Anda di halaman 1dari 8

I

SIFAT DAN PERLUNYA TEOLOGI

Teologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari Tuhan dan karya-karya-Nya,


sedangkan teologi sistematika adalah sajian teratur dari hasil penelitian teologi. Ada
pihak menolak teologi sebagai ilmu pengetahuan disebabkan oleh keraguan apakah
seseorang dapat mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu dalam bidang ini yang dapat
dianggap sebagai pasti dan menentukan. Teolog yang liberal tidak mengakui bahwa
ajaran dan isi Alkitab sebagai Firman Tuhan itu mutlak dan benar, melainkan menerima
bahwa segala sesuatu mengalami perubahan yang terus-menerus. Ilmu pengetahuan
mungkin saja mempertanyakan keteraturan hukum-hukum alam, namun seorang yang
sudah dewasa dalam kepercayaannya kepada Tuhan memandang ketidakteraturan yang
muncul ini sebagai campur tangan Allah dan sebagai wujud kuasa-Nya yang mengadakan
mujizat.
I. Sifat Teologi
Teologi dewasa ini dipakai dalam artian luas maupun artian sempit. Istilah
teologi berasal dari dua kata yunani, yaitu theos dan logos, theos berarti “Tuhan”
dan logos berarti “kata”, “wejangan” atau “ajaran”. Dengan demikian teologi
secara sempit didefenisikan sebagai ilmu tentang Tuhan dan teologi dalam artian
yang luas didefinisikan sebagai ilmu tentang Tuhan dan teologi dalam artian
yang luas didefenisikan sebagai ilmu tentang Tuhan dan hubungannya dengan
alam semesta.

 Teologi dan Etika


Psikologi mempelajari perilaku etika mempelajari kelakuan. Hal ini juga
berlaku pada etika filosofis maupun etika kristen. Etika filosofis
bagaimanapun juga bertolak berdasarkan sebuah landasan yang semata-
mata naturialistis sehingga tidak memiliki doktrin tentang dosa, tidak ada
juruselamat, penebusan, pembaharuan, dan tidak ada kehadiran ilahi yang
membuat manusia mampu mencapai tujuan hidupnya. Motivasi etika
filosofis berupa hedodisme, utilitarialisme, perfeksionisme sedangkan etika
kristen motivasinya ialah kasih serta kesediaan untuk tunduk kepada Tuhan.
Teologi juga mempelajari ajaran tentang Tritunggal ilahi, penciptaan,
pemeliharaan, kejatuhan manusia, penjelmaan, penebusan, dan eskatologi.
 Teologi dan Agama
Agama dapat berarti kesetiaan kepada siapa pun atau apapun. Secara lebih
khusus, agama dapat merujuk pada suatu sistem iman dan ibadat tertentu.
Agama kristen merupakan kesadaran akan adanya Allah yang benar dan
merupakan tanggung jawab kita kepada Dia. Hubungan teologi dengan
agama adalah hubungan akibat-akibat yang dihasilkan oleh sebab-sebab
yang sama, tetapi dalam kawasan yang berbeda. Pemikiran sistematis
kenyataan-kenyataan mengenai Tuhan serta hubungan-Nya terhadap alam
semesta menghasilkan teologi; dalam lingkup kehidupan pribadi dan
kolektif, keberadaan Tuhan serta hubungan-Nya dengan alam semesta
menghasilkan agama.
 Teologi dan Filsafat
Bagi beberapa filsuf kuno hal yang dianggap ada itu adalah air, udara,
atau api; bagi filsuf lainnya yang dianggap ada itu adalah pikiran atau
ide; bagi lainnya lagi hal itu adalah alam, kepribadian, hidup. Teologi
bertumpu pada dasar objektif yang kokoh sedangkan filsafat hanya
bertumpu pada dugaan-dugaan dan perkiraan-perkiraan filsuf itu sendiri.
Filsafat sedikit banyak mendukung pandangan Kristen. Atas dasar hati
nuraninya sendiri seorang filsuf dapat membenarkan keberadaan Allah,
kebebasan, dan kekebalan. Walaupun seorang teolog menghargai semua
pertolongan yang nyata dari filsafat, dengan cepat ia mengetahui bahwa
filsafat tidak memiliki teori tentang asal mula segala sesuatu dan tidak
memiliki pengajaran tentang pemeliharaan, dosa, keselamatan, atau
penggenapan akhir yang nyata. Dan akhirnya, filsafat membuat seorang
teolog mengenal pandangan-pandangan tentang kafir yang terpelajar.
II. Perlunya Teologi
Suatu keyakinan teologis diperlukan. Hal ini disebabkan karena sifat intelek
manusia serta soal-soal kehidupan yang praktis.
 Naluri Penata dari Intelek Manusia
Intelek manusia tidak puas hanya denga mengumpulkan fakta-fakta. Akal
tidak puas dengan pengetahuan yang sebagian-sebagian saja, tetapi ingin
menata pengetahuan ini serta menarik kesimpulannya sendiri.
 Sifat Ketidakpercayaan Zaman ini yang Merasuk di mana-mana
Bahaya yang mengancam Gereja tidak datang dari ilmu pengetahuan, tetapi
dari filsafat. Sangat penting bagi orang kristen untuk senantiasa “ siap
sedia pada segala waktu untuk memberikan pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggung jawab... tentang pengharapan”
yang dimilikinya (1 Petrus 3:15). Alkitab menyajikan sebuah pandangan
dunia yang konsisten dan juga menyediakan jawaban-jawaban terhadap
masalah besar yang telah dihadapi oleh para filsuf sejak dahulu.
 Sifat Alkitab
Tuhan tidak menganggap perlu untuk menulis Alkitab dalam bentuk sebuah
teologi yang sistematis. Jadi, kitalah yang mengumpulkan fakta-fakta yang
beraerakan dan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi suatu sistem
yang logis. Contoh pembahasan yang agak mendalam dari sebuah atau
ajaran atau tema dalam nas tertentu: makna kematian Kristus dalam kelima
upacara korban dari Imamat 1-7; keunggulan-keunggulan Alkitab dalam
Mazmur 19, 119; ajaran kemahahadiran dan kemahatahuan Tuhan dalam
Mazmur 139, dan lain-lain.
 Pengembangan Watak Kristen yang Cerdas
Terdapat dua pandangan yang salah tentang pokok ini; (1) bahwa hampir
tidak ada atau bahkan tidak ada sama sekali kaitan antara kepercayaan
seseorang dengan wataknya, dan bahwa (2) teologi cenderung mematikan
kehidupan rohani. Seorang liberal kadang-kadang menuduh orang percaya
yang ortodoks sebagai bersikap masuk akal karena mempertahankan
kepercayaan tradisional Gereja sementara iya hidup sebagai orang kafir.
Dilain pihak, orang liberal berusaha untuk menghasilkan kehidupan yang
baik tanpa pernyataan kepercayaan ortodoks. Akan tetapi, iman yang benar,
yang meliputi juga intelek, perasaan, serta kehendak, pastilah berdampak
positif pada watak dan kelakuan. Bila teologi memiliki kaitan tertentu
dengan kehidupan, maka tidak mungkin teologi mempunyai pengaruh yang
mematikan kehidupan rohani; sebaliknya, teologi malahan menjadi
penuntun dalam merenungkan secara cerdas masalah-masalah religius dan
menjadi pendorong untuk menjalankan kehidupan yang kudus. Teologi
tidak sekadar menunjuk kepada norma-norma kelakuan, namun juga
menyanjikan alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku seperti itu.
 Syarat-syarat bagi Pelayanan Kristen yang Efektif
Kristus dan para rasul-Nya adalah pengkhotbah-pengkhotbah ajaran kristen
(Markus 4:2; Kisah 2:42; 2 Timotius 3:10), dan kita juga diamanatkan
untuk mengkhotbahkan ajaran kristen (2 Timotius 4:2; Titus 1:9).

II
KEMUNGKINAN DAN PEMBAGIAN TEOLOGI

I. Kemungkinan Teologi
Kemungkinan dikerjakan teologi bersumber pada dua hal: penyataan
Allah dan kemampuan alami manusia. Penyataan Allah diperlihatkan
dalam dua bentuk: umum dan khusus. Kemampuan alami manusia
terdiri atas dua macam: mental dan rohani.
 Penyataan Allah
Pascal menyebutkan Tuhan sebagai Deus Absconditus (Allah
yang tersembunyi), namun dia juga beranggapan bahwa
Tuhan yang tersembunyi ini telah menyatakan diri-Nya
sehingga dengan demikian dapat dikenal. Penyataan
merupakan tindakan Allah untuk membuka tabir tentang diri-
Nya atau mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran.
Argumen-argumen formal untuk membuktikan keberadaan
Tuhan disajikan dalam pasal berikut, tetapi pembahasan
tentang penyataan Tuhan sangat perlu untuk membuktikan
keberadaan-Nya.
 Penyataan Allah yang Umum terdapat di alam,
sejarah, dan hati nurani manusia. Beberapa tokoh
panteisme mengidentikkan Tuhan dengan “segala
sesuatu”, “universum”, atau “alam”; beberapa tokoh
lainnya berbicara tentang Dia sebagai kekuatan abadi
dari energi yang mrmpengaruhi semua perubahan
yang terjadi di dalalm dunia fenomena, sedangkan
yang lain lagi melihat Tuhan sebagai akal yang
mewujudkan diri di alam semesta.
Barth beranggapan bahwa manusia telah samasekali
kehilangan gambar Allah yang semula. Dan demikian,
kita menarik kesimpulan bahwa hati nurani manusia
merupakan penyataan lain dari Allah.
 Penyataan Allah yang khusus ialah tindakan-
tindakan Allah yang dengannya ia memperkenalkan
diri-Nya serta kebenaran-Nya pada saat-saat tertentu
dan kepada orang-orang tertentu. Golongan berpaham
naturalistis, panteistis, dan deistis semuanya secara
apriori menolak adanya mujizat. Secara positif kita
menyatakan bahwa bukti adanya mujizat bertumpu
pada kesaksian. Orang kristen percaya bahwa hukum-
hukum alam semata tidak dapat menjelaskan hal-hal
yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka
dan juga alami dalam kehidupan mereka sendiri.
Selanjutnya, Allah menyatakan diri dalam nubuat.
Nubuat yang dimaksudkan di sini adalah
pemberitahuan terjadinya suatu peristiwa sebelum
peristiwa itu sendiri terjadi.
Jenis nubuat ini adalah nubuat-nubuat tentang
kedatangan kristus yang pertama kali seperti; kristus
akan dilahirkan oleh seorang perawan (Yesaya 7:14;
Matius 1:23) dan lain-lain.
Tambahkan penyataan Allah yang khusus melalui
mujizat, nubuat, dan teofani tidak sanggup menuntun
israel kepada pengetahuan yang benar akan watak
dan kehendak Allah.
Di dalam kristus kita memiliki penyataan Allah yang
lipat tiga: penyataan tentang keberadaan, sifat, dan
kehendak-Nya. Kristus merupakan bukti yang terkuat
tentang keberadaan Allah. Penyataan Allah dalam
pengalaman pribadi merupakan sumber utama yang
digunakan Roh kudus ketika mengilhami orang
percaya (Yohanes 16:13-15; 2 Timotius 3:16; 2
Petrus 1:21; bandingkan dengan 1 Korintus 2:10-13).
 Bakat-bakat manusia
Bakat-bakat mental. Sepanjang kurun sejarah telah muncul
tiga jenis rasionalisme: rasionalisme yang ateistis, yang
panteistis, dan yang teistis. Rasionalisme ateistis muncul
pertama kali di dalam diri tokoh-tokoh filsafat yunani yang
mula-mula: Thales, Anaximander, Anaximenes, Empedocles,
Heraclitus, Leucippus, dan Democritus. Sedangkan
rasionlisme teistis muncul pertama kali di dalam mazhab
deisme Inggris dan Jerman pada abad kedua belas. Karena
iman meliputi persetujuan dan persetujuan merupakan
keyakinan yang dihasilkan oleh bukti, maka dengan
sendirinya iman tanpa bukti adalah tidak masuk akal atau
mustahil. Akal harus menemukan faktor pemadu dan
mengumpulkan semua fakta yang releven di sekitar faktor
pemadu tersebut.
Bakat-bakat Rohani. Pandangan filosofis orang mistik
beranggapan bahwa semua manusia dapat berjumpa langsung
dengan realitas terakhir, sebutan mereka untuk Allah,
terpisah dari pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus.
Kepercayaan ini adalah kepercayaan kafir dan merupakan
bagian dari sebuah pandangan dunia yang sangat panteistik.
Bentuk-bentuk ekstrim dan pietisme percaya akan
kemungkinan adanya sebuah persekutuan mutlak dengan
Allah. Bentuk-bentuk ekstrim Quietisme beranggapan bahwa
kita harus mencari persekutuan yang sedemikian rupa dengan
Tuhan mencari ketenangan sempurna dimana semua pikiran,
dan semua kegiatan terhenti dan jiwa kita tenggelam di
dalam Allah.
II. Pembagian Teologi
a. Teologi Eksegetis dimana terjadi penelaah naskah alkitabiah,
seperti usaha pemugaran, penelaahan bahasa-bahasa,
arkeologi, pengantar, hermeneutika, dan alkitabiah.
b. Teologi Historis teologi ini membahas awal mula,
perkembangan, penyebaran agama, dan semua doktrin,
organisasi, dan kebiasaannya. Di dalamnya termasuk sejarah
alkitab, gereja pekabaran injil, ajaran dan pengakuan iman.
c. Teologi Sistematika membahas tentang apologetika, polemik
dan etika alkitabiah.
d. Teologi Praktis membahas penerapan teologi terhadap
pembaharuan, pengudusan, pembinaan, pendidikan, dan
pelayanan manusia. Teologi ini meliputi homelitika,
organisasi, dan administrasi gereja, ibadat pendidikan agama
kristen, dan penginjilan.

BAGIAN 1 TEISME
 Kepercayaan akan adanya satu atau lebih kekuatan
adikodrati, perantara rohani, dan dewa. Pandangan ini
menentang ateisme.
 Kepercayaan akan adanya satu Allah saja. Pandangan ini
mencakup monoteisme, panteisme, dan deisme.
 Kepercayaan akan adanya satu Allah yang berkepribadian
transenden maupun imanen yang dikenal sebagai Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Pandangan ini merupakan pandangan
kristen, dan bertolak belakang dengan semua pandangan
yamg telah sisebutkan sebelumnya. Pandangan ini merupakan
monoteisme yang bersifat trinitarian dan unitarian.

BAB lll
DEFINISI DAN ADANYA ALLAH

A. Definisi tentang Allah


Istilah “ Allah “ akhir-akhir ini telah disalahgunakan
sehingga kita perlu mengembalikannya pada arti awalnya
dalam sistem kristen.
 Pemakaian istilah “ Allah “ secara salah, bagi
plato Allah merupakan akal bud i, sebab dari
semua kebaikan di alam semesta. Aristoteles
beranggapan bahwa Allah adalah sumber segala
keberadaan. Spinoza mendefinisikan Allah sebagai
substansi yang mutlak dan universal, dan beberapa
pendapat lainnya.
 Nama-nama alkitabiah untuk Allah yang sering
muncul yaitu Ilahi, Yehova atau Yahwe, El-
elyon, Adonai, Shaddai, dan El-shaddai.
 Perumusan teologis dari definisi tentang Allah
Allah adalah pribadi yang Esa, tak terbagi,
mutlak, rohani semata-mata, memiliki
kesempurnaan yang tak terbatas, namun pada
hakikatnya transenden terhadap segala yang ada.
B. Adanya Allah
Argumen-argumen yang diajukan sebagai bukti
adanya Allah dikelompokkan atas 3 bagian yakni:
 Kepercayaan akan adanya Allah merupakan
kebenaran pertama secara logis timbul sebelum
kepercayaan akan Alkitab. Kepercayaan naluriah
tidak bisa dijelaskan sebagai hasil penalaran
deduktif dari akal dan tidak dapat pula
diterangkan berdasarkan adat-istiadat aaja.
 Adanya Allah diasumsikan oleh Alkitab, di dalam
Alkitab tersirat pemahaman tentang Allah dan
nasihat untuk mengakui dia sebagai Ilahi.
 Kepercayaan akan adanya Allah didukung oleh
alasan-alasan
1. Alasan kosmologis, yaitu harus ada sesuatu
yang bersifat abadi kecuali kalau itu
berasal dari kenihilan.
2. Alasan teologis, dinyatakan sebagai tatanan
yang teratur dan berdaya-guna di dalam
suatu sistem yang menyiratkan akan
adanya akal budi tinggi yang memiliki
sebab yang berakal budi tinggi dan bebas.
3. Alasan antologis, alasan ini membuktikan
bahwa setiap gagasan tentang Allah,
Alkitab juga mempunyai Sebab dan sebab
itu adalah Allah sendiri.
4. Alasan moral, dimana hati nurani
mengakui adanya suatu pemberi hukum
yang berdaulat dan bahwa penghukuman
terhadap semua pelanggaran hukum-Nya
pasti akan dilaksanakan.
Alasan berdasarkan keselarasan, alasan ini berlandaskan kepercayaan bahwa dadil yang
menerangkan paling baik fakta-fakta yang sedang dipelajari itu mungkin benar

BAB IV
BEBERAPA PANDANGAN DUNIA NON-KRISTEN

A. Pandangan Ateistis
Pandangan ini merupakan anteisme yang menganut
prinsip-prinsip yang tidak sesuai dengan kepercayaan
akan Allah.
B. Pandangan Agnotis
Dari pandangan kristen sikap ini merupakan
kesederhanaan yang palsu, karena orang kristen
menganggap adanya bukti-bukti adanya Allah yang
berkepribadian, adikodrati, Makahakuasa, dan Kudus.
C. Pandangan Panteisme
Bentuk-bentuk paintisme:
 Panteisme materialistis
 Hilozoisme dan panpsikisme
 Netralisme
 Idealisme
 Mistisisme filosofis
Penolakan teori-teori apatisme:

Anda mungkin juga menyukai