Anda di halaman 1dari 20

Teologi Historis Kritis memiliki kosep dasar

diantaranya:
▪ Tidak berpangkal pada Alkitab
▪ Tidak berurusan dengan Kerajaan Allah
▪ Homiletik merupakan hasil exegese historis
Kritis,
▪ Dalam hal konseling “mengandalkan” ilmu
jiwa (apakah salah... ?)
Teologi sebagai suatu
ilmu pengetahuan
bukan sebagai yang
menghidupi umat.
1. Asumsi “seolah-olah” Allah yang
hidup tidak ada

▪ Secara teori, Allah disingkirkan.

▪ Ada asumsi, kemungkinan bahwa


Allah dapat menyatakan diri
sewaktu-waktu melalui firman-
Nya

KONSEP DASAR MHK


Tidak ada Allah yang hidup
2. Patokan: prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan yang diterima secara
umum
▪ Patokan yang dipakai untuk mengukur
segala sesuatu bukan Firman Allah,
tetapi ketentuan-ketentuan yang
berlaku untuk penelitian ilmiah secara
umum
▪ Pengakuan dan penghargaan sebagai
seorang “ilmuwan” telah menjadi
sesuatu yang didewakan
KONSEP DASAR MHK
Mendewakan ilmu – menyingkirkan pengilhaman
3. Alkitab dan Iman Kristen ditempatkan
“sama” dengan agama lain

▪ Alkitab dan kepercayaan Kristen sejajar


dan dapat diperbandingkan dengan
agama-agama lain maupun dengan kitab
suci mereka.

▪ memperlakukan agama-agama seperti


seorang patologi memperlakukan
mayat-mayat: membelahnya, dengan
tujuan melihat apa isinya.
KONSEP DASAR MHK
Atas apa yang mereka lakukan, mereka tidak dapat menemukan iman yang
hidup. Bagi mereka, agama berarti hanyalah suatu kumpulan konsep-
konsep pikiran, saran-saran, pendapat-pendapat dan istilah-istilah.
4. “Kitab Suci” dilihat secara relatif

▪ memperlakukan Alkitab sama seperti


buku-buku lain, bahkan lebih
merendahkannya.

▪ Alkitab disebut suci hanyalah


semata-mata suatu asumsi manusiawi
belaka.

KONSEP DASAR MHK


dari pemikiran mereka Alkitab menjadikan Firman yang hidup menjadi
huruf-huruf mati. Sebagai gantinya, mereka berusaha untuk
menghidupkannya melali ilmu jiwa, sosiologi atau sistem-sistem filsafat
dan politik.
5. Alkitab tidak dihargai sebagai
Firman Allah
▪ Kata –kata Alkitab belumlah firman
Allah, hanya sewaktu-waktu menjadi
Firman Allah.
▪ Allah PL & PB tidak sama, karena
Yesus telah mebawa pengertian yang
baru tentang Allah.
▪ Tidak menerima bahwa kitab-kitab
dalam Alkitab saling melengkapi dan
menerangkan.
KONSEP DASAR MHK
Dasar mereka didasari oleh karena tidak menerima penghilhaman
6. Kitab suci adalah “nas kuno” yang
mutlak menuntut interpretasi

▪ interpretasi pribadi tidak boleh


diterapkan bagi orang lain dan hanya
untuk diri sendiri.

KONSEP DASAR MHK


Akibat tidak mengandalkan kuasa Roh Kudus yang tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu.
7. Apa yang ditulis dalam Alkitab
tidak mungkin sungguh terjadi
seperti itu

KONSEP DASAR MHK


8. Intelek yang kritis sanggup
membedakan “realitas” dari “dongeng”
dalam Alkitab.
▪ yang kiritis sanggup menentukan mana
realitas (sungguh terjadi seperti itu) dalam
Alkitab mana yang tidak.
▪ Hanya hal-hal yang menurut semua orang
bisa terjadi yang dianggap realistis

KONSEP DASAR MHK


Hal-hal rohani dinilai dengan dangkal dan secara daging.
Pengalaman – pengalaman dalam hidup anak-anak Allah tidak
diperhitungkan atau diakui.
9. Keputusan generasi muda dalam
usaha menemukan kebenaran

▪ Sebagai akibat dalam generasi para


sarjana teologi yang muda, ditemukan
sikap pasrah, karena kebenaran tokoh
tidak dapat ditemukan.

KONSEP DASAR MHK


Akibat yang muncul adalah timbulnya teori yang menonjolkan subyektifitas.
1. Pra-anggapan bahwa “Allah tidak ada”.
Metode ini dimulai dengan pra-anggapan bahwa
secara teori, kenyataan Allah diabaikan. Dengan
meniadakan Allah, maka otonomi manusia dapat
dijalankan sebebas-bebasanya. Dunia yang real
merupakan satu-satunya fakta yang dianggap
benar.

2. Rasio dipakai standar untuk mengukur kebenaran


Patokan yang dipakai untuk mengukur sesuatu
bukanlah Firman, tetapi ketentuan-ketentuan
umum seperti yang dipakai dalam penelitian
ilmiah, yaitu yang memiliki data-data empiris
yang dapat diterima oleh manusia modern.
3. Alkitab ditempatkan sebagai objek penelitian
Alkitab diperlakukan seperti buku-buku lain.
Fakta dalam Alkitab diteliti sesuai dengan cara-
cara ilmiah yang berlaku. Alkitab tidak dihargai
sebagai firman Tuhan yang berototas.
4. Alkitab dipakai sebagai Firman Tuhan adalah
relatif
Kata-kata Alkitab tidak perlu dianggap sama
dengan Firman Tuhan. Alkitab hanya akan
menjadi Firman Tuhan apabila bagian Alkitab itu
berbicara secara pribadi kepada orang yang
membaca/mendengarnya.
5. Alkitab memiliki nilai moral yang harus
dihargai
Tujuan utama mempelajari Alkitab adalah
untuk mencari nilai-nilai moral yang
diajarkan. Oleh karena itu kebenaran sejarah
dalam Alkitab tidaklah dianggap penting.
Hal-hal yang bersifat supranatural dianggap
sebagai “mitos” yaitu cara manusia jaman itu
untuk mengajarkan kebenaran moral.
1. Tidak ada pembaharuan hidup, karena tidak
mengetahui dan tdk percaya bahwa seseorang
harus bertobat dan lahir baru melalui Roh Kudus
untuk diselamatkan (Band Rom 10:9-11, 14-15)

2. Takut akan Allah semakin menghilang,


dikarenakan tidak lagi yang meyakini bahwa
seluruh Alkitab benar dan dapat dipercayai.
Dengan demikian, ia juga tidak dapat lagi
berbicara atas nama Allah baik dalam aras
gerejawi, pendidikan maupun aras yang lebih luas
(Lih. 2 Pet 2:18-22)
3. Tidak dapat menghadapi okultisme, tidak
sanggup nenolong dan melepaskan orang
yang dibelenggu oleh roh-roh jahat dalam
nama Yesus, karena roh-roh jahat tidak
boleh dimengerti secara harafiah,
demikian juga tindakan Tuhan Yesus yang
“memberi kuasa kepada mereka untuk
mengusir roh-roh jahat dan untuk
melenyapkan segala penyakait dan segala
kelemahan” (Mat 10:1).
4. Pertumbuhan iman terhambat disebabkan
Firman Allah yang tidak lagi mengikat
mereka, karena tidak mendapatkan
pengajaran yang jelas dari Firman Allah itu
(Band Ibr 6:12).
Tidak mengenal pembacaan Alkitab secara
pribadi, persekutuan rohani dan tidak
mengenal pekerjaan doa.
5. Motivasi untuk misi/Pekabaran Injil hilang.
Mereka tidak lagi beranai mengajak orang
non Kristen untuk percaya kepada Tuhan
Yesus.
6. Gereja-gereja semakin kosong di Eropa,
tempat berkuasanya teologi historis –kritis
secara mutlak, telah sangat nyata bahwa
gereja-gereja pada umumnya semakin kosong
pada hari Minggu, karena orang merasa tidak
lagi menerima sesuatu yang berarti dan yang
menolong melalui pemberitaan gereja.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah
anggota gereja di Eropa akan tinggal 50% dari
sekarang. Boleh jadi bahwa hal serupa akan
terjadi juga di Indonesia bilamana studi teologi
historis-kritis diwajibkan untuk semua calon
pendeta.

Anda mungkin juga menyukai