Anda di halaman 1dari 13

BAB I

MAKNA DAN HAKEKAT KATEKISASI

A. Terminologi Katekisasi

Kata ‘Katekisasi’ Berasal dari bahasa Yunani “Katechein” yang berarti Pengajaran.
Dalam kata kerjanya, memberi instruksi; sebagaimana ditulis oleh Abineno :

“Mereka mendengar kabar / berita tentang engkau bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi
yang tinggal Musa...(Kis. 21 : 21);... maka semua orang tahu bahwa segala berita / kabar yang
mereka dengar tentang engkau (=Paulus) sama sekali tidak benar melainkan bahwa engkau tetap
memelihara hukum taurat (kis. 21 : 24) “.

Kata ‘Katechein’ dalam bahasa Latin diterjemahkan dengan kata ‘Edocere’ artinya
Katekisasi. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata Katechein berarti mengajar, instruksi,
katekisasi.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa hal yang sangat penting dalam katekisasi ialah
membimbing anggota jemaat; khususnya mereka yang masih muda dalam iman kedalam
perkataan dan perbuatan – perbuatan Allah seperti yang terdapat dalam Alkitab; agar mereka
belajar hidup bersama Allah di bawah pimpinan Roh Kudus dan didalam persekutuan dengan
anakNya Yesus Kristus; sehingga mereka dipersiapkan untuk tugas pelayanan dan kesaksian
mereka didunia ini.

B. Katekisasi Dalam Perjanjian Baru Dan Gereja Mula-Mula


1.Katekisasi Dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, kita melihat begitu pentingnya Katekisasi. Hal ini khususnya
dilihat dari pelayanan Tuhan Yesus da Rasul Paulus.

a. Pelayanan Tuhan Yesus

Perjanjian Baru khususnya keempat injil dengan jelas memberitakan bahwa Tuhan
Yesus adalah Katechet dan Guru Agung. Yesus mengaku sendiri bahwa ia adalah Guru Agung.
Juga terlibat dalam pelayanan Tuhan Yesus yang sering mengajar dan sinagoge.. Katekisasi yang
pertama dalam Perjanjian Baru, dimulai oleh Tuhan Yesus sendiri kepada murid-muridNya.
Buah dari pengajaran dan pendidikan Yesus terhadap murid – muridNya ialah ketaatan
terhadap tugas yang diberikan Yesus kepada mereka yaitu Amanat Agung.

b. Rasul Paulus
Paulus adalah salah seorang guru yang berpengalaman dan memunyai pengaruh yang
besar terhadap orang – orang yang di didiknya. Dalam khotbah – khotbah dan pengajarannya,
Paulus tidak langsung mempercakapkan dan menekankan ilmu pengethuan (didaktik) seperti
kita lihat dalam kitab – kitab para Rasul; tetapi justru apa yang diberitakan dan dikhotbahkannya
adalah inti injil yang mencakup pengajaran dan pendidikan. Rahasia kebesaran dan keberhasilan
Paulus sebagai seorang guru terletak pada penghayatannya akan tugas pelayana yang diterima
dari Yesus Guru Agung.
Dengan demikian, pelayanan katekisasi dalam jemaat hanya dapat dikerjakan oleh
mereka yang bersungguh – sungguh dalam panggilannya.
Dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Baru yang memberikan arah yang jelas tentang
pentingnya katekisasi dalam jemaat untuk mendewasakan iman percayanya kepada Kristus.

2. Katekisasi Dalam Gereja Mula – Mula


a. Abad Permulaan
Pada abad permulaan gereja mula – mula, hal katekisasi merupakan bagian dari
pelayanan gereja yang tidak boleh diabaikan. Hal ini terlihat dari pengajaran bapak – bapak
gereja yang menekankan katekisasi. Mereka melihat pengajaran dalam jemaat sebagai basis dan
landasan bagi pendewasaan iman kristiani. Tertulianus seorang bapak gereja yang memberikan
pengajaran tentang Trinitas dalam penulisan yang terang dan jelas. Intisari pengajaran katekisasi
menurut Tertulianus adalah “takut akan Tuhan adalah dasar atau fundamen keselamatan”.
Kemudian disusul oleh Origenes, Sirellus, Augustinus yang semuanya meletakkan dasar yang
kokoh bagi pelaksanaan katekisasi dalam jemaat setempat.

C. Abad Reformasi
Pengajaran kateketik pada abad – abad reformasi mendapat perkembangan dari ciri khas
yang baru, yang ditimbulkan oleh pengertian dan usaha para reformator dalam memajukan
pengajaran dan pendidikan. Perkembangan dan ciri khas yang baru itu timbul karena reformator
menyadari dan mengakui bahwa pelajaran Alkitab yang intensif dapat membimbing dan
menuntun orang kepada kebenaran hati nurani yang murni.
Kurikulum sekolah – sekolah umum mencerminkan pengajaran dan pendidikn agama
dalam acara dan metode yang bemacam-macam. Alkitab dipergunakan sebagai textbook dan
seluruh isi intisari pengajaran dan pendidikan agama disekolah-sekolah umum diarahkan kepada
pengajaran kateketik; pengajaran bimbingan iman rasuli, dan pengajaran penafsiran renungan
eksposisi Alkitab.

1. Martin Luther
Martin Luther seorang tokoh reformasi, mempunyai sumbanan pemikiran Theologis
dalam memajukan pendidikan umum terhadap rakyat yang dititikberatkan kepada hal yan
penting yaitu :

(a). Pendidikan Orangtua Terhadap Anak – Anak Mereka

Ia mengakui bahwa Alkitab menempatkan orang tua dalam tanggung jawab mendidik
anak-anak mereka.
Luther mengatakan :
“Orang yang sudah menikah harus mengetahui bahwa tidak ada yang lebih baik dan lebih
bermanfaat yang dapat dilakukan dan disumbangkan untuk memajukan Kekristenan untuk
masyarakat dunia dabn diri sendiri selain dari pada mendidik anak – anak mereka dengan sebaik –
baiknya”.

Martin Luther menekankan pendidikan keluarga yang terjadi antara orang tua dan anak.
(b). Sekolah – Sekolah Umum

Martin Luther menyadari bahwa sesudah orang – orang tua maka seklah umum
mempunyai tugas dan kewajiban yang penting dalam pengajaran pendidikan kateketik. Sekolah
umum mempunyai peranan yang sangat penting dalam memajukan kehidupan gereja.
Dilihat dari dua jalur pendidikan ini, pendidikan menjadi institusi besar yang penting
dalam memajukan pekerjaan jemaat atau gereja. Katekumen adalah bibit dan tuns – tunas yang
baik di dalam jemaat.

2. Philips Melanchton

Ia berpendapat bahwa ilmu pendidikan memperoleh kemajuan yang besar dalam


pekerjaan dan hal itu turut memberi sumbangan yang besar dalam pengajaran dan pendidikan
kateketik. Kateketik untuk para mahasiswa mendapat tempat yang penting. Pengajaran dan
pendidikan kateketik yang etis memperoleh tekanan yang cukup tinggi.

3. Yohanes Calvin

Sumbangan yang terutama dari Calvin ialah pengajaran katekisasi atau pengajaran
bimbingan yang disediakan dalam bahasa Prancis dan Latin. Ia menganjurkan bahwa anak-anak
dan muda-mudi tidak hanya dididik dan dilatih dalam pengajaran yang teratur; melainkan
mereka harus dididik untuk hidup dalam tingkat laku yang baik dan memiliki pengertian yang
terang dan suci. Program yang sistimatis dalam pengajaran dan pendidikan katekisasi untuk
mencapai dan mendidik anak-anak dan muda-mudi haruslah mendapat perhatian yang cukup
dalam pekerjaan katekisasi gereja.

4. Jonn Knox

Ia menulis bahwa, seorang pendeta harus memperhatikan anak-anak dan pemuda dalam
pelayanannya; dan harus mendidik mereka terutama dalam ajaran dan pendidikan katekisasi.
Dalam bentuk katekisasi yang demikian, jemaat dan anak-anak dilatih dan dididik untuk
menetahui dan menerti dengan baik pertanyaan dan jawaban dalam katekisasi itu.

5. Ulrich Zwingli

Ia menekankan pengajaran dan pendidikan katekisasi khususnya bagi orang muda.


Otoritas tertinggi tergantung dari Alkitab sebagai standard bagi pengajaran dan pendidikan
katekisasiuntuk orang-orang muda.
Para reformator telah meletakkan dasar-dasar pengajaran dan pendidikan kateketik
untuk gereja-gereja Protestan di kemudian hari yaitu tugas kateketik gereja dalam keluarga dan
disekolah-sekolah umum. Para reformator telah memberikan sumbangan – sumbangan yang
sangat berharga bagi kita untuk melaksanakan tugas kateketik.
C. Katekisasi Dan Pengakuan Iman Rasuli

1. Pengakuan Iman
Dalam sejarah Kekristenan, pengakuan Iman bukan hanya sekedar ikrar belaka dari
iman Kristen yang selalu diucapkan dalam ibadah pada hari Minggu.
Dihasilkannya pengakuan iman melalui suatu proses dan perjuangan yang gigih dari
Bapa – Bapa gereja dengan tujuan untuk memperkokoh kesatuan iman pengikut Kristus di
seluruh dunia sekaligus sebagai ikrar pemersatu yang telah dibuktikkan dari zaman ke zaman.
Dalam perjuangan Kekristenan, telah terbentuk tiga pengakuan Iman yng sampai
sekarang masih dipergunakan oleh semua gereja. Pengakuan tersebut antara lain : Pengakuan
Iman Nicea, Pengakuan Athanasius dan Pengakuan Iman Rasuli.
Dalam gereja BNKP, Pengakuan Iman Rasuli yang menjadikan pengakuan iman dalam
tata ibadah gerejawi dan juga di ajarkan kepada murid katekisasi sidi.

2. Funsi Pengakuan Iman Dalam Gereja


Dalam Alkitab, kata ‘percaya’ atau ‘iman’ mempunyai arti yang sangat dalam yaitu
“dasar dari segala sesuatu yang kit harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Pengakuan iman bagi gereja-gereja yang berlatar belakang Kristen Protestan,
memegang peranan penting. Melalui pengakuan iman, warga gereja mengakui iman percayanya
kepada Tuhan pencipta langit dan bumi, kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruslamatnya dan
kepada Roh Kudus.
Dalam Perjanjian baru, pengakuan Petrus terhadap Yesus yakni “Engkau adalah Mesias
Anak Allah yang hidup” merupakan landasan bagi pengakuan iman gereja sekarang ini. Gereja
perlu mengetahui kepada siapa dia percaya dan mengakui kepercayaan itu berlandaskan iman
yang nyata.
“Iman ialah mencari jaminan serta menemui jaminan itu dalam Alkitab, dalam Yesus Kristus
dan didalam Dia saja. Iman ialah hidup dari janji-janji Allah dengan seluruh jiwa, dengan totalitas
pribadi kita, dan menyerah padaNya dari hati ke hati, dari pribadi ke pribadi, muka dengan muka”.

Jadi pengakuan Iman Kristen adalah ungkapan dari iman yang nyata terhadap Allah
dalam Tuhan Yesus melalui pekerjaan Roh Kudus, yang dilakukan oleh orang percaya
berdasarkan pengenalan yang nyata tentang pribadi Allah yang telah menyelamatkannya.
Pengenalan terhadap Allah yang benar itu memungkinkan warga jemaat akan tetap teguh dalam
ajaran yang benar dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran palsu.

3. Hubungan Katekisasi Dengan Pengakuan Iman Rasuli


Dalam Katekisasi di gereja BNKP, Pengakuan Iman Rasuli adlah sangat penting dan
merupakan bagian integral dari kurikulum, selain pengajaran tentang gereja, Doa Bapa Kami dan
hal-hal yang berhubungan dengan Etika.
Pengakuan Iman Rasuli merupakan ajaran pokok dalam katekisasi karena di dalamnya
terangkum pokok-pokok kepercayaan Kristen. Maka pokok-pokok kepercayaan tersebut di
jabarkan dan di uraikan satu persatu yang dibukukan dalam dalam katekismus. Untuk lebih
dimengerti maka dalam bahasa daerah Nias buku telah di terjemahkan sehingga tidak mengecap
bangku sekolah pun dapat lebih mudah menyerap arti dari ajaran tersebut.
Dalam wadah Katekisasilah para remaja / pemuda gereja diarahkan dan dibimbimbing
kepada arti iman yang sebenarnya serta ajaran pokok Kekristenan yang benar. Hal ini membuat
mereka tetap mempertahankan imannya baik di tengah arus pengajaran – pengajaran sesat yang
berkembang dari zaman ke zaman maupun atas dunia sekuler yang begitu kuatnya
mempengaruhi gereja dwasa ini, khususnya kehidupan anak – anak muda. Dengan demikian
dapat diharapkan bahwa setiap warga jemaat yang sudah mengikuti katekisasi, diharapkannya
mengerti dan memahami imannya sebagaimana pengakuannya melalui perkataan yang
diterapkannya dalam perbuatan dan tingkah laku yang benar setiap hari.

D. Katekisasi Dan Pertumbuhan Gereja


1. Bertambahnya Bilangan Orang Percaya
Gereja yang hidup adalah gereja yang tumbuh dan berkembang, baik secara kuantitas
maupun secara kualitas. Dalam perkembangan dan pertumbuhan gereja, tuhan memakai
gerejanya untuk membawa orang-orang yang tidak mengenal Kristus menjadi murid atau
pengikut Kristus.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan jemaat mula-mula tampak begitu banyak orang
percaya dan menjadi pengikut Kristus oleh karena kesaksian para rasul. Sularso Ssopater,
mencatat demikian :
“Pertumbuhan ini menyangkut pertambahan jumlah murid yang sesudah mendengar
kesaksian para rasul menerima perkataan mereka lalu memberi diri dibabtis. Jumlah
pertambahan ini ada yang besar dan ada yang kecil sesuai dengan perjumpaan yang terjadi
tatkala kesaksian diberikan kepada mereka. Kisah Rasul 1:15 mengatakan ada 120 orang yang
mula-mula menjadi warga jemaat Yerusalem. Dan pada hari pentakosta jumlah mereka
bertambah kira-kira 3.000 orang/jiwa.
Sejalan dengan pertumbuhan yang pesat itu atau bertambah jumlah orang percaya, para
rasul sangat menaruh perhatian dalam katekisasi atau pengajaran. Penulis Kisah Para Rasul
melaporkan bahwa “orang-orang yang sudah percaya bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Ini
jelas bahwa Para Rasul mengajar kepada setiap orang percaya tentang kebenaran Firman Allah,
supaya menjadi murid Tuhan yang setia dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya
sebagai murid. Wagiyono Sumarto mencatat demikian : “Jikalau pemuridan dibuat untuk tujuan
Amanat Agung hal ini menjadi penting untuk membuat kita mengetahui apa itu suatu pemuridan.

2. Penginjilan Yang Efektif


Dalam penginjilan yang dibarengi dengan katekisasi intensif, gereja-gereja idaajar untk
terlibat dalam pelayanan sehingga anggota jemaat diliput gandakan. Pola pelayanan semacam
ini, merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan. Karena melalui pengajaran atau katekisasi
orang percaya semakin “berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam
iman dan melimpah dengan syukur”. Benih firman Allah
Yang telah ditaburkan secara terus menerus, lambat atau cepat bertumbuh. Pembacaan
dan penyelidikan Alkitab, tidak hanya dilaksanakan digereja tetapi juga di rumah-rumah.
Sebaiknya memakai Alkitab yang dapat dimengerti, misalnya untuk suku Nias memakai
terjemahan bahasa Nias. Harold Cummius, mengemukakan pendapatnya tentang hal itu :

“One of the best kinds of meeting for a new church is Bible reading and study meeting. Some
one may be found who can read well from Gods Word. The language chosen for the Bible reading
should be the language spoken in the homes of the people of that area”.
3. Pengajaran Alkitab Yang Kuat
Persekutuan yang didalamnya diadakan pengajaran firman Allah atau katekisasi, ini
sesuai dengan apa yang sudah diselenggarakan sejak mulai atau berdirinya gereja mula-mula.
Gereja di rumah tangga – rumah tangga itu mengikuti pola yang telah ada dalam Alkitab.
Met. Q. Castillo, mengatakan :
“The early Christians, together with the apostles used the house as a place together for prayer,
fellowship, worship and evangelism. Paul him self used houses a lot in his evangelistic outreach.
Meeting in homes then can be a model for churches today”.

Dengan pola kebaktian dan pengajaran atau kaatekisasi yang demikian, akan bertambah
anggota – anggota jemaat secara terus menerus sehingga tempat-tempaat kebaktian yang kecil
tidak dapat menampung orang-orang yang mengikuti kebaktian. Dengan perkembangan ini tidak
lagi memakai pola kebaktian di tmpat-tempat kecil atau rumah-rumah, melainkan di gedung-
gedung atau gereja.
BAB II
PENERAPAN KATEKISASI DALAM JEMAAT

A. Alkitab Dan Katekisasi Dalam Jemaat


Dalam bab pertama, telah dijelaskan tentang apa makna dan hakekat katekisasi dalam
perkembangan dan pertumbuhan gereja. Pengajaran atau katekisasi bersumer dari Alkitab yang
adalah Firman Allah.
Alkitab adalah Firman Allah yang diwhyukan oleh Allah. “Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar untuk menyatakan kesalahan untuk
memperbaiki kesalahan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.

Ayat ini dalam bahasa asli yaitu disebut :

“Pasa graphe theopneustos”, yang diterjemahkan dengan, “Segala tulisan yang diilhamkan
Allah”. Dalam Revised Standard Version, “All Scripture is inspired by God”, dan dalam New
Internasional Versen, “All Scripture is God-breathed”.Istilah theopneustos adalah kata gabungan
antara theos (Allah), dan pneo (menghembuskan), ditambah akhiran tos yang menunjukan sebagai
kata sifat. Terjemahan yang selalu dipakai untuk istilah itu ialah “inspirasi” (ilham) atau “inspired”
(diilhamkan)”.

Alkitab yang ddiilhamkan oleh Allah itu mempunyai otoritas tertinggi dalam kehidupan
manusia. Melalui Alkitab yang berwibawa ini akan dapat mengubah kehidupan dan kelakuan
gerejaa. Oleh karena itu, alkitab harus menjadi konon dalam katekisasi.
Dalam pelayanan jemaat, pengajaran Alkitab bukan hanya pelayanan sampingan saja
dari gereja, tetapi justru mendapat perhatian lebih dari pelayanan – pelayanan gerejani yang lain.
Ch. Abineno mengatakan :

“Gereja bukan sajaterpanggil, untuk memberitakan Firman, melayani sakramen Baptisan dan
Pejamuan, menggembalakan anggota-anggota jemaat, menolong mereka yang hidup dalam
kekurangan dan kemiskinan, dan lain-lain, tetapi juga mengajar dn membina anggota-anggotanya,
khususny mereka yang masih muda. Gereja yang tidak mengajar dan membina anggota-
anggotanya, sebenarnya bukanlah gereja”.

Alktab harus diajarkan kepada warga jemaat khususnya dalam katekisasi karena Alkitab
adalah Firman Allah yang merupakan “Pelita bagi kita, terang bagi alam”. Dengan demikian
Firman Tuhan menjadi makanan rohani yang tidak boleh terpisahkan dari kehdupan warga
jemaat setiap waktu. Alkitab harus menjadi ukuran atau standar (kanon) bagi tingkah laku kita
atau sikap etis kehidupan para katekese.

Harun hadiwijono mengatakan :


“Dalam pengertian kanon ini terkandung gagasan bahwa kitab-kitab yang disebut itu menjadi
norma atau ukuran atau patokan yang berdaulat bagi iman dan hidup Kristen, atau bahwa kitab tadi
bagi orang beriman adalah Firman Tuhan”.

Oleh karena Alkitab bagi iman kristen adalah Firman Tuhan Allah, maka Alkitab
menjadi kanon, menjadi inti dan puncak Katekisasi/pengajaran bagi iman kristiani dalam jemaat.
Melalui katekisasi pengajaran Firman Tuhan ditanamkan dan ditumbuhkan sehingga warga
jemaat yang mengikuti katekisasi dteguhkan dalam iman dan dikuatkan dalam pergumulan
hidipnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi Alkitab adalah merupakan inti dan pusat dari pada
katekisasi, merupakan kanon/standard, norma hidup yang menjadi sumber dari segala ajaran-
ajaran etis Kristen yang lain.

A. Katekisasi, Pertobatan dan Kelahiran Baru

Pertobatan dan kelahiran baru, salah satu pelaksanan katekisasi dalam jemaat.
Katekisasi merupakan sasaran mencapai tiap-tiap warga jemaat dalam Injil.

1. Pertobatan
Tidak dapat disangkal bahwa masyarakat Nias telah dipengaruhi oleh berbagai bentuk
kepercayaan yang sesungguhnya menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan, contohnya :
kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang, jimat dan lain-lain. Selain itu kejadian bersejarah
dalam masyarakat Nias yaitu ‘Fangesa Dodo’ (pertobatan Massal) sudah tidak ada lagi
kelanjutanya sekarang sehingga generasi-generasi sesudah peristiwa tersebut merupakan
generasi yang harus dibaharui oleh gerakan Roh Kudus. Banyak warga gereja yang
sesungguhnya tidak mengetahui arti pertobatan dan kelahiran baru atau kelahiran kedua kali.
Untuk itulah, maka dalam jemaat khususnya anggota katekisasi perlu dijelaskan arti pertobatan
dan kelahiran baru.
Dalam bahasa Yunani, ada 3 istilah yang sering digunakan sehubungan dengan kata
pertobatan yaitu : metanoia, epistrepho
= metamelomai yang dijelaskan oleh U. Becker, sebagai berikut :

“Repentance, penitence and conversion are closely linked. Whonever some one givers this
trought and life a new direction, it always in volves and judment on his previous views and
behaviour. This process is exspressed in NT, by there words group which deal with its various
aspects; epistrepho, metamelomai and metanoia. This first and third both mean turn one self round
and refer to a mean’s conversion”.

Pertobatan yang dimaksud diatas ialah pertobatan dimana terjadi perubahan hidup
secaara total yaitu berbalik dari hidup yang lama (manusia lama) serta segala kebiasaannya
kepada hidup yang baru oleh pekerjaan Roh Kudus dalam Tuhan Yesus Kristus. Pertobatan
tersebut terjadi oleh Iman kepada Kristus sebagai jawaban manusia terhadap kasih karunia dan
Anugrah Allah bagi hidupnya, terhadap panggilan Allah. Di dalam panggilannya itu manusia
dengan seluruh esensinya di kuasai oleh ketaatan kepada kehendak Tuhan Allah.
Jadi, penertian pertobatan yang sebenarnya adalah penyesalan yang di ikuti oleh
kemauan yang kuat untuk berbalik dari kehidupan yang lama menuju kehidupan yang baru.
Selanjutnya Roh Kudus akan mengubaah pikiran, kehendak dan perasaan perasaan secara total
yang sesuai dengan pikiran, kehendak dan perasaan Allah.
Oleh karena pengalaman pertobatan seseorang, ia rela atau bersedia di ajar, dibina dan
di didik dalam ajaran Kristiani melalui wadah katekisasi. Dengan demikian seharusnya anggota
katekisasi adalah mereka yang telah sedia menyerahkan hidupnya kepada Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat pribadi. Dalam katekisasi, pertobatan direalisasikan melalui kerinduan dan
kesungguhan diajar serta menjadi murid Kristus setia.

2. Kelahiran Baru

kelahiran Baru atau kelahiran kedua kali merupakan proses dimana seseorang
mengalami perubahan dan penyucian dalam Kristus Yesus, menjadi anak Allah atau Umat Allah
yang baru. Pembaharuan hidup tersebut di kerjakan oleh Roh Kudus yang di utus oleh Bapa
melalui Tuhan Yesus kedalam hati orang percaya. Pembaharuan oleh Roh tersebut
memungkinkan orang beriman hidup dalam hubungan / relasi sebagai anak Allah yang sejati
kepada Bapa Sorgawi. Pengertian tersebut yang ditawarkan kepada anggota Katekisasi sidi,
dimana mereka sebagai orang beriman di panggil dari dunia ini yaitu untuk di benarkan dan
dipimpin kepada Kemuliaan.
Karena proses kelahiran baru merupakan moment di mana seseorang menjadi ‘anak
Allah’, dari kerajaan Allah baik sekarang maupun yang akan datang. Menjadi anak Allah dan
ahli waris kerajaan Allah adalah hak setiap orang yang sudah pasti menerima Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan pembimbing hidupanya, dan keselamatannya. Hak yang dimaksud ada terjadi
sekarang dan yang akan datang, sebagai mana diterangkan dan dijelaskan oleh Harun
Hadiwijono :

“Oleh karena ‘menjadi anak Allah’ itu mengandung didalamnya “menjadi ahli waris” pada hal
“menjadi anak Allah” itu sekarang sudah direalisasikan, maka “menjadi ahli waris” itu sekarang
sudah terjadi. Hanya kesempurnaan bagian warisan tadi baru akan diwujudkan pada akhir zaman
(Roma 8 : 19)”.

Dengan demikian, kelahiran baru harus terjadi dalam hidup orang beriman sehingga ia
dengan rela bersedia diajar dan dididik dengan Firman Tuhan. Kelahiran baru merupakan bagian
inttegral dari pelayanan katekisasi dalam gereja.

B. Katekisasi Dan Pendewasaan Rohani Jemaat


Jikalau kita melihat sepintas dari pelayanan kebanyakan gereja / jemaat melaksanakan
katekisasi dalam gereja harus sebagai persyaratan menccapai tujuan tertentu. Seperti :
Persyaratan untuk boleh melangsungkan pernikahan, persyaratan dapat ikut acara perjamuan
Kudus dan berbagai ucapan alasan lain yang sebenarnya kesalahfahaman ataupun ketidaktahuan
banyak warga gereja sekarang ini.
Katekisasi dalam jemaat tidak hanya sebatas itu saja tetapi ada banyak tujuan lain yang
lebih penting, yaitu pendewasaan rohani warga jemaat khususnya anggota – anggota Katekisasi.

1. Pengenalan Dan Persekutuan Dengan Kristus


rasul Paulus mengatakan “yang kukehendaki ialah mengenai Dia dan kuasa
kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanya”.
Pengenalan yang benar terhadap Kristus dan persekutuan denganNya adalah awl dari
kedewasaan rohani yang hendak dicapai dalam katekisasi Gerejawi.
Abinone mengatakan :
“Tujuan katekisasi ... ialah supaya anak – anak (= pengikut-penikut katekisasi) percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka dan dengan itu dan dari situ (= dari
persekutuan dengan Kristus) mereka beroleh persekutuan dengan gereja (sebagai tubuhNya).

Dari pengertian tersebut diatas kedewasaan rohani dapat terjadi melalui katekisasi yang
bukan hanya pengajaran saja tetapi juga bimbingan, dan latihan rohani. Bimbingan dan latihan
rohani ini berlangsung dalam suatu persekutuan doa dan kerja. Dalam persekutuan dan kerja
tersebut, penggembalaan memainkan peran pentinng.

2. Keteguhan Iman
Dari sisi lain, kedewasaan rohani dalam katekisasi adalah keteguhan Iman atau batin
yang terjadi oleh penyerahan dan persekutuan yang benar kepada Kristus, dengan demikiaan tiap
– tiap anggota katekisasi dapat memastikan arti dan tujuan hidupnya secara Kristiani serta
tanggung jawabnya sebagai murid Kristus.

Malcolm Brownlee, menjelaskan sisi lain dari tujuan Katekisasi :


“Menolong anggota-anggota gereja memperoleh arah dan tujuan dalam dunia yang cepat
berubah. Perobahan – perobahan yang cepat terjadi masa kini menyebabkan banyak tantangan dan
juga banyak kesempatan yang baik bagi orang Kristen. Banyak anggota gereja di ombang-
ambingkan oleh tekanan – tekanan yang tidak mereka mengerti. Mereka tersilau oleh kemegahan
modern; orang – orang secara tidak sengaja dapat dibawa oleh arus sekulerisme yang kurang
mereka mengerti”.

Gereja perlu menolong warganya yang menghadapi keadaan di atas agar mereka bukan
saja mempertahankan imannya dalam dunia ini tetapi juga bertumbuh terus dan berbuah dalam
segala hal ke arah Dia yang adalah kepala yaitu Kristus. Pertumbuha dan berbuah ke arah Dia
yang dimaksud adalah kehidupan yang dibuktikan untuk Tuhan dan realisasinya untuk sasaran
dalam dunia nyata.

3. Pelayanan Dan kesaksian


Pelayanan katekisasi dalam jemaat tidak dapat dilepaskan dari hubungannya dengan
pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja yang benar adalah jika didalamnya terjadi pemupukan
dan pembinaan warga jemaat. Pemupukan dan pembinaan tersebut hendaknya berorientasi pada
tujuan supaya anggota-anggota katekisasi mengambil bagian menurut karunia yang Tuhan
berikan untuk pelayanan dan kesaksian hidup. Pelayanan keluar dan kesaksian hidup yang benar
haynya dapat terjadi melalui pembinaan yang teratur, terprogramdan kontiniu (terus-menerus).
Pelayanan dan kesaksian oleh warga gereja merupakan keterlibatannya secara langsung
bukan saja kepada hal-hal yang rohani tetapi pula hal-hal lain yang menyangkut hubungan sosial
kemasyarakatan sebagai aplikasi praktis dari iman kristianinya. Hal tersebut diatas jika “gereja
memperlengkapi warganya untuk pelayanan dan klesaksian kristen yang langsung merupakan
keterlibatan sosial politik ekonomi”. Dalam hal ini, kkatekisasi gereja mempunyai andil yang
besar, setdak-tidaknya mempersiapkan warga gereja ke arah bertumbuh dan berbuah dalam
pelayanan dan kesaksian.
Dapat di pastikan bahwa jika Katekisasi dalam jemaat dilaksanakan dengan baik maka
akan membuahkan warga jemaat yang bertanggung jawab atas tugas panggilannya baik terhadap
Allah yaitu rohaninya maupun terhadap sesama manusia dalam bentuk hubungan sosial
pemerintahan. Lebih dari itu menjadi warga gereja yang mencintai Firman Tuhan.
Keterlibatan jemaat dalam pelayanan terjadi oleh hati yang tergugah terhadap klasih
Kristus yang dirasakanya ketika ia mengalami dan menikmati keselamatan. Wujud nyata dari
pengalaman tersebut di wujudkan dalam bentuk penyerahan diri atau penyerahan totalitas hidup
kepada Kristus. Penyerahan diri tersebut didalamnya terkandung keinginan untuk dipakai oleh
Tuhan menjadi saksi adalah tugas mutlak setiap orang percaya karena kedudukannya dan
statusnya dalam Kristus didunia tapi bukan dari dunia. Menjadi saksi dari iman dan kedewasaan
iman atau dengan kata lain sebagai wujud nyata dari imannya seperti yang dituturkan oleh
Bromwnlee :

“dalam perjanjian baru orang-orang kristen hidup sesuai dengan pola baru. Kepercayaan mereka
menghasilkan gaya kehidupan yang kelihatan. Gaya kehidupan itu berakar dalam kepercayaan
mereka dan kesaksian tentang kepercayaan itu. Orng-orng lain dapat melihat perbedaan dalam
kehidupan orang-orang kristen”.

C. Katekisasi Dan Pelayanan Misi Jemaat

Penggenapan amanat agung Tuhan Yesus yaitu : “Jadiakn semua bang muridku”,
merupakan sasaran akhir dari setiap kegiatan dan pelayanan dalam jemaat kristen termasuk
katekisasi. Dalam pelayanan katekisasi, misi jemaat yang perlu dicapai adalah :

1. Pelayanan Sesama Anggota Jemaat


Sebagian besar umat kristen beranggapan bahwa ibadah diperlukan hanya untuk
menjaga kelangsungan adanya Agam atau untuk memberi ketenangan bathin serta kepuasan
rohani pemeluknya. Mereka berangapan bahwa agama hanyalah urusan vertikal dengan Allah.
Mereka sering melupakan bahwa sesungguhnya agamapun mempunyai aspek horizontal yaitu
bagaimana keluhuran ajaran agama-agama itu di praktekan secara konkrit dalam hubungan
dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat bai laokal maupun global. Praktek yang di
maksud adalah keterlibatan diri dalam pelayanan secara langsung. Keadaan demikian diatas
membutuhkan sikap pemimpin jemaat yang dengan hati kasih menanamkan pengertian akan
pentingnya pelayanan dalam jemaat.
Pelayanan sesama anggota merupakan wujud konkrit dari kehidupan sebagai tubuh
Kristus, dimana Kristus adalah kepalaNya dan semua orang kristen adalah anggotanya. Setiap
anggota terbukti ketika ia menjadi kristen, ia ditempatkan dalam suatu kedudukan khusu oleh
Roh Kudus dan diharapkan berfungsi dimana ia berada.
Dengan demikian katekisasi diperlukan sebagai sarana mempersiapakan warga jemaat
melakukan pelayanan khususnya kepada semua anggota jemaat. Melalui hal ini warga jemaat
diajar untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.
2. Pelayanan Menurut Karunia
Salah aut tragedi bagi orang Kristen zaman sekarang ini adalah begitu banyak anggota
gereja belum menetahui karunia rohani mereka dan oleh sebab itu tidak menggunakannya. Malah
ada yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki karunia, hanya karena tidak pernah ada orang
yang mengajarkannya kepada mereka secara jelas.
Melalui Katekisasi, mereka perlu diajar tentang karunia rohani yang di sebut dalam
Alkitab. Karunia – karunia tersebut menjadi milik setiap orang yang percaya ketika ia bertobat,
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus serta menerimaNya sebagai Tuhan dan
JuruselamatNya pribadi. Karunia yang di terima di pakai untuk melayani Tuhan supaya
membuahkan hasil bagi kerajaanNya.

Vergil Gerber mengatakan :


“Tiap-tiap murid di beri satu karunia atau lebih dan ia diharapkan `mengusahakan` karunia ata
karunia-karunia itu demikian rupa, sehingga ia dapat memperolehhasil yang maksimal dalam usaha
mencapai tujuannya”.

Disinilah letak dari jemaat yang hidup dan bertumbuh, jika masing-masing warga
jemaat mengetahui karunia serta mengusahakan mengembangkan serta menggunakannya untuk
melayani Tuhan dan semasa dalam jemaat. Karunia rohani merupakan perlengkapan yang
diberikan oleh Tuhan untuk memenuhi panggilan pelayanannya.

3. Kesaksian Hidup
“Menyaksikan Injil Yesus Kristus kepada semua makhluk bagi kemuliaan Allah dan
keselamatan manusia” adalah misi jemaat yang dalam BNKP yang sudah digariskan dalam Tata
Gereja. Misi jemaat tersebut adalah panggilan yang harus dibawa sampai ke ujung bumi.
Untuk itulah gereja memakai katekisasi perlu mengarahkan dan mengembangkan kaum
mudanya melalui tindakan nyata yang dijiwai oleh kasih kepada Tuhan dan sesam manusia. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan Suatami Sutedja :

“Gereja harus menjadi gereja yang bersaksi melalui persekutuan yang baik dan melayani yang
guna. Tidaklah cukup kalau gereja hanya bersaksi secara lisan saja, tetapi perlu dan harus
mewujudkan pemberitaan melalui perbuatan”.

Pengertian tersebut menyangkut kesaksian dan bersaksi dimana cara gereja berpikir dan
bertindak harus merupakan cermin dan penjabaran dari pengakuan iman dan ajaran gereja,
sebagaimana Kristus yang adalah adalah kepala gereja yang perkataanNya selalu disertai dengan
perbuatan. Misi jemaat tersebut tidak hanya terbatas pada hal-hal rohani saja juga dalam hal-hal
sosial Kemasyarakatan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa tugas misi (pengutusan) jemaat hanya dapat dimengerti
dalam terang rencana keselamatan gerejani atau proyek pelayanan Kristen, seperti yang di
katakan oleh D.R. Maitimu : “Rencana Keselamatan Allah (Missio Dei) adalah untuk membawa
segala-galanya kepada kelepasan (pembebasan) dan pembaharuan”, yang akhirnya bermuara
juga kedalam kehidupan gereja itu. Tugas pelayanan misi jemaat bermaksud supaya sekalian
warga jemaat menggunakan fungsinya sebagai kawan sekerja Allah. Dan dengan demikian ikut
serta dalam tindakan Allah yang tertuju kepada segala sesuatu, agar mencapai keselamatan bagi
dunia. Ini hanya terjadi jika masing-masing anggota menggunakan karunianya untuk melayani
Tuhan dan sesama serta pergi keluar memberitakan Injil Kristus kepada dunia.

Anda mungkin juga menyukai