5. Kanonisasi Alkitab
Istilah Kanon dipergunakan untuk menjadi pedoman untuk masalah dalam salinan agar
naskah yang asli saat disalin tidak mengalami kesalahan. Kanon sendiri adalah tongkat
pengukur (the measuring rod) yang didalamnya berisi beberapa standar aturan yang tetap dan
tidak berubah. Kanon, itu sebuah aturan; itu adalah standar, yang dengannya sesuatu diukur.
Sekarang penggunaan kata kanon, yang merupakan kata Yunani, muncul dalam empat bagian:
2 Korintus 10:13, 15, 16, dan Galatia 6:16. Beberapa terjemahan menerjemahkan “peraturan”
atau “garis segala sesuatu.”
Ada 6 tahapan kanonisasi yaitu :
• Penulisan (compossing)
• Penyalinan (copying)
• Pengumpulan (collecting)
• Pembandingan (comparing)
• Pengujian (testing) dan,
• Kanon alkitab (biblical canon).
Pada saat kanonisasi, ada beberapa kitab non-Alkitab yang tidak diterima Gereja dan
digolongkan sebagai kitab non-Alkitab sehingga tidak mungkin mencakup seluruh kitab
tersebut melainkan hanya kitab-kitab yang telah dipelajari saja yang dicantumkan. kebenaran
dan kebenaran Tuhan. dapat dipertimbangkan melalui proses kanonisasi yang sangat ketat.
Butuh waktu yang lama, bahkan ratusan tahun, untuk menyatukan dan menetapkannya sebagai
pedoman kebenaran Tuhan yang dikenal dengan Alkitab. Kanonisasi Alkitab sangat perlu
untuk dipahami setiap umat kristiani supaya bisa menjawab segala kesalahpahaman yang
beredar tentang Alkitab. Juga memahami kenapa kitab-kitab lain seperti injil Thomas,
Barnabas tidak dapat dimasukan dalam kanon kitab. Kejelasan Alkitab sendiri berarti bahwa
Alkitab ditulis dan disusun oleh para teolog serta para pendahulu Kristen sedemikian rupa
sehingga tujuan penyusunannya jelas bagi semua orang yang membaca, mempelajari dan
memahami Alkitab. benar-benar memahaminya. mencari pertolongan Tuhan dan bersedia
mengamalkan firman Tuhan.
Pendapat kami :
Kita mendapatkan keyakinan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang dapat dipercaya
hanya melalui roh kudus. Kita dapat mengenal Allah dan Tuhan Yesus Kristus melalui Alkitab.
Kita tahu bahwa nubuat-nubuat dalam Alkitab bukanlah hasil dari keinginan manusia semata,
melainkan mereka datang melalui dorongan dari Roh Kudus, yang memungkinkan orang-orang
untuk berbicara atas nama Allah (2 Petrus 1:21).
Konsep bahwa Alkitab adalah ilham Allah berasal dari kata Yunani 'theopneustos,' yang
berarti ditiupkan oleh napas Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah mempercayakan
orang-orang yang dipilih-Nya untuk menuliskan Firman-Nya tanpa kesalahan (Yeremia 30:2;
2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:19-21). Jika pun karena kata-kata yang diduga diilhami oleh
Tuhan telah mengalami perubahan dan bahkan hilang dalam beberapa kasus, tetapi sebagai
pembaca nya kita juga diberikan kemampuan Iluminasi. Kemampuan untuk mengerti firman
Allah sesuai dengan maksud Roh Kudus menginspirasikan penulis Alkitab.
Lukas 24 ayat 45, “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab
Suci”. Ayat tersebut mengisahkan ketika Tuhan Yesus memberi penerangan atau iluminasi
kepada murid-murid Nya dalam memahami Firman-Nya. 1 Korintus 2 : 6-16 pun mengisahkan
bagaimana manusia diberi hikmat oleh Roh Kudus untuk memahami Firman Tuhan dan
menafsirkannya. Maka dari itu, manusia tidak dapat memahami Alkitab apabila hanya
mengandalkan logikanya. Penerangan atau iluminasi dari Roh Kudus yang memberi manusia
hikmat adalah yang utama dalam memampukan manusia memahami Firman Tuhan dalam
Alkitab.
Kita bisa mendapatkan iluminasi tersebut dengan berdoa, meminta pertolongan dari
Roh Kudus untuk dimengertikan apa yang ingin Tuhan sampaikan ke umat-Nya. Dengan
demikian walaupun pemahaman yang kita baca di Alkitab berbeda-beda, kita akan tetap
menuju pada satu tujuan yaitu untuk mengenal Tuhan kita dan melaksanakan apa yang
dikehendaki-Nya.
Dan bukan berarti kita langsung bisa memahami seluruh bagian Alkitab, bahkan jika
pengkanonan sudah disusun sedemikian rupa, tidak berarti semua orang akan memahaminya
secara setara. Namun memang benar bahwa untuk memahami Alkitab dan kanonisasinya
dengan benar, seseorang harus memiliki persyaratan moral dan spiritual tertentu (1 Korintus
2:14). Selain itu, ada kemungkinan seseorang memahami suatu bagian Kitab Suci dengan lebih
jelas dibandingkan orang lain (2 Petrus 3:-16).
Sumber:
Misquoting Jesus, The story behind who changed the bible and why USA: HarperSanFrancisco
2005, hal 211.
Sukono. “Alkitab: Penyataan Allah Yang Diilhamkan.” Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen Vol. 15, No.1 (2019).
Kawung, J. F., Lahamendu, N., & M., F. (2022). Memahami Firman Tuhan dalam Pendekatan
Logika: Refleksi Praktis Menggali Makna Firman Tuhan. Tumou Tou Jurnal Ilmiah, Juli 2022,
9 (2), 73-83. Diambil kembali http://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tumoutou/index
Wijaya, R. K. (2015). Alkitab adalah Firman Allah yang Tanpa Salah. Jurnal Teologi Biblika
& Praktika (RHEMA) Vol 1, No 2. Diambil kembali dari https://e-journal.stt-
yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/view/64/54
https://bimaskristen.kemenag.go.id/news-351-kementerian-agama--sambut--baik-upaya-lai-
menerbitkan-alkitab-terjemahan-baru-edisi-2-tb2.html
Vinus Zai, Musari Sinaga. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen. “Isu-isu tentang Kanonisasi
dan hubungannya dengan kewibawaan Alkitab.”. Diambil dari
https://www.sttimanuelpacet.ac.id/e-journal/index.php/filadelfia/article/view/69