Anda di halaman 1dari 2

A.

Konsep beserta deskripsinya yang ditemukan di dalam DEI VERBUM;


1) Kitab Suci: Nama dan Istilah
 Buku suci dan kanonik.
Disebut buku suci karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh. 20:31;
2Tim. 3:16; 2Ptr. 1:19-20; 3:15-16), dimana Allah sebagai pengarangnya.
Dalam mengarang kitab suci itu, Allah memilih orang-orang yang memiliki
kecakapan dan kemampuan untuk digunakan-Nya. Dia berkarya dalam dan
melalui mereka.
 Kitab Perjanjian Lama.
Disebut kitab Perjanjian Lama karena berisi perjanjian Allah dengan Abraham
(lih. Kej. 15:18) dan dengan bangsa Israel melalui Musa (lih. Kel. 24:8).
Perjanjian Lama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus, dan
mewartakannya dengan nubuat-nubuat.
 Kesatuan antara kedua Perjanjian
Perjanjian Baru tersembunyi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terbuka
dalam Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama ditampung sepenuhnya dalam
pewartaan Injil, dan memperlihatkan maknanya yang penuh dalam Perjanjian
Baru.
 Kitab Injil
Injil menduduki tempat istimewa, karena merupakan kesaksian utama tentang
hidup dan ajaran Sang Sabda yang menjadi daging. Gereja berpandangan bahwa
keempat Injil - atas perintah Kristus - diwartakan oleh para Rasul, dan dengan
ilham Roh ilahi diteruskan secara tertulis kepada kita.
 Kitab Ilahi
Kitab suci dipandang seperti Tubuh Tuhan sendiri yang selalu dihormati oleh
Gereja. Kitab suci bersama dengan Tradisi suci selalu dipandang sebagai norma
iman yang tertinggi. Mengapa demikian? Karena kitab itu diilhami oleh Allah,
sekali untuk selamanya telah dituliskan, serta tanpa ada perubahan.

2) Inspirasi Kitab Suci


 Kitab Suci yang telah diwahyukan Allah telah ditulis dengan ilham Roh Kudus.
Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang Kitab Suci, baik
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sebagai buku-buku yang suci dan
kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus.
 Oleh sebab itu harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh
dan setia, tanpa kekeliruan, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan
dalam kitab-kitab suci demi keselamatan umat manusia.

3) Peran dan fungsi Kitab Suci


 Kitab suci dipandang sebagai norma iman yang tertinggi, karena menyampaikan
sabda Allah sendiri dan berguna untuk mengajar, menegur, dan mendidik dalam
kebenaran.
 Kitab suci menjadi kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup
Rohani kita. Maka sangat dianjurkan pembacaan Kitab Suci, terutama bagi kaum
rohaniwan, daikon atau katekis senantiasa berpegang teguh pada Alkitab dengan
membaca dan mempelajarinya secara seksama. Jangan sampai dikatakan “pewarta
lahiriah dan hampa sabda Allah”.

B. Kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial.
Bagaimana menghidupi Kitab Suci sebagai Sabda Allah di dalam Gereja?
 Karena kitab suci menjadi kekuatan iman dan santapan jiwa kita, maka sangat
dianjurkan pembacaan Kitab Suci bagi umat beriman, terutama bagi kaum
rohaniwan/imam, daikon atau katekis. Kita sebagai umat Gereja Allah hendaknya
senantiasa berpegang teguh pada Alkitab, rajin membaca dan mempelajarinya
secara seksama. Jangan sampai dikatakan “pewarta lahiriah dan hampa sabda
Allah”. Maka, kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan cita cita
ini adalah misalnya dengan mengadakan kursus kitab suci di gereja, lomba
membaca kitab suci di gereja/lingkungan, kursus menjadi lektor, dan kitab suci
bisa menjadi bacaan harian bagi setiap orang sebelum memulai pekerjaannya.

C. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran


bermakna.
Bagaimana para peserta didik bisa menghidupi Kitab Suci sebagai Sabda Allah di
sekolah?
 Di jaman modern ini, ketertarikan untuk membaca kitab suci mulai luntur.
Kemajuan teknologi (HP, Internet, TV) lebih menarik dibandingkan membaca
kitab suci. Selain itu, kesulitan dalam memahami arti dan makna dari isi kitab suci
juga menjadi salah satu alasan mengapa orang tidak tertarik membaca kitab suci.
Maka, perlu dijelaskan kepada para siswa di sekolah mengenai pentingnya
membaca kitab suci, juga menjelaskan arti dan makna serta historisitas setiap teks
dalam kitab suci tersebut. Kitab suci hendaknya dipahami sebagai sabda Allah.
"Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus". Dalam
pendalaman kitab suci, doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya
terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Kita berbicara dengan Tuhan
saat berdoa; dan kita mendengarkan-Nya bila membaca kitab suci.
 Maka, kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan cita cita ini
adalah misalnya dengan mengadakan lomba membaca kitab suci di sekolah,
mengadakan kuis berkaitan dengan kisah tokoh tokoh penting dalam kitab suci,
menjadikan kitab suci sebagai salah satu bacaan/literasi sebelum memulai
pembelajaran di kelas. Semuanya itu dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan
para siswa terhadap kitab suci sebagai Sabda Allah yang hidup.

Anda mungkin juga menyukai