Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Beberapa Pandangan Terhadap Alkitab


Topik tentang Alkitab sangat penting (doktrin gereja yang sangat penting), karena sebenarnya
seluruh doktrin gereja berasal dan dibangun dari topik ini. Mengapa gereja percaya bahwa
keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus? Mengapa gereja mengajarkan bahwa Yesus
adalah Allah sejati dan manusia sejati? Banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar yang sering
jadi pertanyaan orang Kristen. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah: Karena Alkitab
mengatakan demikian. Dengan demikian, orang Kristen tidak membangun imannya di atas
pandangan-pandangan bapak-bapak gereja atau para theolog, sekalipun pandangan mereka
tidak dapat kita abaikan. Akan tetapi orang Kristen membangun ajarannya di atas ajaran
Alkitab. Itulah sebabnya sikap orang terhadap Alkitab memengaruhi seluruh doktrin atau
ajarannya. Berikut beberapa pandangan yang diberikan pada Alkitab.
1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula
Bagi kelompok ini, yang hanya melihat Alkitab sebagai tradisi manusia abad mula-
mula, tentu kurang menghargai Alkitab. Kelompok ini menganggap Alkitab tersebut
tidak relevan lagi untuk abad modern ini. Ada juga yang menyanggah dan mengatakan
bahwa Alkitab tidak benar dan masih meragukan otoritas Alkitab. Jadi, mereka yang
menganut pandangan ini, Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.
2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan
Dengan asumsi bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan keraguan, seseorang pernah
menulis dalam bukunya bahwa kalau kita membaca Alkitab harus mendekatinya
sebagaimana kita mendekati buku lainnya. Kita tidak boleh membaca Alkitab dengan
sikap menerima saja, tetapi kita harus membacanya dengan sikap kritis. Alkitab pun
harus dikaji ulang. Bukankah ini bertentangan dengan seruan alkitab itu sendiri agar
pembacanya datang kepadanya dengan iman dan penyerahan penuh? Seperti penegasan
Tuhan Yesus kepada orang Yahudi di zamannya yang tertulis dalam Yohanes 5:38-40.
3. Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah
bagi mereka yang menganut pandangan ini, wahyu Allah tidak bisa dituliskan.
Logikanya adalah, Allah itu tidak terbatas, maka Firman-Nya pun tidak terbatas. Jadi
menurut pandangan ini, menyamakan Alkitab dengan Firman Allah adalah dosa.
Alkitab hanya sekadar catatan tentang wahyu Allah yang sudah berlalu.
4. Alkitab mengandung Firman Allah
Menurut pandangan ini, Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi di dalamnya terdapat
Firman Allah (“Demikianlah Firman Allah” atau “ Beginilah Firman Allah”). Di
samping itu Alkitab juga mengandung ‘firman iblis’ (seperti “ ular itu berkata kepada
perempuan itu: Tentulah Allah berfirman....” Kejadian 3:1b) dan ‘firman manusia’
(nasihat-nasihat sahabat Ayub, Ayub 42: 7-9).
5. Alkitab menjadi Firman Allah ketika terjadi pertemuan atau pengalaman pribadi
Menurut pandangan ini, ketika seseorang membaca Alkitab dan Allah berbicara melalui
ayat-ayat yang sedang dibaca tersebut, maka pada saat itulah ayat tersebut menjadi
Firman Allah. Dengan kata lain, ada saatnya Alkitab tersebut bukanlah Firman Allah
yaitu sebelum terjadi pengelaman pribadi dengan ayat-ayat tersebut. Nampaknya,
pandangan inilah yang dianut oleh seorang pendeta dari gereja tertentu di Korea,
dengan anggota jemaat ratusan ribu orang. Kelompok ini membagi Firman Allah
menjadi dua, yang dalam bahasa Yunani disebut Logos (Firman Allah secara umum)
dan Hrema (Firman Allah yang sudah berbicara kepadanya secara pribadi). Pandangan
ini juga sudah menyebar ke beberapa gereja-gereja tertentu di Indonesia, yaitu gereja
yang mengikuti aliran theologia gereja Korea tersebut. Memang beberapa penafsir
membedakan kedua kata tersebut, namun sebenarnya tidak. Dalam Injil Yohanes kita
dapat lihat bagaimana kata tersebut dipakai saling bergantian (Yohanes 12:48; Yohanes
17:8a dan 14). Kita juga perlu menegaskan bahwa Firman Allah tetap adalah Firman
Allah, sekalipun belum dialami secara pribadi. Masalah pengalaman pribadi kepada
Firman Allah tersebut tidak tergantung kepada Firman itu sendiri, tetapi tergantung
kepada pekerjaan Roh Kudus serta kepekaan dan keterbukaan kita sendiri.
6. Alkitab adalah Firman Allah
Menurut pandangan ini, Alkitab bukan sekadar tradisi manusia abad pertama, meskipun
memang ada unsur tradisi di dalamnya. Alkitab juga bukan sekadar tulisan manusia,
meskipun memang ada unsur keterlibatan manusia dalam penulisannya. Tetapi,
sesungguhnya Alkitab adalah Firman Allah. Karena Alkitab adalah Firman Allah, maka
Alkitab tidak bersalah terhadap segala hal yang dinyatakannya. Karena itu, Alkitab
memegang kuasa dan otoritas tertinggi dalam kehidupan. Tidak seorang pun diharuskan
untuk memercayai sesuatu lebih daripada apa yang dikatakan Alkitab. Alkitab harus
dipercayai melebihi penglihatan, perasaan, dan pengertian. Dia juga memiliki
keutamaan lebih dari mimpi-mimpi, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat (Martin
Luther).

Bab 2
Alkitab adalah Firman Allah
Apa dasarnya seseorang menerima Alkitab sebagai Firman Allah? Ada orang beranggapan
bahwa Alkitab harus dibuktikan dahulu sebagai Firman Allah baru diterima. Ada beberapa
kesulitan yang muncul dengan metode pembuktian ini. Pertama, kalau Alkitab adalah Firman
Allah, apakah ada bukti yang cukup syarat untuk membuktikan kebenaran Alkitab tersebut?
Kedua, kalau kita menerima alkitab sebagai Firman Allah berdasarkan bukti, manakah
sekarang yang lebih tinggi dan berotoritas nilainya? Ketiga, apakah peranan bukti terhadap
yang dibuktikan? Itulah sebabnya kita harus menolak metode penerimaan Alkitab dengan
pendekatan pembuktian.
Jadi bagaimana seseorang dapat menerima Alkitab? Dalam hal ini, John Calvin memberi
jawaban: “Biarlah Alkitab sendiri membuktikan dirinya sebagai Firman Allah. Sebagaimana
siang mampu membedakan dirinya dari malam, terang dari gelap, demikian juga Alkitab
mampu membedakan dirinya dari kitab-kita lainnya, yang memang bukan Firman Allah”. Atau
seperti apa yang ditegaskan Dr Stephen Tong dalam sebuah seminar: “Kalau singa itu adalah
singa sejati, biarlah dia membuktikan kesejatiannya. Kita tidak usah ribut berdiskusi dan
berdebat, apakah singa yang sedang kita lihat itu adalah singa sejati, atau hanyalah sebuah
patung!”. Pendekatan seperti itulah yang disebut dengan the iternal witness of the Holy Scipture
(kesaksian internal Kitab Suci). Berikut sepuluh alasan yang bersifat kesaksian internal yang
menunjukkan bahwa sesungguhnya Alkitab adalah Firman Allah.
1. Alkitab mengatakan dirinya Firman Allah
Rasul Paulus menulis: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah, memang
bermanfaat untuk mengajar...” (2 Timotius 3:16). Jadi jelas terlihat dari ayat ini bahwa
Alkitab diilhamkan Allah (Yunani, theopneustos). Kata “segala tulisan” menunjuk
kepada perjanjian lama. Mari melihat pengertian Firman Allah secara langsung dan
tidak langsung. Maksudnya, kata-kata iblis dan juga nasehat-nasehat dari Elifas dan
kawan-kawannya telah diilhamkan Allah untuk ditulis dalam Alkitab. Melalui
pengilhaman tersebut, Allah ingin berfirman kepada manusia.
Bagaimana pula kita mengerti Perjanjian Baru sebagai kitab yang juga diilhami
Allah? Maka dari itu kita perlu melihat otoritas para Rasul. Tuhan Yesus sendiri telah
memilih mereka untuk menjadi murid-murid-Nya. Selama kurun waktu tiga tahun
penuh Yesus mengajar mereka melalui perkataan dan tindakan. Mereka juga turut
menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Yesus. Tuhan Yesus telah mempersiapkan
mereka untuk kelak menjadi pemberita Injil. Dia telah mengutus mereka dengan kuasa
dari atas. Dia juga berjanji mengutus Roh Kudus yang akan menyertai mereka (Yohanes
14:26). Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita yakin bahwa Roh Kudus mampu
memimpin para penulis Alkitab Perjanjian Baru untuk menulis apa yang mereka
dengar, lihat, dan saksikan? Sehubungan dengan ini, baik sekali kita melihat apa yang
ditegaskan dalam 1 Yohanes 1:1-3. Di sini ditegaskan pengalaman nyata penulis (rasul-
rasul) dengan Tuhan Yesus. Ha itu ditegaskan dengan penggunaan kalimat perfect
tense. Pengalaman-pengalaman tersebut sangat penting dan sangat sulit disangkali,
terutama pengalaman “meraba dengan tangan”. Bagi orang Yahudi, indra paling
konkret dan paling sulit disangkali adalah “meraba dengan tangan”. Selain ayat
penegasan di atas, rasul Petrus juga menegaskan hal yang sama dalam 2 Petrus 1:20-
21.
2. Sikap Tuhan Yesus yang menerima dan menjunjung tinggi Alkitab
Sesungguhnya, Tuhan Yesus adalah teladan hidup kita, termasuk dalam sikap-
Nya terhadap Kitab Suci. Selama hidup-Nya di dunia ini, kita melihat ketaatan-Nya
yang sempurna kepada alkitab (Perjanjian Lama). Sebagai contoh yang sangat nyata
adalah ketika Dia mengalami pencobaan di padang gurun. Kita melihat dengan jelas
bahwa semua godaan iblis dipatahkan dengan ketaatan-Nya kepada Firman.
Menghadapi semua godaan tersebut, Dia mengutip Perjanjian Lama memulai dengan
mengatakan: “Ada tertulis...” (Matius 4:4,7,10). Di tengah pergumulan yang sangat
berat, di mana Dia dicobai berkali-kali, Tuhan Yesus berkali-kali pula mengingatkan
diri-Nya akan Firman Allah: “Ada tertulis...”
Selanjutnya, dalam perjalanan dua orang murid ke Emaus, Yesus menyatakan
bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa
dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Lukas 24:44). Hal itu dinyatakan-Nya untuk
menjelaskan penderitaan dan kematian-Nya, di mana Dia dengan taat menjalaninya
demi menggenapkannya. Jika Tuhan Yesus memberi telah sikap yang sedemikian
hormat dan taat kepada Alkitab, selayaknyalah kita mengikutinya. Ketika Tuhan Yesus
menerimanya, siapakah kita yang berani menolaknya? Ketika Tuhan Yesus sedemikian
menghormati Alkitab, siapakah kita sehingga berani meragukan dan merendahkannya?
3. Superioritas dan keistimewaan ajaran Alkitab
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa isi sebuah kitab menggambarkan penulis (sumber
kitab) tersebut. Ha ini cukup dilakukan dengan membaca isi tulisan tersebut, tanpa
terlebih dahulu bertanya siapa penulis buku tersebut. Demikian juga, jika Alkitab
adalah Firman Allah, maka isinya akan menunjukkan hal tersebut. Alkitab
menunjukkan nilai superior dan bersifat istimewa jika dibandingkan dengan kitab-kitab
lainnya. Jika kita simak baik-biak, ajaran Alkitab bersifat mutlak dan universal, tidak
dibatasi oleh tempat dan waktu. Contohnya, ajaran tentang kasih, kebenaran, dosa,
penciptaan, dan lain-lain.
Berbicara mengenai kasih, Alkitab menguraikan sedemikian dalam dan lengkap
dalam 1 Korintus 13:4-7. Berbicara tentang kebenaran dan dosa, kedua hal ini sering
kali sulit didefinisikan. Namun, Alkitab dengan tegas dan jelas berbicara tentang kedua
hal tersebut. Berkaca dari kisah Daud, kita dapat melihat dengan jelas bahwa ukuran
dosa, yaitu apa yang Allah anggap jahat. Allah merupakan ukuran dan standar
kebenaran. Sikap Daud yang adalah seorang raja berkuasa, dapat menjadi contoh yang
baik bagi umat percaya, di mana dia menempatkan Allah di atas kekuasaannya.
Ada sebagian orang yang menilai Alkitab tidak ilmiah, dan karena itu, menurut
mereka ini, hanya orang bodohlah yang dapat menerima dan memercayainya. Pada
kenyataannya, banyak ilmuan dan orang yang sangat jenius yang pernah hidup di bumi
menaruh imannya pada Alkitab. Sebenarnya, kalau kita mau jujur dan terbuka terhadap
Alkitab, kita dapat menemukan pernyataan-pernyataan alkitab yang sejalan dengan
science.
4. Kuasa Alkitab yang mengubah hidup
Adalah merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa berjuta-juta manusia
hidup dalam dosa, frustrasi, dan tapa pengharapan dan ingin bunuh diri, mengalami
perubahan hidup setelah mereka membaca dan merenungkan Alkitab. Allah telah
mengubah hidup berjuta-juta orang termasuk bapak gereja, Augustinus dan juga tokoh
reformasi Martin Luther. “sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari
pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pemikiran
hati kita”. (Ibrani 4:12)
5. Kesatuan yang ajaib
Alkitab melampaui semua buku dan tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Alkitab.
Alkitab terdiri dari 66 kitab yang ditulis oleh 40 orang penulis dari latar belakang yang
berbeda. Alkitab juga ditulis dalam kurun waktu yang sangat lama yaitu kira-kira 1400
tahun. Proses penulisan kitab-kitab tersebut sampai akhirnya dikanonkan sungguh
merupakan keajaiban juga. Hal lain yang menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana
penulis-penulis tersebut dapat saling melengkapi dalam tulisannya. Padahal, mereka
tidak pernah bertemu dan merundingkan batasan-batasan tulisan mereka. Bahkan ada
yang berani menuliskan sesuatu yang bersifat nubuatan dan secara logika tidak masuk
akal, meskipun dia tidak sempat menyaksikan penggenapan tulisan tersebut.
Sebagaimana disaksikan oleh rasul Petrus: “ Yang terutama harus kamu ketahui, ialah
bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak
sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:20-21).
6. Kemurniannya
Jika disimak dengan baik, maka kita melihat Alkitab menelanjangi kelemahan manusia
berdosa, tanpa terkecuali. Termasuk di sini adalah para nabi (ini juga keunikan Alkitab
dibandingkan dengan kitab suci lainnya). Itulah sebabnya, nabi Musa, pemimpin besar
Israel itu dicatat dalam Alkitab bahwa dia pernah membunuh. Kemudian, nabi Abraham
yang disebut dengan istilah bapak orang beriman, namun Alkitab mencatat
kelemahannya juga. Hal yang sama juga terjadi pada Daud, nenek moyang orang
Yahudi, Alkitab mencatat penyelewengannya (perselingkuhannya) dengan Batsyeba.
Sekiranya penulis alkitab bebas menulis menurut keinginannya, tentulah mereka akan
menyembunyikan cacat-cacat mereka tersebut. Sumber Alkitab tidak lain adalah Allah,
yang memerintahkan penulis-penulis untuk menuliskannya.
7. Ketetapan nubuat dan nilai nubuat yang tiada tara
Alkitab menubuatkan hal-hal luar biasa yang membuat kita kagum dan bersyukur
kepada Allah atas nubuatan tersebut. Berikut tiga nubuatan besar.
Pertama, tentang terbuangnya bangsa Israel ke Babel dan dilepaskan kembali
setelah 70 tahun. Hal ini dapat kita baca dengan jelas dalam kitab Daniel 9:1-2; jeremia
25. Nubuat ini hampir mustahil terjadi karena pada masa nubuatan ini diberikan, Israel
justru sedang begitu berkuasa dan kuat. Namun Allah tetap menyatakan kepada para
nabi apa yang akan terjadi pada bangsa Israel: bahwa Allah akan menghukum mereka
akibat dosa-dosa mereka. Hal itu kemudian digenapi dalam sejarah.
Kedua, tentang tersebarnya orang-orang Yahudi ke berbagai penjuru dunia. Kita
dapat membaca peristiwa ini dalam kitab Ulangan 28, Hosea 9, Jeremia 24, sedangkan
nubuatan bahwa mereka akan kembali ke tanah mereka di Israel dapat dibaca di
Yehezkiel 36 dan 37. Ketika Alkitab menubuatkan bahwa orang-orang Yahudi yang
terserai berai ke seluruh penjuru dunia bersatu kembali, hal itu pun merupakan
keajaiban Allah juga.
Ketiga, nubuat tentang Tuhan Yesus. Alkitab juga mencatat hal yang luar biasa
tentang Tuhan Yesus. Belum pernah ada satu buku yang mencatat hidup seseorang
sedemikian lengkap sebelum orang tersebut dilahirkan ke dalam dunia. Alkitab
mencatat siapa dan bagaimana Tuhan Yesus justru sebelum Dia lahir ke dalam dunia.
8. Sifat universalnya
Isi Alkitab tidak pernah tidak cocok dengan suku atau bangsa tertentu, karena Alkitab
adalah Firman Allah yang melampaui segala batasan waktu dan tradisi manusia. Kita
setuju jika seorang mengatakan bahwa Alkitab adalah handbook-nya orang berdosa.
Karena itu ajaran Alkitab selalu relevan dengan manusia, di mana manusia sudah
berdosa dan membutuhkan berita pengampunan dosa. Itulah sebabnya, manusia di
segala abad dan tempat, yang sungguh-sungguh mencintai dan membaca Alkitab telah
beroleh banyak nasehat, pengajaran, penghiburan serta berkat melimpah.
9. Ketahanannya terhadap segala serangan
Marilah kita merenungkan kenyataan ini: Alkitab adalah satu-satunya kitab yang paling
banyak diserang dan dikritik. Alkitab juga adalah satu-satunya kitab yang paling
terbuka untuk dikritik, karena ditulis dalam berbagai bahasa, di mana telah
diterjemahkan ke lebih dari 1700 bahasa. Penyerang-penyerang Alkitab meninggal dan
berlalu, namun Alkitab yang diserang tersebut tetap bertahan hingga sekarang dan
menjadi berkat bagi berjuta-juta manusia yang mau terbuka dan sungguh-sungguh mau
mencari kebenaran. Mengapa Alkitab sedemikian kokoh dan tegar dan tetap ‘berdiri’
di tengah-tengah zaman yang terus memusuhinya? Hal itu sebenarnya sudah ditegaskan
oleh Tuhan Yesus, ketika Dia bersabda: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi
perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Matius 24:35).
10. Pengalaman pribadi
Setelah melihat semua hal di atas, sebenarnya kita masih dapat melihat dari berbagai
sisi, sebagai internal witness (kesaksian internal) yang menunjukkan bahwa Alkitab
sungguh menyatakan dirinya sebagai Firman Allah. Namun, salah satu hal yang sangat
penting adalah pengalaman pribadi.

Bab 3
Pengilhaman Alkitab
1. Arti Pengilhaman (Inspirasi)
Ada dua ayat penting dan terkenal yang berhubungan dengan pengilhaman ini, yaitu 2
Timotius 3:16 dan 2 Petrus 1:20-21. Cara penerjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
terhadap 2 Timotius 3:16 dapat memberi kemungkinan yang membahayakan, yaitu
dengan adanya kata “yang”, “segala tulisan yang diilhamkan Allah”. Kata ini dapat
memberi pengertian bahwa ada tulisan yang tidak diilhamkan Allah. Pengilhaman =
inspiration (Inggris) dan Theopneustos (Yunani).
2. Beberapa Teori Pengilhaman
a. Teori intuisi: pengilhaman adalah semacam penglihatan yang amat tajam. Penulis-
penulis dianggap sebagai seniman yang memiliki kemampuan berimajinasi atau
mengembangkan perasaannya, sehingga mereka dianggap jenius-jenius dalam
keagamaan.
b. Teori iluminasi (pencerahan): adanya keterlibatan Roh Kudus tetapi hanya sebatas
meningkatkan kemampuan normal mereka.
c. Teori dinamis: keterlibatan Allah dan manusia dalam pengilhaman dan penulisan
Alkitab. Roh Kudus sebagai pengarah ide atau konsep, dan membiarkan penulis
mengembangkan kepribadiannya dalam memilih kata dan cara pengungkapannya.
d. Teori verbal: Roh Kudus turut dalam pemilihan kata-kata.
e. Teori dikte: Allah mendiktekan seluruh isi Alkitab kepada para penulis.

J. I Packer menegaskan bahwa inspirasi mengambil beberapa bentuk, yaitu:


Pertama, a dualistic inspiration, penerima wahyu tetap dalam keadaan sadar akan
perbedaan dirinya sebagai pendengar dan penulis wahyu dengan Allah sebagai
pembicara. Kedua, lyric inspiration, pengilhaman Allah menyatu dengan proses
pembentukan mental dan konsentrasi penulis. Ketiga, organic inspiration, bentuk
inspirasi seperti ini menghasilkan kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
surat-surat rasuli dan kitab-kitab Amsal dan Pengkhotbah.

Walaupun kita tidak tahu secara tepat tentang proses pengilhaman tersebut, satu
hal dapat dipastikan yaitu bahwa Alkitab tersebut bersumber dari Allah. Alkitab
tersebut adalah hasil karya Allah yang seharusnya kita syukuri keberadaannya.

3. Akibat Pengilhaman
Jika kita sungguh percaya bahwa Alkitab sungguh-sungguh diilhami Allah -terlepas
dari bentuk atau teori mana yang kita terapkan dari berbagai teori pengilhaman tersebut-
dan jika kita percaya serta menerima akan keterlibatan Roh Kudus secara penuh
mengontrol dan memimpin para penulis Alkitab, maka kita dapat menyimpulkan hal-
hal penting berikut ini:
a. Inspirasi dan kanon
b. Inspirasi dan kesatuan: bahwa hanya dalam kesatuan inilah kesaksian Alkitab
adalah kesaksian dari wahyu Allah.
c. Inspirasi dan infallability serta inerrancy: infallability berhubungan dengan pesan
Alkitab, bahwa Alkitab tidak akan menyesatkan pembacanya, sedangkan inerrancy
menegaskan tentang ketepatan sumber Alkitab tersebut.
d. Inspirasi dan sikap dapat dipercaya: bagi mereka yang menerima ketidakbersalahan
Alkitab, baik dari segi pesannya (infallability) dan ketetapan sumbernya
(inerrancy), otomatis akan menerima sifat Alkitab yang sepenuhnya dapat
dipercaya (trustwothiness of the Bible).

Bab 4
Infallibility dan Inerrancy Alkitab

Berbagai macam pandangan tentang inerrancy Alkitab.

1. Beberapa Macam Inerrancy


Millard J. Erickson membagi inerrancy menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Absolute inerrancy
Kelompok ini percaya bahwa Alkitab sepenuhnya benar dalam segala hal, termasuk
dalam hal-hal ilmiah dan sejarah. Jadi kalau Alkitab menulis tentara yang mengikuti
Gideon sebanyak 32000 orang (Habakuk 7:3), maka memang angka tersebut persis
demikian. Sepertinya kelompok ini, percaya bahwa penulis-penulis Alkitab
memang bermaksud untuk menuliskan hal-ha yang berbau ilmiah dan sejarah secara
persis.
b. Full inerrancy
Kelompok ini juga percaya bahwa Alkitab sepenuhnya benar, khususnya dalam hal
yang menyangkut theologia dan hal-hal rohani. Perbedaan kelompok ini dengan
kelompok sebelumnya adalah dalam hal bagaimana mereka mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan ilmiah dan sejarah. Bagi kelompok ini, hal-hal tersebut bersifat
fenomenal, yaitu memberikan gambaran atau perkiraan. Jadi, tidak harus persis
demikian, kecuali memang penulis Alkitab tersebut bermaksud memberikan hal
yang persis, bukan perkiraan atau gambaran.
c. Limited inerrancy
Kelompok ini berpendapat bahwa ketidakbersalahan Alkitab adalah yang berkaitan
dengan ajaran keselamatan orang berdosa. Bagi mereka ini, penulis-penulis Alkitab
ketika menulis hal-hal yang bersifat ilmiah dan sejarah mencerminkan pengertian
mereka waktu itu. Allah tidak mewahyukan hal-hal ilmiah dan sejarah pada penulis
Alkitab. Jadi mereka memang bisa salah dalam hal-hal itu. Namun tidak boleh
dikatakan Alkitab bersalah, karena Alkitab tidak mengajarkan itu. Kelompok ini
menegaskan bahwa untuk segala hal yang diajarkan Alkitab, Alkitab sungguh
benar. Pandangan ini nampaknya terlalu menekankan satu sisi dari penulisan
Alkitab, yaitu unsur manusianya, dan melupakan unsur ilahinya, yaitu keterlibatan
Allah dalam penulisan Alkitab.
d. Inerrancy of purpose
Menurut kelompok ini, Alkitab tidak bersalah dalam arti Alkitab menggenapkan
tujuannya. Wahyu yang dinyatakan dalam Alkitab adalah untuk membawa manusia
kepada persekutuan dengan Allah. Jadi Alkitab bukan sekadar mengkomunikasikan
dalil-dalil kebenaran. Karena itu, dalam hal ini, Alkitab secara efektif telah
mencapai tujuannya. Dalam kenyataannya tujuan Alkitab tidak hanya
membangkitkan emosi dan kemauan manusia agar datang kepada Allah. Allah juga
memberi pengertian kepada pembacanya.
2. Terdapat Kesalahan?
Kepercayaan kepada inerrancy Alkitab bukanlah ajaran Alkitab itu sendiri. Keyakinan
ini sebenarnya merupakan akibat wajar dari doktrin pengilhaman Alkitab, yaitu bahwa
Alkitab diilhami oleh Allah. Lalu bagaimana menjelaskan adanya perbedaan keempat
Injil? Lalu bagaimana kita menjelaskan adanya perbedaan angka-angka dalam Alkitab?
Untuk mengatasi masalah ini theolog-theolog yang setia kepada alkitab mencoba
memberi jalan keluar.
a. Pendekatan abstrak: mengakui adanya kesulitan dalam Alkitab dan bahwa semua
kesulitan dan hal yang dianggap kesalahan tersebut harus dijelaskan. Kesulitan
tersebut tidak boleh melenyapkan ketidakbersalahan Alkitab.
b. Pendekatan harmonis: menegaskan bahwa segala kesulitan yang nampak dapat
dijelaskan.
c. Pendekatan moderat-harmonis: segala kesulitan diakui dan dicoba untuk dijelaskan
sedapat mungkin. Segala kesulitan Alkitab akan dapat diselesaikan sekiranya data-
data yang hilang dalam sejarah dapat ditemukan kembali.
d. Pendekatan naskah asli: seluruh kesulitan timbul karena kita tidak memiliki naskah
asli Alkitab, tapi hanya salinannya. Jadi jika dipaksa untuk menjelaskan seluruh
kesulitan tersebut, boleh saja, asal diberikan naskah asli Alkitab.
e. Alkitab memang memiliki kesalahan: daripada terus berusaha menyingkirkan
kesulitan-kesulitan tersebut, lebih baik menerimanya, apa adanya.
3. Beberapa Kondisi Untuk Mengerti Ketidakbersalahan Alkitab
Bagi mereka yang menerima inerrancy Alkitab, ada empat hal yang perlu
diperhatikan dalam memahami ketidakbersalahan Alkitab tersebut. Pertama, inerrancy
harus dimengerti dari apa yang dinyatakan atau ditegaskan oleh Alkitab, jadi bukan
sekadar apa yang dilaporkan. Kedua, kita harus melihat kebenaran Alkitab dalam
konteks budaya di mana Alkitab itu dituliskan. Ketiga, penegasan Alkitab adalah
sepenuhnya benar jika dilihat dari tujuan penulisannya. Keempat, kalau kesulitan dalam
Alkitab tidak dapat dijelaskan, maka hal itu tidak berarti terdapat kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai