Anda di halaman 1dari 80

DIREKTORAT KEPATUHAN

Bersama dengan :

DIVISI LEGAL
TRAINING LEGAL : FIDUSIA & HUBUNGAN INDUSTRIAL

DISUSUN OLEH: LEGAL DIVISION|MEI 2016|AIL


POIN – POIN PEMBAHASAN FIDUSIA
A. MATERI HUKUM PERJANJIAN DAN JAMINAN FIDUSIA
• PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
• JENIS & PRODUK PEMBIAYAAN SINARMAS MULTIFINANCE
• HUKUM PERJANJIAN
• SYARAT SYAHNYA PERJANJIAN
• HUKUM PERJANJIAN
• SYARAT SYAHNYA PERJANJIAN
• HUBUNGAN HUKUM PERJANJIAN MULTIGUNA
• HUBUNGAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT DAN PENGAKUAN HUTANG DENGAN JAMINAN SECARA FIDUSIA
• PERJANJIAN POKOK SMMF
• PERJANJIAN KUASA SMMF
• PERJANJIAN IKUTA N( ASSESOIR)
• DASAR HUKUM FIDUSIA
• DASAR HUKUM PENARIKAN / PENGAMBILALIHAN
• BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)
• INSTRUMEN PENYELESAIAN SENGKETA (KONSILIASI, MEDIASI, ARBITRASE)
• HUKUM PIDANA
• FRAUD CASE
• CONTOH KASUS
POIN – POIN PEMBAHASAN KETENAGAKERJAAN & PHI
A. PEMBAHASAN UU RI No 13 / 2003 ttg KETENAGAKERJAAN
• SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
• MACAM MACAM PERJANJIAN KERJA (PKWT,PKWTT,TRAINING,MAGANG)
B. PEMBAHASAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
• DEFINISI PHI
• PERSELISIHAN HAK
• PERSELISIHAN PHK
• PERSELISIHAN KEPENTINGAN
• SKEMA PENYELESAIAN PHI
• PENYELESAIAN PHI MELALUI MEDIASI & KONSILIASI
C. WORK TERMINATION / PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
• FAKTOR – FAKTOR PHK
• MELAKUKAN TINDAK PIDANA
• SEPIHAK OLEH PENGUSAHA
• DEMI HUKUM
• KARENA PENGADILAN / INISIATIF PENGUSAHA
• PERJANJIAN KERJA BERSAMA
• PENYELESAIAN PHK
• BIPARTIT
• FASILITAS MEDIASI/KONSILIASI OLEH DISNAKER
• KOMPENSASI
A. MATERI HUKUM PERJANJIAN
DAN JAMINAN FIDUSIA

DISUSUN OLEH: LEGAL DIVISION|MEI 2016|AIL


PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

• Perusahaan Pembiayaan(multifinance) adalah badan


usaha diluar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
yang termasuk dalam bidang usaha”Lembaga
Pembiayaan”(Ref:PMK84/PMK.012/2006)
• Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
dan/atau jasa. (Ref : POJK No 29 /POJK.05/2014
Tentang Penyelengaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan)
JENIS & PRODUK PEMBIAYAAN SINARMAS MULTIFINANCE

Perjanjian Kredit/
Pengakuan Hutang dgn Jaminan
Fidusia

SMMF

Pembiayaan Multiguna/
Mobil dan Motor
HUKUM PERJANJIAN

 Unsur yang menentukan dan utama dalam perjanjian


adalah KESEPAKATAN ( Pasal 1338 Ayat 1
KUHPerdata) AZAZ KEBEBASAN BERKONTRAK

 HUKUM (KUHPerdata) mengatur hal-hal yang dapat


mencedarai atau yang mengakibatkan kesepakatan
tidak bebas dan dapat dimintai pembatalan yaitu
KEKHILAFAN, PENIPUAN, DAN PAKSAAN
SYARAT SYAHNYA
KESEPAKATAN

DAPAT DIMINTA
SUBYEKTIF
PEMBATALAN

SYARAT KECAKAPAN
1320 KUHPerdata
OBYEK

BATAL DEMI
OBYEKTIF
HUKUM

KAUSA YG HALAL
Pasal 1320
Untuk syahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
HUBUNGAN HUKUM PERJANJIAN MULTIGUNA
DEALER
PENJUAL

PKS Perjanjian Jual Beli


(Perjanjian Kerjasama)
Down Payment

SMMF PEMBELI
KREDITUR Perjanjian Pokok: KONSUMEN
• Perjanjian Kredit DEBITUR
• Perjanjian Kuasa
Perjanjian Ikutan:
• Perjanjian / Akta Jaminan
Fiducia
HUBUNGAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT DAN PENGAKUAN
HUTANG DENGAN JAMINAN SECARA FIDUSIA

PEMBELI
SMMF
KREDITUR KONSUMEN
Perjanjian Pokok:
DEBITUR
• Perjanjian Kredit
• Perjanjian Kuasa
Perjanjian Ikutan:
• Perjanjian / Akta Jaminan
Fiducia
PERJANJIAN POKOK SMMF
• Perjanjian Pokok SMMF terdiri dari 2 perjanjian yaitu perjanjian
hutang-piutang / KREDIT dan perjanjian kuasa atau disebut juga
perjanjian campuran.
• Perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang sah berdasarkan
hukum sesuai asas kebebasan berkontrak
• Begitu pula dengan pencantuman judul atau penamaan perjanjian
pokok SMMF yang tertulis “ Perjanjian Pembiayaan Multiguna dan
Pemberian Jaminan Secara Kepercayaan (Fidusia) & Perjanjian
Kredit dan Pengakuan Hutang dengan Pemberian Secara
Kepercayaan (FIDUSIA)
PERJANJIAN POKOK MULTIGUNA
PERJANJIAN KREDIT DAN PENGAKUAN HUTANG DENGAN
JAMINAN SECARA FIDUSIA
PERJANJIAN KUASA SMMF
PERJANJIAN IKUTAN

• Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan


dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi
para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.
• Pasal 4 UU Jaminan Fidusia No.42 tahun 1999.
• Benda yang dibenani dengan Jaminan Fidusia
wajib didaftarkan.
• Pasal 11 ayat (1) Jaminan Fidusia No.42 tahun
1999.
PERJANJIAN IKUTAN / SERTIFIKAT FIDUSIA
PERJANJIAN IKUTAN / AKTA JAMINAN FIDUSIA
DASAR HUKUM FIDUSIA
• Fidusia timbul karena adanya Jaminan Gadai yang dianggap tidak
lagi dapat mengakomodasi atau mendukung pelaku usaha ataupun
masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur dan perekonomian
nasional.

• Fidusia berdasarkan Undang Undang Jaminan Fidusia (UUJF) Pasal


1 adalah Fidusia adalah;
“pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda”
Alternative slide 2

JAMINAN GADAI

PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN

DEBITUR KREDITUR KREDITUR DEBITUR


Keterangan :
1. Dasar hukum gadai diatur dalam KUH Perdata Pasal 1150 posisi benda jaminan
berada di tangan kreditur / dikuasai kreditur sejak perjanjian utang piutang
disepakati para pihak
2. Kreditur berhak atas pelunasan piutangnya dari benda jaminan dan didahulukan
kedudukannya dengan kreditur – kreditur lain (kreditur / preferen)
3. Merupakan perjanjian ikutan (accessoir) dari perjanjian pokok / utang piutangnya
4. Posisi benda jaminan seluruhnya dikuasai oleh KREDITUR
Alternative slide 2

JAMINAN FIDUSIA

PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN

DEBITUR KREDITUR
Benda jaminan

Keterangan :
1. Dasar Hukum Fidusia tidak diatur dalam KUH Perdata tetapi prinsipnya lahir karena adanya
mekanisme jaminan gadai, namun karena ketentuan dalam KUH Perdata mengharuskan benda
jaminan gadai berada dalam kekuasaan kreditur itulah yang menyebabkan jaminan gadai dianggap
kurang dapat mengakomodasikan kegiatan usaha masyarakat yang bergantung kepada benda
jaminan tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Lembaga jaminan atas barang bergerak ini telah diakui dalam Pengadilan melalui arrest yang
disebut Bierbrouuwerij Arrest tanggal 25 Januari 1929
3. Saat ini Fidusia telah diatur di dalam Undang – undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
4. Perjanjian Fidusia ini merupakan perjanjian ikutan (accessoir) dari perjanjian pokok / utang
piutangnya
5. Posisi benda jaminan berada di tangan DEBITUR
DASAR HUKUM PENARIKAN / PENGAMBILLALIHAN

Penarikan / Pengambilalihan objek jaminan seringkali menimbulkan


permasalahan hukum baik di masyarakat, maupun seluruh instansi baik
penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan) atau Instansi Pemerintah seperti
BPSK. Seperti halnya konsumen, terkadang para penegak hukumpun selalu
salah kaprah, merasa objek jaminan adalah milik debitur karena telah
membayar DP ataupun membayar angsuran walau tidak secara penuh, oleh
karena itu di dalam pemeriksaan di Kepolisian dan Kejaksaan atau BPSK
seringkali ditanyakan SIAPA yang memberi perintah Penarikan Unit?, APA
dasar hukumnya?
SURAT KUASA SUBTITUSI

Pengambilalihan Objek Jaminan merupakan


Perintah / kehendak debitur sendiri secara sukarela.

SURAT KUASA SUBTITUSI

SURAT TUGAS PENARIKAN


SERTIFIKAT FIDUSIA

PASAL 15 UU no.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia;

• Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
dicantumkan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA".
• Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
• Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri.
B. BADAN PENYELESAIAN
SENGKETA KONSUMEN (BPSK)
DASAR HUKUM

 Dasar Hukum :
- Undang Undang No 8 Tahun 1999
- Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No
350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
 Penyelesaian Sengketa melalui BPSK dibagi kedalam 3 instrumen :
- KONSILIASI
- MEDIASI
- ARBITRASE
KONSILIASI

DISARANKAN

TATA CARA :

 BPSK menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada Konsumen dan


Pelaku Usaha, baik dalam hal menentukan ganti rugi
 BPSK bertindak PASIF selaku Konsiliator
 Majelis membuat Berita Acara Konsiliasi baik sepakat ataupun tidak sepakat
MEDIASI

DISARANKAN

TATA CARA :

 BPSK menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada Konsumen dan


Pelaku Usaha, baik dalam hal menentukan ganti rugi
 BPSK bertindak AKTIF selaku Mediator sebatas memberikan nasehat, petunjuk dan saran
 Majelis membuat Berita Acara Mediasi baik sepakat ataupun tidak sepakat
ARBITRASE

TIDAK
DISARANKAN

TATA CARA :

 Para Pihak memilih Arbitor dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan
konsumen sebagai majelis kemudian Arbitor memilih kembali Arbitor dari Unsur
Pemerintah sebagai Ketua Majelis jadi total ada 3 Arbitor (Unsur Pelaku Usaha, Konsumen
dan Pemerintah)
 Ketua Majelis berperan AKTIF dalam memberikan petunjuk kepada para pihak mengenai
upaya hukum yang dilakukan dan terhadap isi dari seluruh berkas perkara.
* FAKTA : Seringkali Majelis Arbitor lebih berpihak kepada KONSUMEN!
LANGKAH – LANGKAH
PENYELESAIAN SENGKETA DI BPSK
1. Bawalah Surat Panggilan BPSK dan Fotocopy Berkas Perjanjian termasuk lampiran dan
surat – surat yang merupakan bagian dari perjanjian.
2.Jika Para Pihak Sudah Lengkap (Konsumen, SMMF dan BPSK), kemudian nyatakanlah
dengan Tegas Hak Anda “Untuk Memilih” Instrumen Penyelesaian dengan Konsiliasi atau
Mediasi, Tidak diperkenankan memilih dengan “Arbitrase”.
3. Pastikan didalam Formulir Tersebut Redaksionalnya tertulis dengan jelas dan terang
mengenai kesepakatan menggunakan perundingan dengan Konsiliasi / Mediasi.
4.Dalam Konsiliasi / Mediasi siapkan posisi tawar cabang yang kira2 memungkinkan dalam
poin poin konsiliasi / mediasi. Namun Jika tidak ada tetaplah memilih kedua instrumen
tersebut walaupun nanti akan dibuatkan berita acara mediasi / konsiliasi yang isinya
“Sepakat untuk tidak Sepakat”
5. Berita Acara Mediasi/Konsiliasi akan diberikan kepada SMMF.
6.Seringkali BPSK menyimpang dari aturan dengan menerapkan Arbitrase tanpa
persetujuan para pihak, jika hal itu terjadi SMMF dapat mengajukan penolakan secara
tertulis kepada BPSK dengan tembusan ke PN Setempat.
7.Jika sudah menerima salinan putusan BPSK segeralah di scan dan di email ke
Legal karena jangka waktu pengajuan keberatan hanya 14 HARI KERJA.
SKEMA UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN ARBITRASE BPSK

BPSK PN PN
PENGAJUAN MEMORI PEMERIKSAAN
PUTUSAN ARBITRASE KEBERATAN ATAS MEMORI KEBERATAN
BPSK PUTUSAN BPSK KE PN DAN JAWABAN DARI
SETEMPAT TERMOHON

I II III

PN MA MA
PN MEMBERIKAN
ATAS PUTUSAN PN PENINJAUAN KEMBALI
PUTUSAN MENOLAK /
DIAJUKAN KASASI KE KE MAHKAMAH
MENERIMA MEMORI
MAHKAMAH AGUNG AGUNG
KEBERATAN

IV V VI
HUKUM PIDANA
SIAPA YG BERHAK MELAPOR PERBUATAN/PERISTIWA PIDANA
PENYAMPAIAN LAPORAN KEPADA (Ps. 5, 7 & 108 KUHAP) :
 Penyelidik, atau Setiap Pejabat Polri (Ps. 4 &5)
 Penyidik, atau Pejabat Polri & PNS yg diberi wewenang (Ps.6 s/d 9)
 Penyidik Pembantu Penyidik Pembantu diangkat Kapolri (Ps.10 & 11)

ORANG YG BERHAK:
- MENGALAMI, dst KEPOLISIAN :
MERUPAKAN “HAK”. - LP KE UNIT SPK.
DPT & ATAU TDK DILAKUKAN - PENYAMPAIAN LP :
 Polsek;
 Polres/Polretas/Polwil;
Orang yg wajib :  Polda;
- Mengetahui, dst.  Mabes Polri
- Pegawai Negeri, dst
Merupakan “Kewajiban”.
TAHAPAN PELAPORAN KEPOLISIAN
PROSES LAPORAN TP
PERTAMA : KEPOLISIAN :
-Menyiapkan Kronologis
Unit SPK
-Membuat LO
-Menentukan Tuntutan TP Sentra Pelayanan Kepolisian

KEDUA : Proses Penyidikan


-Pemeriksaan Saksi/Bukti
Pengumpulan Bukti
-Pemeriksaan Tersangka
-Dokumen
-Pemberkasan
-Saksi-Saksi

KETIGA : Pengiriman Berkas :


-Menyiapkan Saksi -Ke Penuntut Umum /
Pelapor Kejaksaan..
METODE MONITORING KASUS YANG
TERJADI PERUSAHAAN
SMMF SEBAGAI PELAPOR

NO. PELAKU PASAL TENTANG


TP.PIDANA
1. NASABAH 372 PENGGELAPAN
378 PENIPUAN
263 PEMALSUAN
35/36 UU No.42/1999
2. EKSTERNAL 372 PENGGELAPAN
378 PENIPUAN
263 PEMALSUAN
3. DEALER 372 PENGGELAPAN
378 PENIPUAN
263 PEMALSUAN
35/36 UU No.42/1999
MASA PENAHANAN
No. Penahanan/Perpanjangan Lama Dasar
Hukum
1 Penyidik 20 hr Psl 24 (1)
Diperpanjang JPU 40 hr Psl 24 (2)
2 Penuntut Umum 20 hr Psl 25 (1)
Diperpanjang ketua PN 30 hr Psl 25 (2)
3 Hakim Pengadilan Negeri 30 hr Psl 26 (1)
Diperpanjang oleh ketua PN 60 hr Psl 26 (2)
4 Hakim Pengadilan Tinggi 30 hr Psl 27 (1)
Diperpanjang Ketua PT 60 hr Psl 27 (2)
5 Hakim Makamah Agung 50 hr Psl 28 (1)
Diperpanjang ketua MA 60 hr Psl 28 (2)
400 hr
FRAUD CASE

KRONOLOGIS :
A. Pada saat Debitur menunggak Tim Support melakukan kunjungan ke
alamat domisili nasabah, ketika dikunjungi nasabah dapat ditemui
namun nasabah menyatakan tidak pernah melakukan kredit atas unit
tersebut, tidak pernah bertemu dengan CMO/petugas survey.
Bagaimana Analisa Kasus tsb ?

B. Pada saat Debitur menunggak , Tim Support melakukan kunjungan ke


alamat domisili nasabah namun di alamat tersebut diketahui dari RT/RW
atau tetangga bahwa tidak ada nama debitur yang bertempat tinggal
dialamat tersebut. Bagaimana analisa kasus tersebut?
ALAMAT FIKTIF
DEALER

ANGSURAN
SMMF KONSUMEN
BPKB & FAKTUR
Form SAP yang diisi oleh CMO
tidak benar karena debitur
tidak pernah terdaftar di
alamat tsb
CASH = CREDIT
DEALER

ANGSURAN
SMMF KONSUMEN
BPKB & FAKTUR
Debitur menyatakan tidak
pernah memberikan DP, karena
merasa beli Tunai / Full Cash
CONTOH KASUS 1
Suatu ketika kolektor cabang melihat mobil Honda CRV yang dibiayai oleh PT SMMF melintas
di jalan raya di depan kantor cabang, karena diketahui nasabah / debitur atas mobil tersebut
telah menunggak 5 bulan maka dengan segera kolektor cabang melakukan penarikan /
pengambilalihan unit mobil tersebu, dan dengan sangat terpaksa nasabah menyerahkan mobil
tersebut dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BAST)

2 hari kemudian, Kepala Cabang mendapatkan panggilan polisi atas dugaan tindak pidana
perampasan / pemerasan dengan ancaman atas penarikan mobil tersebut di atas.

PERTANYAAN :
DALAM BAP (BERITA ACARA PEMERIKSAAN) PENYIDIK MENANYAKAN ATAS DASAR
APA PT.SMMF MELAKUKAN PENARIKAN UNIT ? SIAPA YANG MEMBERI PERINTAH?....

Jelaskan Jawaban saudara……………..


CONTOH KASUS 2

Kolektor A melakukan penagihan kepada nasabah menunggak, namun ternyata


nasabah menerangkan uang angsuran sebesar 15 Juta telah dibayarkan kepada
Kolektor B tanpa sepengetahuan Cabang yang dibuatkan kwitansi berbeda, atas hal
tersebut Korwil meminta kepada Cabang agar Kolektor B segera dilaporkan ke Polisi.

PERTANYAAN :
sebutkan tindak pidana apa yang dilakukan oleh kolektor A dan alat – alat bukti apa
saja yang perlu dipersiapkan cabang dalam rangka membuat laporan polisi…….

Jelaskan Jawaban saudara……………..


CONTOH KASUS 3

Nasabah atas nama Bapak Jumbo menerima fasilitas pembiayaan atas sebuah mobil Innova
berdasarkan Perjanjian Multiguna No 11145743, namun ternyata pada angsuran ke-3
mengalami penunggakan pembayaran, tim cabang segera melakukan penagihan dan ketika
di konfirmasi ke alamat terkait, ternyata diketahui di alamat tersebut tidak pernah ditempati
oleh orang bernama Bapak Jumbo, bahkan rumah tersebut sudah tidak ditempati selama 10
tahun.

PERTANYAAN :
Bagaimanakah analisa kasus tersebut diatas? Apakah terdapat unsur tindak pidana?

Jelaskan Jawaban saudara……………..


CONTOH KASUS 4
Nasabah atas nama Bapak Fidu mendapatkan Fasilitas Pembiayaan atas sebuah mobil Innova
(used car) berdasarkan Perjanjian Multiguna No 11145743, Pada angsuran ke -3 mengalami
penunggakan pembayaran selama 2 bulan, tim cabang segera melakukan penagihan dan ketika
bertemu Pak Fidu ternyata ia mengatakan tidak pernah merasa tandatangan akad kredit dengan
SMMF dan merasa tidak pernah menjaminkan BPKBnya ke SMMF namun ia mengakui BPKB
tersebut miliknya ……..

PERTANYAAN
Berdasarkan kronologis diatas, apakah dapat diduga terdapat unsur tindak pidana ? Apa saja yang
dapat menjadi alat – alat bukti ?

Jelaskan Jawaban Saudara…………….


C. PEMBAHASAN UNDANG –
UNDANG KETENAGAKERJAAN

DISIAPKAN OLEH LEGAL TEAM | MEI 2016


SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
Perjanjian Kerja (Pasal 1601)
KUHPerdata/ Pasal 1 angka 14 UU
No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
“… persetujuan dengan mana pihak
yang satu si buruh, mengikatkan
dirinya untuk dibawah perintah yang
lain, si majikan, untuk suatu waktu
tertentu, dengan menerima upah..”

- Pasal 1 Angka 20 UU No 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan; “… peraturan yang
dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat – syarat kerja serta tata tertib
perusahaan” Contoh : wajib masuk pukul 08.00 dan
pulang pukul 17.00, memakai pakaian dinas, saling
menghormati antar karyawan
SYARAT SYARAT SAH PERJANJIAN KERJA

 Sepakat artinya tanpa kekhilafan, paksaan, penipuan dan


penyalahgunaan keadaan.
 Kecakapan artinya tidak dibawah pengampuan dan sudah
dewasa menurut hukum.
 Harus ada Pekerjaan yang menjadi objek dari Perjanjian Kerja,
maka harus diperjanjikan
 Pekerjaan tidak bertentangan dengan UU dan kesusilaan.
MACAM – MACAM PERJANJIAN KERJA

 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)


 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
 Perjanjian Masa Training
 Perjanjian Masa Magang
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
Tidak boleh diadakan dalam hal PKWT
masa percobaan dalam dilakukan melebihi waktu
perjanjian kerjanya 3 (tiga) tahun, maka demi
hukum perjanjian kerja
tersebut menjadi PKWTT
PKWT ini hanya boleh atau karyawanan
dilakukan paling lama 2 permanen(lihat Pasal 59
tahun dan hanya boleh ayat [7] UUK).
diperpanjang 1 kali untuk
jangka waktu 1 tahun

mengacu kepada aturan yang dikeluarkan oleh Menteri


Tenaga Kerja dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.per-02/men/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu
Tertentu (KKWT).
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
•Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut
dengan perjanjian kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap, status
pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau kontrak. mengacu kepada aturan
yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.per- 02/men/1993 tentang Kesepakatan
Kerja Waktu Tertentu (KKWT).
•Tidak boleh diadakan masa percobaan dalam perjanjian kerjanya. Masa
percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan kesungguhan,
keahlian seorang pekerja.
•PKWT ini hanya boleh dilakukan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
• dalam hal PKWT dilakukan melebihi waktu 3 (tiga) tahun, maka demi
hukum perjanjian kerja tersebut menjadi PKWTT (lihat Pasal 59 ayat
[7] UUK).

• Jadi, PKWT dibuat untuk maksimal 3 (tiga) tahun dan apabila suatu
PKWT dibuat melebihi waktu tersebut demi hukum menjadi PKWTT
atau dengan kata lain karyawan tersebut menjadi karyawan permanen.
PERJANJIAN MASA TRAINING
“Pengusaha dilarang
membayar upah dibawah Jangka waktu paling lama
upah minimum yang 3 bln, dan apabila setelah
berlaku.” 3 bulan masih bekerja
secara terus menerus
selama 2th maka demi
Perjanjian kerja untuk hukum pekerja dianggap
waktu tidak tertentu dapat diterima sebagai
mensyaratkan masa karyawan tetap.*pasal 15
percobaan paling lama 3 UU Ketenagakerjaan
(tiga) bulan.”

Masa training sama dengan masa percobaan /waktu


tidak tertentu , sesuai dengan ketentuan Pasal 60 UU
Ketenagakerjaan
PERJANJIAN MASA TRAINING
• Masa training bisa dikatakan sebagai masa percobaan / waktu tidak tertentu sesuai
dengan Ketentuan dalam Pasal 60 UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
yang menyatakan :
“(1) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan
paling lama 3 (tiga) bulan.”
“(2) Pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.”
• berakhirnya masa percobaan selama 3 (tiga) bulan dan adanya fakta bahwa pekerja
terus menerus bekerja selama 2 (dua) tahun, maka demi hukum pekerja telah
dianggap diterima menjadi pegawai tetap dalam perusahaan tersebut.
sesuai dengan Pasal 1 angka 15 UU Ketenagakerjaan yang menyatakan,
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur: pekerjaan, upah dan perintah”
PERJANJIAN MASA TRAINING
•Perihal tidak ada perjanjian tertulis, perusahaan tidak dapat di
kenakan sanksi karena memang memungkinkan untuk dilakukan
perjanjian secara lisan sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan yang menyatakan “Perjanjian kerja dibuat
secara tertulis atau lisan”
• Namun Selanjutnya pengusaha wajib membuat surat pengangkatan
bagi pekerja yang bersangkutan yang memuat identitas pekerja,
tanggal mulai bekerja, besarnya upah
PERJANJIAN MASA TRAINING
•Perihal tidak ada perjanjian tertulis, perusahaan tidak dapat di
kenakan sanksi karena memang memungkinkan untuk dilakukan
perjanjian secara lisan sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan yang menyatakan “Perjanjian kerja dibuat
secara tertulis atau lisan”
•Selanjutnya pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi
pekerja yang bersangkutan yang memuat identitas pekerja, tanggal
mulai bekerja, besarnya upah
PERJANJIAN MASA MAGANG Jangka waktu paling
Pemagangan dilakukan lama 1 tahun. Dalam hal
dengan perjanjian lebih dari 1 tahun
tertulis.Pemagangan karena ingin mencapai
dianggap tidak sah kualifikasi kompetensi
apabila tidak bersifat tertentu, maka
tertulis dan status perjanjian pemagangan
peserta magang berubah harus didaftarkan ke
menjadi pekerja dinas kabupaten/kota
perusahaan. * Pasal 22 setempat.*Pasal 7
UU no 13 Tahun 2003 Permenaketrans no 22
ttg Ketenagakerjaan). tahun 2009

Magang adalah pelatihan kerja dengan bekerja secara


langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur yang
lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan / jasa.
*Pasal 1 ayat 11 UU Ketenagakerjaan
PERJANJIAN MASA MAGANG
• Magangn adalah sistem pelatihan kerja dengan bekerja secara langsung di
bawah bimbinga dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di
perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu
(Pasal 1 angka 11 UU no 13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan).
• Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat
penyelenggaraan pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam
maupun di luar wilayah Indonesia (Pasal 24 UU no 13 Tahun 2003 ttg
Ketenagakerjaan).
• Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang
dan perusahaan.pemagangan dianggap tidak sah apabila tidak bersifat
tertulis dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang
bersangkutan (Pasal 22 UU no 13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan).
PERJANJIAN MASA MAGANG
• Harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan
pengusaha.
• Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia,
perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh
dinas kabupaten/kota setempat
• Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia,
jangka waktunya paling lama 1 (satu) tahun. Dalam hal untuk
mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan memerlukan waktu
lebih dari 1 (satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian
pemagangan baru dan dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota
setempat (Pasal 7 ayat [4] dan ayat [5] Pemennakertrans No.
22/2009).
PERJANJIAN MASA MAGANG
• Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau
lembaga sertifikasi (Pasal 23 UU Ketenagakerjaan);
• Uang saku dan/atau uang transport (Penjelasan Pasal 22 UU
Ketenagakerjaan);
• Jaminan sosial tenaga kerja (Penjelasan Pasal 22 UU
Ketenagakerjaan). Mengenai hal ini, khusus untuk tenaga kerja
yang magang, berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf a UU No. 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja hanya
diwajibkan ikut Jamsostek untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) saja. Artinya, tidak wajib ikut program jaminan kematian (JK)
dan jaminan hari tua (JHT) serta jaminan pelayanan kesehatan
(JPK).
POIN – POIN DALAM PERJANJIAN MAGANG
• Harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan
pengusaha.
• Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia,
perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh
dinas kabupaten/kota setempat
• Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia,
jangka waktunya paling lama 1 (satu) tahun. Dalam hal untuk
mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan memerlukan waktu
lebih dari 1 (satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian
pemagangan baru dan dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota
setempat (Pasal 7 ayat [4] dan ayat [5] Pemennakertrans No.
22/2009).
PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU

Jangka waktu paling


lama 3 bulan dan
pengusaha dilarang
membayar upah
minimum yang
berlaku. *Pasal 60
UU
Ketenagakerjaan.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah Perjanjian


Kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan
pekerjaan yang bersifat tetap. * Pasal 1 ayat 2 Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Th 2004
PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU (PKWTT)

• Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(“Kepmenakertrans 100/2004”), pengertian Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu (“PKWTT”) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap.
C. PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

DISUSUN OLEH: LEGAL DIVISION|MEI 2016|AIL


PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Perselisihan Hubungan Industrial Adalah perbedaan


pendapat antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau
sp/sb karena:
1. Perselisihan Hak
2. Perselisihan PHK
3. Perselisihan Kepentingan
4. Perselisihan antara SP/SB dalam satu Perusahaan
*PASAL 1 UU NO 2 Tahun 2004 ttg PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PERSELISIHAN HAK

• Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya


hak., akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang
undangan, perjanjian kerja, PP / PKB.
*PASAL 1 UU NO 2 Tahun 2004 ttg
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PERSELISIHAN PHK

• Perselisihan yang timbul karena tidak ada kesesuaian


pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak
MEKANISME PERUNDINGAN BIPARTIT
PARA PIHAK

MUSYAWARAH
BERHASIL GAGAL
BIPARTIT

PERJANJIAN DICATATAT PERSELISIHAN DI DISNAKER


BERSAMA

DISNAKER MENAWARKAN
INSTRUMEN PENYELESAIAN
DAFTAR PHI

PARA PIHAK TIDAK


MENETAPKAN PILIHAN
TIDAK DILAKSANAKAN
SALAH SATU PIHAK
KONSILIASI MEDIASI ARBITRASE

DIMINTAKAN
EKSEKUSI KE PHI BERHASIL GAGAL

ANJURAN
DITERIMA TERTULIS DITOLAK PHI
MEKANISME PERUNDINGAN
MEDIATOR/KONSILIATOR

SEPAKAT PERJANJIAN
BERSAMA
MEDIATOR/
KONSILIATOR

DIDAFTARKAN

KASASI
MAHKAMAH
PHI
AGUNG
BIPARTIT GAGAL
(30 Hari)

PIHAK YG TIDAK
TERIMA DPT
MENGGUGAT
PEKERJA PENGUSAHA

TIDAK ANJURAN
SEPAKAT TERTULIS
MEKANISME MEDIASI
• Mediasi dilaksanakan paling lama 30 hari terhitung sejak menerima pelimpahan penyelsaian
perselisihan.
• Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir pada sidang mediasi guna didengat
keterangannya.
• Bila terjadi kesepakatan, di buat perjanjian bersama yang di tandatangani oleh para pihak dengan
disaksikan mediator kemudian didaftarkan di PHI pada PN setempat.
• Jika tidak sepakat dibuat Anjuran Tertulis.
• Mediator harus sudah mengeluarkan anjuran tertulis selambat lambatnya 10 hari setelah sidang
mediasi dilaksanakan.
• Pihak – pihak yang berselisih harus sudah menyampaikan tanggapan atau jawaban secara tertulis atas
anjuran mediator selambat lambatnya 10 hari setelah anjuran mediator diterima.
• Apabila tidak memberikan tanggapan secara tertulis dianggap menolak anjuran.
• Para pihak yang menolak anjuran mediator dapat melakukan gugatan ke PHI.

* UU NO 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


MEKANISME KONSILIASI
• Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis.
• Dalam waktu selambat lambatnya 10 hari kerja sejak sidang konsiliasi pertama, anjuran tertulis harus
sudah disampaikan kepada para pihak.
• Para pihak harus memberikan jawaban tertulis kepada konsiliator yang isinya menyutujui atau
melakukan anjuran dalam waktu selambat lambatnya 10 hari sejak menerima angsuran.
• Pihak yang tidak memberikan jawaban atau pendapatnya dianggap menolak anjuran.
• Terhadap anjuran konsiliator apabila disetujui dapat ditindaklanjuti membuat perjanjian bersama yang
kemudian didaftarkan ke PHI
• Keseluruhan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui lembaga konsiliasi
dilaksanakan dalam kurun waktu selambat lambatnya 30 hari kerja.

* UU NO 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


C. WORK TERMINATION
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

DISUSUN OLEH: LEGAL DIVISION|MEI 2016|AIL


FAKTOR – FAKTOR PHK
Berakhirnya Hubungan Kerja :
• Karena Pekerja melakukan tindak pidana
• Sepihak oleh Pengusaha
• Demi hukum
• Karena Putusan Pengadilan :inisiatif pengusaha, inisiatif
karyawan
• Karena perjanjian kerja bersama
PHK Karena Pekerja melakukan Tindak Pidana
• Menipu
• Mencuri
• Penggelapan dalam jabatan
• Pemalsuan, menggunakan surat palsu
• Penganiayaan
• Mengunakan Narkoba
PHK Sepihak oleh Pengusaha
• Pekerja dalam masa percobaan
• Pekerja ditahan lebih dari 6 bulan
• Pekerja ditahan meskipun belum 6 bulan tetapi sudah ada putusan
pengadilan
• Pekerja mengundurkan diri
• Pekerja mangkir selama 5 hari berturut – turut
• Pekerja mangkir selama 7 hari, akibat melakukan mogok kerja yang
tidak sah
PHK Demi Hukum
• Pekerja meninggal dunia
• Pensiun
• Berakhir jangka waktu kontrak atau selesainya pekerjaan
PHK Karena Pengadilan dan / Inisiatif Pengusaha
• Melanggar Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja
Bersama
• Pengusaha menolak melanjutkan hubungan kerja pada saat terjadi
perubahan status, penggabungan atau peleburan
• Perusahaan tutup karena mengalami kerugian 2 tahun berturut –
turut
• Perusahaan Pailit
PHK Karena Pengadilan dan / Inisiatif Pekerja

• Karyawan menolak melanjutkan hubungan kerja pada saat terjadi


perubahan status, penggabungan atau peleburan.
• Karyawan menuduh pengusaha karena melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan undang undang
• Tidak membayar upah 3 bulan berturut – turut
• Memerintahkan pekerjaan diluar yang diperjanjikan
• Karyawan berada dalam kondisi sakit selama lebih dari 1 tahun
PHK Karena Perjanjian Kerja Bersama

• Karena melakukan tindak pidana


• Karena sepihak oleh Pengusaha
• Karena Putusan Pengadilan baik karena inisiatif
Pengusaha atau Pekerja
PENYELESAIAN PHK
BIPARTIT :
• Jangka waktu penyelesaian 30 hari
• Bersifat Kedua belah Pihak antara Pengusaha dengan Pekerja
• Membuat notulen atas poin – poin perundingan
• Apabila terjadi kesepakatan dibuat perjanjian bersama
• Mendaftakan Perjanjian Bersama ke Pengadilan Hubungan Industrial.
• Apabila Perjanjian Bersama tidak dijalankan dapat melakukan permohonan
Eksekusi ke PHI
• Apabila tidak terjadi kesepakatan, pengusaha dapat menerbitkan surat
skorsing dan melakukan pencatatan / permohonan mediasi ke DISNAKER
KOMPENSASI
No Tipe PHK Uang Pesangon Uang Penghargaan Uang Hak Uang Pisah
PHK Oleh Pengusaha karena pekerja melakukan pelanggaran 1 x ketentuan pasal 1 x ketentuan Pasal 1 x ketentuan pasal 156 ayat 4
1 setelah diberikan surat peringatan pertama, kedua dan ketiga secara 156 ayat 2 156 ayat 3
berturut - turut -
Sesuai
dengan PP /
2 PHK oleh Pekerja yang mengundurkan diri - - 1 x Ketentuan pasal 156 ayat 4 PKB
PHK karena Pekerja tidak bersedia dipekerjakan dikarenakan 1x ketentuan Pasal 1x ketentuan Pasal 156
3 perubahan status perusahaan 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
PHK karena pengusaha tidak mempekerjakan pekerja karena 2x Ketentuan pasal 1x ketentuan Pasal 156
4 perubahan status (Pasal 163 ayat 2) 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
PHK karena perusahaan merugi selama 2 tahun terus menerus atau 1x ketentuan Pasal 1x ketentuan Pasal 156
5 keadaan memaksa 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
2x Ketentuan pasal 1x ketentuan Pasal 156
6 PHK karena perusahaan melakukan efisiensi/tutup (Pasal 164 ayat 2) 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
1x ketentuan Pasal 1x ketentuan Pasal 156
7 PHK karena Perusahaan Pailit 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
2x Ketentuan pasal 1x ketentuan Pasal 156
8 PHK karena pekerja meninggal dunia atau memasuki usia pensiun 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -

PHK karena pengusaha melanggar ketentuan sesuai keputusan 2x Ketentuan pasal 1x ketentuan Pasal 156
9 lembaga penyelesaian hubungan industrial (Pasal 169) 156 ayat 2 ayat 3 1x ketentuan Pasal 156 ayat 4 -
cuti tahunan yang belum diambil, biaya
transportasi,hal lain sesuai PKB,PP dan
10 PHK karena perkerja melakukan kesalahan berat - - Perjanjian Kerja -
PROSEDUR PENANGANAN PERSELISIHAN DI CABANG
Mengingat tidak semua pekerja / karyawan dapat membuat laporan tertulis, BM dapat
memfasilitasi dengan berperan untuk :

1. Ciptakan suasana hubungan yang baik


2. Mengadakan wawancara dengan pekerja yang berselisih
3. Mengadakan wawancara dengan rekan sekerjanya yang mengetahui kasus yang terjadi.
4. Mengadakan wawancara dengan atasannya.
5. Menguji apakah kasus tersebut melanggar PP / Perjanjian Kerja / undang undang.
6. Mengembangkan fakta fakta Siapa yang terlibat dalam kasus, Kapan terjadinya, Dimana
kejadiannya, Kenapa terjadi, Apa kejadiannya, Perjanjian/ peraturan apa yang dilanggar,
apa yang diinginkan / diharapkan dari permasalahan (Win – Win Solution)
7. Buat Notulen terhadap setiap wawancara.
SARAN PENYELESAIAN
Perselisihan antar pekerja dan pengusaha bukan merupakan suatu peristiwa hukum
yang baru di dalam dunia usaha, Adanya Hukum Positif yang telah di berlakukan
sebenarnya bertujuan tidak hanya untuk kepentingan dan hak hak pekerja namun juga
untuk menjaga stabilitas dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh Perusahaan.
Harmonisasi antara Perusahaan dan Pekerja tentu juga harus seiring dengan
komitmen dari pekerja untuk meghasilkan produktivitas yang ditetapkan oleh
Perusahaan. Untuk itu perlu adanya penyesuaian pola pikir diantara Perusahaan
dengan Pekerja dengan membangun komunikasi yang baik agar kedua belah pihak
dapat saling mengenal pribadi satu sama lain. Dengan demikian terjalinnya relasi yang
baik tentu melahirkan sikap “Kepedulian” diantara kedua belah pihak sehingga
diharapkan pekerja dapat mengerti dan memiliki rasa integritas dan tanggung jawab
dalam mencapai produktivitas. Secara psikologis upaya ini memungkinkan setiap
perselisihan yang terjadi dapat diselesaikan secara internal perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai