hormat, kasih dan takut
kepada Tuhan serta kurangnya kesadaran untuk bertanggungjawab terhadap masa
depan berdua renta membawa muda mudi dalam dosa percabulan karena nafsu
seksual yang tidak dikendalikan. Dalam 1 Tes. 4:3 kita membaca: “Karena inilah
kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan”. Setiap
relasi dan tindakan yang dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah, adalah
tindakn percabulan.
Dalam dunia anak muda tidak terpisah dengan dunia cinta dan romantisme
masa muda, walau kisah cinta akan selalu dinikmati oleh semua kalangan dan usia.
Percintaan dua anak manusia tidak habis-habisnya menjadi inspirasi dalam dunia seni,
sastra, musik, hingga film.Sayangnya, tidak banyak film dan bacaan yang beredar di
kalangan remaja, yang memberikan contoh yang sejalan dengan semangat kasih yang
murni dalam berpacaran, sebagaimana dikehendaki Tuhan.Nilai-nilai duniawi yang
laku untuk dijual memang nilai yang mengumbar kesenangan dan hawa nafsu,
kepuasan diri dan kegembiraan sasaat. Jika kaum muda Katolik tidak dibekali dengan
pemahaman akan nilai-nilai luhur dalam hubungan kasih dengan lawan jenis, maka
kekosongan itu segera diisi oleh membanjirnya tawaran nilai dunia hiburan yang
dekat dengan keseharian anak muda. Perasan mengasihi yang tulus dan
bertanggungjawab disempitkan dalam sekedar pernyataan seksual sebagai bentuk
ungkapan cinta.Rambu-rambu yang penting untuk diajarkan di dalam berpacaran
menjadi asing bagi kebanyakan anak muda. Berciuman, saling meraba, hingga
akhirnya melakukan hubungan selayaknya suami isteri menjadi kecenderungan yang
mengaburkan nilai berpacaran sejati yang seharusnya dikembangkan.Alih-alih saling
mengenal, belajar bertanggungjawab, belajar memberikan komitmen dan kesetiaan,
belajar saling berkorban, dan berlatih mengendalikan diri, malahan banyak remaja
justru jatuh dalm dosa percabulan. Padahal rentan dosa percabulan itu mengakibatkan
kerumitan dan penderitaan, misalna tersiksa oleh perasaan bersalah, timbulnya sifat
posesif dan egoism, muncul perilaku kacanduan seks, terjadinya kehamilan di luar
perkawinan, timbulnya penyakit kelamin dan penyakit alat reproduksi yang bisa
berakibat fatal, hingga aborsi. Di sini kita melihat dengan jelas salah satu alasan kasih
dan keselamatan di balik mengapa Tuhan memberikan ajaran, perintah, dan larangan
di dalam relasi kasih antara dua anak manusia dalam berpacaran, yaitu dalam 1 Kor.
6:15,18: “Tidaklah tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus ? akan
kuambilkan anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan ? sekali-kali
tidak ! jauhkanlah dirimu dari percabulan ! setiap dosa lain yang dilakukan manusia,
terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap
dirinya sendiri.”
Pihak orangtua, gereja, dan sekolah adalah pihak-pihak yang selayaknya setia
memberikan pendidikan seks yang baik kepada orang muda secara rutin dan
berkesinambungan.Kebutuhan ini mendesak dan memerlukan tindak lanjut yang
konkrit.Tuhan meminta dengan jelas hal ini dalam Ams. 22:6: “Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan iu.”
Katekese bagi Orang Muda Katolik |7
Pasangan yang longgar dalam pengekangan diri terhadap godaan berhubungan
dengan seksual di masa pacaran, jika akhirnya berhasil memasuki bahtera rumah
tangga, umumnya menjadi lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan dan
hubungan seksual di luar perkawinan.Bisa dimaklumi bila kaitan itu muncul,
mengingat nilai-nilai luhur kemurnian sudah biasa untuk dilanggar selama masa
pacaran. Kepercayaan satu sama lain juga bisa sangat berkurang, jika selama masa
pacaran sudah biasa berhubungan selayaknya suami isteri. Rasa saling percaya yang
rendah amat tidak sehat dan tidak membangun di dalam sebuah perkawinan.
Untuk sejauh mungkin menghindari munculnya godaan percabulan yang
umumnya sangat kuat membayangi hubungan pacaran muda mudi, kita lakukan
kegiatan yang proaktif. Sebaiknya berkegiatan bersama di tempat yang ramai dan
banyak teman.Jangan mencari tempat-tempat sepi dan tersembunyi untuk berduaan.
Atau hindarilah hanya berdua di rumah dan tempat kos. Tempat yang tersembunyi
dan tidak diketahui orang lain adalah tempat yang harus dihindari dalam kebersamaan
dengan pacar kita. Melalui Kitab Suci, Tuhan mengingatkan kita supaya kita berhati-
hati dengan kegiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, (Yoh. 3:20-21).
Juga sedapat mungkin hindarilah hiburan yang tidak sehat di dalam music,
buku, film, yang menyajikan seksualitas. Jika mungkin, carilah sebanyaknya kegiatan
berdua dalam lingkup Gereja, atau kegiatan pengembangan diri bersama untuk
mempersiapkan masa depan, misalnya mengikuti pelatihan kerja atau kursus
pengembangan diri berdua, keperpustakaan berdua untuk belajar suatu ketrampilan
yang bermanfaat, belajar memasak berdua, berkebun berdua, berolahraga bersama,
saling mencoba kegiatan yang menjadi hobi satu sama lain, dan kegiatan positif
lainnya. Selama kasih dan iman kita selalu dibentengi dengan doa-doa kepada Tuhan,
sering merenungkan Sabda-Nya, dan orientasi kepada masa depan yang penuh di dam
Tuhan, niat kita akan selalu diteguhkan-Nya. Jika godaan untuk bermesraan secara
seksual tetap datang juga, cobalah berdoa berdua, datang kepada Tuhan dengan tulus,
mohon kekuatan untuk bertahan dalam niat menjaga kemurnian. Doa Rosario adalah
doa yang ampuh untuk melawan kekuatan si jahat, bersama Bunda Maria yang selalu
mendoakan kita, rahmat Tuhan akan memampukan kita bertahan dalam kemurnian
dan sebagaimana rancangan-Nya yang indah dalam mengikuti Dia, damai sejahtera-ya
akan selalu memelihara kita (lih. Flp 4:6-7). Semakin baik juga jika kita memperkaya
dan menguatkan motivasi kita dengan membaca kisa para kudus dalam menjaga
kesucian hidupnya, misalnya hidup St. Agnes dan St. Maria Gorreti, kita mohon
perantaraan doa mereka untuk bertahan dalam semangat kemurnian. Bersama Kristus
dan dalam Dia, kita bisa !
Maka berkaitan dengan usaha menjaga kemurnian itu, aspek lain yang sangat
penting untuk menjadi pertimbangan dalam berpacaran adalah menemukan pacar
yang seiman. Kitab suci menyarankan hal ini di dalam 2 Kor. 6:14-15.
Iman merupakan nilai-nilai dasar yang menopang hidup kita. Perbedaan dalam
menghayati nilai-nilai hidup akan sangat menyulitkan pasangan muda mudi menjalani
tantangan kehidupan. Karena sebagaimana telah dinyatakan di atas, hidup tidak selalu
dan selamanya mudah terus dan manis selalu. Contohnya, dalam menghadapi
berbagai godaan seksual yang telah disebutkan di atas, kekuatan niat dan doa dari dua
orang yang berpacaran tentuh lebih kuat dari niat satu orang saja, dan lebih kuat dari
Katekese bagi Orang Muda Katolik |8
niat bersama tapi dengan pemahaman iman yang berbeda. Dalam berbagai persoalan
hidup terutama dalam mengarungi bahtera rumah tangga kelak, iman yang sama
membuat tantangan kehidupan bisa diatasi berdua dengan kekuatan yang lebih baik
dan terpdu, serta kesamaan dalam memandang nilai-nilai iman dan kehidupan.
Sebaliknya, iman yang berbeda, bahkan Gereja yang berbeda, berpotensi menilbulkan
masalah lain juga, misalnya dalam melakukan penghayatan devosional sehri-hari,
sampai relasi dengan keluarga besar. Maka sangat dianjurkan para OMK untuk
bijaksana dan proaktif dalan memperluas pergaulan dengan teman-teman seiman
dalam Gereja Katolik. Mengikuti aneka kegiatan mudika di Gereja, di lingkungan
tempat tinggal, maupun di sekolah dan di kampus dapat menjadi sarana yang baik
untuk menemukan calon pasangan hidup dari kalangan yang seiman dalam Gereja
Katolik. Jangan lupa berdoalah selalu agar Tuhan membimbing kita untuk
menemukan pasangan hidup yang tepat dan pada waktu yang tepat, seturut kehendak-
Nya.

7. Mengembangkan Sikap yang Positif dan Bertanggung Jawab dalam Berpacaran


(Pemandu meminta peserta untuk membuat niat yang perlu dan yang akan
dikembangkan dalam hal berpacaran)

8. Menyanyi Lagu Penutup “Masa Muda”


Masa muda, sungguh senang
Jiwa penuh dengan cita-cita
Bagai api yang tak kunjung padam
Selalu membara dalam hati
Masa... mudaku... masa yang terindah
Masa Tuhan memanggilku
Masa... mudaku... masa yang kukenang
Ku tinggalkan semua dosaku
La la la la la la la... la la la
La la la la la la la... la la la (2x)
9. Doa Penutup
(Oleh Pemandu)

Katekese bagi Orang Muda Katolik |9


Nama-Nama Anggota Dan Usia

1. Andre Terok : 18 thn


2. Andi Gosal : 17 thn
3. Anjeli Tangkilisan : 19 thn
4. Fili Sampel : 19 thn
5. Gratia Tambengi : 22 thn
6. Fransiskus Suatan : 22 thn
7. Jacquest Walewangko : 20 thn
8. King Monsow : 29 thn
9. Mario Rosario Supit : 21 thn
10. Nadya Lumantauw : 17 Thn
11. Silvester Mangundap : 17 thn
12. Vinny Mandagi : 27 thn
13. Aquino Supit : 17 thn
14. Egi Mahyu : 17 thn
15. Barbie Tambengi : 16 thn
16. Bella Sompotan : 16 thn
17. Bony Pilando : 17 thn
18. Bosco Kalalo : 16 thn
19. Christi Mentu: 23 thn
20. Claudia Maramis: 17 thn
21. Cliver Taroreh: 17 thn
22. Cornelia Suatan: 16 thn
23. Dea Tilaar : 16 thn
24. Deysi Mandagi: 23 thn
25. Deysi Wowor : 22 thn
26. Milo Uway: 22 thn
27. Elmer Akay : 16 thn
28. Donsu Sumeisey : 19 thn
29. Fyan Terok: 16 thn
30. Patris Mandagi : 25 thn
31. Frangky Lenak : 21 thn
32. Pricilia Pilando : 15 thn
33. Geral Mandagi : 16 thn
34. Rafael Lenak : 17 thn
35. Gladys Karamoy : 23 thn
36. Rafael Mantiri : 19 thn
37. Handy Gosal: 17 thn
38. Randy Tangkilisan : 15 thn
39. Hesky Mantiri : 17 thn
40. Rangga Tangkilisan : 24 thn
41. Jack Tobing : 17 thn
42. Refan Mantiri : 19 thn
43. Jendri Tangkilisan : 24 thn
Katekese bagi Orang Muda Katolik |10
44. Renaldy Walansendow : 20 thn
45. Johanes Uway : 16 thn
46. Rendy Tambengi : 30 thn
47. Juan Tambengi : 16 thn
48. Revo Suatan : 19 thn
49. Julio Walangitan: 16 thn
50. Rexy Tilaar : 17 thn
51. Karol Kalalo : 16 thn
52. Ribka Tambengi : 16 thn
53. Kalvin Tilaar : 16 thn
54. Rivaldo Tambengi : 23 thn
55. Luis Sampel : 20 thn
56. Sandra Tangkilisan : 22 thn
57. Lydia Tangkawarow : 17 thn
58. Santo Walewangko : 16 thn
59. Maikel Kapoh : 16 thn
60. Stefano Walewangko : 24 thn
61. Marko Mantiri : 17 thn
62. Stika Walewangko : 16 thn
63. Marsel Lumempow :16 thn
64. Diksy Sumeysei : 25 thn
65. Monicha Mangundap :18 thn
66. Angela Harahap : 16 thn
67. Mutiara Lalu : 25 thn
68. Velly Mantiri : 22 thn
69. Nelly Mandagi : 19 thn
70. Vidy Kapoh : 25 thn
71. Okthavia Mamesah : 17 thn
72. Oland Ratulangi : 16 thn
73. Olvie Kapoh : 26 thn
74. Onal Mamonto : 16 thn

Katekese bagi Orang Muda Katolik |11

Anda mungkin juga menyukai