Anda di halaman 1dari 60

DIKTAT

BIBLIOLOGI

Disusun Oleh :

DESTINA SELVIA RENA

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB I
DOKTRIN TENTANG BIBLIOLOGI

II Timotius 3 : 16

A. Pemahaman Dasar

Dari sekian banyak doktrin yang berbicara tentang iman Kristen, boleh dikatakan bahwa
pengajaran atau doktrin tentang Alkitab itu sendiri merupakan sesuatu yang sangat fundamental
diketahui oleh setiap orang percaya da terlebih khususnya para teolog. Alasan dari pernyataan
ini sangat sederhana yaitu kesaksian Alkitab sebagai Firman Allah menjadi dasar dari
kepercayaan manusia kepada Allah. Memahami Alkitab dengan benar maka bisa memahami
Allah, Kristus, Roh Kudus dan keselamatan yang diberikan Allah di dalamKristus dengan benar.
John Calvin mengatakan bahwa bijaksana sejati berasal dari pengenalan akan Allah dan
pengenalan akan diri. Tetapi seseorang tidak dapat mengenal dirinya secara tepat sampai ia
mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang manusia , sehingga pengetahuan
tentang Allah merupakan kepentingan yang terbesar. Pengetahuan tentang Allah merupakan
kepentingan yang terbesar dalam hidup manusia supaya manusia dapat mengenal akan dirinya
dengan benar. Manusia adalah mahluk yang bersifat religious. Alkitab mengatakan bahwa ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kej
5:26-7). Sumber utama pengetahuan untuk mengetahui tentang Allah dan karya keselamatanNya
dalam Kristus Yesus adalah Alkitab. Oleh sebab itu jika manusia (agama Kristen pada
khususnya) tidak berpegang teguh kepada Alkitab sebagai tulisan yang di ilhamkan tanpa salah,
maka mereka akan menggunakan pedoman hidup lainnya seperti kekuatan pikiran, ilmu
pengetahuan, tradisi / budaya, mistisisme dan dongeng. Demikian juga orang-orang yang
menganggap Alkitab belum cukup atau belum sempurna, maka mereka akan kehilangan esensi
berita keselamtan dan pengampunan dosa, sebab mereka ingin menambah atau mengurangi isi
Alkitab sehingga akhirnya mereka menyerahkan diri kepada tipuan ilah zaman yang
menyesatkan.
Sebagai contoh adalah para penganut pandangan neoorthodoks pada abad ke 18 dan 19
yang mengungkapkan dengan sangat indah bahwa Firman Allah adalah Kristus dan bukanlah
Alkitab. Pandangan ini didasari dari pandangan orthodoks yang di motori oleh Karl Barth yang
melawan aliran filsafat dan liberal pada zamannya, ia berkata bahwa Alkitab hanya berisi Firman
Allah. Neoorthodoks mempertajam dengan berkata bahwa Alkitab merupakan buku

1
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

biasa saja yang bisa salah. Bagaimana mungkin alkitab yang penuh dengan kesalahan manusia
dijadilkan sebagai sumber utama pengenalan akan Allah

Jika kita tidak memahami Alkitab secara utuh serta menafsirkanya secara benar sesuai
dengan hukum-hukum penafsiran, maka sangat besar kemungkinan setiap kita menolak
kebenaran Alkitab secara pasif atau aktif, atau kita bisa berkata karena ayat ini sangat
menguatkan dan meneguhkan saya maka inilah Firman Tuhan, sementara jika tidak kita
dapatkan sesuatu dalam satu ayat, perikop atau kitab maka bisa kita mulai berkata mungkin ini
bukan atau hanya setengah firman Tuhan dan setengahnya firman manusia atau iblis.

Kita mempercayai bahwa segala tulisan dalam Alkitab berasal dari Allah dan
mempunyai otoritas ilahi untuk menjadi ukuran dari segala kebenaran dan kesalahan yang
dipikirkan dan dilakukan oleh manusia di bumi. Alkitab tidak bisa disejajarkan dengan segala
undang-undang buatan manusia atau buatan malaikat sekalipun, Alkitab sifatnya sempurna dan
tidak bisa ditambahkan atau dikurangi. Alkitab adalah merupakan otoritas tertinggi dari berbagai
peradaban manusia atau dari berbagai karunia nubuatan di masa kini. Tidak ada kebenaran lain
yang lebih penting dari apa yang sudah disaksikan oleh Alkitab, pilihan terbaik bagi orang
percaya adalah menerima, mengakui dan mengaktulisasikan dalam tindakan. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa ada berbagai pandangan atau otoritas yang ditawarkan oleh dunia kepada
gereja dimasa kini yang kelihatannya sebagai sebuah kebenaran. Bahkan Amstrong dalam
pendahuluan The Coming Evangelical Crisis berkata bahwa “Otoritas-otoritas dimasa kini
muncul dari kebiasaan-kebiasaan, hukum-hukum, penglihatan-penglihatan atau hikmat manusia
modern, dimana hal ini tentu saja menjadi tantangan besar bagi gereja.” Semunaya ini harus
dilawan karena berlawanan dengan otoritas Firman dan Injil Yesus Kristus.

B. Istilah-istilah yang Digunakan untuk Alkitab

1. Alkitab (Bible)

Kata Bible (inggris) berasal dari kata Yunani ”Biblion” yang artinya buku atau
gulungan. Nama ini berasal dari byblos, menunjuk pada tanaman papyrus yang lazim tumbuh
dipinggiran sungai dan utamnya di sepanjang tepi sungai Nil yang digunakan sebagai bahan
baku alat tulis pada zaman mesi kuno. Kata paper (Inggris) yang artinya kertas berasal dari kata
papyrus sebagai bahan baku tulisan di zaman kuno.

2. Kitab Suci (Scripture)

2
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th
Istilah lain yang digunakan untuk Alkitab adalah kata ”kitab Suci / Scripture” berasal
dari bhs Yunani yang artinya ”suatu tulisan yang dituliskan.” Suatu tulisan yang dimaksud dalam
hal ini adalah tulisan suci, perkataan ”kitab Suci berkata” dalam kanon Alkitab disamakan
dengan Allah berkata atau Firman Tuhan berkata (bd. Gal. 4:30, 1Timotius 5:18).

3. Firman Allah

Firman Allah merupakan sebutan lain dari Alkitab. Ungkapan ini menekankan natur
Alkitab sebagai wahyu Allah dalam bentuk tulisan. Istilah Yunani yang digunakan untuk ini
adalah ”logos” yang berarti ”kata” sebagai jelmaan suatu konsep atau ide. Istilah lain yang
sejajar dengan ini adalah ”wahyu Allah, perkataan Allah atau perintah Tuhan.”

4. Sabda Allah

Istilah ini lebih dikenal dalam masa Perjanjian Lama atau sering disebut sebagai
”logion” yang juga berasal dari kata logos yang artinya ”suatu Sabda” kata ini digunakan dalam
Rm 3:2, Kis. 7:38.

5. Hukum Taurat

Istilah ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan keseluruhan atau
sebagian dari Perjanjian Lama.

6. Perjanjian / Covenant

Istilah yang kurang umum digunakan untuk kitab suci adalah ”Perjanjian.” Kata
Yunaninya adalah ”diaqkh” atau Covenant yang artinya ”perjanjian. Istilah ini digunakan
khususnya untuk membedakan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

C. Pandangan-pandangan Terhadap Alkitab

Setidaknya ada enam pandangan-pandangan terhadap Alkitab yang mewakili berbagai


golongan atau aliran, antara lain:

1. Pandangan Liberal (aliran rasionlisme)

Kaum liberal berpandangan tentang Alikitab ”mengandung Firman Allah” atau dalam
bahasa yang lebih baik mereka berkata Alkitab berisi Firman Allah. Artinya tidak semua tulisan
dalam Alkitab adalah Firman Allah dan sebaliknya Firman Allah tidak selengkapnya ada dalam
Alkitab. Manusia dapat menemukan Firman Allah dalam Alkitab melalui refleksi moral/rasio,
tetapi kata-kata dalam Alkitab bukanlah Firman Allah. Penganut aliran ini mendasari segala
sesuatu kepada rasionalisme atau kekuatan pikiran. Aliran ini terlalu meninggikan kemampuan
3
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

akal dan pikiran manusia, mereka menolak dasar empirisme, otoritas atau wahyu. Golongan ini
berkata bahwa Alkitab tidak bisa dijadikan standart untuk iman dan perbuatan, sebab banyak
yang tidak rasional. Bagi mereka yang merupakan sumber utama dari segala tindakan dan
kepercayaan adalah rasio.

Sayap kanan dari golongan ini berpandangan bahwa Alkitab merupakan hasil dari
illuminasi yang diberikan oleh Allah kepada seorang penulis, sedangkan kadar dari illuminasi ini
berbeda-beda kepada setiap pengarang. Bila seorang penulis rohaninya baik maka hasil
tulisannya juga baik.

Sedangkan sayap kiri golongan ini menerima Alkitab hanya sebagai hasil intuisi dari
seseorang tentang hal-hal rohani. Intuisi ini bukan sesuatu yang supranatural tetapi hanya
karunia khusus yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu, namun demikian intuisi dari setiap
orang bisa saja tidak benar atau salah.

2. Pandangan Mistisisme

Golongan ini terbagi dalam dua klasifikasi, mistisime ektrim dan mistisisme yang
moderat. Mistisisme yang ektrim berpandangan bahwa ”wahyu ilahi tidak hanya terbatas dalam
Alkitab,” tetapi Allah terus menyampaikan kebenaran baru di luar Alkitab. Analisis akhir dari
pandangan ini adalah menjadikan pengalaman manusia sebagai kebenaran yang absolut atau
pengalaman pribadi menjadi otoritas akhir dari pada Alkitab. Anggapan dasarnya adalah jika
pengalaman sesuai dengan Alkitab maka hal itu diterima sebagai kebenaran yang sah, tetapi jika
yang ditulis dalam Alkitab tidak sesuai dengan pengalaman, maka tulisan itu tidak dapat
diterima sebagai kebenaran. Bagi penganut mistisisme ektrim Alkitab diyakini sebagai kitab
yang belum sempurna dan Allah masih terus menambahkannya lewat orang-orang di masa kini.
Bahkan bagi kelompok ini mempercayai bahwa kebenaran rohani sedang ditambahkan melebihi
apa yang telah tertulis dalam Alkitab. Dewasa ini contoh-contoh golongan seperti ini banyak kita
temukan diantara orang percaya bahkan diantara para hamba-hamba Tuhan, yang dengan santun
mencoba meninggikan pengalaman rohani lebih dari Alkitab. Masalah yang seperti ini kadang
lebih sering kita menemukan pada gerakan ”gereja karismatik” bahkan juga ditengah kaum
Injili. Lebih khususnya terjadi bagi mereka yang memanggil dirinya Nabi atau Rasul di akhir
Zaman.

Sedangkan kaum moderat dari golongan ini menerima Alkitab sebagai salah satu karya
orang-orang yang diurapi oleh Tuhan, namun bukanlah satu-satunya kebenaran sehingga harus
ditambah dengan tulisan-tulisan lainnya.
3. Pandangan Romanisme
4
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Golongan ini tetap menerima Alkitab sebagai kebenaran, namun secara praktis mereka
meletakkan ”Dekrit Paus” di atas atau setidaknya disejajarkan dengan Alkitab. Golongan ini juga
memposisikan Maria ibu Yesus sebagai salah satu bagian dalam proses keselamatan (pemujaan
kepada Maria).

4. Pandangan Neo-orthodoks

Pandangan ini dimotori oleh teolog besar ”Karl Barth” yang hidup di abad ke 19 dan
dikenal sebagai teolog Reformasi baru (New Reformation Theology). Sebagai reaksi terhadap
kaum liberalisme ia berkata ”mari kembali kepada Alkitab.” Karl Barth berpandangan ”Alkitab
menjadi Firman Allah pada saat tulisan Alkitab menjadi rhema bagi manusia itu sendiri”
Alkitab memberi kesaksian terhadap Firman, dan Firman adalah Yesus Kristus. Menurut Karl
Barth teks Alkitab adalah hasil kerja manusia yang bisa salah atau keliru, tetapi dapat menjadi
Firman Allah ketika menguasai hati kita. Alkitab menjadi Firman Allah ketika Kristus berbicara
kepada kita melalui tulisan-tulisan dilembaran Alkitab.

Pandangan sayap kanan dari golongan ini yang juga disebut sebagai ”eksistensialis”
dimotori oleh Karl Barth dan Emil Bruner mengungkapkan bahwa Alkitab adalah catatan wahyu
yang diterima penulis secara pribadi atau individu, sehingga bagi kita bisa menjadi wahyu jika
kita menerimanya dengan cara yang sama.

Sedangkan sayap kiri dari golongan ini dikenal sebagai sebagai ”Demitologisasi”,
dimotori oleh ”Rudolf Bultman dan Reinholh Neibuhr” berpandangan bahwa untuk
mendapatkan Firman Allah (berita yang benar dari Alkitab) maka Alkitab harus dibebaskan dari
pengaruh-pengaruh budaya dan sejarah masa itu. Kita harus melihat dan menembusi catatan
sejarah yang salah dengan segala dongengnya. Hal-hal seperti kejatuhan manusia dalam dosa,
kematian Kristus di atas salib, kebangkitan Kristus serta keselamatan di dalamNya, itu sesuatu
yang real dan true, tetapi tak perlu dibumbui oleh sejarah dan dongeng lainnya.

5. Pandangan Cultisisme

Golongan ini tidak menolak Alkitab sebagai Firman Allah, numun Alkitab bukanlah
satu-satunya Firman Allah, mereka menetapkan beberapa tulisan tambahan lainnya yang mereka
yakini mempunyai kesejajaran dengan Alkitab. Golongan ini diwakili oleh Mormon dan
Christian Science. Mormon mempercayai bukunya sebagai yang di ilhami sedangkan Christian
science mempercaya buku Mary Baker “The Key to the Scriptures” sebagai buku yang diilhami
sama dengan Alkitab.

5
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Dalam analisis akhir mereka tidak mengakui Alkitab sebagai satu-satunya buku yang punya
otoritas ilahi, tetapi disamakan bahkan di posisikan di bawah buku-buku yang mereka percayai
sebagai yang diilhami.

6. Pandangan Konservatif – Ortodoks (diterima sebagai kebenaran)

Golongan ini berpandangan bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang tanpa salah.
Diilhami di dalam bahasa aslinya tanpa kesalahan. Artinya bahwa segala tulisan yang tercatat
dalam Alkitab untuk menyatakan kebenaran. Golongan ini berpendapat bahwa “akal atau pikiran
harus tunduk kepada firman Allah, jika akal / pikiran berkotradiksi dengan Firman maka bukan
pikiran yang mengukur Alkitab tetapi Alkitab yang mengukur pikiran. Demikian juga dengan
pengalaman rohani apapun, Alkitab harus menjadi hakim atasnya. Sehubungan dengan pandagan
Romanisme mereka berkata bahwa bukan lembaga gereja yang menentukan arti dari Alkitab,
sebaliknya Alkitab menentukan tempat yang benar bagi gereja. Golongan ini menolak semua
pandangan yang tidak menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang
memiliki otoritas ilahi. Alkitab adalah Firman Allah yang diucapkan /dituliskan melalui bahasa
manusia sehingga dapat dimengerti, dan yang sekaligus bersifat ilahi (diilhami oleh Roh Kudus)
sehingga tidak mungkin keliru.

D. Otoritas Alkitab Sebagai Firman Allah Dalam Doktrin Gereja.

Kata “Perjanjian” dalam bahasa Yunani adalah diatheke dan dalam bahasa Ibrani disebut
berit. Dalam Yeremia 31:31 dan Keluaran 24:7-8 dikatakan bahwa Perjanjian Baru akan
diberikan oleh YAHWE menggantikan perjanjian yang telah dibuatNya dengan bangsa Israel di
padang gurun. Hal ini menuntun pemikiran kita pada Yesus Kristus dan ingin melihat bagaimana
hal itu telah disaksikan dalam Perjanjian Baru.

Dalam Injil Yohanes Pasal 1 ayat 1 dikatakan “Pada mulanya adalah FIRMAN, FIRMAN
itu bersama-sama dengan Allah dan FIRMAN itu adalah Allah”. Dalam bahasa Yunani itu
dimaksudkan bahwa pada mulanya adalah LOGOS. Jelas sekali bahwa yang dimaksudkan
dengan FIRMAN disini bukanlah Alkitab, sebab tidak dari mulanya Alkitab itu ada, tetapi Yesus
Kristus dari mulanya sudah ada. Alkitab baru ada dan ditulis setelah sang FIRMAN atau
LOGOS menyatakan diri.

6
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Walau Alkitab belum ada, tetapi Firman Allah sudah ada, Allah sudah berfirman sebelum
Alkitab ditulis oleh manusia. Dalam hal ini menjadi semakin jelas bahwa Alkitab merupakan
catatan atau kesaksian tentang Allah yang telah menyatakan diri kepada manusia.

Apakah ini berarti bahwa di dalam Alkitab terdapat Firman Allah? Oh, tidak. Pandangan
ini justru menyesatkan apabila kita dapat berpikir bahwa kita dapat memisahkan keduanya,
sebab keduanya telah membaur dan menyatu sedemikian rupa seperti kopi telah menyatu dengan
air dan gula. Allah menyatakan kehendakNya melalui Alkitab, dan Alkitab merupakan kesatuan
antara isi dan bentuknya.

Perjanjian Baru telah memberikan kesaksian bagaimana Allah telah menyatakan diriNya
dengan sempurna dalam Yesus Kristus yang disebut “inkarnasi”, Firman itu telah menjadi
manusia (Yoh. 1:14) dan manusia telah melihat kemuliaanNya, bahkan Rasul Paulus
mengemukakan kepada Jemaat Kolose bahwa didalam Dialah (Kristus) berdiam secara
jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, karena itu tidak perlu diragukan seakan-akan masih ada
misteri yang belum dinyatakan. Yesus telah menyatakannya dengan baik, lengkap dan sempurna
(Yoh. 1:18).

1. Kewibawaan Alkitab dari sudut pandang Wesleyan.

Wesleyan merupakan sebuah aliran teologi dalam gereja yang menekankan bahwa Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru satu-satunya Firman Allah yang tertulis. Di dalam
Alkitab terdapat segala sesuatu yang kita perlukan untuk mengetahui kehendak Allah untuk
mengenal Yesus Kristus dan untuk mengerti jelas keselamatan yang disediakan bagi
manusia. Melalui Roh Kudus Alkitab harus diterima sebagai ajarannya, maupun iman dan
kehidupan bagi setiap orang. Ajaran apapun yang bertentangan dengan Alkitab, itu berarti
bertentangan dengan kehendak Allah. Apa yang tidak dinyatakan secara jelas sebagai pokok
kebenaran di dalam Alkitab tidak dapat dituntut menjadi pokok iman atau ajaran yang wajib
dalam jalan keselamatan. Alkitab berasal dari Allah, yang melalui RohNya mengilhami para
nabi dan rasul sehingga mereka menyadari penyataan Allah itu dengan benar. Alkitab ini
telah disampaikan kepada kita melalui proses penyalinan dan penerjemahan. Melalui proses
yang panjang ini Alkitab dipelihara dengan tepat karena pertolongan Roh Kudus. Sebagai
satu-satunya norma untuk kepercayaan dan kehidupan, Alkitab harus ditafsirkan menurut
konteks dan tujuan tulisan-tulisan yang ada di dalamnya dalam ketaatan yang memuliakan
Allah yang tetap berbicara melalui FirmanNya yang berkuasa. Dengan demikian, segala
sesuatu yang dinyatakan dalam Alkitab berwibawa penuh. Alkitab menjadi dasar dalam
pengajaran, pemberitaan, kesaksian, dalam hal menyatakan kesalahan dan pembaharuan

7
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

kehidupan manusia. (Dr. D. F. Walker Ph.D, Kewibawaan Alkitab dari Sudut Pandang
Wesleyan, 1994: -11).

1. Kewibawaan Alkitab dari sudut pandang Presbiterian.

Kewibawaan Alkitab berhubungan erat dengan penyataan dan wahyu. Wahyu adalah
komunikasi antara Dia yang ada, Sang Pelaku atau Allah dengan manusia melalui indera,
penglihatan atau mimpi. Tidak ada wibawa tanpa wahyu, dan tanpa wibawa makna
fungsional wahyu akan hilang bagi si penerima wahyu itu. Wahyu juga merupakan
penyingkapan wibawa atau pesan untuk ditaati. Pada pihak lain wahyu itu merupakan
penyingkapan tindakan-tindakan Allah dalam sejarah untuk menyelamatkan umat manusia.
Pesan tentang karya keselamatan itu mengandung wibawa, karena menegaskan bahwa Allah
menerima mereka sebagai anak-anakNya yang menyambut wahyu itu dan Ia mengaruniakan
jaminan untuk hidup. Mengenai Alkitab sebagai Firman Allah, unsur yang khas dan
berwibawa dalam hal ini ialah pesan yang dikandungnya yakni perbuatan besar Allah yang
terwujud dalam Yesus Kristus. Dalam kapasitas itu Firman Allah menjadi pedang bermata
dua (Ibrani 4:12-13) atau norma untuk menghapus kesalahan (2 Tim. 3:16-17). Hanya dalam
percaya, Alkitab akan dialami mengemban wibawa sebagai Firman Allah, di luar percaya itu,
Alkitab hanya sebagai sebuah dokumen. Alkitab tidak hanya menyajikan apa yang pernah
terjadi di masa lampau, tetapi membuka kemungkinan juga bahwa wahyu itu dapat terjadi
lagi pada saat Alkitab dibaca dan didengarkan. Disinilah letak wibawa Firman Allah, dalam
proses interaksi antara wahyu Allah dan penerimaan manusia muncullah wibawa itu. Wibawa
tidak terjadi karena tekanan, selalu ada ruang untuk menerima ataupun menolaknya, kata
akhir ada di tangan Dia yang mengadakan wahyu yakni Allah sendiri. Dengan Firman yang
menjadi manusia itu, maka Allah mendatangi manusia dalam hubungan pribadi untuk
diterima, ditaati dan dihormati sebagai yang punya kewibawaan.

(Pdt. Dr. O. E. Ch. Wuwungan, Kewibawaan Alkitab Dari Sudut Pandang Presbiterian, 1994:
13-24.

2. Kewibawaan Alkitab dari Sudut Pandang Katholik.

Dasar pandangan teologi Katholik mengenai kewibawaan Alkitab adalah hasil Konsili
Vatikan II sebagai berikut : Bahwa Alkitab bersama dengan Tradisi Suci merupakan
kewibawaan tertinggi dalam Gereja Katholik. Dalam hal ini Konsili Vatikan II itu menganut
faham yang sangat personal dan historis tentang Alkitab. Alkitab bukanlah pertama-tama
kumpulan tulisan yang diturunkan atau langsung didiktekan oleh Allah dari surga dalam

8
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

kurun waktu yang amat singkat. Alkitab bukanlah pertama-tama buku yang berisi ajaran,
ketetapan atau hukum dari Allah, melainkan Allah sendiri yang secara personal ingin
menyapa manusia, berkomunikasi dengannya, dan berwawancara dengannya. Komunikasi
personal ini berlangsung berabad-abad lamnya dalam sajarah manusia. Alkitab harus
dipelihara dalam kesatuan erat dengan tradisi suci dan ditafsirkan di bawah bimbingan
pimpinan gereja resmi (kewenangan Gereja mengajar). Allah mewahyukan diri berarti Allah
menyatakan diri atau pribadinya sendiri dan rencana keselamatannya. Tujuan wahyu ilahi itu
cuma satu yaitu keselamatan abadi manusia yang berupa persatuan dengan Allah. Justru
untuk itulah juga Allah mewahyukan kehendakNya, hukum-hukumnya, jalan-jalanNya
supaya manusia bisa sampai pada persatuan dengan Allah. Selanjutnya Allah menetapkan
supaya para rasul memelihara dan meneruskan seluruh wahyu ilahi itu secara utuh kepada
umat manusia demi keselamatan mereka. Jadi tradisi suci dan Alkitab dipandang sebagai
satu kesatuan dinamis yang tidak dapat dipisahkan karena:

a. keduanya mempunyai asal/sumber yang sama yaitu Allah

b. keduanya mengandung isi yang sama yakni wahyu ilahi

c. kedua-duanya mempunyai tujuan yang sama yakni keselamatan umat manusia

Gereja katholik tidak menolak tafsiran pribadi orang tentang Alkitab, hanya saja orang tidak
boleh menafsirkan Alkitab seenaknya, ada pedoman-pedoman yang harus diikuti dalam
penafsiran. Kekayaan Alkitab itu tetap dihargai asalkan dalam menafsirkan Alkitab itu
diperhatikan beberapa hal antara lain: konteks jauh dan dekat, kesatuan seluruh Alkitab,
kesatuan dengan tradisi rasuli, dan analogi iman, maksudnya ajaran iman yang satu tidak
boleh bertentangan dengan aaran iman yang lain. Gereja tidak hanya lahir dari pewartaan
Sabda Allah, melainkan juga tumbuh dan berkembang dalam merenungkan Sabda Allah.

3. Kewibawaan Alkitab dipandang dari sudut Teologia Injili


Berbicara mengenai kewibawaan Alkitab adalah bebicara mengenai hubungan antar Allah,
Alkitab, dan orang percaya. Munculnya modernisme dan liberalisme tidak bakal menggeser
dan meniadakan “fakta” bahwa orang Kristen masih menyatukan hubungan antar Allah
dengan Alkitab, dengan kata lain: “apa yang orang Kristen pikirkan tentang Allah tidak
pernah lepas dari apa yang mereka pikirkan tentang Alkitab. Pengakuan minimal akan
adanya campur tangan Allah di belakang penulisan Alkitab saja, sudah dengan sendirinya
membebaskan orang-orang percaya dari jerat kemutlakkan “Cartesian method” suatu
pandangan yang menyatakan bahwa Alkitab hanya mempunyai hak tetapi tidak mempunyai
kuasa.

9
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Mengakui bahwa Alkitab seharusnya mempunyai kewibawaan tetapi realitanya tidak.


Kewibawaan Alkitab menurut kaum Injili bukan kewibawaan yang diberikan oleh Gereja
atau konsili, atau orang-orang percaya, melainkan kewibawaan obyektif yang tidak
tergantung pada pengalaman, perasaan, dan sikap orang-orang percaya. Kewibawaan Alkitab
merupakan kewibawaan dari Allah yang ikut campur di belakang penulisan setiap kalimat
kitab dalam Alkitab. Kewibawaan obyektif ini diberikan Allah untuk maksud tertentu sesuai
dengan rencana keselamatanNya dalam Kristus Yesus.

Kewibawaan ini cukup aplicable dalam setiap aspek kehidupan manusia seutuhnya. Tidak
heran apabila manusia tidak merasakan secara langsung “kuasa” dari kewibawaan Alkitab
tersebut, karena pengalaman dengan kuasa kewibawaan alkitab hanya dialami oleh mereka
yang mengasihi Dia, yang semangat dan tingkah laku hidupnya tidak tergantung pada
pembuktian-pembuktian rasional dan empiris atas mana yang dapat diterima dan mana yang
tidak diterima dalam Alkitab. Tetapi semata-mata tergantung dari pengalaman
keselamatannya di dalam Kristus yang menyebabkan dirinya tunduk di bawah otoritas
Alkitab. Untuk menjelaskan hal ini Paulus mengatakan demikian: Dunia tidak mengenal
hikmat Allah maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan
pemberitaan Injil (1 Kor.1:21) Alkitab adalah Firman Allah yang tanpa salah dalam naskah
aslinya.

4. Kewibawaan Alkitab Menurut teologi Lutheran.

Dalam tradisi teologi Lutheran, Otoritas Alkitab sebagai Firman Allah benar-benar bersifat
sentral. Otoritas tersebut terutama dilihat dalam pemusatan pemberitaan Alkitab pada
Kristus, dan dalam fungsi Alkitab yang menjadi pedoman umat percaya tentang keselamatan
dalam Kristus. Pandangan ini merupakan sesuatu yang kontinu dengan pengakuan Gereja di
segala abad. Sama seperti tradisi Gereja Mula-mula Luther melihat bahwa pada hakekatnya
alkitab berisi dan berpusat pada Kristus (Kristosentris) berkali-kali Luther menegaskan kata
kata ini “Keluarkanlah Kristus dari Kitab Suci, lalu apa yang masih tinggal? Aku tidak
melihat apapun dalam Kitab Suci selain Kristus yang disalibkan”. Hakekat Kristo-sentris ini
sekaligus memberi dimensi soteriologis dalam pandangannya tentang otoritas Alkitab.
Luther melihat otoritas Alkitab dalam kerangka Allah yang merendahkan diri dalam Kristus
sebagai manusia (pendekatan inkarnasional) ia mengambil analogi antara Alkitab sebagai
Firman Allah dalam bentuk tertulis dan Kristus sebagai Firman Allah yang menjadi manusia.
Kitab Suci adalah Firman Allah tertulis dan dengan demikian dapat dikatakan “di-hurufkan”,
sama seperti Kristus adalah Firman Allah yang kekal menjadi manusia. Dan sama seperti

10
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Kristus di dunia, sebagaimana Ia dilihat dan diperlakukan, demikian juga halnya dengan
Firman Allah yang tertulis.

Bagi Luther, Alkitab yang tertulis pada kertas dengan tinta cetak mengandung tabiat
ilahi dan manusiawi sekaligus, seperti halnya kuasa dan keilahian Allah berdiam pada Kristus
yang berinkarnasi. Karena itu bila hendak mengerti penyataan Alkitabiah sepenuhnya, Luther
mengatakan “Kita perlu memandang Kitab Suci dari segi tabiat ilahi-manusiawi Kristus”. Sesuai
dengan sifat ganda dari Alkitab ini, Luther tidak menyamakan Alkitab begitu saja dengan
Firman Allah, tetapi ia melihat Allah berfirman melalui Alkitab dan Firman Allah tidak terlepas
dari padanya. Di sinilah letak dialektika pemahaman Luther tentang Alkitab dan Firman Allah.
Di satu sisi ia dapat mengatakan “Dimana kita akan temukan Firman Allah kecuali dalam Kitab
Suci?, ketika engkau membaca kata-kata Kitab Suci, engkau harus menyadari bahwa Allah
sedang berkata-kata didalamnya”. Dari sisi yang lain, bagi Luther Firman Allah bukanlah
Alkitab sebagai buku tertulis karena “Injil sesungguhnya bukan apa yang terkandung dalam
buku-buku dan terdapat dalam huruf-huruf, tetapi justru dalam pemberitaan lisan dan perkataan
hidup, suatu suara yang menggema ke seluruh dunia dan diberitakan secara terbuka”.

Bagaimana Alkitab “didengar” sebagai Firman Allah yang menyelamatkan umat


percaya, sangat tergantung pada pekerjaan Roh Kudus yang memampukan setiap orang dapat
membedakan antara “Roh” dan “huruf”. Kata-kata dari Alkitab tidak sendirinya dapat dilihat
secara batiniah karena apa yang diucapkan “vocaliter” perlu dimengerti “vitaliter”. Pembedaan
ini juga menggemakan prinsip penafsiran Luther yang membedakan antar hukum dan Injil.
Menurut Luther: “Roh itu tersembunyi di dalam huruf, karena huruf itu sendiri memberitakan
hanya hukum atau murka Allah, sedangkan Roh membawa Firman Anugerah yang disebut
Injil”. Tentang adanya faham dan diskusi yang berkembang mengenai “Alkitab tidak dapat
salah”, bagi Luther fungsi soteriologis Alkitablah yang terutama menentukan soal “benar”,
“keliru”, atau “salah”. Alkitab tidak dapat salah dalam mewujudkan tujuannya memberitakan
keselamatan yang dilaksanakan Allah dalam Yesus Kristus, otoritas Alkitab sebagai Firman
Allah tidak terletak pada bentuknya yang sempurna atau ketepatan tekhnis, melainkan pada
pokok pemberitaan Kristus karena itu apabila terdapat ketidak-sesuaian dalam Kitab Suci dan
kita tidak dapat menyelaraskannya biarkan saja demikian karena hal itu tidak membahayakan
pokok-pokok iman Kristen. (Anwar, Tjen, Kewibawaan Alkitab Dari Sudut Pandang Lutheran,
1994:51-64).

11
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

E. Bukti-bukti Alkitab adalah Firman Allah

1. Alkitab menjelaskan dirinya sendiri sebagai Firman Allah.

Alkitab mendeklarasikan dirinya sebagai Firman Allah sebanyak 3.808 kali dengan
kata-kata ’Allah berfirman’ atau ’demikianlah Firman Allah’. Selain itu beberapa penulis Alkitab
bukan saja mengatakan bahwa Firman Allah datang kepada mereka, tetapi juga Allah
memerintahkan mereka untuk menuliskannya (Kel. 34:27, Yeremia 30:1-2, Ikor. 14:37, Wahyu
1:11). Kita juga bisa melihat bahwa para penulis PB mempercayai PL adalah Firman yang
diilhamkan Allah (Kis. 1:16). Para penulis PB menghargai kitab-kitab PB yang mereka tulis
sendiri sebagai Kitab yang diilhamkan oleh Allah dan sederajat dengan PL (1 Kor. 4:1, Gal.
1:11-12, 2Petr. 3:15-16). Bahkan Yesus sendiri juga menyaksikan bahwa Alkitab adalah ilham
Allah yang berotoritas (Mat.19:4-5, 22:41-46, 5:17-18).

2. Kesatuan Alkitab.

Alkitab terdiri dari 66 kitab dan ditulis oleh sekitar 40 orang dalam jangka waktu 1600
tahun (16 abad), namun demikian Alkitab memiliki satu kesatuan yaitu:

∙ Satu sistem doktrin (tidak bertentangan satu dengan yang lain).

∙ Satu konsep moral yaitu: mengutuk perbuatan jahat, diperintahkan untuk mengasihi,
mengampuni, dll.

∙ Satu sistem keselamatan yaitu PL dan PB tidak mengjarkan bahwa manusia dapat berusaha
menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi melalui korban anak domba Allah.
∙ Satu pusat yaitu ”Yesus Kristus” (Lambang dan bayangan dalam PL menunjukkan kepada
Kristus yang menjadi pusat berita PB).

3. Alkitb bertahan sepanjang masa.

Sekalipun beberapa kali dicoba untuk dimusnahkan, namun Alkitab tetap bertahan
bahkan terus tersebar ke seluruh pelosok dunia. Alkitab merupakan buku yang paling banyak
dicetak dalam berbagai bahasa di sepanjang sejarah. Alkitab juga selalu up to date dan mampu
menjawab segala kebutuhan manusia di seluruh zaman.

4. Nilai kebenarannya teruji tepat.

❖ Dari segi ilmu pengetahuan (sains) - Ketepatan sains di dalam Alkitab membuktikan
bahwa Alkitab adalah wahyu ilahi. Dalam Alkitab ada + 325 ayat

12
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

yang berbicara tentang sains dan meliputi 34 jenis sains. Beberapa contoh
diantaranya adalah:

▪ Bumi ini bulat (Yesaya 40:22)

▪ “….. dan menggantungkan bumi pada kehampaan (Ayub 26:7)

▪ Jumlah bintang-bintang yg sangat banyak (Kej. 15”5, 22:17, Yer. 33:22 ▪

Bintang-bintang sangat tinggi atau jauh dari bumi (Ayub 22:12)

▪ Sebuah bintang berbeda dengan bintang lainnya (1Kor. 15:41)

▪ Cahaya mempunyai hubungan dengan bunyi (Maz. 65:9b)

▪ Dll.

❖ Dari segi sejarah - Sekitar 200 tahun yang lalu, satu-satunya kitab yang diketahui di
dunia Barat yang menceritakan sejarah 10 – 20 abad SM, adalah Alkitab, khususnya
PL. Penggalian arkeologi juga mendukung kebenaran catatan Alkitab yang semula
banyak diragukan orang, contoh:

▪ Eksistensi bangsa Het (kej. 15:20, Ezra 9:1). Para ahli arkeologi pada tahun 1906 di
Boghazkoi – Turki menemukan perpustakaan ribuan lempeng tanah liat dengan
tulisan bahasa Het pada sekitar tahun 1.300 SM.

▪ Sargon, raja Asyur (Yesaya 20:1). Tidak didapati catatan tentang nama ini dalam
buku lain, hingga para arkeolog menemukan bekas istana raja ini beserta catatan
lain tentang raja Asyur ini.

▪ Belsyazar, raja Babel terakhir (Daniel 5:30). Menurut catatan di luar Alkitab, raja
Babel terakhir adalah Nabonidus yang tidak mati terbunuh. Selanjutnya
penemuan arkeologi mendapati bahwa Nabonidus sangat tertarik pada purba
hingga sering absen dari pemerintahannya. Selama ia absen maka puteranya,
Belsyazar yang mewakilinya menjadi raja. Disaat absennya itu pula Babel jatuh
ke tangan bangsa Media-Persia

❖ Dari segi nubuatan - Nubuat Alkitab dan penggenapannya yang akurat merupakan
bukti lain bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Nubuatan yang bersifat ramalan
dinyatakan benar apabila memenuhi syarat seperti:

▪ Nubuat itu harus disampaikan sebelum peristiwa terjadi.

▪ Harus eksplisit dan spesifik sehingga tidak ada kemungkinan untuk terjadi
penggenapannya secara kebetulan
13
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
Disusun oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

▪ Orang yang mempunyai nubuat itu tidak ambil bagian dalam menggenapkannya.

▪ Peristiwa penggenapannya harus persis cocok dan akurat dengan rincian nubuatan
yang telah disampaikan.

Dari empat poin syarat di atas Alkitab memenuhi kualifikasi tersebut dan telah
terbukti keabsahannya. Beberapa contoh nubuat dalam Alkitab dan ketepatan
penggenapannya :

▪ Nubuatan tentang penghakiman Mesir dan penggenapannya (Kej. 15, Keluaran


4 – 12, Yeh. 29:30

▪ Sejarah Israel dan perserakkannya adalah penggenapan dari nubuat dalam


Ulangan psl 28.

▪ Nubuat dan penggenapan tentang kebangkitan dan kejatuhan Asyur (Yesaya 10,
Yeh. 31-32)

▪ Kejatuhan Babilonia di tangan Media-Persia telah diramalkan 100 tahun


sebelum peristiwa itu terjadi (Yes. 44:22- 45:1, 47 – 48, Yeremia 50 – 51;
Daniel 1 – 5).

▪ Nubuat Daniel tentang kebangkitan dan kejatuhan dari kerajaan kafir digenapi
secara terperinci (Dan. 2, 7, 8, 11). Pasal-pasal ini berhubungan dengan
kejatuhan Babilonia, Media-Persia, Yunani, Roma dan juga kerajaan
Antikristus.

Selain nubuat-nubuat dan penggenapanya yang tersebut di atas, nubuat yang paling
terperinci/sempurna penggenapannya adalah tentang kelahiran, kematian dan kebangkitan
Kristus. Bahkan setidaknya ada sekitar 330 nubuatan dalam PL yang digenapi pada kedatangan
Yesus yang pertama di bumi, diantaranya:

No Nubuatan Penggenapannya

1 Yesaya 7 : 14 Dilahirkan oleh anak Dara Mat. 1:18-25; Luk. 1:30-35

2 Kej. 12:3 - Benih / keturunan Abraham Matius 1 : 1 – 2

3 Kej. 49:10 - Yesus dari suku Yehuda Matius 1: 2

14
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
Disusun oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

4 2 Samuel 7 : 12 - Dari keturunan Daud Matius 1 : 1, 6

5 Mikha 5 : 1 - Yesus dilahirkan di Betlehem Matius 2 : 1, Lukas 2 : 4 – 7

6 Zakharia 9:9 – Yesus menunggang Matius 21 : 1 – 7

keledai Memasuki Yerusalem

7 Yesaya 11:1,2 – Diurapi oleh Roh Kudus Matius 3: 16

8 Zakharia 11:12-13, Dijual dengan Matius, 27 : 3 – 10

harga 30 keping perak

9 Zakharia 13:7, Ditinggalkan oleh murid-muridNya Matius 26 : 56b

10 Maz. 22:2, Baju luarnya dibagi-bagi dan baju Yohanes 19 : 23 – 24


dalamnya di undi

11 Yesaya 53: 5-6, Menderita karena dosa kita 1 Petrus 2 : 24

12 Mazmur 16 : 10-11, Bangkit dari kematian KPR. 2:24, 27-28, 30-32

13 Dst .............. Dst ................


15
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB II

ALKITAB ADALAH WAHYU ALLAH

A. Definisi Wahyu

Kata wahyu (revelation) berasal dari kata Yunani “apokalupsis atau apokalipto” yang
artinya “dibukakan, disingkapkan, membuka selubung, menunjukkan yang tersembunyi atau
memberitahukan hal yang tak dikenal” sehingga dalam pengertian teologis pewahyuan berarti
pengungkapan diri Allah kepada manusia atau penyataan diriNya kepada manusia atau membuat
dirinya dikenal oleh manusia. Padanan kata ini dalam bahasa Ibrani adalah “gala” artinya
keadaan telanjang (bnd. Keluaran 20 : 26).

Pewahyuan dapat didefinisikan sebagai “tindakan Allah untuk membukakan diriNya


atau mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran, dengan demikian Dia nampak kepada
ciptaanNya dimana hal ini tidak mungkin dicapai dengan cara lain. Penekanan penting dalam
wahyu adalah bahwa Allah membukakan kebenaran tentang diriNya sehingga manusia dapat
mengetahui dan mengenalnya.1

Penggunaan yang lebih luas dengan istilah wahyu memberi arti Allah membukakan
diriNya kepada mansuia melalui ciptaanNya, sejarah, hati nurani, peristiwa-peristiwa dan kitab
suci dan Yesus Kristus, hal ini dikenal sebagai pewahyuan secara umum dan khusus.

Pewahyuan / Penyataan Umum

Setidaknya penyataan umum di ungkapkan/disingkapkan dalam tiga aspek yaitu: 1.

Melalui Alam semesta (ciptaan Allah) - Maz. 19:1-5, Kis. 17:26, Rm. 1:20. 2.

Melalui hati nurani /hukum moral (Roma 2:14,15)

3. Sejarah / peristiwa-peristiwa (Amos 9 : 7, Maz. 33:10)

Pewahyuan / Penyataan Khusus

Oleh karena penyataan umum bersifat terbatas dan hanya sampai kepada kesadaran
manusia akan adanya Allah tetapi tidak menyelamatkan, maka Allah menyatakan diriNya secara
khusus melalui :
1
Referensi : Berteologi adalah berbicara tentang Allah secara bertanggungjawab sesuai dengan pencarian
fakta / kebenaran secara objektif. berteologi adalah tanggungjawab terhadap penyataan Allah dan teologi harus
sesuai dengan penytaan-penyataan diri Allah kepada manusia. Teologi merupakan suatu usaha pencarian dan
menyelidiki fakta tentang Allah lewat pikiran, pengetahuan dan hikmat manusia.
16
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

1. Alkitab (Firman yang tertulis)

2. Yesus Kristus (Firman yang telah menjadi manusia) Yoh. 1:1, 14, 18.

Penyataan umum objeknya adalah manusia sebagai manusia ciptaan Allah, sedangkan
pemyataan khusus objeknya adalah manusia sebagai pribadi yang berdosa dan memerlukan
keselamatan.

Sekalipun penyataan umum tidak memberi jalan kepada keselamatan, namun demikian
tidak berarti tidak penting, penyataan umum sangat penting sebagai penuntun atau yang
mempersiapkan jalan bagi penyataan khusus atau kepada keselamatan, sebab didalamnya Allah
mengungkapkan kebenara-kebenaran tertentu dan aspek-aspek tertentu tentang Dia kepada
seluruh umat manusia.

Bahan Diskusi : Wahyu adalah merupakan kebenaran dan kebenaran adalah fakta, pertanyaan,
apakah penyataan Allah secara umum dan khusus merupakan suatu fakta

B. Hubungan Antara Agama dan Wahyu

Menurut Loui Berkhof semua agama pada hakekatnya didasarkan kepada pengakuan
karena adanya wahyu.2 Artinya Agama dan wahyu sangat bertautan atau hampir tidak bisa
terpisahkan, sebab hampir tidak ada agama yang tidak dihasilkan dari suatu pengakuan
pewahyuan. Masalahnya adalah apakah semua pengakuan itu benar dan diterima sebagai wahyu
dari Allah yang sama (agama Islam, Hindu, Budha, Yudaisme, Konghucu dll) mengaku sebagai
wahyu Allah. Masalah lainnya adalah jika satu agama mengaku agamanya adalah satu-satunya
wahyu dari Allah, apa dasarnya, dan apakah agama yang lain tidak ada wahyu sama sekali....?

Bahan diskusi : Apakah agama Kristen merupakan agama satu-satunya yang diwahyukan oleh
Allah atau salah satunya ? Jika salah satunya bagaimana pandagan anda terhadap agama lain dan
ajarannya tentang keselamatan manusia, sedangkan jika satu-satunya sebagai wahyu Allah
kemukakan pandangan-pandangan anda tentang kebenaran itu dan apa saja keunikan dari agama
Kristen dibandingkan dengan agama lain.

Wahyu umum dalam kaitanya dengan agama Kristen sangat memiliki nilai yang besar
dan positif bagi kekristenan. Namun hal ini tidak dipahami bahwa kekristenan sebagai lanjutan
dari agama-agama naturalisme. Wahyu umum menguatkan kebenaran tentang kebenaran dalam
2
Catatan lanjut lihat Berkhof halaman 130 – 133 → Wahyu umum menyatakan hubungan Allah dengan orang-orang
kafir. Wahyu umum memberi landasan dan warna bagi agama-agama kafir. Oleh karena adanya wahyu umum, maka orang orang
kafir mengakui bahwa merekapun dari keturunan Allah juga, itu sebabnya mereka berusaha untuk mencari dan menjamah Allah,
kalau-kalau mereka menemukanNya. Sekalipun ada beberapa unsure kebenaran dalam agama atau kepercayaan kafir, namun
tetap tidak cukup untuk membawa mereka kepada keselamatan.
17
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

wahyu khusus, sekalipun pada akhir wahyu khusulah yang mengoreksi dan menafsirkan wayu
umum dan bukan sebaliknya. Bahaya yang terjadi dalam sejarah kekristenan khususnya yang
melanda eropa pada abad ke 17 adalah ketika wahyu umum ditempatkan di atas wahyu khusus
atau rational dijadikan dasar untuk melihat wahyu khusus, hasilnya adalah semua ajaran Alkitab
yang tidak sesuai dengan akal disingkirkan dan menempatkan rasional di atas segalanya
(liberal).

C. Pewahyuan Dan Otoritas Perjanjian Lama

Pengajaran Perjanjian Lama mengenai otoritasnya

Sejak awal sekali, Perjanjian Lama yang diberikan melalui Musa diperlakukan suci dan
diletakkan dalam tabut Tuhan (Ulangan 10:2) kemudian diletakkan dalam Bait Allah (1 Raja raja
8:9). Tulisan yang bersifat nubuat juga diletakkan dalam kumpulan tulisan tersebut (Yosua
24:26; 1 Samuel 10:25). Musa menyatakan bahwa tulisan-tulisannya berasal dari Tuhan
(Keluaran 20:1; Imamat 1:1; Bilangan 1:1; Ulangan 1:3), dan bagian selanjutnya dari Perjanjian
Lama mengenali otoritas Tuhan dalam tulisan Musa (Yosua 1:7-8; 1 Samuel 12:6; Daniel 9:11;
Nehemia 13:1). Setelah Musa, muncul nabi-nabi yang meneruskannya dan mempunyai
pernyataan "Berfirmanlah Allah". Pada hampir bagian akhir sejarah Perjanjian Lama, kumpulan
tulisan-tulisan itu disebut sebagai buku dari Musa dan nabi-nabi yang memiliki otoritas Tuhan
(Daniel 9:2; Zakaria 7:12).

Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Perjanjian Lama


Dengan berbagai cara, Yesus dan para penulis Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Perjanjian
Lama adalah perkataan Tuhan. Kadang-kadang mereka berbicara mengenai Perjanjian Lama
secara keseluruhan, dalam kesempatan lain mereka berbicara mengenai bagian tertentu bahkan
mengenai kata tertentu, tata bahasa, atau bagian dari kata yang memiliki otoritas Tuhan.

a. Pengajaran PB mengenai Otoritas Tuhan dalam PL Secara Keseluruhan


2 Timotius 3:16 menyatakan 'Segala tulisan yang diilhamkan Allah' yang mengacu kepada
keseluruhan Perjanjian Lama. Perjanjian Baru juga menyebut berotoritas (Yohanes 10:34;
Yohanes 12:34). Kalimat 'Apa yang tertulis dalam hukum Taurat harus digenapi' (Matius 5:17;
Lukas 24:44) menunjukkan otoritas Tuhan dari Perjanjian Lama.

18
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

b. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai bagian tertentu dari Perjanjian Lama Biasanya
Perjanjian Lama dibagi menjadi 2 : Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi. Hukum Taurat adalah 5
buku pertama yang ditulis Musa . Hukum Taurat ini disebut oleh Perjanjian Baru sebagai
perkataan Allah (2 Korintus 3:15; Kisah Para Rasul 13:39; Markus 12:26). Perkataan nabi-nabi
dimasukkan sebagai bagian selanjutnya Perjanjian Lama (Yohanes 1:45; Lukas 18:31). Dalam 2
Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa tulisan nubuat berasal dari Tuhan, "sebab tidak
pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah".

c. Pengajaran PB Mengenai Otoritas Tuhan Pada Bagian Tertentu dalam PL


Yesus dan para penulis Perjanjian Baru tidak mengutip setiap kitab dalam Perjanjian
Lama, tetapi saat mereka mengutip bagian tertentu tersebut mereka melihatnya sebagai kitab
yang mempunyai otoritas Tuhan. Yesus sendiri mengutip Kejadian (Matius 19:4-5), Keluaran
(Yohanes 6:31), Imamat (Matius 8:4), Bilangan (Yohanes 3:14), Ulangan (Matius 4:4), 1 Samuel
(Matius 12:3-4). Kemudian Ia berbicara mengenai peristiwa yang mengacu 1 Raja
raja (Lukas 4:25), 2 Tawarikh (Matius 23:35). Mazmur banyak dikutip Yesus (Matius 21:42;
Matius 22:44), Amsal dikutip dalam Lukas 14:8-10, Yesaya (Lukas 4:18-19), Daniel (Matius
24:21), Zakaria (Matius 26:31).
Penulis Perjanjian Baru mengutip Yosua (Ibrani 13:5), Yeremia (Ibrani 8:8-12), Kejadian
(Galatia 3:6), Ulangan (Galatia 3:10), Habakuk (Galatia 3:11), Imamat (Galatia 3:12), Mazmur
(Ibrani 5:5,6), Yesaya (1 Petrus 1:24-25).
Kutipan-kutipan ada yang didahului "tertulis", "supaya digenapi", "hingga bumi dan
langit berlalu" (Matius 5:18), "kamu salah, jika kamu tidak percaya" (Matius 22:29), bahkan
"Tuhan berfirman" (Matius 15:4). Pendek kata apa yang tertulis di Perjanjian Lama diperlakukan
sebagai perkataan-perkataan Tuhan.

d. Pengajaran PB Tentang Kebenaran Peristiwa-peristiwa Sejarah Dalam PL Yesus dan


penulis-penulis Perjanjian Baru tidak hanya mengutip Perjanjian Lama sebagai tulisan yang
diwahyukan, tetapi juga mengajarkan kebenaran peristiwa-peristiwa yang dituliskan di dalam
Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengajarkan penciptaan Adam dan Hawa (Matius 19), banjir
zaman Nuh (Lukas 17:27), Yunus dan ikan besar (Matius 12:40), Mujizat Elia (Lukas 4:25), dan
mujizat Musa di padang gurun (Yohanes 3:14, Yohanes 6:32).

19
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru menegaskan kebenaran peristiwa-peristiwa dalam


Perjanjian Lama

e. Pengajaran PB Mengenai Otoritas ”kata dan bagian dari kata” dalam PL Yesus
mengatakan dalam Matius 5:18, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi."
Jadi Perjanjian Lama adalah punya otoritas hingga sampai bagian kata terkecil sekalipun.

Sifat Pewahyuan Perjanjian Lama


Diwahyukan berarti suci (Yohanes 10:35, 2 Timotius 3:15), dinafaskan oleh Allah (2
Timotius 3:16), digerakkan oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:20-21).

a. Pewahyuan bersifat verbal


Pewahyuan bersifat verbal berarti setiap kata diwahyukan. Dalam Keluaran 24:4, " Lalu Musa
menuliskan segala firman TUHAN itu". Daud berkata: " firman-Nya ada di lidahku"(2 Samuel
23:2). Yeremia diperintahkan untuk "Janganlah kaukurangi sepatah katapun" (Yeremia 26:2).
Yesus berulang kali menyatakan Perjanjian Lama mempunyai otoritas dengan mengatakan "ada
tertulis... ada tertulis" (Matius 4:4,7). Paulus menegaskan bahwa "perkataan diajarkan oleh Roh"
(1 Korintus 2:13). Dan 2 Timotius 3:16 menyatakan bahwa tulisan-tulisan Perjanjian Lama
diwahyukan oleh Tuhan.

b. Pewahyuan secara lengkap


Yesus mengajarkan bahwa seluruh Perjanjian Lama diwahyukan Tuhan. Segala tulisan termasuk
tulisan Musa dan para nabi berasal dari Tuhan (Matius 5:17,18) dan harus digenapi (Lukas
24:44). Paulus menambahkan bahwa segala sesuatu dalam Perjanjian Lama ditulis supaya
menjadi pelajaran (Roma 15:4). 2 Timotius 3:16 mengajarkan bahwa 'Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran'.
c. Pewahyuan memiliki otoritas
Otoritas dari pengajaran Alkitab berasal dari perkataan atau firman Tuhan (Roma 3:2).
Yesus berkata mengenai otoritas Perjanjian Lama, "Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" (Yohanes
10:35). Yesus menegaskan otoritas Perjanjian Lama dengan berulang kali memakai mengutip
20
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Perjanjian Lama dalam pengajaran-pengajaran-Nya (Matius 22:29, Markus 9:12). Yesus


melawan pencobaan iblis juga dengan 'ada tertulis' (Matius 4:4,7). Firman Allah dalam bentuk
tulisan inilah yang menjadi pegangan/otoritas dalam menyelesaikan segala perselisihan
mengenai pengajaran maupun hal-hal praktis.
Pewahyuan berarti bahwa segala pengajaran Perjanjian Lama adalah selalu benar. Yesus
percaya bahwa Firman Tuhan adalah benar (Yohanes 17:17) dan penulis kitab Ibrani
mengajarkan bahwa Tuhan tidak bisa berdusta (Ibrani 6:18). Yesus mengajarkan bahwa setiap
'iota' dan titik dari Perjanjian Lama berasal dari Tuhan. Dengan dengan demikian maka setiap
pengajaran dan penulisan Perjanjian Lama adalah selalu benar, tanpa ada satu kesalahanpun.

Kesimpulan

Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan sehingga
Perjanjian Lama adalah tulisan yang mempunyai otoritas. Karena Yesus adalah Tuhan (lihat
Keilahian Yesus Yesus), apa yang Yesus ajarkan adalah firman Tuhan. Dengan demikian atas
dasar otoritas Yesus sebagai Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa Perjaniian Lama dengan
segala pengajaran, peristiwa sejarah dan mujizatnya adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan.
Banyak bukti lain bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, seperti nubuat yang digenapi , kesatuan
yang menakjubkan, kualitas moral yang sangat tinggi, tersebar secara luas ke seluruh penjuru
dunia, dan kekuatannya yang dinamis mengubah manusia.

D. Pewahyuan Perjanjian Baru

Yesus Kristus tidak hanya mengkonfirmasi otoritas Ilahi dari Perjanjian Lama tetapi juga
menjanjikan dan menjamin kebenaran Perjanjian Baru. Yesus menjanjikan untuk memimpin
murid-murid-Nya kepada kebenaran melalui Roh Kudus. Janji ini tidak hanya diklaim oleh para
rasul, tetapi juga digenapkan di dalam tulisan-tulisan para rasul di dalam Perjanjian Baru.
Dengan demikian Tuhan menggenapkan apa yang dijanjikan dengan menyelesaikan ke 27 buku
dalam Perjanjian Baru dan menutup kanon Kitab Suci.

1. Kehidupan dan Pelayanan Yesus Kristus adalah penggenapan segala sesuatu

Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan dari segala
sesuatu (Lukas 21:22). Di berbagai kesempatan, Yesus mengklaim diri-Nya adalah penggenapan
dari seluruh Perjanjian Lama (Matius 5:17,Lukas 24:27,44). Orang Yahudi hanya tahu dua
21
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

macam hari, 'hari lampau', dan 'hari kemudian/akhir'. Yesus melakukan penggenapan semua
nubuat mengenai 'hari akhir', sehingga para rasul menyatakan bahwa mereka mereka berada di
'hari kemudian' (1 Timotius 4:1) atau 'waktu yang terakhir' (1 Yohanes 2:18).

Buku Ibrani menyatakan bahwa Tuhan berbicara dengan banyak cara melalui nabi-nabi
Perjanjian Lama di waktu lampau, tetapi ' pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya' (Ibrani 1:2) , Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar
wujud Allah (Ibrani 1:3), Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat
kepada-Nya (Ibr. 5:9), yang akan membawa hidup kekal dan keselamatan akhir (Ibr 10:10-12).

Daniel diberitahu, : “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan
meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman” (Daniel 12:4), tetapi dalam penyingkapan
terakhir Yohanes diberitahu : “Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini,
sebab waktunya sudah dekat.” (Wahyu 22:10).

Semua pewahyuan mencapai puncaknya di dalam Yesus Kristus. 'Sebab di dalam Dialah
tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan' (Kolose 2:3). Tema utama dari surat Kolose
adalah kesempurnaan dalam Kristus (Kolose 1:28). Kristus bukan hanya kegenapan dari
pewahyuan Tuhan, tetapi juga kegenapan pewahyuan mengenai Dia. Di dalam paling sedikit 5
kejadian, Kristus menyatakan diri-Nya adalah tema dari Kitab Suci (Matius 5:17; Lukas
24:27,44; Yohanes 5:39; Ibrani 10:7). Yohanes mengatakan bahwa kesaksian dari Yesus adalah
roh dari nubuat (Wahyu 19:10) dan oleh 'Roh Kristus' para nabi bernubuat (1 Petrus 1:11).

2. Yesus menjanjikan Memimpin murid-Nya Kepada Seluruh Kebenaran

Yesus menjanjikan murid-murid-Nya bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus 'Dialah yang
akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu'. (Yohanes 14:26). Yesus menambahkan,'Ketika Roh Kebenaran
datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran' (Yohanes 16:13).
Frase ”seluruh kebenaran” tidak menunjuk kepada semua hal ilmiah dan sejarah, tetapi seluruh
kebenaran untuk iman dan kelakuan (2 Timotius 3:16,17). Sesudah Yesus mati, bangkit, dan
naik ke surga, Dia melanjutkan pekerjaan dan pengajaran-Nya melalui para rasul (Kisah Para
Rasul 1:1-2). Janji ini sangat penting, karena ini lekat dengan klaim bahwa Yesus adalah
penggenapan dari semua nubuat dan semua kebenaran berada di dalam Dia. Pertanyaan yang
penting adalah sampai di mana pewahyuan yang lengkap dan final dapat ditemukan dan
siapakan rasul-rasul yang mempunyai otoritas tersebut.

22
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

3. Hanya Kedua Belas Rasul yang Mempunyai Otoritas Wakil dari Kristus

Yesus memilih 12 Rasul dan menugaskan mereka dengan otoritas ilahi. Dia memberi kuasa
memberitakan pengampunan dosa (Yohanes 20:23). Melalui tangan para rasul, orang percaya
mula-mula menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:14-17). Gereja mula-mula dibangun
dengan 'dasar para rasul' (Efesus 2:20), dilanjutkan dengan pengajaran para rasul (Kisah Para
Rasul 2:42), dan diikat dengan oleh keputusan para rasul (Kisah Para Rasul 15). Bahkan Paulus,
di mana kerasulan dan pewahyuan datang dari Tuhan, kerasulannya diteguhkan oleh dua belas
Rasul di Yerusalem (Galatia 2:9).

Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa pesan Kristus 'telah diterima kepada kita melalui
mereka yang mendengar Dia' (Ibrani 2:3). Frase ini penting, ada beberapa rasul dan pengarang
buku dalam Perjanjian Baru selain 12 rasul yaitu Markus, Lukas, Paulus, Yakobus, Yudas dan
penulis Ibrani, tetapi masing-masing ini mempunyai pesan telah dikonfirmasi oleh ke 12 Rasul.

Markus adalah teman sekerja Petrus, Yakobus dan Yudas adalah rekan sekerja para
Rasul dan mungkin saudara Yesus. Lukas bersama-sama Paulus di mana pesannya dikonfirmasi
para Rasul (Kisah Para Rasul 15 bandingkan dengan Galatia 2) dan juga oleh Petrus (2 Petrus
3:15,16). Penulis Ibrani mengatakan 'hutang'nya kepada para Rasul (Ibrani 2:3) yang telah
mendengar Kristus. Bahkan ketika Yudas Iskariot mati, 2 kriteria untuk masuk ke dalam
bilangan 12 Rasul adalah: Pertama, Termasuk saksi mata dalam lingkungan para murid sejak
permulaan pelayanan Yesus. Kedua, Saksi mata Kristus yang telah bangkit (Kisah Para Rasul
1:21,22). Dan akhirnya hanya dua orang yang memenuhi kriteria dan Matias dipilih dan masuk
ke dalam 12 Rasul.

Implikasi dari fakta ini, yang manjadi tanda batas kanon Perjanjian Baru adalah tidak ada
tulisan yang ditulis setelah kematian ke dua belas rasul dapat dikanonkan. Ketika semua saksi
mata telah mati, kanon pewahyuan mengenai Kristus berhenti. Dan karena Kristus adalah
pewahyuan Allah yang paling tinggi dan lengkap, kita menyimpulkan bahwa kumpulan kitab
kitab yang diotorisasi oleh ke 12 Rasul adalah sebagai puncak dan terlengkap dari pewahyuan
Allah kepada manusia.

4. Hanya 27 Buku dalam Perjanjian Baru yang Merupakan Tulisanatau Pengakuan


Ootentik dari para Rasul

Di dalam Perjanjian Baru ada bukti kuat pengembangan kanon dari tulisan para rasul saat
ditulis:

23
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

1. Ada upaya untuk memilih hanya tulisan yang otentik tentang kehidupan Yesus (Lukas
1:1-4) dan hanya tulisan rasul yang otentik (2 Tesalonika 2:2). Para rasul dilihat sebagai
'kanon hidup' saksi mata dari pengajaran Kristus yang telah tersebar (2 Petrus 1:16; 1
Yohanes 1:3;1 Yohanes 4:1,6)

2. Buku-buku tersebut telah diotorisasi oleh para rasul dan dianjurkan untuk dibaca dalam
gereja (Kolose 4:16; Wahyu 1:3).

3. Buku-buku tersebut diedarkan di gereja lain (Kolose 4:16; Wahyu 1:11) dan dikumpulkan
bersama kitab suci Perjanjian Lama (2 Petrus 3:15,16).

Hanya 27 buku yang otentik yang diturunkan kepada kita dari para rasul. Apa yang dijanjikan
Tuhan Yesus untuk memimpin rasul-rasul-Nya kepada seluruh kebenaran telah digenapi.
Pewahyuan tentang Kristus sudah lengkap dan final (Kolose 2:3; Ibrani 1:1-1). Dengan
selesainya tulisan otentik para rasul dalam Perjanjian Baru, maka kanon Kitab Suci selesai.

Yohanes adalah Rasul yang terakhir mati, sadar bahwa ia menyelesaikan kanon Kitab
Suci ketika dia mengakhiri kitab Wahyu, 'sebab waktunya sudah dekat'' (Wahyu 22:10), 'Jika
seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan
kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang
mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam
kitab ini.' (Wahyu 22:18-19).

Karena Yohanes adalah Rasul terakhir yang masih hidup, kemudian menulis Kitab
Wahyu dan karena tidak ada rasul lagi yang menulis setelah dia meninggal, dan karena 'seluruh
kebenaran' sudah disampaikan kepada para Rasul, pernyataan tidak boleh ada penambahan
kepada perkataan-perkataan ini maka berarti kanon Kitab Suci telah lengkap. Yesus Kristus
menggenapi semua, para Rasul menyampaikan semua dan rasul terakhir menyelesaikan Kanon.

24
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB III
PENGILHAMAN ALKITAB
A. Pentingnya Pengilhaman

Pengilhaman penting untuk menjaga kebenaran wahyu Allah. Jika Allah telah menyatakan
diriNya kepada manusia tetapi catatan akan wahyu/penyataan tersebut tidak akurat
pencatatannya, maka wahyu Allah itu menjadi subjek yang perlu dipertanyakan seperti kaum
liberal. Oleh sebab itu pengilhaman harus menjamin bahwa wahyu sebagai materi pengilhaman
benar-benar akurat.

B. Definisi Pengilhaman

Menurut Dr. Charles Rirye defini pengilhaman adalah: ”Allah memimpin atau
mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab menyusun dan mencatat pesanNya
kepada manusia tanpa kekeliruan, dalam bentuk kata-kata bahasa aslinya.”3

Benjamin B.W., mengungkapkan ”pengilhaman adalah pengaruh supra natural yang


memakai orang-orang kudus sebagai penulis Alkitab melalui Roh Allah, dimana tulisan
tulisannya dapat dipercaya keasliannya.”4

Edward J. Young mendefinisikan pengilhaman sebagai ”Bentuk penguasaan Allah


melalui Roh kudus atas penulis-penulis kitab suci, dan hasilnya kitab-kitab tersebut memiliki
kuasa ilahi, dapat dipercaya dan bebas dari kesalahan.”5

Sebelum kita menyimpulkan definisi pengilhaman yang dalam kalimat yang sederhana
ada baiknya jika terlebih dahulu memperhatikan unsur-unsur penting yang berhubungan dengan
definisi pengilhamana berikut ini:

1. Unsur ilahi - Allah Roh Kudus menguasai penulis-penulis menjamin keakuratan


tulisan-tulisan tersebut.

2. Unsur manusia - sebagai pengarang dan penulis, mereka menulis menurut gaya
menulisnya dan kepribadiannya.

3
Charles Rirye, Teologi Dasar (Yogyakarta : Yayasan Andi, 2007) hal. 102

4
Benjamin B. Warfield, The Inspiration and Autority of the Bible (Philadelphia: Presbyterian and
Reformed, 1948), hal. 131.

5
Edward J. Young, Thy word is Truth, (Grand Rapids: Eerdmans, 1972) hlm. 27.
25
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

3. Akibat dari campur tangan ilahi dan manusia tersebut mencatat kebenaran Allah tanpa
salah

4. Pengilhaman menyangkut penyeleksian kata-kata oleh penulis

5. Pengilhaman berhubungan dengan tulisan-tulisan bahasa aslinya.

Kata pengilhaman (Ing. Inspiration) dalam penggunaan theologisnya berasala dari kata
latin ”inspiro” yang muncul dalam II Timotius 3:16 dan 2 Pet. 1:21. Kata inspiro diterjemahkan
dalam bahasa Yunani ”theopneustos” yang diartikan secara harafiah ”dinafaskan oleh Allah”
dimana arti ini menyatakan asal dan sifat ilahinya.

Jadi pengilhaman dapat diartikan dengan tepat sebagai ”penguasaan Allah Roh Kudus
atas penulis-penulis Alkitab sehingga pada waktu menuliskan pesan Allah kepada manusia
dalam gaya bahasa dan kepribadiannya, tulisan itu adalah benar Firman Allah yang tertulis,
berkuasa, dapat dipercaya dan bebas dari kesalahan di dalam bahasa aslinya. Diilhamkan artinya
segala tulisan dalam Alkitab yang ditulis dengan kreatifitas para penulisnya adalah berasal dari
Allah (I Kor. 2:13), oleh dorongan Roh Kudus yang menguasaia para penulis. Namun demikian
diilhami oleh Allah tidak berarti bahwa orang-orang yang menulis Alkitab menjadi seperti mesin
yang diperalat oleh Allah, sebab sesungguhnya kepribadian penulis sepenuhnya tercermin di
dalam tulisannya. Keistimewaannya adalah sekalipun kemampuan para penulis berbeda secara
lahiriah akan tetapi fokus dan tujuan serta berita yang disampaikan tetap terjaga dan progresif.
C. Pandangan – pandangan yang Salah Tentang Pengilhaman

Pengilhaman Natural / Alamiah - Pandangan ini mengajarkan bahwa tidak ada unsur
supranatural dalam pengilhaman Alkitab. Para penulis Alkitab adalah orang-orang yang jenius
yang memiliki kemampuan lebih dari orang-orang pada umumnya untuk menulis. Kebenaran
yang sama juga bisa ditemukan dalam buku-buku rohani yang ditulis oleh para rohaniwan dan
yang memiliki pengalaman agamis.

Pengilhaman Dinamis atau Mistis - pandangan ini sedikit lebih moderat dibandingkan dengan
pandangan pengilhaman alamiah, sebab bagi mereka para penulis tidak hanya jenius tetapi juga
dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Namun demikian bagi golongan ini menganggap
Alkitab sama dengan buku-buku literatur Kristen lainnya yang juga diilhami oleh Roh Kudus

26
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

karena para penulisnya juga dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Kitab-kitab dalam Alkitab
tidak bebas dari kesalahan, meskipun Alkitab merupakan literatur keagamaan yang terbaik.

Pengilhaman Bertingkat - Alkitab yang diilhami, sebagian lebih diilhami dari pada bagian
lainnya. Keseluruhan Alkitab bersifat diilhami, namun tidak sama derajat pengilhamannya
(contoh : Kitab Yesaya lebih tinggi kualitas pengilhamannya dibanding dengan Kitab Hosea atau
Ayub.

Pengilhaman Sebagian - Mengajarkan bahwa sebagian Alkitab diilhami, akan tetapi ada juga
bagian-bagian yang tidak diilhami. Para penganut faham ini mempercayai bagian-bagian Alkitab
yang diilhami adalah yang memberikan informasi yang tak mungkin bisa diketahui dengan cara
lain (kejadian dan nubuatan), sedangkan yang lain bisa didapatkan dari dokumen sejarah
sehingga tidak dibutuhkan pengilhaman.

Pengilhaman Partial atau Dinamik - Mengungkapkan bahwa Allah menjaga kebenaran tentang
keselamatan sehingga hal itu tidak mungkin salah, akan tetapi dalam hal-hal yang lain dapat
salah. Teori partial menolak pengilhaman verbal (pengilhaman dalam bentuk kata-kata) dan
pengilhaman Alkitab secara penuh. Walaupun mempunyai kesalahan-kesalahan dalam kitab
suci, namun teori ini mengajarkan bahwa media yang tidak sempurna itu dapat menjadi petunjuk
yang cukup untuk keselamatan.

Pengilhaman Konsep - Berpandangan bahwa hanya konsep atau ide yang diilhami bagi para
penulis sedangkan kata-kata tidak. Menurut pandangan ini Allah hanya memberi ide atau konsep
lalu para penulis menulis dalam kata-katanya, sehingga konsepnya benar sedangkan
kata-katanya bisa salah.

Meresponi pandangan ini perlu mengingat pernyataan Yesus maupun Paulus bawa kata
kata dalam kitab sucipun diilhamkan (Matius 5:18, 1Tes. 2:13, 1Kor. 2:13, 2Tim. 3:16). Charles
Ryrie berkata ”bagaimana sebuah konsep dinyatakan ? tentu dengan kata-kata. Ubahlah
kata-katanya maka anda telah mengubah konsepnya. Rene Pache juga berkata ”Ide ide dapat
dimengerti jika memakai kata-kata yang tepat. Adalah sesuatu yang tidak mungkin memisahkan
ide dengan kata-kata. Jika idenya bersifat ilahi, maka kata-katanya merefleksikan sifat ilahi.

Dikte Ilahi - Teori ini mengajarkan bahwa tulisan atau kata-kata dalam Alkitab didikte langsung
oleh Allah kepada para penulis. Allh yang aktif sedangkan manusia pasif karena hanya bertugas
mencatat saja.

27
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Sekalipun ada kata-kata dalam Alkitab yang didikte Allah secara langsung seperti dalam
Keluaran 20:1, namun tidak berarti semua didiktekan oleh Allah, buktinya disetiap kitab berbeda
dalam bentuk tulisan, gaya bahasa, latarbelakang dll.

Pengilhaman Barthian - Dimotori oleh kaum Neo-ortodoks mengajarkan bahwa Alkitab tidak
dapat disamakan atau disejajarkan secara tepat sebagai Firman Allah, sebab Allah tidak
berbicara semata-mata dalam dalil-dalil. Alkitab bukanlah substansi Firman Allah, tetapi sebagai
saksi Firman Allah. Alkitab menjadi Firman Allah jika para pembaca bertemu Kristus dalam
pengalamannya secara subjektif. Sejarah dalam Alkitab bukanlah sesuatu yang penting (Yesus
mati lalu bangkit itu tidak penting, yang terpenting adalah pengalaman setiap pribadi bersama
dengan Tuhan).

Pertanyaan yang menarik untuk didiskusikan adalah apakah masih ada pehayuan
dan pengilhaman Allah kepada manusia hingga pada masa kini…?
28
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB IV
ILLUMINASI ALKITAB

A. Definisi illuminasi :
Alkitab dinafaskan oleh Allah dan untuk memahami Alkitab dengan baik manusia harus
menerima pertolongan dari Allah (1 Kor. 2:11) Illuminasi artinya penerangan oleh Roh Kudus
(Spiritul in Singht). Atau juga disebut sebagai pelayanan atau pimpinan Roh Kudus yang
menerangi mereka yang memiliki persekutuan yang benar dengan Allah untuk memahami
Firman Allah yang tertulis.

Agar terhindar dari kesimpangsiuran pengertian tentang iluminasi, pengilhaman dan


pewahyuan maka perlu dijelaskan hakekat dari ketiganya. Dalam kaitannya dengan Alkitab
wahyu berkaitan dengan isi atau materi, pengilhaman berhubungan dengan metode penulisan
atau pencatatan yang material, sedangkan illuminasi berhubungan dengan arti yang terkandung
dari satu tulisan. Pada saat penerimaan keselamatan lewat pengakuan dan penerimaan bahwa
Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, orang percaya didiami oleh Roh Kudus yang membawa
kebenaran Allah dan menyatakan kebenaran Firman Allah (illuminasi) kepada orang percaya
tersebut (1 Kor. 2:9-13). Bisa diartikan bahwa illuminasi adalah pekerjaan Roh Kudus yang
menerangi pikiran dan hati setiap orang percaya sehingga mampu mengerti atau diberi
pengertian tentang kebenaran Firman Allah untuk kemudian diungkapkannya kepada jemaat
lewat pemberitaan di masa kini.

B. Penegakkan Terminologi Teologi Tentang Kecukupan dan Finalisasi Alkitab Banyak orang
percaya dan mungkin sebagaian mahasiswa teologi masih menyatakan bahwa hingga masa kini
masih terus ada yang disebut dengan pewahyuan dan pengilhaman. Kebenaranya adalah bahwa
kita harus mengungkapkan dengan penuh kehati-hatian khususnya bagi mereka yang belum
mempunyai pemahaman teologi yang cukup, bahwa sebenarnya tidak ada lagi dimasa kini yang
disebut dengan pewahyuan dan pengilhaman. Oleh karena kata pewahyuan dan pengilhaman
digunakan dalam ungkapan Bibliologi, jika kita mengatakan bahwa masih terus ada pewahyuan
dan pengilhaman berarti kita menerima pandangan pandangan seperti liberalism, mistisisme,
romanisme atau cultisme yang mengungkapkan alkitab tidak cukup dan belum final sehingga
manusia harus mencari terus pewahyuan dan pengilhaman baru. Pandangan ini akan membawa
kita ke dalam penyesatan seperti yang banyak terjadi dalam sejarah, yang berani mengkalim
bahwa tahun sekian, tanggal sekian, dan jam sekian aka nada
29
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

pengangkatan atau dunia kiamat, kenyataanya tak pernah benar (contoh Kasus Sibuea di
Bandung pada tahun 2002), atau kasus lainya. Mereka berani mengungkapkan hal itu karena
alasan mereka menerima pewahyuan atau pengilhaman langsung dari Allah. Alkitab sudah
cukup dan final sifatnya, tidak bisa ditambah atau dikurangi dan tidak ada rencana Allah yang
belum diwahyukan kepada manusia. Oleh karena Alkitab sudah bersifat Final dan cukup, maka
norma dari segala sesuatunya adalah Alkitab. Otoritas Alkitablah yang menilai segala sesuatunya
benar atau salah dan bukan pengetahuan manusia yang menilai Alkitab. Jadi untuk
mempertahanakan otoritas teologi Alkitab, maka tidak ada lagi pewahyuan atau pengilhaman.
Lalu jikalau demikian apakah Allah tidak lagi berbicara… ? Allah terus berbicara lewat Firman
yang sudah diwahyukan dan di ilhamkan. Bahkan Ia mengungkapkan hal-hal baru bagi kita
orang percaya….dan hal-hal baru inilah yang disebut dengan Iluminasi Alkitab, bukan
pewahyuan atau pengilhaman.

C. Kuasa Firman Allah


Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Alkitab sebagai Firman Allah memiliki kuasa
yang hebat, mis:
1. Firman itu hidup dan berkuasa (Ibrani 4:12, Yoh. 6:63-68, 1Petrs 1:23).
2. Firman Allah itu giat dan aktif (Efesus pasal 6).
3. Kuasa Firman Allah atas orang-orang berdosa : Sebagai alat penyelamatan (Roma 10:17,
2Tim. 3:15, Maz. 19:7, IPetrs 1:23). Sebagai alat penghakiman atau penghukuman (Yoh.
12:47-48, 2Kor. 2:14-17).
4. Kuasa Firman Allah atas orang-orang percaya (Yoh. 17:117-19, 1Petrs 2:2, Efesus 5:16,
2Tim. 3:16-17, Yoh. 15:3).

D. Keabadian Alkitab
1. Firman Allah adalah kekal, (Maz. 119:89, 152, Yesaya 40:8b, Mat. 24:35, Yohanes 6:68,
1Petrs 1:23).
2. Firman Allah adalah Firman dari Allah yang kekal.

30
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB V

KETIDAK SALAHAN ALKITAB


(Innerrancy of the Bible)

A. Definisi

E.j Young mendefinisikan ketidak salahan Alkitab sebagai “ketepatan” artinya kitab suci
memiliki kualitas yang bebas dari kesalahan. Semua isi Alkitab bebas dari kekeliruan dan tidak
mengandung kesalahan dalam segala pengajarannya, sempurna dalam menyatakan dan mencatat
kebenaran.6 Ryrie mengungkapkanya dengan analogi pikiran “Allah adalah benar (Roma 3:4),
kitab Suci adalah nafas yang keluar dari Allah (2 Timotius 3:16), oleh karena itu kitab Suci
adalah benar oleh karena dinafaskan oleh Allah yang adalah sebagai kebenaran.7 Dalam
mendefinisikan Innerrancy adalah penting untuk menyatakan apa yang bukan inerrancy.
Innerrancy tidak menuntut kekakuan gaya dan pengutipan kata demi kata, inerrancy berarti
bahwa Alkitab menyatakan kebenaran, baik dalam pengutipan, pengungkapan bahasa dan
pencatatan suatu kejadian.
Sebagai akhir dari definisi, perlu dicatat bahwa inerrancy menyangkut pada bahasa
aslinya, inerrancy berarti bahwa kitab Suci dalam penulisan aslinya adalah benar di dalam segala
pengajarannya, baik itu mengenai doktrin, sejarah, ilmu pengetahuan, geografi, geologi, maupun
bidang keilmuan lainnya.
Pendapat adanya kesalahan dalam Alkitab adalah melawan karakter Allah. Jika Alkitab
mempunyai kesalahan atau kekeliruan maka hal itu juga mempercayai Allah yang salah dan
gagal atau Dia bisa melakukan kesalahan.

B. Penjelasan Tentang Innerrancy


1. Disebut inerrancy, bahwa karena hal itu mengizinkan keberagaman dalam gaya. Injil
Yohanes ditulis dalam gaya bahasa yang sederhana (karena latarbelakangnya sebagai
seorang penangkap ikan/nelayan), Lukas menulis dengan gaya bahasa yang tinggi dan
memakai kosa kata yang lebih banyak karena dia seorang yang terdidik dan memahami
filsafat (Tabib / dokter).

6
Young, Thy Word Is Truth, hal. 113
7
Charles C. Ryrie, Some Important Aspects of Biblical Inerrancy, (Chicago : Moody Publishing, 1981),
hal. 17
31
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

2. Disebut inerrancy, bahwa itu mengizinkan perbedaan dalam menjelaskan suatu peristiwa.
Hal ini dapat terlihat jelas dalam Injil Sinoptik. Penting untuk dimengerti bahwa Yesus
berbicara dalam bahasa Aramik dan penulis Injil menulis dalam bahasa Yunani, itu
berarti mereka harus menerjemahkan kata-kata asli ke dalam bahasa Yunani. Seorang
penulis menggunakan kata-kata yang berbeda dengan penulis lainnya dalam
mengungkapkan hal sama, sebab mereka menulihat dari sisi yang berbeda.
3. Disebut inerrancy, bahwa hal itu tidak menuntut memakai kata demi kata dalam
melaporkan suatu kejadian. Dalam satu keunikan hal itu bukanlah suatu penyebutan
kata-kata yang selalu sama pada saat hal itu dituliskan. Pengutipan kata secara persis
tidak selalu dituntut untuk beberapa alasan seperti : pertama, karena penulis Alkitab
harus menterjemahkan dari bahasa Aramik ke dalam bahasa Yunani, kedua untuk
membuat referensi Perjanjian Lama adalah tak mungkin untuk mengutipnya dalam kata
kata yang sama, karena pengutipan dalam bentuk bebas sangatlah logis / umum. 4.
Disebut Innerrency, bahwa hal itu mengizinkan ketidak tepatan dalam ukuran gramatika
formal. Sangatlah tidak tepat apa bila memaksakan peraturan atau ukuran tata bahasa inggris
diterapkan berlaku bagi seluruh Alkitab. Contoh : dalam Yoh. 10:9 Yesus berkata Aku adalh
pintu, sedangkan dalam ayat 11 Dia menyebutkan Aku adalah gembala yang baik, dimana
hal ini dalam bahasa Inggris dimengerti sebagai metafora yang campur aduk, tetapi dalam
gramatika Yunani dan Ibrani hal ini tidaklah menjadi satu masalah.
5. Disebutkan innerrency, bahwa hal itu mengizinkan adanya masalah yang tidak dimengerti
dalam nats. Sekalipun Alkitab ditulis dengan dorongan Roh Kudus, adalah tidak
mungkin menyediakan solusi untuk semua masalah. Penyelesaian beberapa masalah
yang ada dalam Alkitab, ada yang harus dangan cara menunggu sampai ada
pengungkapannya baik secara penemuan arkeologi maupun secara pengetahuan. 6.
Disebut inerrancy, menuntut suatu fakta bahwa hal itu tidak mengajarkan yang salah atau
kekeliruan. Dalam segala pernyataan dalam Alkitab, apa saja yang dituliskan haruslah sesuai
dengan segala sesuatu dalam Alkitab itu sendiri. Contoh : dalam Matius 8 :5 -13, dicatat
bahwa perwira datang kepada Yesus dan berkata, “saya tidak layak”, dalam nats parallel di
dalam Lukas 7:1-10 disebut bahwa tua-tua datang dan menyampaikan pesan perwira “dia
tidak layak.” Penyelesaian untuk bagian ini adalah bahwa tua-tua datang duluan dan berkata
kepada Yesus, kemudian setelah mereka, perwira itusendiri langsung datang kepada Yesus.
Kedua fakta ini tidak disebut saling kontradiksi satu dengan lainnya.

32
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Firman Allah : Dua Wahyu Allah yang Hidup :

Yesus Kristus Alkitab


Firman yang Hidup Firman yang Tertulis

Manusia Dikandung Manusia Roh Kudus Sbg Orangg Tua Roh Kudus Sbg Penulis
Menguasai
Tanpa Dosa Tanpa Kesalahan

C. Pandangan Alkitab Bisa Salah


Beberapa kelompok teologi memandang Alkitab bisa salah, seperti kelompok Filsafat
Modern, Kristik Historis, dan Neo Orthodok.
Pandangan-pandangan dari Kelompok Filsafat Modern (Mulai abad ke – 17) 1. Francis
Bacon – terkenal dengan filsafat induktivismenya, pandangannya terhadap Alkitab sangat
Nampak dalam tulisannya yang terkenal “Novum Organum.” Bacon mengatakan bahwa
semua kebenaran harus diungkapkan dengan cara yang induktif. Bacon memisahkan ilmu
pengetahuan dan Alkitab, ia memisahkan bidang akal budi dan ilmu pengetahuan dari
bidang iman dan agama. Menurutnya adalah bijaksana untuk memasukkan perkara-perkara
iman kepada perkara-perkara yang menyangkut iman, sebab mustahil mencampur-adukan
perkara ilahi dengan perkara-perkara manusiawi. Menurutnya Alkitab hanya tidak bisa salah
dalam hal rohani, dan bukan mengenai perkara sejarah dan ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbes – tokoh Materialisme berkata : semua percakapan Allah adalah tidak
masuk akal secara literal. Hobbes meragukan mujizat-mujizat karena tidak masuk akal.
Mujizat-mujizat dalam kitab Injil harus dimengerti dalam aspek rohani atau sebagai
cerita perumpamaan. Bagi Hobbes Alkitab bukan merupakan penyataan supranatural dari
Allah.
3. Benedict Spinoza – seorang tokoh rasionalisme. Spinoza membangun prinsip menemukan
kebenaran secara matematis. Semua kebenaran hanya dapat diketahui secara

33
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

matematika. Menurutnya Alkitab hanya berwibawa dalam hal-hal yang berhubungan


dengan agama dan bukan untuk hal yang lain.
4. David Hume - seorang tokoh empirisme skeptic, berpendapat : semua hal yang harus
dilihat dan dimengerti secara definisional dan factual. Sebuah pernyataan mempunyai arti
karena definisi, misalnya semua segitiga mempunyai tiga sisi. Definisi harus menjadi
sesuatu yang dapat diselidiki atau diuji oeh salah satu atau lebih dari pancaindra.
Pernyataan-pernyataan seperti Allah mengasihi dunia atau Allah ada harus diuji secara
empiris (berdasarkan pengalaman). Jika pernyataan itu tidak bisa diselidiki oleh indra
manusia, maka secara literal semuanya merupakan omong kosong. Paul van Buren
seorang pengikut Hume berkata : “Kami tidak tahu apakah Allah itu ada, dan kami tidak
dapat mengerti bagaimana kata Allah itu digunakan.” Menurut kelompok ini tak ada
maklumat Alkitabiah mengenai Allah yang dapat sungguh-sungguh dijadikan sebagai
bahan informasi.
5. Immanuel Kant – tokoh agnostisme, mengungkapkan meskipun tidak mungkin
memikirkan bahwa Allah ada, namun seseorang harus hidup seolah-olah Allah ada,
tetapi ia yakin bahwa Allah tidak bisa membuktikan Allah, kecuali hanya merupakan
suatu tuntutan moral bagi Dia. Semua yang menganggap Alkitab tidak dapat keliru hanya
bisa dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan agama dan penebusan, tidak
termasuk bidang fakta. Menurut Kant moralitaslah yang menentukan Alkitab menjadi
Firman Allah, moralitas menyingkirkan kebutuhan akan mujizat.
6. Soren Kiergaard – tokoh eksistensialisme. Dia mulai dengan pernyataan bahwa Allah “lain
sama sekali” dan “berlawanan” dengan akal manusia. Baginya semua yang mengandung
fakta dan sejarah tidak mempunyai makna agamawi. Sekalipun kiergaard menerima
pengilhaman Alkitab tapi tidak secara objektif, tetapi menerima secara subjektif artinya
hanya dengan iman semata-mata. Bagi Kiergaard kata-kata dalam Alkitab tidak dapat
member gambaran yang jelas mengenai Allah. Semuanya hanya merupakan tanda-tanda
atau tongkat-tongkat menunjuk, atau bagaikan anak panah-anak poanah yang
ditembakkan kea rah Allah tetapi jauh dari sasaran.

Pandangan Kritik Historis (Historical Criticsm)


1. Kata kritik berasal dari kata “kritikos” yang berarti “kesanggupan membedakan atau
menilai”
2. Dalam hubungannya dengan kesusasteraan kata ini berarti seni penilaian kualitas karakter
terhadap karya seni sastra. Sasaran penilaian ini adalah melihat dan menilai sebuah
tulisan tepat sebagaimana adanya, dan bukan untuk mencari-cari kesalahan.
34
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

3. Penbgertian awal untuk pendenkatan ini sangatlah positif, misalnya “kritik rendah” yang
dikenal sebagai kritik teks dianggap positif sebab mempunyai sasaran untuk
mengungkapkan perkataan asli dari tulisan-tulisan dalam Alkitab. Karena naskah asli
tidak ditemukan maka usaha untuk menyelidiki naskah-naskah salinan yang sedekat
mungkin dengan naskah asli tentu sangat positif.
4. Kritik tinggi juga dipakjai untuk menyelidiki sumber naskah-naskah asli, tanggal, tempat
penulisan, penulis, kesatuan, tujuan, gaya tulisan dan pengaruh yang mungkin ada karena
kitab-kitab yang berbeda. Dalam praktek krtik tinggu juga dipikirkan bagaimana
pengilhaman dari kitab-kitab itu dapat diketahui dan bagaimana semuanya dapat
dikumpulkan bersama dalam bentuk kanon.
5. Kritik secara negative ketika pengkritik mulai menghakimi Alkitab, menempatkan metode
kritik itu di atas Alkitab.
6. Hingga pada abad ke 16, pada masa reformasi, Alkitab diterima seratus persen sebagi
Firman Allah yang benar dan dapat dipercaya. Tetapi pada akhir abad ke 17 dan
mencapai puncaknya pada abad ke 18 dan 19, pada saat rasionalisme dan filsafat modern
bangkit, keaslian Alkitab mulai diragukan. Kritik historis dipakai sebagai metode untuk
menilai Alkitab.

Masalah-masalah Dalam Menolak Innerrancy


Penganut adanya kesalahan (errantist) menympulkan bahwa dengan adanya kesalahan
masih dapat mengajarkan kebenaran. Mereka menyatakan bahwa tidaklah terlalu penting
mempertahankan keakuratan mengenai catatan detail suatu kronologi, geografi, sejarah atau
kosmologi. Sekalipun demikian, para errantist yang menyatakan hal di atas tidak penting,
mereka tidak menyadari bahwa semua hal itu merangkai kebenaran teologis. Misalknya
kesejarahan Adam dan hawa dalam kejadian 1 dan 2 adalah sangat penting karena Paulus
memakainya sebagai analogi antara Adam dan Kristus di dalam Roma 5:12-21. Jika Adam tidak
ada dalam sejarah maka analogi itu menjadi tak berarti. Kronologi dalam Matius pasal 1 adalah
sangat penting untuk menyatakan kesahihan garis keturunan Yesus Kristus. Jika silsilahnya tidak
tepat, apa lagi yang dapat dikatakan tentang kehidupanNya. Geografi dalam Mikha pasal 5:2
yang menubuatkan kelahiran Yesus di Betlehem adalah sangat penting karenadalam nats yang
sama diajarkan juga tentang kekekalan Kristus.

Kesimpulan : Jika Alkitab tidak dapat dipercaya di dalam kronologi, sejarah dan geografi, maka
berita keselamatan yang terkandung di dalamnyapun tak mungkin dapat dipercaya.

35
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Pertimbangan-pertimbangan lain :
1. Dapatkah disebut Injili tetapi menyangkal ketidak-salahan Alkitab ? dapatkah disebut
Kristen sedangkan ia tidak menerima konsep inerrancy ?
2. Jika Alkitab memiliki kesalahan (sebagian atau banyak), bagaimanakah seorang percaya
memiliki kepastian ajaran-ajaran Alkitab tentang Kristus, kesalamatan, hidup kekal, Roh
Kudus dan lain sebagainya.
3. Penyangkalan terhadap ketidak-salahan Alkitab akan menyebabkan penyangkanlan
terhadap ajaran di bawah ini :
∙ Sejarah kejatuhan Adam
∙ Fakta pengalaman Yunus
∙ Mujizat-mujizat Allah dalam PL maupun PB
∙ Hak penulisan Musa terhadap Pentateukh
∙ Dll.
4. Akibat lain dari penyangkalan ketidak-salahan Alkitab :
∙ Lemahnya pandangan terhadap keseriusan dosa, zinah, homseksual, dll ∙
Lemahnya pandangan terhadap perceraian, perkawinan, dll.
∙ Alkitab diremehkan banyak orang
∙ Menimbulkan perselisihan atau ketidaknyamanan pada jemaat.
Kesimpulan :
“Innerrancy” adalah ajaran yang sangat penting, pada saat dimengerti dengan benar, itu
berarti bahwa Alkitab berbicara dengan akurat untuk semua pernyataan di dalamnya, apakah
masalah teologis, catatan penciptaan, sejarah, geografi atau geologi. Dalam segala hal
pernyataan Alkitab adalah akurat dan sesuai dengan segala kebenaran.

D. Keontetikan Naskah Perjanjian Baru

Kritikus Alkitab mempertanyakan keotentikan/keabsahan Perjanjian Baru. Ada yang bilang


cerita Perjanjian Baru adalah rekayasa pribadi yang tidak historis. Ada yang bilang Injil hanya
mitos atau legenda. Atau ada juga yang bilang Yesus memang ada, tetapi tidak pernah disalib
maupun bangkit.
Apakah Perjanjian Baru itu otentik, berasal dari sumber yang sah? Mungkinkah ada distorsi
sejarah yang mengubah peristiwa asli?

Ada 3 hal yang menentukan otoritas keotentikan naskah Perjanjian Baru


1. Penyelidikan manuskrip-manuskrip(naskah-naskah salinan kuno) Perjanjian Baru.

36
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

2. Perbandingan manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru dengan manuskrip-manuskrip kuno yang


lain.
3. Penanggalan naskah asli Perjanjian Baru.
Penyelidikan manuskrip-manuskrip yang berhubungan dengan Perjanjian Baru

Ada banyak manuskrip yang berlimpah dan akurat untuk Perjanjian Baru dibandingkan
dengan naskah-naskah kuno lainnya. Ada banyak manuskrip yang disalin dengan keakuratan
lebih tinggi dan penanggalan yang lebih awal daripada manuskrip naskah-naskah kuno lainnya.
Berikut kita bicarakan beberapa manuskrip penting.

The John Rylands Fragment. Papirus ini berisi 5 ayat Yohanes 18:31-33, 37-38. Penulisan ini
ditulis antara tahun 117 - 138 M, sekarang disimpan di John Rylands Library di Manchester,
England.

The Bodmer Papyri. Papirus-papirus ini ditulis sekitar tahun 200 M, berisi Yohanes, Lukas,
Yudas, 1 Petrus, dan 2 Petrus.

Codex Vaticanus. Ditulis antara 325 - 350 M. Manuskrip yang ditulis pada kulit binatang ini
berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Sekarang disimpan di Vatican Library.

Codex Sinaiticus. Ditulis tahun 340 M berisi seluruh Perjanjian Baru dan sebagian Perjanjian
Lama. Sekarang disimpan di University Library di Leipzig, Jerman.

Codex Alexandrius. Ditulis tahun 450 M berisi seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama.
Sekarang disimpan di National Library dalam British Museum.

Codex Bezae. Ditulis tahun 450 / 550 M berisi keempat Injil, Kisah Para Rasul dan beberapa
bagian dari 3 Yohanes.

Dan masih banyak lagi manuskrip-manuskrip berbahasa Yunani salinan Perjanjian Baru yang
bertanggal awal. Total manuskrip berbahasa Yunani Perjanjian Baru ada sekitar 5000. Tidak
ada naskah kuno lainnya yang mempunyai manuskrip sebanyak Perjanjian Baru.

37
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Perbandingan naskah Perjanjian Baru dengan naskah kuno lainnya


Dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru memiliki bukti yang sangat berlimpah dibanding
naskah-naskah kuno lainnya. Tabel berikut menunjukkan jumlah yang berlimpah, penanggalan
yang lebih awal, dan keakuratan lebih tinggi yang dimiliki Perjanjian Baru dibandingkan buku
buku kuno lainnya.

Abad 1 1100 M 200

Abad 1 - - -
100 M Abad 9 SM - 643
Naskah Abad 5
Waktu
Penulis Abad 5 Tingkat
keakuratan salinan

Caesar - Livy - Tacitus - Thucydides - Herodotus -


Demosthenes Abad 4 SM - Mahabharata 90%
Homer 95 %
Perjanjian Baru 30 - 100 M 130 M 5.000 99 + %

Beberapa pengamatan berhubungan dengan tabel di atas:

1. Tidak ada naskah kuno yang mempunyai manuskrip/salinan lebih dekat dengan naskah asli
dan jumlah lebih banyak dibanding dengan Perjanjian Baru.

2. Jarak antara penulisan pertama dengan penyalinan paling awal untuk Perjanjian Baru adalah
sekitar 30 tahun untuk yang bersifat potongan dan kurang dari 250 tahun untuk keseluruhan
naskah. Bandingkan dengan naskah kuno lain yang jarak antara penulisan pertama dengan
penyalinan paling awal mencapai lebih dari 1000 tahun.

3. Tingkat keakuratan salinan Perjanjian Baru lebih tinggi dibanding naskah kuno lainnya yang
dapat dibandingkan. Kebanyakan naskah tidak mempunyai jumlah manuskrip yang cukup
supaya perbandingan dapat dilaksanakan. Penyalinan yang berjarak 1000 tahun dengan naskah
aslinya membuat para sarjana tidak mempunyai cukup keyakinan untuk merekonstruksi naskah
aslinya.

38
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Bruce Metzger membuat perbandingan yang menarik antara Perjanjian Baru dengan
Homer dan Mahabharata.
Perjanjian Baru mempunyai 20.000 baris. Dari 20.000 baris ini hanya ada 40 baris (400
kata) yang masih dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya : (20.000 - 40) / 20.000 = 99,8 %.

Homer mempunyai 15.600 baris dengan 764 baris yang dipertanyakan. Ini berarti keakuratannya
(15.600 - 764 ) /15.600 = 95 %.

Mahabharata mempunyai 26.000 baris yang 10% nya masih dipertanyakan, yang berarti
keakuratannya 90%.

Dengan demikian dari sisi dokumentasi, Perjanjian Baru mempunyai dokumentasi yang
jauh lebih baik dibanding dibanding naskah-naskah kuno lainnya. Perjanjian Baru mempunyai
lebih banyak manuskrip, mempunyai jarak waktu terpendek antara salinan dengan naskah asli,
dan mempunyai tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

Tulisan-tulisan Paulus

Rasul Paulus mati martir saat Nero berkuasa pada tahun 67. Tulisan-tulisan yang paling awal
ditulis sebelum dipenjara di Roma antara tahun 60 - 62 (Kisah Para Rasul 28). Dalam surat
suratnya ditemukan hal-hal yang penting mengenai kehidupan, pengajaran, kematian dan
kebangkitan Yesus yang ditulis oleh saksi-saksi mata yang hidup pada saat itu.

Paulus mengajarkan bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan (Galatia 4:4), Dia
adalah sudah ada sejak semula dan pencipta alam semesta (Kolose 1:15-16), berada dalam rupa
manusia dan rupa Allah (Fil 2:5-8 ). Yesus adalah keturunan Abraham dan Daud (Rm 9:5; 1:3)
yang hidup di bawah hukum Yahudi (Galatia 4:4), yang dikianati pada malam Dia menetapkan
perjamuan roti dan anggur (1 Korintus 11:23-26), disalibkan di bawah pemerintahan Roma (1
Korintus 1:23; Filipi 2:8) meskipun ini tanggung jawab pemuka Yahudi (1 Tesalonika 2:15).
Yesus yang sama dengan Yesus yang ada di Injil ini dijelaskan telah dikuburkan selama 3 hari,
telah bangkit dari kematian, telah dilihat lebih dari 500 saksi mata, yang sebagian besar masih
hidup pada saat Paulus menulis surat ini (1 Korintus 15:4-6)

Paulus mengenal murid-murid Yesus secara personal (Galatia 1:17). Petrus, Yakobus,
dan Yohanes disebut sebagai 'tiang' dari komunitas Yerusalem (Galatia 2:9). Paulus mengenal
saudara laki-laki Yesus dan tahu bahwa Petrus beristri ( 1 Korintus 9:5). Paulus mengutip
perkataan Yesus (1 Kor. 7:10-11; 9:14; 11:23-26). Di tempat lain Paulus menyimpulkan khotbah
di bukit (Roma 12:14-21) dan mengajak mengikuti teladan Yesus Kristus (Roma 13:14).

39
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th
Secara singkat disimpulkan, "Garis besar berita Injil yang bisa kita telusuri dalam tulisan Paulus
sama dengan garis besar yang bisa kita temukan di tempat lain di Perjanjian Baru dan dalam
keempat Injil".

Beberapa penyelidikan mempertanyakan keotentikan Paulus terhadap naskah Perjanjian


Baru. Mengenai hal tersebut, ini bisa dijawab:

1. Meskipun Paulus bukan saksi mata kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi Paulus
hidup pada zaman Yesus hidup.

2. Paulus menulis dalam 30 tahun setelah peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian dan


kebangkitan Yesus terjadi. Waktu 30 tahun ini terlalu singkat untuk terjadinya distorsi
informasi. Di samping itu Paulus menantang pembacanya untuk mengecek kebenaran apa
yang ia tulis dengan saksi mata yang sebagian besar masih hidup (1 Korintus 15:4-6). Tidak
ada bukti sejarah yang menentang pernyataan Paulus, sebaliknya tulisan Paulus khususnya
surat Roma, Korintus dan Galatia makin menegaskan keakuratan dan keotentikannya.

40
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB VI

KANONISASI ALKITAB

A. Definis Kanonisasi

Istilah kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'tongkat pengukur, standar atau norma'.
Secara historis, Alkitab telah menjadi norma yang berotoritas bagi iman dan kehidupan
bergereja. Proses pengkanonan ini dilakukan oleh berpuluh-puluh ahli kitab suci dan bahasa
yang dengan teliti dan serius memilah-milah banyak tulisan yang dianggap suci untuk
menemukan kitab-kitab yang benar-benar suci dan diwahyukan Allah untuk kemudian dijadikan
satu.

Tanda-tanda kanonitas secara umum meliputi:

∙ Kitab tersebut ditulis atau disahkan oleh para nabi/rasul.


∙ Kitab tersebut diakui otoritasnya di kalangan gereja mula-mula.
∙ Kitab tersebut mengajarkan hal yang selaras dengan kitab-kitab lainnya yang jelas
termasuk dalam kanon.

Agama Yahudi dan Kristen konservatif sepakat mengakui dan menerima 39 kitab Perjanjian
Lama, sebagai buku-buku yang diilhamkan. Protestan Injil mengakui dan menerima 27 kitab
Perjanjian Baru, sedangkan Roma Katolik mengakui dan menerima 80 buku, sebab mereka
mengakui dan menerima kitab-kitab Apocripa sebagai semi kanonis.

B. Kanon Perjanjian Lama (PL)

Diawali oleh tulisan Musa, koleksi kanon PL yang mayoritas dalam bahasa Ibrani secara
progresif akhirnya terbentuk sejak sekitar tahun 400 SM. Namun demikian oleh karena orang
Yahudi sudah banyak berserak di perantauan serta membanjirnya berbagai tulisan pada waktu
itu, maka akhirnya dirasa perlu untuk menetapkan kitab-kitab orang Yahudi yang memiliki
wibawa sebagai Firman Allah, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani sekitar tahun 200 SM,
dimana terjemahan ini dilakukan oleh 70 orang tua-tua yahudi (ahli masyoret/kitab) sehingga
terjemahan disebut dengan istilah Septuaginta (LXX). Pada Konsili Jamnia tahun 90 Gereja
resmi menrima pengkanonan PL, sesuai dengan ururtan dan penerimaan orang Yahudi,
berdasarkan pengakuan Bapa-bapa Gereja dan sejarahwan Josephus.
41
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Pembagian Kitab dalam PL sesuai kanon:

Taurat / Torah
Terdiri dari 5 kitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Disebut juga Kitab
Pentateuch (artinya lima volume).

Sejarah /Ketubim
Terdiri dari 12 kitab: Yosua, Hakim-hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja,
1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester.

Syair / Puisi
Terdiri dari 5 kitab: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Mereka disebut
kitab nyanyian/puisi karena bentuk tulisannya memang demikian. Ciri khusus kitab puisi Ibrani
adalah 'sense rhythm' atau pengulangan gagasan.

Nubuatan /Nebiim
Terdiri dari:

∙5 Kitab nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel. ∙ 12 Kitab nabi
kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai,
Zakaria dan Maleakhi.

Kriteria penerimaan / Pengkanonan PL

1. Apakah ada unsure ilahi dalam penulisan buku tersebut ?


2. Apakah tulisan tersebut merefleksikan bahwa Tuhan berbicara melalui penulis (misalnya
: keluaran 20:1, Yosua 1:1, Yesaya 2:1, dll).
3. Apakah penulisnya utusan Allah yang diakui ? apakah ia seorang nabi, atau ia memiliki
karunia nubuatan ? (mis : Ulangan 31:24-26, I Sam. 10:25, dll.)
4. Apakah tulisan itu secara sejarah akurat ? dan bagaimana buku itu diterima masyarakat
Yahudi ?
5. Apakah para tokoh Perjanjian Baru mengutipnya ?
6. Pengakuan secara umum atau penerimaan secara umum terhadap tulisan tsbt.
42
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Kanon Perjanjian Baru (PB)

Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, belum sebuah kitab pun ditulis mengenai diri dan
ajaran-Nya, karena belum dirasa perlu – para saksi mata utama masih hidup. Jadi Injil masih
dalam bentuk verbal, lisan; dari mulut ke mulut, oleh para rasul.

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah para saksi mata dan para rasul berkurang, dan
semakin banyak ancaman pemberitaan ajaran-ajaran sesat. Pada masa itu banyak ditemukan
tulisan-tulisan yang bercorak rohani, yang sebenarnya bukan Firman Allah. Oleh karena itu
gereja merasakan pentingnya ditentukan kitab-kitab mana sajakah yang dapat diakui berotoritas
sebagai Firman Allah. Kemudian para rasul mulai menuliskan surat-suratnya untuk para jemaat,
lalu perlahan-lahan dibuat salinan surat-surat itu untuk berbagai gereja dan salinan itu dibacakan
dalam pertemuan gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:7, Wahyu 1:3). Tulisan-tulisan ini
diinspirasikan oleh Allah (2 Petrus 1:20-21; Wahyu 22:18; Efesus 3:5).

Pada waktu yang bersamaan, ada orang-orang yang menulis kitab-kitab tentang Yesus dan
surat-surat ke gereja-gereja, yang tidak termasuk kanon. Lambat- laun gereja-gereja mulai jelas
mengenai kitab-kitab mana yang diinspirasikan oleh Roh Kudus.

Pada abad ke 2 kanon PB telah lengkap. Hal ini kita ketahui dari:

1. The Old Syriac – terjemahan PB pada abad kedua dalam bahasa Syria. Semua kitab ada,
kecuali: 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu.
2. Justin Martyr pada tahun 140 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filipi dan 1 Timotius. 3.
The Old Latin – sebuah terjemahan sebelum tahun 200 M. Terkenal sebagai Alkitab dari
gereja Barat. Semua PB ada, kecuali Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus. 4. The Muration
Canon pada tahun 170 M. Semua PB ada, kecuali: Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus
(sama dengan The Old Latin).
5. Codex Barococcio pada tahun 206 M. Semua kitab PL dan PB ada, kecuali: Ester dan
Wahyu.
6. Polycarp pada tahun 150 M pernah mengutip: Matius, Yohanes, sepuluh surat Paulus, 1
Petrus, 1 Yohanes dan 2 Yohanes.
7. Irenaeus (murid Polycarpus) pada tahun 170 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filemon,
Yakobus, 2 Petrus, dan 3 Yohanes.

43
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

8. Origen pada sekitar tahun 230 M menulis daftar kitab-kitab PB, sebagai berikut: ke-4 Injil,
Kisah Para Rasul, ke-13 surat-surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu. 9. Pada Tahun
363 Konsili Laodikia memutuskan bahwa hanya buku-buku PL dan 27 kitab PB yang boleh
dibacakan dalam gereja-gereja
10. Pada tahun 367 M dalam Festal Letter yang ditulis oleh Athanasius, Bishop Alexandria,
mencantumkan daftar 27 kitab-kitab PB sebagai yang benar
11. Jerome pada tahun 382 M, dan Augustine pada tahun 390 M mencatat kanon PB
sebanyak 27 kitab. Dimana hal ini ditegaskan kembali dalam konsili Hippo tahun 393
M.
12. Akhirnya pada tahun 397 M, konsili gereja di Carthago mengesahkan 27 kitab PB.

Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang ditebus, yang beriman sungguh-sungguh di dalam
Kristus bukan menentukan atau menciptakan kanon, tetapi gereja hanya mengesahkan kitab
kitab yang memiliki tanda kanonitas dan karena itu kitab-kitab tersebut memiliki otoritas dalam
gereja.

Kriterian Pengkanonan PB

1. Kerasulan – Apakah penulis buku tersebut seorang Rasul atau dekat dengan seorang rasul
? sebagai con toh, Markus menulis di bawah kuasa Petus, dan Lukas menulis di bawah
kekuasaan Paulus.
2. Penerimaan – Apakah buku-buku tersebut diterima dan dipergunakan oleh gereja secara
umum ? Pengakuan dan penerimaan gereja-gereja sangatlah penting, sebab melalui cara
ini banyak buku-buku paslsu ditolak.
3. Isi - Apakah buku-buku tersebut mengajarkan ajaran yang tidak bertentangan dengan
pengajaran yang orthodox ? Injil Petrus ditolak sebagai akibat dari ukuran ini. 4. Pengilhaman
– Apakah buku tersebut merefleksikan kualitas pengilhaman ? Apacripa dan Pseudegrapha
telah ditolak karena tidak memenuhi ujian ini. Satu buku harus mengandung dukungan akan
moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang merefleksikan pekerjaan Roh Kudus.
Pembagian kitab dalam PB sesuai kanon:

Injil
Terdiri dari empat kitab: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Mencatat tentang kehidupan dan

44
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

pelayanan Yesus selama di dunia. Matius menekankan Yesus sebagai raja, Markus menekankan
Yesus sebagai hamba, Lukas menekankan Yesus sebagai manusia, Yohanes menekankan Yesus
sebagai Anak Allah. Meskipun keempat penulis mempunyai penekanan yang berbeda-beda,
tetapi tulisan-tulisan mereka satu dengan yang lain tetap harmonis.

Sejarah
Terdiri dari satu kitab, yaitu Kitab Para Rasul. Mencatat perkembangan kekristenan setelah
kenaikan Yesus.

Surat-surat
Terdiri dari:

∙ 14 surat Paulus: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1


Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, dan Ibrani. ∙ 7 surat
bukan dari Paulus : Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes,
dan Yudas.

Sejarah
Terdiri dari satu kitab, yaitu Kitab Para Rasul. Mencatat perkembangan kekristenan setelah
kenaikan Yesus.

Surat-surat
Terdiri dari:

∙ 14 surat Paulus: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika,
2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, dan Ibrani. ∙ 7 surat surat umum :
Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Yudas.

Kitab Apokaliptik
Terdiri satu kitab, yaitu Wahyu. Kitab ini merupakan kitab terklimaks dalam Alkitab, memberi
kita gambaran mengenai masa yang akan datang dan penggenapan sejarah pada saat kedatangan
Kristus yang kedua kali sebagai Hakim yang Agung.

Alkitab (PL dan PB) sebagai Firman Allah


Alkitab adalah Firman Allah, oleh karena itu Alkitab memiliki beberapa karakteristik yang
tidak dimiliki oleh kitab-kitab manapun:

45
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Berkuasa
Alkitab berkuasa dan memiliki wibawa tertinggi bagi kehidupan manusia. Alkitab menyatakan
apa yang benar dan salah secara mutlak, sehingga manusia wajib mempercayai dan
mengikutinya.

Cukup
Alkitab cukup untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia sesuai dengan yang Allah
nyatakan. Alkitab tidak perlu ditambah atau dikurangi. Tidak ada kitab lain yang memiliki nilai
otoritas dan kuasa yang setara dengan Alkitab. Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang boleh
dibuang dan dinyatakan tidak berlaku sampai akhir dunia ini.

Tidak bisa khilaf (infallible)

Karena Alkitab merupakan Firman Allah yang dituliskan melalui pengilhaman Roh Kudus,
maka Alkitab tidak bersalah sedikit pun (tidak mungkin menyesatkan/khilaf) dalam maksud dan
ajarannya.

Tidak bisa salah (inerrancy)


Alkitab tidak bisa salah karena bukan produk manusia. Alkitab diilhamkan oleh Allah yang
Maha Benar sendiri dan Roh Kudus turut berperan dalam penulisannya. Karena itu Alkitab tidak
bisa salah dalam ajaran, maksud dan juga kalimat-kalimatnya (baik secara geografis, historis,
maupun teologis). Pemahaman ini khususnya menunjuk pada setiap huruf pada naskah asli
Alkitab, yang tidak bersalah hingga detil terkecil.

BAB VII
TEOLOGI APOCRYPHA DAN PSEUDEGRAPHA

Pada abad ke empat Jerome adalah yang pertama menyebut tulisan-tulisan ini dengan
sebutan “Apocrypha”. Buku-buku yang ditambahkan ke dalam Perjanjian lama oleh Katolik
Roma, yang kemudian di tolak oleh kaum Protestan sebagai bagian dari Firman Allah.
Origen dan Clement menolak menganggapnya sebagai bagian dari Alkitab, Konsili
Hippo meneguhkan pandangan Agustinus untuk tidak menerima apocrypha. Konsili Trente abad
ke 16 menolak menerimanya sebagai bagian dari Alkitab. Jerome dan juga Luther
menganggapnya sebagai buku yang bernilai, tetapi bukan Firman Allah.

46
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

A. Definisi Apocrypha :
1. Secara Etymology kata berasal dari kata Yunani “apokruphos” artinya “tersebunyi”, dalam
hal ini buku yang tersembunyi karena tidak bernilai.
2. Arti luas digunakan bagi semua buku Yahudi atau Kristen yang pernah dipertimbangkan
sebagai ilham Allah.
3. Buku-buku dalam Septuaginta (LXX) yang tidak dimasukkan Kanon Ibrani
Buku-buku yang termasuk Apocrypha antara lain :
1. I Esdras - ditulis sekitar tahun 150 sM, menceritakan tentang kepulangan orang Yahudi ke
Palestina setelah pembuangan di babilonia. Kisah ini banyak mengutip dari Tawarikh,
Ezra dan Nehemia, tetapi penulis telah menambahkan banyak kisah legenda
2. II Esdras - ditulis sekitar tahun 100 M, karya Apokaliptis, berisi tujuh penglihatan, Martin
Luther dibuat sangat kebingungan dengan buku dan penglihatan ini, bahkan
hamper-hampir diterimanya.
3. Tobit - ditulis sekitar abad ke 2 sM, merupakan sebuah novel pendek yang sangat berbau
Farisi. Kisah ini menekankan Taurat, makanan halal, upacara penyucian, pemberian
sedekah, puasa dan doa. Sifat tidak alkitabiahnya jelas terlihat pada pernyataan bahwa
pemberian sedekah dapat menghapus dosa.
4. Judith - ditulis sekitar pertengahan abad ke 2 sM / 150 sM, juga berbau fiktif dan Farisi.
Pahlawan wanita dalam novel ini adalah Yudit, seorang janda cantik Yahudi. Ketika
kotanya di serang, dia pergi ke kemah panglima pasukan musuh, panglima itu terpikat
oleh kecantikannya dan memberinya tumpangan di kemahnya. Pada waktu panglima
musuh sedang asyik minum sehingga mabuk, Yudit mengambil pedang dan memenggal
kepalanya, lalu Yudit dan pelayannya meninggalkan perkemahan sambil membawa
kepala panglima musuh, sehingga ketika pasukan Asyur melihat kepala panglimanya
mereka ketakutan dan terkalahkan.
5. Tambahan pada Kitab Ester - ditulis sekitar Tahun 100 sM, Kitab ini berbeda dengan
kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya dalam hal tidak menyebut nama Allah. Memang
dikatakan bahwa Ester dan Mordekhai berpuasa, tetapi tidak disebut secara khusus
mereka berdoa, nah tambahan kitab ester memuat tentang doa-doa panjang yang
diucapkan oleh Ester dan Mordekhai, dan ditambahkan dua pucuk surat yang ditulis oleh
Raja Ahassyweros.
6. Hikmat/Kebijaksanaan Salomo - ditulis sekitar tahun 40 M, ditulis untuk menjaga agar
orang Yahudi tidak terjatuh ke dalam skeptisisme, materialism dan pemujaan berhala.
Kitab ini hampir mirip dengan kitab Amsal yang penuh dengan nasehat dan kata-kata
mutiara
47
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

7. Sirach - atau dikenal sebagai Kebijaksanaan Sirakh atau Yesus bin Sirakh, ditulis sekitar
tahun 180 sM, kitab ini menunjukkan kebijaksanaan religious yang tinggi, dapat
dikatakan serupa dengan amsal
8. Barukh - ditulis sekitar tahun 100 M, diakui sebagai tulisan Barukh sendiri yang adalah
seorang juru tulis Yeremia tahun 582 sM. Sesungguhnya mungkin ia bermaksud untuk
menafsirkan keruntuhan Yerusalem pada tahun 70 M. Kitab ini menghimbau bangsa
Yahudi untuk memberontak lagi tapi takluk kepada Kaisar.
9. Doa Azariah dan Nyanyian Tiga Anak Muda (Daniel 3 : 24 – 90) - Kitab ini mengikuti
Daniel 3 :23 dalam septuaginta dan Vulgata. Ia banyak mengambil dari mazmur 148 dan
dalam gayanya menyerupai mazmur 136…. Pujilah Tuhan…..
10. Susanna (Daniel 13) - buku ini ditambahkan sekitar abad ke 1 sM, berisi kisah tentang
Susana. Dia adalah seorang isteri yang cantik dari seorang tokoh Yahudi di Babilonia,
yang rumahnya sering diapakai untuk berkumpul para tua-tua dan hakim hakim Yahudi.
Dua diantara mereka terpikat oleh kecantikannya dan berusaha menggodanya. Ketika
Susana berteriak kedua tua-tua itu berkata bahwa mereka telah menangkap basah Susana
dalam pelukan seorang pemuda, maka Susuana dihadapkan kepengadilan. Karena ada
dua orang saksi yang memberikan kesaksian yang sama dia dinyatakan bersalah dan
dijatuhi hukuman mati. Tetapi seorang pemuda bernama Daniel menyela sidang dan
memeriksa ulang kedua saksi itu. Daniel menanyai kedua saksi itu secara terpisah,
dibawah pohon dimana mereka menangkap Susana bersama kekasihnya. Ketika mereka
memberikan jawaban yang berbeda justru akhirnya mereka yang dijatuhi hukuman mati,
dan akhirnya Susuana dibebaskan.
11. Bel dan Naga (Daniel 14) - ditambahkan sekitar waktu yang sama yaitu pada abad ke 1
sM, dan dianggap sebagai pasal 14 dari Kitab Daniel. Tujuan utama dari tulisan ini
adalah untuk menunjukkan kesia-siaan penyembahan berhala. Sesungguhnaya Bab
tulisan ini terdiri dari dua kisah, dalam kisah yang pertama Raja Koresy bertanya kepada
Daniel mengapa dia tidak mau menyembah dewa Bel, karena dewa itu menunjukkan
kebesarannya dengan memakan banyak domab, tepung dan minyak setiap hari. Akan
tetapi setelah diuji dan diselidiki oleh Dasniel ternyata yang makan persembahan itu
adalah para pendeta kuil dan keluarganya, sehingga akhirnya mereka dihukum mati oleh
raja dan kuil dewa Bel dihancurkan. Kisah kedua adalah kisah tentang Naga Babel juga
jelas merupakan sebuah legenda. Sama seperti Tobit, Yudith dan Susana kisah-kisah ini
murni fiksi Yahudi pada zaman “Silent Period”.

48
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

12. Doa Manaseh - ditulis pada zmaan Makabe sekitar abad ke 2 sM, merupakan doa
manase raja Yehuda yang jahat, ditulis berdasarkan pernyataan dalam 2 Tawarikh 33:19
…. Doanya dan pengabulan doanya.
13. I Makabe - ditulis sekitar abad ke -1 sM, mungkin merupakan kitab yang paling
berharga diantara kesusasteraan Apocryf. Kitab ini menceritakan tentang perbuatan
gagah berani ketiga bersaudara Makabe yaitu : Yudas, Yonathan dan Simon. Bersama
Yosephus ia merupaan sumber sejarah utama dari periode yang sangat penting dan
menarik dalam sejarah Yahudi dan Yunani.
14. II Makabe - ditulis dalam waktu yang hampir sama, buku ini bukan kelanjutan dari
Makabe I, tapi merupakan kisah parallel, yang hanya mengupas tentang kemenangan
Yudas Makabe, secara umum dianggap lebih bersifat dongeng dari makabe I

B. Pseudegrapha :
Secara etymology kata ini berarti “tulisan palsu” dengan pengertian penulisnya samaran
atau tidak menyebutkan namanya secara langsung atau tidak ada penulisnya sama sekali. Oleh
karena buku-buku ini menggunakan nama samara atau tanpa penulis dan tempat penulisan,
sehingga ia tidak dimasukkan dalam kanon ataupun apocrypha.

C. Nilai dari Buku-buku Apocrypha :


∙ Nilai sejarah banyak menginformasikan tantang “Silent period” selama 400 tahun, serta
sejarah Yudaisme dan Teologianya.
∙ Nilai intrisik (nilai rohani / hal yang baik), Luther merasa lebih baik Makabe I masuk
Alkitab menggantikan kitab Ester. Yosephus menganggap Esdras I dan II lebihg bernilai
dari kitab Ezra.
∙ Nilai keagamaan – Pengaruh Farisi dan Saduki nyata dan legalismenya ketat. Misalnya
Kitab tobith sangat kuat mengagungkan Agama Yudaisme diantara agama-agama non
Yahudi.
∙ Nilai Kerohanian – ada kutipan-kutipan pilihan pokok sebagian nats-nats buku-buku yang
adala dalam Alkitab (Kanon).

D. Alasan-alasan penerimaan kitab-kitab Apokripa dalam sejarah:


1. Perjanjian Baru mengutip langsung buku Henok (Yudas 14) dan menyinggung II
Makabe (Ibrani 11:35).
2. Beberapa kitab apokripa ditemukan dalam komunitas Yahudi abad pertama di Qumran

49
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

3. Beberapa Bapa Gereja awal yaitu Origen (185-253M), Atanasius (293-273M), dan Cyril
di Yerusalem (315-386M) mengutip dari beberapa kitab Apokripa.
4. Beberapa manuskrip Yunani awal seperti Kodex Vatikanus (325 M) dan Kodex
Sinaitikus (350M) mengandung apokripa
5. Agustinus menerima semua kitab-kitab apokripa yang diumumkan oleh Trent (1546)
6. Beberapa Sinode awal seperti Sinode Paus Damaskus (382 M),Sinode Hippo, dan 3
sinode di Kartage (393,297,419) menerima apokripa
7. Beberapa bishop dan dewan? di antara abad ke 9 dan 15 mencamtumkan kitab-kitab
apokripa sebagai kitab yang diwahyukan.
8. Konsili Trente menyatakan kitab-kitab apokripa sebagai bagian kanon kitab suci.

E. Dasar dan Argumentasi Penolakkan Terhadap Apocrypa :


1. Tidak ada kitab-kitab apokripa yang dikutip sebagai Firman Tuhan oleh Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru juga menyinggung dan mengutip puisi dari kitab milik bangsa yang
tidak percaya Allah Yahweh.
2. Komunitas Qumran bukan suara resmi bangsa Yahudi
3. Banyak Bapa Gereja awal termasuk Origen, Cyril dari Yerusalem, Atanasius. dan Bapa
Bapa gereja penting sebelum Agustinus dengan jelas menolak Apokripa. Mereka
mengutip bukan sebagai kitab yang diwahyukan.
4. Penerimaan Agustinus terhadap Apokripa ditolak oleh Yerome, yang merupakan sarjana
Alkitab terbesar saat itu
5. Tidak ada sinode atau kanon yang mencantumkan kitab-kitab apokripa dalam 4 abad
pertama gereja.
6. Saat reformasi (1517) beberapa sarjana Katolik Roma termasuk Kardinal Cajetan yang
bertolak belakang dengan Luther tidak menerima kitab-kitab Apokripa sebagai bagian
Perjanjian Lama.
7. Ketidakseragaman pemakaian kitab-kitab apokripa tahun demi tahun.
8. Trent tidak konsisten karena hanya menerima 11 dari 14 kitab apokripa. Mereka menolak
Doa Manasse, 1 Esdras (3 Edras), dan 2 Esdras (4 Esdras) yang mengandung ayat-ayat
yang kuat menentang doa untuk orang mati dan menerima buku-buku yang mendukung
doa untuk orang mati (1 Makabe 12:45(46)

F. Tinjauan dari Sisi Doktrin Mengapa Apocrypha Ditolak Masuk Kanon.

50
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

1. Doktrin tentang Allah - Meskipun cukup terdapat keselarasan dengan PL, namun
penekanan pada unsure Transendent lebih kuat. Allah digambarkan sebagai pribadi yang
tidak peduli kepada penderitaan manusia (silent period). Esdras II psl 8:1. 2. Doktrin
Malaikat
~ Susunan maliakat yang sangat tinggi/maju dengan susunan rapi untuk
menyebabkan Allah tidak berhubungan langsung dengan persoalan atau personal
manusia.
~ Fungsi malaikat
▪ Berperang dipihak Israel dan sebagai ganti Israel
▪ Sebagai perantara Allah dan manusia (konsep mediator) (Tobit 12:12, 2Makabe
10:29)
▪ Sebagai penuntun dan pelindung orang setiawan diperjalanan (Tobit 5:21), ▪
Sebagai penasehat manusia tentang rahasia hidup ( 2 Esdras 4:1-3). 3. Doktrin Manusia
∙ Tubuh merupakan beban bagi jiwa, tubuh yang kotor menajiskan jiwa (Hikmat Salomo
9 : 15).
∙ Pencapuran PL dan ajaran Platonisme
∙ Pada dasarnya manusia itu baik, aku datang ke dalam tubuh dalam keadaan tidak
berdosa (Hikmat Salomo 8:20).
∙ Kematian diperkenalkan di dunia oleh Iblis dan bukan karena hukuman Allah karena
ketidak taatan (Band. Kej. 2: 17).
∙ Jiwa orang benar kekal dalam tangan Tuhan, sedangkan jiwa orang jahat punah
bersama bumi.
4. Doktrin Tentang Keselamatan
▪ Tekanan berlebihan kepada hokum Allah secara lahiriah
▪ Autosoterik dan legalistic sifatnya
▪ Tiga pilar Yudaisme : Doa, Sedekah dan Puasa. Sedekah membebaskan diri dari
kematian dan menyucikan dari segala dosa (Tobit 12:9)
▪ Moral menentukan nasib di masa depan
▪ Akibat masa kini perbuatan seseorang lebih mendapat tekanan, terutama menjelang
hari-hari akhir hidup
5. Doktrin tentang Masa Depan.
▪ Kesempatan kedua masih diberikan kepada seseorang sesudah mati asal baginya
dipersembahkan doa-doa dan korban persembahan.

51
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

▪ Penebusan dari hukuman Allah masih bisa diusahakan sesudah mati (band. Ibrani 9
:27), kemungkinan dari sinilah sumber ajaran purgatory dalam ajaran gereja Katolik. ▪ 2
Makabe 13 : 40 menyatakan bahwa ketika Yudas Makabe serdadu-serdadunya
menguburkan mereka yang mati dalam peperangan ditemukan dalam jaket-jaket mayat
tersebut barang barang-barang yang dipersembahkan kepada berhala. Mereka yakin
bahwa penyembahan berhala menyebabakan kematian para tentara, Yudas Makabe
bersama dengan serdadunya merendahkan diri untuk berdoa meminta pengampunan atas
mereka yang telah mati itu, sehingga mereka terhindar dari hukuman.
52
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

BAB VIII

PENERJEMAHAN ALKITAB

Dasar Teologis Penerjemahan Alkitab

1. Alkitab adalah Firman Allah dalam bahasa manusia. Di sini penting untuk menyimak
keberadaan Alkitab dalam bahasa manusia. Alkitab bukan buku sebagaimana buku
lainnya di dunia, Alkitab adalah Kitab yang di dalamnya Allah menyatakan FirmanNya
kepada manusia. Fakta ini bukan saja karena Alkitab bersifat rohani, tetapi berdasarkan
pernyataan-pernyataan dari Alkitab itu sendiri. Musa menerima dari Allah hukum moral,
tetapi juga perintah-perintah yang lebih terperinci, sampai pada misalnya prinsip dan
petunjuk pembuatan Kemah Suci demikian : “Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada
Musa : Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan
ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan
kepada Amalek dari kolong langit” (Kel. 17:14).

Dengan demikian jelas bahwa Kitab Musa ditulis sebagai suatu perintah Allah. Para nabi
selalu menegaskan bahwa mereka tidak berkata-kata dari diri mereka sendiri, melainkan
Allah yang berfirman lewat mereka. Itulah sebabnya selalu dijumpai pernyataan dalam
kitab para nabi “Allah berfirman”

Tuhan Yesus mengajar dengan kewibawaan surgawi, Ia sadar bahwa Ia sedang


menyampaikan Firman Allah. Yesus dengan tegas mengklaim bahwa Perjanjian Lama
adalah Firman Allah yang berpusat pada diriNya sendiri seperti dikemukakan demikian :
“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu,
sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!24:26
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan
Nya?"Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh
Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” (Luk. 24:25-27)

Selanjutnya, tentang keberadaan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah, G.E. Bromiley
yang diterjemahkan oleh Soedarmo mengemukakan demikian: “Kesaksian para rasul atas
kewibawaan ilahi dari Alkitab juga sama terangnya. Dalam semua Injil tekanan yang
berat diletakkan pada nubuatan yang telah diilhamkan tentang pekerjaan Oknum Kristus
…Ungkapannya dalam 2 Timotius 3:16 menyatakan dengan singkat segenap sikap
Paulus. Terjemahan manapun yang kita pilih, dalam ayat 15 menjadi teranglah bahwa
rasul Paulus memaksudkan PL dan tentang PL ia berkata, bahwa itu telah diilhamkan
53
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

oleh Allah. Tulisan rasul lainnya yang sering mengutip PL, dan dalam 2 Petrus diberikan
kesaksian atas pengilhaman Alkitab, sangat mirip dengan 2 Timotius. Dalam 2 Petrus
1:21 tertulis bahwa yang memberikan nubuat pada dasarnya adalah Allah Roh Kudus,
sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh
Kudus, orang-orang berbicara atas nama Alllah. Selanjutnya dalam 2 Petrus 3:16 ada
petunjuk kepada Alkitab yang tertulis sebagai Firman yang berwibawa yang harus
dihadapi dengan hormat dan rendah hati. Ayat terakhir ini menarik perhatian, teristimewa
karena di sini dihubungkan surat-surat Paulus dengan kitab-kitab lainnya. Ini dengan
terang menunjukkan, betapa para rasul menyadari bahwa mereka menambah dan
melengkapi kanon PL yang berwibawa itu.8

Dengan demikian, yang dapat disimpulkan dari pembuktian di atas tentang Alkitab?
Tentu saja bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang disampaikan kepada umat manusia
dalam bahasa manusia. Yang oleh kehendak dan rencanaNya sendiri memakai bahsa
Ibrani (PL) dan Yunani (PB). Sehingga dengan itu Alkitab perlu diterjemahkan ke dalam
bahasa bangsa-bangsa lain, karena tidak semua bangsa-bangsa di dunia memahami atau
menggunakan bahasa Ibrani dan Yunani.

2. Allah adalah Tuhan dari segala bangsa. Dengan dipergunakannya bahasa Ibrani dan
Yunani oleh Allah ketika menyatakan FirmanNya, apakah itu berarti bahwa Allah adalah
Tuhan dari orang Ibrani dan Yunani saja? Jawabnya tidak. Penggunaan bahasa Ibrani dan
Yunani oleh Allah dalam mengungkapkan kehendak dan keberadaanNya kepada
manusia, tidak menjadikan diriNya terikat menjadi milik eksklusif dari kedua bangsa
tersebut. Penggunaan kedua bahasa tersebut tidak membatasi bahwa Ia adalah Tuhan dari
segala bangsa. Adapun bukti bahwa Allah adalah Tuhan bagi semua bangsa dapat
ditemukan dari fakta-fakta yang dinyatakan Alkitab.

a. Allah mengasihi bangsa-bangsa. Apabila hendak ditunjukkan salah satu


kegagalan dari umat Israel di hadapan Allah, maka itu berhubungan dengan
kepicikkan mereka yang menganggap bahwa Allah tidak mengasihi bangsa
bangsa lain. Kepicikkan yang sama sering dijumpai dalam pikiran orang Kristen
masa kini. Bagi mereka, dengan memiliki status umat pilihan Allah telah
membutakan pengertian mereka dari kebenaran bahwa Allah telah mengasihi
bangsa-bangsa lain. Kenyataan bahwa Allah adalah Tuhan yang mengasihi
bangsa-bangsa lain dapat terlihat pada kisah Rut orang Moab yang menjadi
wanita yang menurunkan raja-raja Israel, bahkan nenek moyang dari Tuhan
8
Bormiley, Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 (
54
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Yesus sendiri dari silsilah kemanusiaanNya. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan


perhatian yang tinggi kepada orang-orang bukan Yahudi. Bukti bahwa Allah
adalah Tuhan yang mengasihi manusia berpuncak dengan pernyataan yang ada
dalam Yohanes 3:16. Allah adalah Tuhan yang mengasihi setiap manusia, Ia tidak
pernah menjadi milik sekelompok manusia. Kalaupun Ia pernah dan sedang
memilih sekelompok manusia menjadi milikNya, itu adalah agar kelompok
tersebut dapat mewartakan kepada kelompok yang lain bahwa Ia adalah Tuhan
yang mengasihi semua manusia.

b. Allah dipuji dan disembah oleh segala bangsa. Pernyataan ini berulang-ulang
dalam berbagai Mazmur yang ada, salah satu di antaranya adalah Mazmur 117:1
:”Pujilah Tuhan hai segala bangsa, agungkanlah Dia hai segala suku bangsa”. Di
sini pemazmur dengan jelas mengajak segala bangsa dan segala suku bangsa
untuk memuji Tuhan. Tuhan seharusnya bukan hanya disembah oleh sekelompok
suku atau bangsa saja sebagaimana rasul Paulus mengemukakan : “Supaya dalam
nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah,
Bapa” (Fil. 2:10-11)

c. Allah memerintah atas segala bangsa. Kerajaan-kerajaan yang yang ada,


penguasa-penguasa yang pernah ada maupun yang sedang ada semuanya berada
di bawah kekuasaan pemerintahan Allah. Tanpa kehendakNya tak pernah ada
suatu kerajaan atau penguasa dapat memerintah di dunia ini. Kebenaran inilah
yang dinyatakan kepada Nebukadnezar ketika Allah menghukum dia menjadi gila
akibat kesombongannya atas kebesaran pemerintahan Babel. Nabi Yesaya
menyatakan hal ini kepada bangsa Israel ketika keadaan mereka terjajah oleh
bangsa Persia. Yesaya menulis : “Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku
kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang
supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja,
supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang
tidak tinggal tertutup” (Yes. 45:1) Allah adalah Tuhan dari segala bangsa, Ia
mengasihi bangsa-bangsa. Ia dipuji dan disembah bangsa-bangsa karena Ia adalah
Tuhan yang berdaulat atas mereka

3. Manusia memerlukan Alkitab. Alkitab adalah Firman Allah dan Allah adalah Tuhan
dari segala bangsa. Karena itu manusia (bangsa-bangsa) memerlukan Alkitab. 2 Timotius
3:16 menjelaskan alasan mengapa Alkitab dibutuhkan oleh semua manusia
55
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam Disusun
oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th

Berhubungan dengan kebutuhan akan keselamatan. Oleh karena semeua orang telah
bebruat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan bahwa upah dosa adalah maut
(Ro.3:23 ; 6:23) Inilah hakekat manusia pasca kejatuhan Adam dalam dosa. Mereka
bukan lagi sebagai Adam yang utuh ketika diciptakan dalam “gambar” dan “rupa Allah”.
Mereka dalah keturunan Adam yang terusir dari hadirat Allah, karena itu mereka
memerlukan jalan untuk kembali kepada Allah, dan dalam konteks inilah 2 Timotius
3:15 berkata: “…….Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”. Keberdosaan manusia
membuat setiap pribadi dari segala bangsa dan suku bangsa membutuhkan keselamatan,
dan hal itu hanya ada dalam Kristus. Alkitab tidak pernah menyelamatkna seseorang,
tetapi ia menuntun orang pada keselamatan oleh iman pada Yesus Kristus. Itulah
sebabnya Alkitab perlu diterjemahkan kepada bahasa lain supaya seluruh umat manusia
memperoleh keselamatan itu

4. Berhubungan dengan kehidupan Praktis Orang Kristen. Seorang yang telah me


nanggapi anugerah keselamatan yang diberikan Allah seacar positif (menerimanya)
memerlukan penuntun dan penolong dalam kehidupan sehari-hari, sebab Allah
memberikan anugerah keselamatan dengan tujuan yang jelas yaitu agar hidup orang yang
telah diselamatkan itu menjadi puji-pijian bagi Allah (Ef. 1:4,6,13 ; 1 Petr. 2:9) dan
untuk itu Allah telah memberikan Alkitab yang adalah FirmanNYa sebagai pedoman dan
penolong bagi umatNya dalam keseharian hidup mereka.

Daftar Literatur

W. Gart Crampton Verbum Dei – Alkitab adalah Firman Allah (Momentum)


Josh McDowell Apologetika Vol I (Gandum Mas)
Charles C. Ryrie, Some Important Aspects of Biblical Inerrancy, (Chicago : Moody
Publishing, 1981)
Charles Ryrie Teologi Dasar I dan II, Kalam Hidup
Benjamin B. Warfield, The Inspiration and Autority of the Bible (Philadelphia: Presbyterian
and Reformed, 1948)
Henry C. Thiesesn, Teologia sistematika
Karl Barth, Church Dogmatics, (Edinburg. 1955 -1956.)
Lewis Sperry Chafer, Teologia Sistematika ( Dalas seminary, 1947)
Ericsson Millard, J. (1983). Christian Theology. Grand Rapids: Baker Book House.
Dasar Yang Teguh (Kalam Hidup)
GC. Van. Niftrik & BJ. Boland Dogmatika Masakini (Jakarta BPK Gunung Mulia)
Sejarah Suci (BPK. Gunung Mulia)

56
Diktat Bibliologi Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
Disusun oleh : Pdt. Otniel Otieli Harefa, S.Th, M.Pd.K., M.Th
57

Anda mungkin juga menyukai