1
saja yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan. Ada beberapa catatan yang perlu menjadi refleksi
kita bersama, yaitu:
2
c. Langkah 3: Kemudian, bicarakan bagaimana ayat atau kisah-kisah Alkitab itu artinya.
Pembicaraan, tidak harus dengan pengetahuan iman yang mendalam, cukup dengan arti dan
makna paling inti, sederhana saja dan simpel.
d. Langkah 4: Ajaklah berdoa. Dalam hal ini, orangtua memiliki kesempatan untuk mengajarkan
anak-anak mereka berefleksi secara sederhana. Melheim mendesak orangtua mengajak anak
untuk meletakkan masalah mereka di hadapan Tuhan dalam doa. Doa dapat bersifat doa pendek,
menawarkan terima kasih atas hari, dan meminta bantuan Tuhan untuk mereka agar senantiasa
bersikap rendah hati. Doa dapat dipadukan dengan doa Bapa Kami dan doa Salam Maria.
e. Langkah 5: Berikanlah berkat dan kecupan manis kepada anak-anak kita. Melalui berkat, kita
sebagai orangtua memberikan kado hari yang indah. Tetapi yang lebih penting, anak-anak
semakin memahami bahwa sebelum mereka pergi tidur, ada berkat dan peneguhan dari
orangtuanya, yang mencintai mereka. Dan, hal ini tentu sangat mempengaruhi memori jangka
panjang mereka. Melheim mendesak, intinya, untuk memberikan anak-anak pengingat bahwa
mereka milik Allah yang mengagumkan, mereka dicintai dan tidak akan pernah meninggalkan
mereka. Kita juga diajak untuk menggunakan kutipan seperti Yeremia 29:11 atau Mazmur 121: 7-
8, atau hanya mengatakan sesuatu seperti ini: Ibu dan Bapak akan selalu mencintaimu, dan Yesus
akan selalu mencintaimu. Tidak akan ada yang pernah bisa menghilangkan cinta Yesus dan cinta
Bapak Ibu.
3. Memperkuat pendampingan iman keluarga
Kita perlu meningkatkan formatio iman dengan juga fokus kepada pendampingan kehidupan
keluarga. Formatio iman tidak dapat dilepaskan dari pendampingan dan penguatan hidup
berkeluarga yang baik. Dalam sebuah penelitian di Amerika, ada kualitas kunci atau aset, yang
membantu semua keluarga menjadi kuat, yaitu:
a. Memelihara secara terus menerus hubungan (Nurturing relationships) : menciptakan komunikasi
yang positif, memelihara hubungan kasih sayang, menciptakan keterbukaan emosional, dan
senantiasa mendorong untuk mengejar kemajuan kualitas hidup berkeluarga.
b. Memelihara kegiatan rutinitas (Establishing routines): makan bersama dalam keluarga, kegiatan
bersama, mengupayakan tradisi yang bermakna (liburan, ritual, perayaan).
c. Selalu mengajak melihat harapan (Maintaining expectations): keterbukaan tentang topik yang
sulit, membicarakan aturan yang adil, menetukan batas-batas bersama, melihat harapan yang
jelas, senantiasa berkontribusi untuk keluarga.
d. Beradaptasi dengan tantangan (Adapting to challenges): mengelola senantiasa komitmen harian,
berbicara dan menyelesaikan masalah bersama, mengambil keputusan secara bersama.
e. Senantiasa berhubungan dengan masyarakat-relasi sosial (Connecting to the community):
hubungan dengan lingkungan, hubungan dengan orang lain dalam masyarakat, berpartisipasi
dalam memperkaya berbagai kegiatan kemasyarakatan, mendukung dan berkontribusi dalam
masyarakat