Katekesasi Sidi merupakan salah satu wadah pembinaan warga gereja (PWG) yang strategis. Sebab
melalui wadah ini, gereja memperlengkap warganya, khususnya calon anggota sidi, agar mereka memiliki
pemahaman iman yang benar kepada Yesus Kristus. Dan siap untuk melaksanakan panggilan dan
pengutusan gereja ditengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia dan dunia umumnya. Katekisasi
adalah masa sebelum seorang umat Kristiani menerima tanggung jawabnya sebagai anggota sidi.
Katekisasi merupakan bentuk pembinaan iman dalam gereja yang memiliki latar belakang sejarah sangat
kuat dalam tradisi keagamaan orang Israel dalam perjanjian lama maupun dalam hidup jemaat mula-mula
di perjanjian baru.
Katekisasi atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν (katekhein), yang berarti
memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran. Dalam perjanjian baru misalnya,
Lukas 1:4, Kisah Para Rasul 18:25, 21:21, 24, Roma 2:17-18,1 Korintus 14-19,dan Galatia 6:6.
Disimpulkan bahwa arti kata Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti intelektualistis
tetapi lebih kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing seseorang, supaya ia melakukan apa
yang diajarkan kepadanya. Katekisasi yang berlangsung dalam gerejaberarti, kegiatan pengajaran iman
yang membimbing seseorang (atau beberapa) agar ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.
Katekisasi tidak semata-mata melakukan transfer pengetahuan Alkitab, melainkan lebih menekankan pada
upaya menyampaikan pemahaman isi Alkitab. Oleh karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah
kegiatan pengajaran yang penting tentang iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta
katekisasi (katekisan atau calon warga sidi jemaat), sehingga melalui katekisasi warga gereja dilengkapi
untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup menghayati, mentaati
dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat (Efesus 4: 12-13).
Dalam katekisasi biasanya memiliki kurikulum seperti pada gereja GMIT. Kurikulumnya memiliki kurang
lebih 16 kali pertemuan dalam enam belas pokok bahasan yang setiap akhir sub pokok pembahasan akan
ada evaluasi rutin sebelum peneguhan. Lamanya seorang Katekisan/katekumen menjalani masa ini
tergantung pada peraturan gereja dimana ia berkatekisasi.
Titik tolak mengapa warga Gereja yang sudah dewasa dalam iman perlu diteguhkan menjadi anggota sidi ;
berangkat dari pangggilan 12 murid Yesus , antara lain: Simon Petrus, Andreas, Yakobus anak Zebedeus,
Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Tomas dan Matius Pemungut Cukai, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon
orang Zelot dan Yudas Iskariot. Dalam panggilan itu, murid-murid diberikan tugas dan tanggungjawab
untuk mengikut Tuhan dan melakukan perintah-Nya. Termasuk duduk bersama Yesus untuk mengikuti
Perjamuan Malam menjelang Paskah. Itu sebabnya, berangkat dari peristiwa ini maka GMIT (Gereja
Masehi Injili di Timor) menetapkan perlu adanya pembinaan katekesasi dalam rangka mempersiapkan para
katekumen untuk benar-benar bertanggungjawab terhadap iman dan keyakinannya kepada Allah. intinya,
menjadi anggota sidi identik dengan telah dewasanya iman seseorang untuk bisa bertanggungjawab
terhadap dirinya.
2
penuh kelemahan sehingga dia harus bergantung kepada Allah yang memberinya nafas
kehidupan dan kekuatan
Karena itu, siapa yang ingin mengenal dirinya yang sesungguhnya, maka manusia harus
mempelajari Alkitab.
D. Kanonisasi Alkitab
Sebagaimana penjelasan dalam poin2 di atas, maka jelas bahwa ke 66 kitab dalam Alkitab
mengalami satu proses yang cukup panjang. Proses inilah yang dikenal dengan istilah kanonisasi
(proses penentuan kitab-kitab dalam Alkitab).
Istilah Kanon berasal dari bahasa Yunani kanoon yang berhubungan dengan kata Ibrani
qaneh artinya gelagah. Gelagah pada waktu itu dipakai sebagai alat ukur, sehingga kanon
mendapat arti: sebagai patokan atau tolok ukur yang normative yang mengandung dua aspek:
Pertama, tolok ukur yang dipakai untuk memastikan kitab mana yang dapat dipandang sebagai
kitab Suci. Dari sinilah pula muncul istilah kanon yakni daftar kitab suci sebagaimana tercantum
dalam Alkitab sekarang.
Kedua, Alkitab sendiri menjadi tolok ukur untuk segala ajaran mengenai Allah.
Penentuan kanon dalam Perjanjian Lama ditentukan 3 hal yakni:
• Semua kitab yang dianggap berwibawa ialah segala apa yang dapat menunjukkan asalnya
dari Torat Imamat dan teks-teks hukum (yuridis) yang berhubungan dengannya.
• Segala apa yang menunjukkan asalnya daripada penyataan-penyataan kenabian dan
kitab-kitan historis (sejarah) yang telah mengalami pengaruh nabi.
• Segala yang dapat menunjukkan asalnya dari ajaran-ajaran kesusilaan praktis,
kebijaksanaan/hikmat dan dari nyanyian-nyanyian dan lagu-lagu yang dipergunakan
dalam ibadah.
Proses kanonisasi PL ini mencapai puncaknya ketika umat Yahudi diangkut ke dalam
pembuangan Babel dan dirusakkannya Bait Allah di Yerusalem. Dari sinilah mulai muncul
kesadaran untuk mengumpulkan dan membukukan semua harta rohani tersebut sehingga tidak
musnah bersama umat yang akan dimusnah-kan karena dosa mereka. Kitab Taurat misalnya
secara aktif, mereka kumpulkan pada saat berada dalam pembuangan di babel. Dan pada tahun
3
458 seb.Mas, kitab Taurat dibacakan oleh Ezra ketika pulang dari pembuangan Babel (bnd. Neh.
8:1 - 13, 19). Sedangkan kitab para nabi yang cukup berpengaruh pada zaman pembuangan, juga
telah dimulai pada zaman pembuangan dengan mendapat modofikasi/pembaharuan setelah
pembuangan. Sedangkan Kitab-kitab dimulai sesudah pembuangan kendati ada bahan yang lebih
tua seperti: beberapa Mazmur dan Amsal. Namun sebagian besar berlangsung pada zaman
sesudah pembuangan dan terus terbuka hingga persidangan Sinode Jamnia kurang lebih tahun
100 Mas.
Sedangkan proses kanonisasi PB telah berlangsung sejak awal atau pertengahan abad
kedua masehi dan berlangsung hingga sidang Karthago pada akhir abad ke 4 Mas yakni dengan
diterimanya 27 kitab dalam PB. Adapun alasan kanonisasi Perjanjian Baru adalah:
• Untuk mempertahankan keesaan gereja/jemaat. Sebab sebelum kanon PB, di masing2
wilayah tempat gereja berada dipakai daftar kitab yg berbeda-beda. Untuk
mempertahankan keesaannya, gereja Pertama merasa perlu untuk membentuk satu
kanon, satu daftar resmi kitab suci yang wajib dipakai di seluruh wilayah gereja di semua
jemaat.
• Untuk membendung pengaruh aliran sesat seperti: Marcion, Gnostik dan Docetisme.
Khusus Marcion, misalnya, dalam kanonnya membuang sebagian kitab PL dan sebagian
besar PB. bahkan dia juga membedakan PL dan PB, atau Allah PL dan PB sebagaimana
dalam pandangan Gnostik. Bagi mereka tidak ada kesinambungan antara PL dan PB.
Untuk menolak inilah, maka kitab Matius ditempatkan pada bagian pertama kitab PB dan
menyatakan dengan tegas bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan dari nubuatan PL.
• Untuk menjamin keaslian tulisan tentang Yesus dan ajaranNya. Sebab pada saat itu
semakin banyak tulisan yang beredar tentang Yesus yang sangat bervariasi bahkan
muncul tulisan palsu dan sangat aneh isinya.
Kriteria yang dipakai dalam proses kanonisasi PB adalah:
• Apakah satu kitab asli berasal dari seorang rasul atau memiliki kewibawaan rasul
(apostolisitas).
• Apakah suatu kitab digunakan secara umum di dalam gereja atau tidak (katolisitas).
E. Berbagai Pandangan tentang Kewibawaan Alkitab
Secara umum ada 3 pandangan yang berkembang di sekitar masalah apakah Alkitab Firman Allah atau
bukan :
1. Pandangan Liberal
Golongan Liberal beranggapan bahwa “Kitab Suci bukanlah Firman Allah”, atau bahwa “Kitab Suci
mengandung Firman Allah”.
Kalau dikatakan bahwa “cincin ini mengandung emas”, maka artinya adalah bahwa cincin ini tidak terbuat
dari emas murni, tetapi ada campuran logam lain. Demikian juga kalau dikatakan bahwa “Kitab Suci
mengandung Firman Allah”, maka itu berarti bahwa dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang adalah
Firman Allah, dan ada juga bagian-bagian yang bukan Firman Allah. Dan bagian-bagian yang bukan
Firman Allah itu tentu saja bisa salah.
Contoh :
• Pdt. Jahja Sunarya, STh : Jelas, betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus.
Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru
dalam menafsirkan/mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata
injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah
sekitar tahun 30 (tiga puluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan
Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-
4
ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika
yang jelas dan teratur” (Keselamatan Dalam Pandangan Yesus” hal 181).
• Robert Setio Ph.D : “Liputan Kairos tentang proses pembuatan Alkitab dalam edisi bulan Maret
yang baru lalu merupakan sumbangan yang berharga bagi umat Kristen di Indonesia (GKI) yang,
dalam bayangan saya, jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mendengar “rahasia”
tersebut. Liputan tersebut sekaligus juga merupakan peringatan bagi golongan tertentu yang
begitu saja menyamakan Firman Allah dengan Alkitab. Bukankah proses terjadinya Alkitab itu
rumit dan melalui seleksi serta penafsiran yang bisa jadi memiliki motif politik / ideologis?” (Majalah
“Kairos” (Bulan Mei 1994); hal 5).
Selain itu juga ada golongan Liberal terselubung yang slogannya “Alkitab adalah Firman Allah” benar
namun konsepnya keliru.
• Yohanes Bambang Mulyono, STh : “Kita juga tidak setuju dengan paham liberalisme yang
menolak Alkitab sebagai firman Allah” (Tuhan Ajarlah Aku; hal 28).
• Yohanes Bambang Mulyono, STh : Oleh karena itu penulisan Alkitab merupakan hasil inspirasi
dan pengilhaman Roh Kudus sendiri (bdk. 2Tim 3:16)” (hal 131).
• Yohanes Bambang Mulyono, STh : “Sebagai jemaat Allah kita mengakui kewibawaan Alkitab
sebagai Firman Allah yang menuntun kepada keselamatan dan menjadi dasar normatif bagi
kehidupan serta tingkah laku kita” (hal 211).
• Yohanes Bambang Mulyono, STh : “Oleh karena itu firman Allah sejati tidak pernah hanya
merupakan suatu kumpulan ayat-ayat dalam Kitab Suci. Pendewa-dewaan kumpulan ayat-ayat
dalam Kitab Suci sebenarnya sama saja dengan pemberhalaan. Iman Kristen menyadari, bahwa
firman Allah sejati menjelma menjadi Yesus Kristus yang adalah Anak Allah. Artinya firman Allah
sejati tidak pernah menjelma menjadi sebuah “buku yang turun dari sorga”” (hal 77).
• Yohanes Bambang Mulyono, STh : “Atas dasar pemikiran yang demikian, theologia Alkitab tidak
pernah mendudukkan Alkitab sejajar dengan Firman Allah sendiri. Alkitab adalah alat yang dipakai
oleh Allah untuk menyampaikan firman-Nya. Sedangkan firman Allah yang sejati (realitas obyektif-
ilahi) menjelma menjadi manusia yang kelihatan dan yang menyejarah. Sebab itu sikap
penghargaan kita yang tinggi terhadap Alkitab sebagai alat dari firman Allah tidak boleh melebihi
penghargaan kita kepada Yesus Kristus. Jadi Alkitab berada di bawah kuasa pribadi Yesus
Kristus, tidak boleh sebaliknya!” (hal 214).
Karena pandangan semacam inilah maka golongan Liberal memang mempunyai ciri khas merendahkan
otoritas Kitab Suci, baik dalam hidup, kepercayaan, maupun ajaran mereka.
Tokoh dari pandangan ini adalah Karl Barth, yang mengajar/beranggapan bahwa Kitab Suci
menjadi/adalah Firman Allah, kalau Allah memakainya untuk berbicara kepada kita (atau, kalau kita
merasakan Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya). Tetapi kalau Allah tidak memakainya untuk
berbicara kepada kita (atau, kalau kita tidak merasakan bahwa Allah berbicara kepada kita melalui Firman-
Nya), maka Kitab Suci bukanlah Firman Allah. Jadi Kitab Suci adalah Firman Allah secara subyektif, bukan
secara obyektif.
Ini jelas juga merupakan ajaran yang keliru, karena kalau demikian, Firman Allah tidak bisa menghakimi
manusia pada akhir jaman (bdk. Yoh 12:47-48 Ro 2:12), karena manusia yang tidak merasa bahwa Allah
menegur dosanya, sebetulnya tidak pernah menerima teguran dari Firman Allah.
3. Pandangan Ortodoks
Kitab Suci adalah Firman Allah secara obyektif. Jadi, apakah Kitab Suci itu diberitakan atau tidak, didengar
oleh manusia atau tidak, dimengerti atau tidak, ditaati atau tidak, Kitab Suci tetap adalah Firman Allah. Dan
pada waktu manusia mendengar pemberitaan Kitab Suci, apakah ia merasakan Allah menggunakannya
untuk berbicara kepadanya atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah Firman Allah.
5
Inilah pandangan yang benar yang harus kita terima.
Bukti bahwa Alkitab adalah Firman Allah
2. Bukti-bukti lain.
• Alkitab ditulis dalam jangka waktu 1500-1600 tahun, oleh kurang lebih 40 orang, yang hidup pada
jaman yang berbeda, mempunyai latar belakang yang berbeda (ada yang petani, gembala, nabi,
nelayan, raja, dsb), banyak yang tidak kenal satu sama lain namun tulisan mereka harmonis.
• Ilustrasi : Kalau saya memberikan 40 buku kepada 40 orang dan menyuruh mereka menuliskan
suatu karangan sesuka hati mereka, maka hasilnya pasti tidak akan bisa dikumpulkan menjadi
satu buku. Mengapa? Karena isinya pasti akan bertentangan satu sama lain, atau sama sekali
tidak berhubungan satu sama lain.
Tetapi kalau saya mengontrol / mengarahkan 40 orang itu, misalnya dengan menyuruh si A
mengarang tentang mata manusia, si B tentang telinga manusia, si C tentang jantung manusia, si
D tentang paru-paru manusia dst, maka besar kemungkinan hasilnya bisa dibukukan menjadi satu,
menjadi buku biologi.
• Jadi, kalau hasil dari 40 penulis Alkitab itu bisa dibukukan menjadi suatu buku yang bersatu dan
harmonis, maka pastilah ada “Satu Orang” yang menguasai / mengontrol dan mengarahkan ke 40
penulis tersebut. Dan siapakah yang bisa menguasai / mengontrol dan mengarahkan 40 orang
yang hidup dalam jangka waktu 1500-1600 tahun? Hanya ada “Satu Orang” yang bisa melakukan
hal itu, dan itu adalah Allah sendiri.
• Kalau saudara mempelajari buku lain, bagaimanapun tebalnya buku itu, maka pada suatu saat
buku itu akan habis dipelajari dan saudara tidak akan bisa menambah pengetahuan apa-apa lagi
dari buku itu. Tetapi Alkitab sudah dipelajari oleh jutaan manusia selama ribuan tahun, dan tidak
ada seorang pun yang bisa tamat belajar Alkitab!
• Ada yang mengatakan bahwa kalau buku lain itu seperti bak, yang sekalipun besar, tetapi kalau
terus diambili airnya, maka airnya akan habis. Tetapi Alkitab seperti sebuah sumber, yang
sekalipun terus diambili airnya, tidak akan pernah habis.
• Kalau saudara belajar Alkitab, sekalipun makin lama saudara akan makin banyak mengerti tentang
Alkitab, tetapi anehnya saudara akan melihat bahwa makin banyak juga hal-hal yang belum
saudara mengerti tentang Alkitab.
• Manusia tidak bisa mempelajari Alkitab secara tuntas, apalagi mengarangnya!
• Manusia bisa meramal dengan ilmu pengetahuan (Mis: ramalan cuaca, ramalan akan terjadinya
gerhana, ramalan dari dokter tentang umur seseorang yang sudah sakit berat maupun dengan
kuasa gelap. (Mis: jailangkung, ramalan dengan melihat garis tangan/guamia, dll) tetapi ramalan-
ramalan itu pasti kadang-kadang meleset.
6
• Tetapi semua nubuat / ramalan dalam Kitab Suci terjadi dengan tepat. Contoh: Maz
22:1,8,9,16,17,19 Yes 7:14 Mikha 5:1 Yes 53:3-7,9 Mat 24:2 dll. Ini membuktikan bahwa semua
nubuat itu berasal dari Tuhan!
• Alkitab tahu bahwa bumi ini bulat, dan tidak disangga oleh tiang-tiang, jauh sebelum manusia
mengetahuinya (Yes 40:22 Ayub 26:7).
Dulu manusia beranggapan bahwa bumi ini datar seperti meja. Manusia baru mengetahui bahwa
bumi ini bulat pada abad 15, tepatnya pada tahun 1492 (Columbus). Tetapi hal itu ternyata sudah
tertulis dalam Kitab Yesaya (abad 7 SM, atau lebih dari 2000 tahun sebelum Columbus!dan
bahkan dalam kitab Ayub yang lebih kuno lagi! Dari mana penulis-penulis Alkitab itu mengetahui
hal itu? Pada saat itu tidak ada seorang manusiapun yang tahu tentang hal itu. Jelas bahwa
mereka mengetahui hal itu dari Allah!
• Alkitab adalah buku yang paling kuno. Tidak ada buku yang setua Alkitab. Kitab Kejadian sudah
berusia 3500 tahun!
• Banyak orang menyerang Alkitab untuk menghancurkannya. Ada serangan yang bersifat fisik, dan
ada serangan yang berupa ajaran-ajaran sesat, misalnya:
Seorang bernama Tom Paine menulis buku yang berjudul “The Age of Reason” yang menyerang
Alkitab, dan ia meramalkan bahwa bukunya akan laris di seluruh dunia sedangkan Alkitab hanya
akan dijumpai di museum. Tetapi kenyataannya, sekarang Alkitab bisa dijumpai di mana-mana dan
buku “The Age of Reason” itu yang hanya bisa dijumpai di museum.
Seorang bernama Voltaire mengatakan: 100 tahun setelah kematianku, Alkitab hanya akan ada di
museum. Ternyata 100 tahun setelah kematiannya, tempat di mana ia mengucapkan kata-kata itu
jatuh ke tangan “Geneva Bible Society”, dan ruangan itu diisi penuh dengan Alkitab dari lantai
sampai langit-langitnya.
• Tetap terpeliharanya Alkitab, sekalipun diserang selama ribuan tahun, menunjukkan secara jelas
bahwa Allah melindungi buku karangan-Nya itu!
• Satu hal yang perlu ditekankan adalah kalau kita memang percaya bahwa Alkitab adalah Firman
Allah, kita juga harus percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya Firman Allah.
• Memang semua agama mempunyai Kitab Sucinya sendiri-sendiri, dan setiap agama mengakui
Kitab Sucinya sebagai Firman Allah. Tetapi, karena Kitab Suci dari agama yang satu bukan hanya
berbeda tetapi bahkan bertentangan dengan Kitab Suci dari agama yang lain, maka tidak mungkin
semua Kitab Suci - Kitab Suci itu adalah Firman Allah.
• Allah itu esa, dan Ia tidak berbi¬cara dengan lidah yang bercabang. Karena itu, hanya ada satu
Kitab Suci saja yang betul-betul adalah Firman Allah. Kalau kita mengakui Alkitab kita sebagai
Firman Allah, maka kita tidak boleh mengakui Kitab Suci agama lain juga sebagai Firman Allah,
dan karena itu kita juga tidak boleh menggunakan Kitab Suci agama lain sebagai dasar ajaran kita.
Ini adalah sesuatu yang logis, bukan sikap fanatik yang picik / ekstrim dsb!
Masalah pengilhaman/diilhami (Yun : Theospneustos = dinafaskan Allah) memegang peranan yang sangat
penting dalam penulisan Alkitab.
Paul Enns : Inspirasi merupakan suatu keharusan untuk memelihara wahyu Allah. Allah telah menyatakan
diri-Nya namun apabila catatan dari penyataan itu tidak dicatat dengan akurat maka wahyu Allah patut
dipertanyakan. Jadi inspirasi menjamin keakuratan dari wahyu itu. (The Moody Handbook of Theology (Vol
1); hal. 193)
7
Pengilhaman Alkitab ialah :
Millard J. Erickson : Pengaruh adikodrati Roh Kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga
membuat hasil karya mereka menjadi suatu catatan yang akurat tentang penyataan atau yang
menyebabkan karya mereka benar-benar merupakan Firman Allah. (Teologi Kristen (Vol 1); hal.255)
Paul Enns : Pimpinan Roh Kudus pada para penulis, sehingga meskipun penulisan dilakukan sesuai
dengan gaya dan kepribadian mereka, hasilnya adalah Firman Allah yang tertulis, yang berotoritas dan
patut dipercaya dan bebas dari salah dalam autograph yang asli. (The Moody Handbook of Theology (Vol
1); hal. 193)
B.B. Warfield : Suatu pengaruh supranatural dari Roh Allah yang menggerakkan para penulis Kitab Suci,
sehingga tulisan mereka dinyatakan memiliki kepatutan dipercaya dan bersifat ilahi. (The Inspiration And
Authority of the Bible; hal.131)
Dasar Alkitabnya : 2 Tim 3:16-17 dan 2 Pet 1:20-21. Perhatikan juga ayat-ayat Kis 1:16; 28:25; 1 Kor
2:13; dll.
1. Inspirasi Natural : Para penulis adalah orang jenius dan tidak membutuhkan bantuan adikodrati
2. Inspirasi Bertingkat : Semua Alkitab diilhami tetapi ada yang diilhami lebih daripada yang lain.
3. Inspirasi Parsial (Inspirasi sebagian): Ada bagian Alkitab yang diilhami dan ada yang tidak. Yang
diilhami adalah bagian-bagian yang bersifat iman dan praktis sedangkan bagian-bagian yang
berhubungan dengan sejarah, ilmu pengetahuan, kronologi atau hal-hal yang tidak berhubungan
dengan iman tidak diinspirasikan sehingga ada kemungkinan salah.
4. Inspirasi Konseptual : Hanya konsep Alkitab yang diilhami sedangkan kata-kata tidak. Jadi ada
kemungkinan Alkitab salah karena kata-kata diserahkan kepada penulis dan tidak dikontrol oleh
Roh Kudus.
5. Inspirasi Pendiktean : Allah benar-benar mendikte isi Alkitab kepada para penulis
Teori pengilhaman yang benar disebut Pengilhaman Dinamis yaitu : Roh Kudus tidak mendikte penulis
tetapi mengontrol penulis sedemikian rupa sehingga apa yang ditulis benar-benar adalah Firman Allah
yang tidak mungkin salah walaupun pikiran dan latar belakang penulis tetap nampak.
Kalau Alkitab memang adalah Firman Allah dan diinspirasikan oleh Roh Allah maka logis untuk
mengatakan bahwa Alkitab tidak mungkin salah sebab bagaimana Allah bisa salah dalam berbicara?
E. J. Young : Kita harus mempertahankan bahwa Kitab Suci yang orisinil tidak ada salahnya karena
alasan yang sederhana di mana Kitab Suci itu datang kepada kita langsung dari Allah sendiri (Thy Word Is
Truth; hal 87).
Catatan : Yang “inerrant” (= tidak ada salahnya), adalah Kitab Suci asli (autograph). Itulah sebabnya
betapa pentingnya studi bahasa asli Alkitab dan juga melihat berbagai terjemahan Alkitab seperti NASB,
KJV, NIV, RSV, dll.
Lalu bagaimana dengan unsur manusia yang turut memainkan peranan dalam penulisan Alkitab?
Bukankah hal ini memberikan kemungkinan adanya kesalahan?
E. J. Young : Jika betul-betul ada kesalahan ditemukan dalam Alkitab, maka Allahlah, bukan para penulis
manusia, yang bertanggung jawab untuk kesalahan itu. Ini adalah kesimpulan yang tidak terhindarkan (Thy
Word Is Truth; hal 182).
William G. T. Shedd : Keberatan ini melupakan / mengabaikan fakta bahwa elemen manusia dalam
Alkitab begitu dimodifikasi oleh elemen ilahi dengan apa elemen manusia itu dicampurkan, sehingga
8
berbeda dengan semata-mata manusia biasa. Firman yang tertulis memang adalah ilahi-manusiawi,
seperti Firman yang berinkarnasi. Tetapi elemen manusia dalam Kitab Suci, seperti hakekat manusia
dalam Tuhan kita, dijaga / dilindungi dari kesalahan dari manusia biasa / umum, dan menjadi manusia yang
murni dan ideal. … Mereka yang berpendapat bahwa Alkitab bisa salah karena Alkitab mengandung
elemen manusia, melakukan kesalahan yang sejenis, dengan mereka yang menegaskan bahwa Yesus
Kristus berdosa karena Ia mempunyai hakekat manusia dalam pribadi-Nya yang kompleks. Keduanya
melupakan / mengabaikan fakta bahwa pada waktu elemen manusia itu dihubungkan secara supranatural
dengan elemen ilahi, maka elemen manusia itu sangat dimodifikasi dan diperbaiki / ditingkatkan, dan
mendapatkan beberapa sifat yang tidak dimilikinya dari dan oleh dirinya sendiri (Shedd’s Dogmatic
Theology (Vol I); hal 102-103)
Kalau Kitab Suci mengandung kesalahan, mengapa Tuhan melarang kita mengubah Kitab Suci, baik
mengurangi maupun menambahi Kitab Suci? (Ul 4:2 Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19).
Bukankah seharusnya bagian yang salah itu bisa diubah atau dibuang dan diganti dengan yang benar?
Apa pentingnya kepercayaan terhadap “inerrancy of the Bible”? Kepercayaan ini penting karena kalau kita
mempelajari Kitab Suci dengan anggapan bahwa Kitab Suci itu mungkin ada salahnya, maka pada waktu
kita melihat ada 2 bagian dari Kitab Suci yang kelihatan bertentangan, kita akan mengambil kesimpulan
bahwa salah satu dari dua bagian itu adalah salah. Tetapi kalau kita beranggapan bahwa Kitab Suci tidak
ada salahnya, maka kita akan berusaha untuk mengharmoniskan kedua bagian yang kelihatannya
bertentangan itu.
Contoh : Kasus kematian Yudas (Mat 27:5 dan Kis 1:18), Ayah Simon Petrus (Mat 16:17 dan Yoh 21:15)
Pencobaan di padang gurun (Mat 4 dan Luk 4)
Dengan mengakui adanya inerrancy Alkitab maka seandainya ada perbedaan atau pertentangan antara
Alkitab dan ilmu pengetahuan maka ada 2 kemungkinan :
Setelah kita mendapat pengertian yang benar dan keyakinan bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang
dalam proses penulisannya diinspirasikan oleh Roh Allah dan dengan demikian maka Alkitab tidak
mungkin salah maka kita menemukan dasar yang kokoh bagi otoritas Alkitab dalam kehidupan orang
percaya. Dengan kata lain Alkitab baru berotoritas dalam kehidupan orang percaya kalau ia adalah Firman
Allah yang diinspirasikan dan bebas dari kesalahan.
Alkitab berotoritas artinya bahwa Alkitab mempunyai kekuasaan, lebih tegas mempunyai kekuasaan Allah,
maka dari itu adalah kekuasaan yang mutlak. (R. Soedarmo; Ikhtisar Dogmatika; hal. 82).
Dalam hal apa sajakah Alkitab memiliki otoritas dalam kehidupan orang percaya?
Alkitab adalah buku yang berisi nilai-nilai moral yang sangat tinggi dan aturan-aturan kehidupan yang
sangat luhur yang mengatur semua relasi manusia; antara manusia dengan Allah, manusia dengan
sesama, manusia dirinya sendiri dan juga manusia dengan alamnya.
• Kita tidak bisa menemukan ajaran tentang kehidupan manusia yang lebih berkualitas dan luhur di dalam
kitab manapun selain di dalam Alkitab.
Contoh : Khotbah Yesus di bukit (Mat 5), Kitab Amsal, Amsal Kasih (1 Kor 13), dll.
9
Karena itu supaya hidup manusia berkualitas dan berarti bagi Tuhan, bagi sesamanya, bagi dirinya sendiri
dan bagi alam maka manusia harus memberi perhatian kepada Alkitab yang adalah Firman Allah itu
sendiri.
2. Alkitab mempunyai otoritas mutlak dalam hal pengenalan akan Allah dan kebenaran-Nya
(pemahaman dan pengajaran)
Alkitab adalah wahyu Allah atau penyataan diri Allah secara khusus di samping Yesus Kristus dan
karenanya maka Allah dapat dikenal lewat Alkitab dan hanya lewat Alkitab saja.
Setelah selesai proses kanonisasi maka berakhir juga wahyu. Sekarang tidak ada lagi wahyu baru.
Karenanya kita menolak semua wahyu baru.
Banyak orang Kristen saat ini tidak menghargai otoritas Alkitab dalam hidup dan pengajaran mereka
melainkan kepada pengalaman mereka atau wahyu baru yang mereka peroleh.
Budi Asali : Banyak orang Kharismatik yang bahkan lebih menekankan ajaran-ajaran yang mereka
dapatkan melalui nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran dsb, daripada Kitab Suci/Firman Tuhan
sendiri. Banyak orang Kharismatik, yang kalau ingin mengetahui kehendak Tuhan, bukannya mencari/
mempelajarinya dalam Kitab Suci, tetapi meminta Tuhan memberinya petunjuk melalui nubuat,
penglihatan, dsb (Exodus paper)
Budi Asali : “Ajaran mereka didasarkan pada ‘Kitab Suci + sesuatu’. Yang dimaksud dengan ’sesuatu’ itu
bisa berupa macam-macam hal seperti : pengalaman. ajaran-ajaran yang didapatkan melalui nubuat/
bahasa roh /mimpi /penglihatan/ pendengaran. suara Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita/RHEMA”.
(Exodus paper). Contoh dari hal-hal semacam ini seperti yang dilakukan oleh Yesaya Pariadji.
Yesaya Pariadji : “Biarlah pada saat ini juga saya dilempar ke api neraka, bila Tuhan Yesus tidak
mengajar saya, bahwa manusia harus dibaptis selam. (Majalah Tiberias, Edisi V / Tahun II : 38)
Yesaya Pariadji : “Gereja Tiberias telah membaptis + 40.000 jiwa. Saya jamin, saya langsung diajari
Tuhan Yesus baptisan selam minimal 4 kali pelajaran. Biar mulut saya dijahit dan saya dilempar ke neraka
bila saya tidak berkali-kali masuk alam roh, bertemu Tuhan Yesus dan saya diajari bagaimana untuk
membaptis selam. Dibaptis selam adalah anda diciptakan kembali yang segambar dan serupa Allah yang
penuh kuasa dan penuh mujizat (Kej 1:26-28). Baptis harus selam karena saya sudah berdoa dan
bertanya, dan langsung dijawab. Dan saya diajari Tuhan bagaimana untuk membaptis selam. (Warta
Jemaat GBI Tiberias tanggal 11 September 2002 : 2 (di Graha SA Surabaya)
Semua bentuk pengalaman orang percaya harus berdasarkan Alkitab (Sola Scriptura). Jika pengalaman
bertentangan dengan Alkitab maka pengalaman harus ditolak.
Stephen Tong : Prinsip utama dalam pembahasan seluruh thema Alkitab adalah : kebenaran lebih
penting daripada segala jenis pengalaman; kebenaran lebih mutlak daripada pengalaman; dan kebenaran
lebih tinggi daripada pengalaman. Oleh karena itu berdasarkan prinsip di atas : (1) Kebenaran harus
memimpin pengalaman (2) Kebenaran harus menguji pengalaman (3) Kebenaran harus menghakimi
pengalaman. (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3)
Stephen Tong : Jikalau pengalaman kita ternyata berbeda dengan prinsip Alkitab, apakah yang harus kita
perbuat? Apakah kita sedemikian mencintai pengalaman yang telah kita alami sehingga akhirnya kita
mengorbankan kebenaran? Ataukah kita sedemikian menyayangi pengalaman itu; tidak mau menerima
kesalahannya kemudian mencari ayat-ayat Alkitab yang mendukung, sehingga ayat-ayat yang tidak
relevan itu dipaksa untuk menyetujui pengalaman kita? (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3)
John F. Mac Arthur, Jr : “Bukannya memeriksa pengalaman seseorang dengan keabsahan Alkitab, kaum
kharismatik mencoba mengambil Alkitab untuk dicocokkan dengan pengalaman itu atau, bila gagal, ia akan
mengabaikan Alkitabnya begitu saja. Seorang penganut Kharismatik menulis pada sampul Alkitabnya :
“Saya tak peduli apa kata Alkitab, pokoknya saya telah mendapat suatu pengalaman! (Apakah Kharismatik
10
Itu?; hal. 63). Sebagaimana yang dikatakan Stephen Tong di atas maka betapa pentingnya memperhatikan
hal-hal di sekitar masalah penafsiran/hermeneutika Alkitab.
Dengan mempelajari Alkitab dengan seksama dan baik dengan kaidah-kaidah penafsiran yang standar
maka akan membangun pemahaman kita yang benar sehingga semua pengalaman kita akan dipimpin,
diuji dan dihakimi oleh kebenaran itu sendiri.
11
mereka yang mengkritik Alkitab hanya berdasarkan akal/rasionalitas. Namun ada
beberapa hal yang berbeda dgn pandangan para Reformator:
• Alkitab bagi RK terdiri dari PL dan PB (66 kitab) tetapi juga termasuk kitab Apokrif
dari PL dan dianggap sama bobotnya/ berbibawa dengan kitab kanonik.
• Yang menafsir Alkitab hanya melalui konsili dan melalui pernyataan akhir dari
Paus.
• Bagi RK, Alkitab memang kaidah mutlak tapi tidak cukup, masih ada kaidah
lainnya untuk melengkapinya yakni tradisi gereja. Itulah sebabnya berbagai tradisi
tetap diterima dan dipegang terus walau tidak terdapat dalam Alkitab seperti:
Maria tetap perawan; Pemujaan patung/pentahbisan Patung Maria; Maria
dikandung tanpa dosa dan adanya api penyucian, dll.
12