| sunting sumber]
Tidak ada kesepahaman mengenai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan dalam agama
samawi meliputi definisi monoteistis tentang Tuhan dalam agama Yahudi,
pandangan Kristen tentang Tritunggal, dan konsep Tuhan dalam Islam. Agama-
agama dharma juga memiliki pandangan berbeda-beda mengenai Tuhan. Konsep
ketuhanan dalam agama Hindu tergantung pada wilayah, sekte, kasta, dan beragam, mulai dari
panenteistis, monoteistis, politeistis, bahkan ateistis. Keberadaan sosok ilahi juga diakui
oleh Gautama Buddha, terutama Śakra dan Brahma.
Monoteisme dan henoteisme[sunting | sunting sumber]
Deisme mengajarkan bahwa Tuhan sukar dipahami oleh akal manusia. Menurut penganut
deisme, Tuhan itu ada, tetapi tidak ikut campur dalam urusan kejadian di dunia setelah Ia selesai
menciptakan alam semesta.[29] Menurut pandangan ini, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat
kemanusiaan, tidak serta-merta menjawab doa umat-Nya dan tidak menunjukkan mukjizat.
Secara umum, deisme meyakini bahwa Tuhan memberi kebebasan kepada manusia dan tidak
mau tahu mengenai apa yang diperbuat manusia. Dua cabang
deisme, pandeisme dan panendeisme mengkombinasikan deisme
dengan panteisme dan panenteisme. [15][32][33]
Pandeisme dimaksudkan untuk menjelaskan
mengapa Tuhan menciptakan alam semesta kemudian mengabaikannya,[34] sebagaimana
panteisme menjelaskan asal mula dan maksud keberadaan alam semesta.[34][35]
Panteisme mengajarkan bahwa Tuhan adalah alam semesta dan alam semesta itu Tuhan,
sedangkan panenteisme menyatakan bahwa Tuhan meliputi alam semesta, tetapi alam semesta
bukanlah Tuhan. Konsep ini merupakan pandangan dalam ajaran Gereja Katolik
Liberal, Theosophy, beberapa mazhab agama Hindu, Sikhisme, beberapa
divisi Neopaganisme dan Taoisme. Kabbalah, mistisisme Yahudi, melukiskan pandangan Tuhan
yang panteistis/panenteistis—yang diterima secara luas oleh aliran Yahudi Hasidik, khususnya
dari pendiri mereka, Baal Shem Tov—namun hanya sebagai tambahan terhadap pandangan
Yahudi mengenai Tuhan personal, tidak dalam pandangan panteistis murni yang menolak batas-
batas persona Tuhan.
Konsep ketuhanan lainnya[sunting | sunting sumber]
Disteisme, yang terkait dengan teodisi, adalah bentuk teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan
tidak sepenuhnya baik namun juga tidak sepenuhnya jahat sebagai konsekuensi adanya masalah
kejahatan. Salah satu contoh aplikasi pandangan ini berasal dari kisah
karya Dostoevsky, Karamazov Bersaudara.[36]
Pada masa kini, beberapa konsep yang lebih abstrak telah dikembangkan, misalnya teologi
proses dan teisme terbuka. Filsuf Prancis kontemporer Michel Henry menyatakan
suatu pendekatan fenomenologi dan pengertian Tuhan sebagai esensi fenomenologis dari
kehidupan.[37]
Tuhan juga diyakini sebagai zat yang tak berwujud, sesuatu yang berkepribadian, sumber segala
kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". [1] Atribut-atribut tersebut diakui
oleh teolog Yahudi, Kristen awal, dan muslim, yang terkemuka di antaranya
adalah: Maimonides, Agustinus dari Hippo, dan Al-Ghazali.
[38] [38] [2]
yang dianut mengandung kepercayaan akan Tuhan, roh, dewa-dewi, dan makhluk gaib.
[57]
Agama samawi selain Kristen, Islam Persentase populasi di negara-negara Eropa sebagai hasil
survei tahun 2005 bahwa mereka "percaya akan Tuhan". Negara mayoritas Katolik
Roma (e.g.: Polandia, Portugal), Gereja Ortodoks Timur (Yunani, Romania, Siprus)
atau Muslim (Turki) cenderung menunjukkan persentase tinggi.
Sampai tahun 2000, sekitar 53% populasi dunia teridentifikasi sebagai penganut salah satu dari
tiga agama samawi terbesar (33% Kristen, 20% Islam, <1% Yahudi), 6% Buddhis, 13% umat
Hindu, 6% penganut kepercayaan tradisional Tionghoa, 7% penganut agama lainnya, dan kurang
dari 15% mengaku tak beragama. Kebanyakan agama, dan Yahudi meliputi agama Baha'