Alkitab di berikan Allah kepada umat-Nya sebagai bentuk penyataan diri Allah, yang secara
khusus membuat umat-Nya mengenal Ia sebagai Allah yang menciptakan manusia itu sendiri
dan yang menganuhgerahkan keselamatan. Namun, apakah tulisan Alkitab yang kita miliki
sekarang adalah benar-benar firman yang seluruhnya berasal dari Allah dan tidak mengandung
kesalahan dalam penulisannya oleh pemikiran para penulis? Bagaimana kita sebagai orang
Kristen dapat meyakini serta mengerti kebenaran Firman Allah dalam tulisan Alkitab itu?. Inilah
yang menjadi pertanyaan di sepanjang sejarah umat Kristen terhadap penyataan Allah, terlebih
khusus pada Firman yang Ia nyatakan lewat Alkitab yang kita miliki sampai saat ini. Alkitab yang
menjadi dasar dan pedoman bagi umat Tuhan, dalam perjalanan hidup mengiringi Tuhan (2 Tim
4:16), dalam menghidupi kebenaran itu tanpa meragukan kebenaran itu tidak berasal dari Allah
serta patuh pada Firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Penulis ingin mendeskripsikan
mengenai apa yang selama ini menjadi pertanyaan dari kebenaran penulisan Alkitab yang kita
punya sekarang, secara khusus penulis akan membahas mengenai Doktrin ketanpasalahan
(Ineransi) Alkitab, yang menjadi pokok kesulitan bagi umat Tuhan yang secara awam tidak
mengerti kebenaran dari tulisan Firman Tuhan dalam setiap kata Alkitab, dan hanya
menghidupinya secara hurufiah saja. Tulisan ini tidak akan sampai membahas pada tinjauan
konsep kebenaran di luar Ineransi Alkitab dan lewat tulisan ini juga, bertujuan membuat penulis
serta pembaca dapat mengerti pentingnya Doktrin Ineransi Alkitab itu, bagi kehidupan umat
Tuhan secara khusus iman Kristen yang mempercayai kebenaran tulisan Alkitab sesuai yang ada
sekarang adalah berasal perkataan firman Allah.
I. Pengertian Ineransi Alkitab dari Tradisi Awal Metode ‘higher criticsm’di abad ke 18, menjadi
penggagas munculnya doktrin ineransi Alkitab, saat dimana kekristenan yang mulai meragukan
kebenaran dari Alkitab sebagai Firman Allah, yang hanya di tuliskan oleh manusia yang
mendapatkan pengilhaman dari Allah sendiri. Selain itu doktrin ineransi Alkitab menjadi
penting, karena pada masa itu pun para Bapa-bapa gereja juga mulai meragukan kebenaran
Alkitab, mereka banyak menganggap Alkitab sebagai tulisan manusia yang dapat melakukan
kesalahan dan tentunya Alkitab juga tidak akan luput dari kesalahan.Pandangan inilah yang
sampai saat ini mempengaruhi beberapa kelompok umat Kristen untuk tidak mempercayai
Alkitab sepenuhnya Firman Allah, dan inilah yang membuat peranan doktrin ineransi itu
menjadi sangat penting. Ineransi secara umum diartikan kebenaran penulisan Firman Allah
dalam pengertian “teks naskah asli”, berhubungan dengan pesan yang disampaikan didalamnya.
Ineransi juga di artikan sebagai keakurasian penulisan dari Allah dalam Alkitab yang sempurna,
sehingga tidak menimbulkan kesalahan,1 Dipahami sebagai kualitas dari Alkitab sebagai Firman
Allah yang tidak bisa salah dan tidak bertentangan dengan ajarannya sendiri, Alkitab yang
memiliki nilai kebenaran yang dapat dibuktikan secara historis dan ilmiah2 . Jadi doktrin Ineransi
Alkitab merupakan doktrin yang mengajarkan dan meyakinkan setiap orang percaya, akan
kebenaran penulisan setiap kata dalam Alkitab adalah dari Allah, serta Alkitab tidak mungkin
dan tidak bisa bertentangan dengan ajaran yang dituliskan apalagi mengandung kesalahan.
Doktrin ineransi Alkitab memfokuskan pada “teks naskah asli” dan kebenaran dari naskah itu,
namun mengenai manuskrip asli yang saat ini tidak kita miliki, menjadi alasan bagi sebagian
kaum yang menolak dan menyatakan kesalahan kontekstual dari kata-kata dalam Alkitab,
hingga dengan pengertian sendiri mencari kesempurnaan dari bentuk teks itu. Doktrin ineransi
menjadi sangat penting karena masih banyak orang Kristen yang tidak memahami perbedaan
antara ketidakbersalahan Alkitab dalam konteks penulisannya dan konteks ajarannya (ineransi
dan infalibilitas). Mereka mengira konteks ketidakbersalahan ini menjadi hal yang sama ketika
dipaparkan dengan aplikasi dari ajaran didalamnya. Jika perkataan dalam Alkitab itu di anggap
benar dan tidak bertentangan dengan pemikiran, maka orang kristen menganggap ajaran
tersebut benar. Namun, orang Kristen menerima kebenaran Alkitab secara hurufiah sesuai
dengan tulisan Alkitab sekarang yang dimiliki, dan apabila didapati adanya kesalahan dalam
berbagai tulisan sekarang yang dimiliki, atau perbedaan kata-kata namun mengarah pada satu
tujuan, diartikan sebagai kesalahan dalam penerimaan ilham dari setiap penulis hingga yang
dituliskan pun tidak sesuai dengan yang dimaksudkan Allah. Inilah yang menjadi bagian dalam
pengertian Ineransi Alkitab dari masa tradisi kekristenan dahulu, yang menganggap Ineransi
sama saja dengan Infalibilitas dan bagaimana setiap perkataan dalam Alkitab itu menjadi Firman
yang bekerja di setiap orang yang 1Rick Cornis, 5 Menit Teologi (Bandung: Pionir Jaya, 2007), 56.
2Rahmiati Tanudjaja, “Doktrin Penggunaan Kitab Suci Menurut C S Lewis,” Veritas Vol.4 No.2
(2003): 195. 4 mempercayainya. Makna teologis dari ineransi Alkitab ini memperlihatkan
ketidakmungkinsalahnya Alkitab sebagai Firman Allah, karena Allah yang mengilhamkan pada
manusia adalah Allah yang sempurna dan tidak mungkin salah, dan Allah merupakan pribadi
yang tidak saling berkontradiksi dengan apa yang di ajarkan-Nya di dalam semua tulisan Alkitab
itu.