Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 4 – Pendidikan Agama Kristen 1402

1. Anathasia Silpani 01017230060


2. Clarissa Febiola 01017230019
3. Claudia Anggasta 01017230020
4. Stefani Krisdayanti 01017230033
5. Stephanie Nuriani Janice 01017230050

Isu-Isu Keaslian dan Kesangsian Alkitab

1. Dugaan kesalahan penulisan dalam Alkitab di Perjanjian Baru


Buku yang berjudul Misquoting Jesus oleh Bart D. Erhman berisi keraguan sang penulis
atas keabsahan keimanan Kristen yang berpusatkan pada isi Alkitab. Ia menentang akan
pengajaran agama Kristen dimana Alkitab merupakan firman Tuhan dan kata kata
yang tertuang di Alkitab tercipta dari inspirasi yang diberikan Roh Kudus. Tulisan Bart ini
memang menimbulkan pro dan kontra terutama di kalangan para Teolog. Sang penulis
meyakini bahwa isi Alkitab yang dipakai oleh umat Kristiani bisa saja keliru dan mengalami
perubahan pemaknaan dari apa yang sebenarnya Tuhan ingin sampaikan.
Seperti yang Bart katakan di hal 211:
“As I realized already in graduate school, even if God had inspired the original words,we don't
have the original words. So the doctrine of inspiration was in a sense irrelevant to the Bible as
we have it, since the words God reputedly inspired had been changed and in some cases, lost.
Moreover, I came to think that my earlier views of inspiration were not only irrelevant,
they were probably wrong.
For the only reason (I came to think) for God to inspire the Bible would be so that his people w
ould have his actual words; but if he really wanted people to have his actual words, surely he w
ould have miraculously preserved those words, just as he had miraculously inspired them in th
e first place. Given the circumstance that he didn't preserve the words, the conclusion seemed i
nescapable to me that he hadn't gone to the trouble of inspiring them.”
Penulis telah mencapai suatu pemikiran bahwa konsep tentang inspirasi Alkitab kehilangan
relevansinya, karena kata-kata yang diduga diilhami oleh Tuhan telah mengalami perubahan
dan bahkan hilang dalam beberapa kasus. Dia mempertanyakan jika Tuhan benar-benar ingin
umat-Nya memegang perkataan-Nya, maka Dia seharusnya secara ajaib memberikan
perkataan-Nya secara langsung bukan melalui ilham.

2. Alkitab disusun oleh lebih dari satu orang penulis?


Alkitab dikatakan memiliki otoritas dan kredibilitas ilahi. Konsep bahwa Alkitab adalah
ilham Allah berasal dari kata Yunani 'theopneustos,' yang berarti ditiupkan oleh napas Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah mempercayakan orang-orang yang dipilih-Nya untuk
menuliskan Firman-Nya tanpa kesalahan (Yeremia 30:2; 2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:19-
21). Akan tetapi beberapa kitab dalam Alkitab disusun oleh lebih dari satu penulis, yang berarti
beberapa bagian mungkin mengalami perubahan, tambahan, atau penyuntingan seiring waktu.
Dilansir dari website www.superbookindonesia.com Alkitab ditulis oleh kurang lebih 40 orang
dengan latar belakang berbeda-beda dalam kurun waktu 1500 tahun. Mulai dari nabi, imam,
tentara, gembala, saudara Tuhan Yesus, raja, pemungut cukai, dokter, nelayan, dan lainnya.
Sebenarnya tidak banyak kitab yang menyebutkan nama penulisnya secara spesifik. Proses
penulisan, penyuntingan, dan pengumpulan kitab- kitab Alkitab adalah masalah yang
kompleks. Sejumlah kitab dalam Alkitab dikumpulkan dari berbagai sumber atau pengarang
dalam periode waktu yang panjang. Bagaimana teks-teks ini disusun dan diperbaiki selama
berabad-abad merupakan isu penting dalam memahami keaslian mereka.
3. Alkitab versus Logika Manusia?
Dalam memahami Firman Tuhan dalam Alkitab tidak dapat dilakukan hanya sekedar
membaca. Firman Tuhan tidak sesederhana itu, begitupun penyampaiannya. Penyampaian
Firman Tuhan dalam Alkitab kerap kali menggunakan analogi dan mukjizat. Dengan makna
yang cukup luas dan dalam tersebut, tidak jarang manusia mengalami kesulitan untuk
memahaminya ataupun keliru dalam menafsirkannya, hingga merasa bahwa kisah dalam
Alkitab tersebut terlalu mustahil dan tidak masuk akal manusia untuk terjadi. Namun, Kejadian
18 ayat 14 telah terlebih dahulu menyatakan bahwa tidak ada suatupun yang mustahil untuk
Tuhan. Maka dari itu, bukan berarti isi dari Alkitab adalah dongeng atau cerita fiktif belaka,
melainkan sejarah kuasa ilahi Allah.
Terjadinya keliruan tafsir hingga ketidakpahaman manusia terhadap makna Alkitab
disebabkan oleh kapasitas logika manusia yang tidak mampu menampung seluruh sejarah,
konteks, analogi, hingga mukjizat yang dilakukan Allah. Atau dalam kata lain, kapasitas kuasa
Allah jauh lebih besar daripada kapasitas pemahaman manusia. Hal ini yang menyebabkan
manusia kerap tidak memahami maksud Firman Tuhan yang disampaikan dalam Alkitab.
Namun, bukan berarti mustahil bagi manusia untuk dapat memahaminya.

4. Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia ke-2


Pada tahun 2023 ini telah diterbitkan Alkitab dengan terjemahan Bahasa Indonesia terbaru.
Dengan berlandaskan dunia yang terus berkembang dan berubah baik dalam teknologi maupun
cara berpikir, berbahasa dan berkomunikasi, maka LAI memutuskan untuk meluncurkan
Alkitab Terjemahan Baru. Perkembangan Bahasa Indonesia pun juga mempengaruhi
perubahan terjemahan, lalu adanya studi Biblika yang terus dilakukan sehingga menghasilkan
hasil riset terbaru dan adanya studi penerjemahan yang dilakukan oleh para penerjemah di LAI
dan mitranya.
Menanggapi hal tersebut, menjadi sebuah perdebatan di masyarakat sekitar. Beberapa
pertanyaan yang timbul adalah:
1. Apakah perlu dilakukan pembaharuan terjemahan Bahasa Indonesia kedua dalam
alkitab?
2. Apakah artinya terjemahan Bahasa Indonesia sebelumnya tidak tepat dimasanya?
3. Apakah artinya terjemahan Bahasa Indonesia kedua mengubah arti secara keseluruhan
pada terjemahan sebelumnya?
4. Apakah terjemahan Bahasa Indonesia kedua ini adalah hal baru yang perlu dipelajari
oleh orang-orang?
5. Apakah terjemahan Bahasa Indonesia kedua ini dapat diterima oleh orang-orang?

5. Kanonisasi Alkitab
Istilah Kanon dipergunakan untuk menjadi pedoman untuk masalah dalam salinan agar
naskah yang asli saat disalin tidak mengalami kesalahan. Kanon sendiri adalah tongkat
pengukur (the measuring rod) yang didalamnya berisi beberapa standar aturan yang tetap dan
tidak berubah. Kanon, itu sebuah aturan; itu adalah standar, yang dengannya sesuatu diukur.
Sekarang penggunaan kata kanon, yang merupakan kata Yunani, muncul dalam empat bagian:
2 Korintus 10:13, 15, 16, dan Galatia 6:16. Beberapa terjemahan menerjemahkan “peraturan”
atau “garis segala sesuatu.”
Ada 6 tahapan kanonisasi yaitu :
• Penulisan (compossing)
• Penyalinan (copying)
• Pengumpulan (collecting)
• Pembandingan (comparing)
• Pengujian (testing) dan,
• Kanon alkitab (biblical canon).
Pada saat kanonisasi, ada beberapa kitab non-Alkitab yang tidak diterima Gereja dan
digolongkan sebagai kitab non-Alkitab sehingga tidak mungkin mencakup seluruh kitab
tersebut melainkan hanya kitab-kitab yang telah dipelajari saja yang dicantumkan. kebenaran
dan kebenaran Tuhan. dapat dipertimbangkan melalui proses kanonisasi yang sangat ketat.
Butuh waktu yang lama, bahkan ratusan tahun, untuk menyatukan dan menetapkannya sebagai
pedoman kebenaran Tuhan yang dikenal dengan Alkitab. Kanonisasi Alkitab sangat perlu
untuk dipahami setiap umat kristiani supaya bisa menjawab segala kesalahpahaman yang
beredar tentang Alkitab. Juga memahami kenapa kitab-kitab lain seperti injil Thomas,
Barnabas tidak dapat dimasukan dalam kanon kitab. Kejelasan Alkitab sendiri berarti bahwa
Alkitab ditulis dan disusun oleh para teolog serta para pendahulu Kristen sedemikian rupa
sehingga tujuan penyusunannya jelas bagi semua orang yang membaca, mempelajari dan
memahami Alkitab. benar-benar memahaminya. mencari pertolongan Tuhan dan bersedia
mengamalkan firman Tuhan.

Pendapat kami :
Kita mendapatkan keyakinan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang dapat dipercaya
hanya melalui roh kudus. Kita dapat mengenal Allah dan Tuhan Yesus Kristus melalui Alkitab.
Kita tahu bahwa nubuat-nubuat dalam Alkitab bukanlah hasil dari keinginan manusia semata,
melainkan mereka datang melalui dorongan dari Roh Kudus, yang memungkinkan orang-orang
untuk berbicara atas nama Allah (2 Petrus 1:21).
Konsep bahwa Alkitab adalah ilham Allah berasal dari kata Yunani 'theopneustos,' yang
berarti ditiupkan oleh napas Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah mempercayakan
orang-orang yang dipilih-Nya untuk menuliskan Firman-Nya tanpa kesalahan (Yeremia 30:2;
2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:19-21). Jika pun karena kata-kata yang diduga diilhami oleh
Tuhan telah mengalami perubahan dan bahkan hilang dalam beberapa kasus, tetapi sebagai
pembaca nya kita juga diberikan kemampuan Iluminasi. Kemampuan untuk mengerti firman
Allah sesuai dengan maksud Roh Kudus menginspirasikan penulis Alkitab.
Lukas 24 ayat 45, “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab
Suci”. Ayat tersebut mengisahkan ketika Tuhan Yesus memberi penerangan atau iluminasi
kepada murid-murid Nya dalam memahami Firman-Nya. 1 Korintus 2 : 6-16 pun mengisahkan
bagaimana manusia diberi hikmat oleh Roh Kudus untuk memahami Firman Tuhan dan
menafsirkannya. Maka dari itu, manusia tidak dapat memahami Alkitab apabila hanya
mengandalkan logikanya. Penerangan atau iluminasi dari Roh Kudus yang memberi manusia
hikmat adalah yang utama dalam memampukan manusia memahami Firman Tuhan dalam
Alkitab.
Kita bisa mendapatkan iluminasi tersebut dengan berdoa, meminta pertolongan dari
Roh Kudus untuk dimengertikan apa yang ingin Tuhan sampaikan ke umat-Nya. Dengan
demikian walaupun pemahaman yang kita baca di Alkitab berbeda-beda, kita akan tetap
menuju pada satu tujuan yaitu untuk mengenal Tuhan kita dan melaksanakan apa yang
dikehendaki-Nya.
Dan bukan berarti kita langsung bisa memahami seluruh bagian Alkitab, bahkan jika
pengkanonan sudah disusun sedemikian rupa, tidak berarti semua orang akan memahaminya
secara setara. Namun memang benar bahwa untuk memahami Alkitab dan kanonisasinya
dengan benar, seseorang harus memiliki persyaratan moral dan spiritual tertentu (1 Korintus
2:14). Selain itu, ada kemungkinan seseorang memahami suatu bagian Kitab Suci dengan lebih
jelas dibandingkan orang lain (2 Petrus 3:-16).

Sumber:
Misquoting Jesus, The story behind who changed the bible and why USA: HarperSanFrancisco
2005, hal 211.

Sukono. “Alkitab: Penyataan Allah Yang Diilhamkan.” Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen Vol. 15, No.1 (2019).

Kawung, J. F., Lahamendu, N., & M., F. (2022). Memahami Firman Tuhan dalam Pendekatan
Logika: Refleksi Praktis Menggali Makna Firman Tuhan. Tumou Tou Jurnal Ilmiah, Juli 2022,
9 (2), 73-83. Diambil kembali http://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tumoutou/index
Wijaya, R. K. (2015). Alkitab adalah Firman Allah yang Tanpa Salah. Jurnal Teologi Biblika
& Praktika (RHEMA) Vol 1, No 2. Diambil kembali dari https://e-journal.stt-
yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/view/64/54

https://bimaskristen.kemenag.go.id/news-351-kementerian-agama--sambut--baik-upaya-lai-
menerbitkan-alkitab-terjemahan-baru-edisi-2-tb2.html

Vinus Zai, Musari Sinaga. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen. “Isu-isu tentang Kanonisasi
dan hubungannya dengan kewibawaan Alkitab.”. Diambil dari
https://www.sttimanuelpacet.ac.id/e-journal/index.php/filadelfia/article/view/69

Anda mungkin juga menyukai