Tujuan Penulisan
Sejak awal cetakan pertama dari buku ini, Louis Berkhof telah menyatakan dalam tulisannya
mengenai betapa pentingnya pemahaman terhadap Allah yang benar. Berkhof menekankan
tujuan yang jelas dalam bukunya ini yaitu mempertahankan ajaran-ajaran yang pokok dari iman
Kristen yang alkitabiah. Hal ini tampak jelas dari setiap pemaparan materi dalam tulisannya ini.
Bukan hanya menjadi buku pegangan teologi bagi siapa pun tetapi juga membawa pengajaran
mengenai Allah ke arah yang benar.
Alasan-alasan Penulisan
Berkhof berpendapat bahwa sejak awal abad kesembilan belas telah muncul berbagai paham yang
berupaya menggantikan iman kepada Alkitab sebagai wahyu Allah yang berotoritas dengan
konsep-konsep ilmu pengetahuan yang mengandalkan logika. Manusia tidak lagi menganggap
pengetahuan tentang Allah sebagai wahyu yang dinyatakan melalui Alkitab, tetapi mencari Allah
dengan cara yang salah. Akibatnya, banyak orang berpendapat bahwa studi tentang Allah
bukanlah hal pertama yang perlu dipelajari dalam kerangka dogmatis, melainkan studi tentang
manusia atau Kristus (seperti yang tertuang dalam Dogmatika Schleiermacher dan Teologi
Ritschl).
Buku ini juga ditulis untuk mengembalikan posisi doktrin tentang Allah sebagai awal untuk
mempelajari semua doktrin yang ada. Louis berpendapat bahwa seluruh kerangka teologi
berpusat pada Allah bahkan dogmatikan secara keseluruhan adalah telaah tentang Allah. Beranjak
dari pemahaman tersebutlah maka Louis Berkhof menempatkan Doktrin Allah sebagai bagian
paling pertama dari semua rangkaian tulisannya mengenai Teologi Sistematika.
Sinopsis Buku
Doktrin tentang Allah memainkan peranan penting dalam teologi, bukan hanya karena
kedudukannya yang dianggap logis sebagai bagian pertama dalam studi dogmatis, tetapi juga
karena dogmatika secara keseluruhan adalah telaah tentang Allah baik secara langsung maupun
tidak langsung. Meskipun doktrin tentang Allah memainkan peranan penting dalam teologi dan
bahwa bukti-bukti dalam Alkitab pun mendukung akan eksistensi Allah, namun sikap ateistis dan
konsep tentang allah yang salah pun terus merebak. Akan tetapi, bukti-bukti rasional tentang
keberadaan Allah yang nampak dalam argumen-argumen yang signifikan seperti argumen
ontologis, komologis, teleologis, moral, dan historis paling tidak dapat digunakan untuk
membantah setiap pandangan dari kaum ateis. Sekalipun iman harus menjadi pondasi utama
untuk memahami doktrin ini.
Untuk memahaminya, hal pertama yang harus dipelajari adalah nama dari Allah itu sendiri.
Alkitab secara gamblang mencatat sejumlah nama yang menyatakan jati diri-Nya. Nama-nama
tersebut adalah bentuk wahyu tentang siapa Dia dan melalui itu kita dapat mengenal-Nya. Dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terdapat beberapa nama yang digunakan Allah untuk
menyatakan diri-Nya antara lain seperti: Elohim, Yahweh, Kurios, dan Pater. Selain itu, untuk
mengenal-Nya maka perlu mengerti jati diri Allah yang sempurna dan kekal. Jati diri Allah
tersebut dinyatakan melalui atribut-atribut Allah yang mencakup keberadaan, ketidakberubahan,
ketidakterbatasan, dan kesatuan (hanya ada pada pribadi Allah) dan spiritualitas, intelektual,
moral, dan otoritas atau kedaulatan (yang juga direpresentasikan dalam diri manusia). Dengan
demikian, Allah yang transenden itu dapat dikenal secara imanen.
Doktrin tentang ketritunggalan Allah pun tidak luput dari pembahasan dalam buku ini.
Memang doktrin ini menemui banyak sekali kesulitan dalam pemahamannya. Sebelum masa
Reformasi, telah ada begitu banyak pandangan yang mencoba memformulasikan ketritunggalan
Allah. Penggunaan konstruksi yang logis mengakibatkan kegagalan dalam interpretasi yang
muncul karena tidak sesuai dengan data dalam Alkitab. Baik Perjanjian Lama (meskipun tidak
sepenuhnya berisi wahyu tentang doktrin Tritunggal) maupun Perjanjian Baru memberikan bukti-
bukti mengenai doktrin ini. Bukti-bukti tersebut membicarakan tentang ketiga pribadi (Allah
Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus) bukan hanya dalam keberadaan yang terpisah tetapi
juga menyatakan suatu kesatuan esensi.
Dalam buku ini, Allah juga dipahami sebagai Allah yang memiliki keputusan-keputusan
dan ketetapan-ketetapan yang mutlak dan kekal. Ada banyak keberatan terhadap konsep ini.
1
Keberatan-keberatan tersebut dilatarbelakangi oleh paham tentang kebebasan manusia dalam
menentukan tindakan. Konsep ini juga akan mengakibatkan manusia bertindak dengan
sekehendak hati dan menganggap Allah sebagai pencipta dosa. Akan tetapi, buku ini menjelaskan
bahwa ketetapan Allah berhubungan dengan bagaimana Allah dalam kedaulatan-Nya
mengerjakan keputusan-keputusan yang tidak dapat diinterfensi oleh siapa pun tetapi juga tidak
berubah oleh apa pun, bahkan yang berhubungan dengan dosa sekalipun. Predestinasi adalah
salah satu bentuk ketetapan Allah yang kekal dan berdaulat itu. Predestinasi mengandung dua
aspek penting yakni pemilihan dan penolakan.
Ketetapan Allah yang lain adalah yang berhubungan dengan kemahakuasaan-Nya dalam
karya penciptaan. Penciptaan ini adalah karya Allah yang ex nihilo yaitu dari yang tidak ada
menjadi ada. Bukti-bukti dalam Alkitab menyatakan bahwa karya penciptaan ini dapat
didefinisikan sebagai tindakan Allah yang bebas dan berdaulat. Tujuan dari penciptaan adalah
kebahagiaan manusia dan kemuliaan Allah.
Dalam bagian ini, Louis juga menjabarkan secara khusus tentang penciptaan malaikat.
Sepanjang sejarah gereja, telah ada begitu banyak doktrin mengenai eksistensi malaikat. Malaikat
dipandang sebagai suatu keberadaan yang spiritual, diciptakan oleh Allah, berbeda dengan Allah,
memiliki rasio, moralitas, dan tidak dapat mati. Malaikat diciptakan oleh Allah untuk melayani
Allah dan menjaga manusia.
Lebih lanjut, karya penciptaan juga berhubungan erat dengan penciptaan dunia dan alam
semesta yang ada. Usaha-usaha yang menyangkali kehistorisan karya penciptaan seperti
penekanan akan penafsiran yang alegoris, atau pandangan bahwa penciptaan hanya sebuah mitos,
atau teori restitusi yang menyatakan bahwa Allah hanya memperbaiki dunia yang telah ada, atau
anggapan akan jumlah waktu dalam penciptaan yang tidak berjumlah enam hari tetapi beribu-
ribu tahun, atau bahkan teori evolusi, tidak dapat menjadi patokan karena tidak sesuai dengan
apa yang dinyatakan dalam Alkitab.
Pada akhirnya, buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai ketetapan Allah dalam
memelihara dan melindungi secara terus menerus tanpa batas akan segala karya ciptaan.
Tindakan ini disebut dengan istilah Providensi “llah . Objek dari providensia Allah adalah
seluruh alam semesta secara luas. Providensi mengandung tiga elemen penting, yaitu
perlindungan, ada bersama-sama atau bekerja sama, dan pemerintahan.
Dalam elemen yang pertama, Allah menyatakan perlindungannya secara langsung dan
menyeluruh. Pandangan dari kaum Deisme dan Panteisme adalah paham yang salah dan karena
itu tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Elemen yang kedua berarti bahwa manusia diberikan
kemampuan oleh Allah untuk turut ambil bagian dalam providensia ini. Akan tetapi, kerja sama
ini harus dipahami bukan sebagai penentuan tindakan spesifik dalam segala sesuatu melainkan
komunikasi kekuatan secara umum dimana manusia berkoordinasi dengan Allah. Sedangkan
elemen ketiga mengandung arti bahwa Allah secara terus menerus mengatur seluruh alam
semesta. Dalam hal ini, Allah bertindak sebagai Raja atas seluruh ciptaan yang ada. Selain ketiga
elemen tersebut, providensi Allah juga tampak dalam mujizat yang digunakan-Nya untuk
menyatakan wahyu yang tertinggi yaitu karya penebusan dalam Yesus Kristus.
2
Di dalam buku ini, Dr. Louis Berkhof memaparkan secara jelas tentang doktrin Allah di
dalam prinsip teologi Reformed yang meliputi keberadaan Allah, kemungkinan pengenalan akan
Allah, atribut Allah (dikomunikasikan kepada manusia/communicable attributes dan tidak
dikomunikasikan kepada manusia/incommunicable attributes), nama Allah, Allah Tritunggal,
ketetapan Allah, Predestinasi (ditetapkan dari semula), doktrin Penciptaan (secara umum dan
dunia spiritual) dan Providensia (pemeliharaan Allah).
Dalam menyampaikan pandangannya, Berkhof memberikan analisis dan informasi yang
komprehensif karena tidak hanya membahas apa yang dinyatakan oleh Alkitab tetapi juga
menyajikan paham-paham liberal dan menyimpang sebagai bahan perbandingan sekaligus
mengevaluasinya; apakah sesuai dengan penyataan dalam Alkitab atau tidak. Metode inilah yang
menjadi daya tarik tersendiri ketika Berkhof menyajikan materi dalam bukunya ini. Dengan kata
lain, Louis Berkhof sangat konsisten dalam penyampaian materi doktrin tentang Allah ini.
Oleh karena itu, pengajaran tentang Allah yang dikemukakan oleh Berkhof adalah
pengajaran yang patut untuk dicermati dengan seksama. Pemaparan materi yang sistematis dan
alkitabiah memberikan keunggulan tersendiri bagi buku ini. Hal menarik lainnya yaitu
penambahan sejumlah pertanyaan di akhir setiap bab, yang dapat membantu para pembaca untuk
melanjutkan studi secara mandiri mengenai setiap pembahasan dalam buku ini.