kuno yang berkaitan langsung maupun tak langsung, atau sekadar dikait-kaitkan,
dengan teks-teks Alkitab. Tanggapan publik pembaca pun beraneka ragam. Ada yang
tenang-tenang saja; ada yang kritis namun terarah secara positif; ada pula yang mencak-
mencak. Semua tanggapan itu wajar saja. Karena eksistensi Alkitab diakui memiliki
tautan erat dengan persoalan beriman. Beriman itu sendiri [telah] dianggap sebagai
hakikat sakral dalam diri manusia, yang terhubung dengan realitas ilahi (Supreme
Being).
Dalam karyanya ini, James Barr menjelaskan secara padat dan rinci sejumlah isu
dan persoalan yang menggayut di sekeliling Alkitab, terutama tentang historisitas teks-
teks, proses penerimaan dan adaptasi teks-teks tersebut dalam prinsip-prinsip ajaran
gereja, serta tentu saja persoalan tafsir teks dalam konteks masyarakat modern.
Pertanyaan-pertanyaan seputar Alkitab diulas pada awal bukunya (pasal I). Sementara
pada pasal II, Barr memaparkan beberapa konsep yang memengaruhi perspektif orang
salah”, bahkan sebaiknya dibuang dalam teologi modern. Sebab menurutnya, apakah
memang benar bahwa Allah tidak sanggup berkomunikasi dengan manusia melalui teks-
bidang kesusastraan. Pengilhaman dalam arti demikian tidak berarti bahan kesusastraan
tersebut bebas dari kesalahan historis atau teologis. Istilah pengilhaman di sini lebih
mengandung arti keluhuran, pemikiran yang mendalam, dinamika yang
saksi-saksi objektif tentang berbagai kejadian yang tidak mengena (relevan) dengan
mereka pribadi. Firman Allah itu tidak identik dengan Alkitab. Akan tetapi, Alkitab
tetap merupakan jembatan yang mutlak perlu untuk mengantar kita kepada Firman
Allah. Seluruh Alkitab merupakan firman manusia yang dipengaruhi oleh berbagai
ketegangan, kelemahan dan kesalahan yang melekat pada hasil karya manusia. Namun,
dari segi lain, pemberitaan Alkitab tidak imanen dalam kebudayaan manusia dan karena
itu Alkitab harus diselidiki dengan metode-metode yang peka terhadap kemungkinan
Barr berpendapat bahwa kewibawaan Alkitab sebenarnya tidak terletak dalam Alkitab
itu sendiri, tetapi di luar Alkitab. Artinya, kewibawaan Alkitab diperoleh bukan dari
peristiwa itulah yang menjadi landasan iman dan keselamatan orang Kristen. Namun
sebagai konsep yang tidak cocok dengan struktur intelektual yang menentukan pola-
pola teologi modern. Konteks masa kini bukanlah konteks kewibawaan, melainkan
konteks oikumene. Teologi masa kini pada prinsipnya adalah teologi pluralistis. Meski
konsep dasar yang dapat melandasi diskusi tentang peranan Alkitab dalam iman dan
hidup Kekristenan.
manakah yang tepat dalam menafsirkan Alkitab dan proses-proses yang patut dipakai
dalam mengaitkan teks Alkitab dengan persoalan-persoalan modern. Proses-proses
tertentu dalam tugasnya berkenaan dengan Alkitab. Misalnya, fungsi para ahli sejarah,
fungsi para ahli teologi alkitabiah, fungsi para ahli teologi sistematika, fungsi para
pengkhotbah, dsb.
Alkitab. Sejauh mana Alkitab menjadi “norma” akan nampak dalam hubungannya
dengan konsep teologi. Bagi Barr, pengenaan norma skriptura itu dapat berfungsi secara
lebih positif serta aktif ketika norma itu memainkan peranan sepanjang proses
berteologi, dengan menguji tiap-tiap unsur, sewaktu unsur tersebut sedang dipikirkan.
Norma tersebut ikut memberi petunjuk tentang urutan unsur-unsur yang harus dibahas,
dan tentang kategori-kategori yang dapat digunakan, serta kaitan antara kategori dengan
kategori.
mengenai proses memahami pesan Alkitab dalam suatu konteks ruang dan waktu yang
berubah. Atau yang oleh Barr diperhadapkan sebagai “masyarakat modern”. Saya
melihat bahwa konsep modern menurut Barr ini masih mengandung absurditas yang
perlu dikerangkai dalam struktur berpikir yang lebih global. Artinya, modernitas tidak
dipahami dalam kerangka pikir masyarakat Barat dengan pendekatan yang teknis-
mencermati dampak berbagai perubahan saat ini bagi kemanusiaan dan religiositasnya.
Menempatkan Alkitab dalam dunia modern, tidak begitu saja terpahami sebagai
tempat yang unik dalam iman kristiani, yang karenanya mesti diakui pula telah memberi
spirit untuk bertahan dalam gerak zaman dan perubahan sosial. Bagaimana kita – yang
hidup di abad ini – memahami Alkitab? Silakan menemukan jawabnya bersama James
Barr.