Anda di halaman 1dari 14

Nama : Tri Febriana Hutabalian

NPM : 11520056, 2PA24


Kelas : 6GB27
Matkul : Pendidikan Agama Kristen
Tugas : Resume Buku
Judul : Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Kristen
Pengarang : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Pertama)
Jlh. Hal : 227

Bab 1 Agama dan Fungsinya Dalam Kehidupan Manusia

Pendahuluan

Agama adalah sebuah fenomena yang sudah sangat umum terjadi dan mungkin sudah hadir sejak
manusia ada. Meski demikian, arti atau makna agama cukup sulit untuk didefiniskan karena dua
alasan utama, yaitu :

a. Pengalaman manusia tentang agama sangat bervariasi. Mau itu mengenai pemahaman
sederhana nan awam sampai pemahaman yang kritis dan professional.

b. Selain pengalaman manusia yang sangat bervariasi, seiring bergulirnya waktu begitu
variatifnya ilmu disiplin lain yang berkembang untuk memahami fenomena agama yang
menjamur.

A. Menelusuri Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang

Seorang ahli sejarah ternama Arnold Tonbee memberi pengertian tentang agama sebagai berikut:
"Keseluruhan kepribadian manusia terlibat antara lain: segi-segi emosional, segimoral dan
kejiwaan, dan segi intelektual juga. Keprihatinan agama mencakup keseluruhan "dunia
manusia"; tidak hanya dibatasi pada bagian yang bisa diakses oleh indra manusia yang pada
gilirannya dapat dipelajari secara ilmiah tetapi juga yang dapat dimanipulasi oleh teknologi.
Sedangkan di dalam beberapa kamus agama didefinisikan sebagai berikut :

- Penguin Dictionary of Religion (1970), "Agama sebagai suatu istilah umum yang dipakai untuk
menggambarkan semua konsep tentang kepercayaan kepada ilah(ilah-ilah) dan keberadaan
spiritual yang lain atau keprihatinan ultima yang transedental."

- Britanica Concise Ecyclopedia (2006), "Agama sebagai hubungan manusia kepada Allah atau
ilah-ilah, atau apa saja yang dianggap sakral, atau dalam beberapa kasus hal-hal yang
supernatural.

- Encyclopedia Britanica (2006), "Agama sebagai hubungan manusia dengan apa yang dianggap
suci, sakral, spiritual atau ilahi."

Selain definisi-definis dari pendapat yang netral, ada pula yang mendefinisikan agama ke dalam
sesuatu yang negatif. Misalnya, sebagai berikut :

- Karl Marx mendefinisikan agama adalah vitamin untuk masyarakat yang tertindas, agama
adalah candu masyarakat.

- Sigmund Freud dalam New Intriductory Lectures on Psychoanalysis, mengatakan bahwa agama
adalah ilusi dan menarik kekuatannya dari fakta bahwa ia berasal dari keinginan insting manusia.

- Bertrand Russel berpendapat bahwa agama adalah sesuatu yang terbawa/tertinggal dari masa
kanak-kanak dari inteligensi kita, agama akan lenyap ketika kita mengadopsi penalaran dan ilmu
pengetahuan sebagai penuntun kita.

Untuk memperjelas definisi agama secara umum, ada 4 pendekatan definisi agama yakni :

- Definisi substansi : agama sebagai suatu kepercayaan kepada yang tak terlihat, dengan perasaan
takut, kagum, hormat, rasa syukur, dan kasih, demikian pun institusinya seperti doa, ibadah dan
pengorbanan.

- Definisi fungsional : menekankan fungsi atau apa yang dilakukan oleh agama.

- Definisi verstehen : pendekatan yang mendasari makna agama yang mengitari peristiwa sosial
dan historis.

- Definisi formal : cara beragama yang berdasarkan formalitas yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat.
B. Fenomena Agama dalam Sejarah Umat Manusia

Pembahasan mengenai agama takkan pernah lepas berkaitan mengenai pokok utama tentang
"Allah". Ada yang berpendapat bahwa agama tercipta karena manusia sadar akan
keterbatasannya, yang dengan kata lain agama dianggap sebagai pelarian atau bahkan hanya tak
lebih dari sekedar buatan manusia. Ada pula yang beranggapan bahwa agama tak bisa lenyap,
karena ia berfungsi untuk menjawab pertanyaan dasar manusia yang tak bisa dijawab oleh ilmu
dan teknologi.

Dalam kekristenan, kita percaya bahwa Tuhan menciptakan kita sedemikian rupa sehingga ada
kesadaran religius dalam dirinya. Kesadaran akan adanya kodrat ilahi yang kemudian mendorong
manusia untuk menciptakan fenomena agama.

Dalam konteks masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila, fenomena agama adalah salah satu
gejala yang sangat penting. Dapat dilihat dari sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang
Maha Esa", yang diasumsikan bahwa setiap warga negara memeluk satu agama meskipun
dengan konsep yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri agama telah diresapi dalam seluruh
aspek bidang kehidupan.

C. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia

Fungsi agama yang penting yang dapat dilihat dari segi individual dan sosialnya :

1. Agama memberikan kedamaian mental (mental peace)

2. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan sosial

3. Agama meningkatkan solidaritas sosial

4. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol sosial

5. Agama meningkatkan kesejahteraan

6. Agama memberikan rekreasi kepada manusia

7. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya diri


8. Agama juga mempunyai pengaruh kepada ekonomi serta sistem politik

D. Membangun Argumen tentang Pengertian Agama dan Fungsi Positifnya dalam


Kehidupan Manusia

Terdapat dua fungsi positif yang khusus yang akan saya soroti yakni :

1. Fungsi pemberi identitas. Agama merupakan salah satu pemberi identitas yang mendasar dan
sangat penting bagi setiap manusia, karena didalam agama terdapat sumber acuan untuk
memahami dan menemukan apa makna hidup. Dari perspektif Kristen, makna hidup manusia
yang paling mendasar adalah bertumpu menjalankan kehendak-Nya yang paling dasar dalam
perintah pertama dan utama yakni hukum kasih, baik kasih kepada Allah maupun kasih terhadap
manusia (Matius 22: 37-40). Jadi, hal yang menyamakan semua orang bukanlah tentang identitas
pribadi seperti ras, suku, dan agama. Melainkan adalah kasih dan rasa kemanusiaan yang dimiliki
setiap jiwa

2. Fungsi penuntun moral dan karakter. Dalam perspektif Kristen fungsi pemberi identitas dan
fungsi penuntun moral dan karakter saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan yang tak dapat
dilepaskan. Keduanya berdasarkan pada prinsip utama yang sama yakni kasih. Itulah sebabnya
dalam Lukas 6:31 mengatakan "seperti engkau suka orang lain berbuat pada mu, perbuatlah itu
terhadap orang lain."

E. Mendeskripsikan Pengertian Agama dan Fungsinya agar Selalu Positif

Agama adalah sebuah kegiatan formalitas yang mana isi kegiatannya berfokus pada sesuatu
unsur sakral nan suci yang dipercayai yang disebut "Allah" oleh individu. Agama sendiri berisi
kebajikan, aturan, perintah, dan hukum Allah. Tak lain agama adalah sebuah sugesti yang dibuat
manusia sebagai sumber kekuatan dan pengharapan.

F. Rangkuman

Hakikat agama sangatlah kompleks dan pemahaman seseorang tentang agama sangat bergantung
pada pengalaman pribadinya. Ada yang sangat sederhana, ada juga yang sangat kompleks.
Demikian pula fungsi agama tidaklah sederhana, karena hakikat agama itu sendiri dipahami
secara berbeda-beda dan fungsinya juga dimengerti secara berbeda-beda. Walaupun begitu,
setidaknya ada sesuatu yang sama, yaitu agama selalu berurusan dengan Tuhan atau yang
dianggap Tuhan dan berfungsi sekurang-kurangnya sebagai pemberi identitas dan tuntunan
moral dan karakter.
Bab 2 Allah dalam Kepercayaan Kristen

Pendahuluan

Semua agama mempercayai adanya Allah atau sejenisnya, dan kepercayaan tentang Allah inilah
yang membedakan agama dengan fenomena lainnya. Demikianpun dengan agama Kristen
(kekristenan) , sudah tentu mempunyai konsep tersendiri tentang Allah yang dipercayainya.
Konsep tersebut didasarkan pada kesaksian Alkitab yang dipercayai sebagai dasar untuk
kepercayaan dan perilaku kristiani. Harus diakui bahwa Alkitab tentu mempunyai ungkapan-
ungkapan yang sangat kaya tentang siapakah Allah. Meskipun kekristenan percaya akan “Satu
Allah” akan tetapi Allah yang dipercayai itu menyatakan diri dengan berbagai cara yakni sebagai
Bapa, Pencipta segala sesuatu, sebagai penyelamat dalam Yesus Kristus, dan sebagai pembaharu
dalam Roh Kudus. Kekayaan penyataan diri Allah seperti inilah yang biasanya oleh Gereja pada
zaman dahulu dikenal dengan ungkapan Trinitas (Tritunggal). Ungkapan itu bukanlah istilah
Alkitab, tetapi mengandung kebenaran alkitabiah..

A. Menelusuri Kesaksian Alkitab tentang Allah yang Dipercayai oleh Umat Kristen

Dalam kepercayaan Kristen Allah yang disaksikan oleh Kitab Suci Alkitab dikenal dari
tindakannya yaitu, sebagai berikut:

a. Allah sebagai pencipta

Penciptaan yang dilakukan oleh Allah jelas berbeda dengan ciptaan atau karya manusia, karena
Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Allah pencipta adalah Sang
Pribadi yang Maha Kuasa. Kemahakuasaan Allah jelas dari karya ciptaan-Nya bukan saja dari
yang tiada menjadi ada melainkan juga dalam keterakturan dan kebesaran ciptaan.
Kemahakuasaan-Nya menunjukkan bahwa Allah tak terbatas oleh ruang dan waktu karena Ia
kekal adanya.

b. Penyelamat dalam Yesus Kristus

Orang Kristen percaya bahwa Allah didalam Yesus Kristus adalah Allah penyelamat.
Keselamatan menjadi tujuan utama dari kedatangan dan pelayanan Yesus Kristus. Alasan Allah
turun ke bumi dan menjelma sebagai manusia ialah berdasarkan hakikat Allah yang terdalam,
yakni kasih. Allah bukan hanya sekedar kasih, melainkan kasih itu sendiri. Jadi, pada satu sisi
Allah menjadi manusia untuk menjadi Juruselamat karena keadilan-Nya, namun pada sisi yang
lain karna kasih-Nya.

c. Pembaharu dalam Roh Kudus

Roh Kududs adalah sesungguhnya Roh Allah dan juga Roh Yesus Kristus dan dengan demikian
Ia adalah Allah itu sendiri. Karena memang sedari awal Allah adalah Roh adanya. Roh Kudus
memiliki semua ciri keilahian sama seperti yang dimiliki oleh Allah, yakni Mahahadir,
Mahatahu, dan Mahakuasa. Karya pembaharuan Allah melalui Roh Kudus bukan sekedar
semata-mata dalam agama saja, melaikan lebih intes dan pribadi ke dalam tabiat dan perilaku
manusia. Juga, pembaharuan tidak hanya berlaku bagi individu seorang saja, melainkan juga
berlaku secara serentak bagi persekutuan orang percaya yang kini kita sebut dengan Gereja.
Allah yang sama juga yang pada akhirnya membaharui segala sesuatu pada akhir sejarah.

B. Implikasi Kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta, Penyelamat, dan Pembaharu


Ciptaan-Nya

1. Implikasi Kepercayaan kepada Tuhan sebagai Pencipta

Sebagai pencipta, Allah adalah sumber kehidupan dan keberadaan. Dengan demikian, hidup kita
dan segala kepunyaan kita adalah milik Allah. Dalam hidup kita Allah berdaulat atas pilihan dan
tujuan hidup yang akan ditempuh. Pengakuan, kepercayaan akan kemahakuasaan, dan kebesaran
Allah mendorong manusia untuk mengagumi kebesaran penciptaan-Nya.

2. Implikasi Kepercayaan kepada Allah sebagai Penyelamat bagi Kehidupan Praktis

- Pertama, kepercayaan Kristen kepada Allah tidak terbatas kepada Allah yang Mahakuasa,
Agung, dan Hebat yang wajib kita sembah tetapi juga kepada Allah sebagai Penyelamat
menunjuk kepada hakikat Allah yang adalah kasih.

- Kedua, oleh karna kasih-ya yang persuasif kepercayaan kita akan diri-Nya merupakan jawaban
terhadap Allah yang mengasihi kita.

- Ketiga, keselamatan adalah karya Allah, anugerah Allah dan bukan hasil karya manusia yang
dicapai karena prestasi atau nilai kebajikan yang dilakukan oleh manusia selama ia bernafas.
3. Implikasi Kepercayaan bahwa Allah adalah Pembaharu dalam Roh Kudus

- Pertama, kepercayaan kepada Allah yang menyatakan diri dalam Roh Kudus.

- Kedua, kuasa Allah melalui Roh Kudus dapat memperbaharui orientasi nilai dan sikap hidup
etis seseorang.

- Ketiga, kuasa Allah yang bekerja melalui Roh Kudus membawa pembaharuan di dalam
kehidupan persekutuan orang-orang percaya.

- Keempat, kepercayaan akan karya Allah didalam Roh Kudus memberi dasar kepada kehidupan
yang berpengharapan bagi orang percaya.

C. Menggali Teologi Kristen: Isu Krusial yang Diperdebatkan tentang Hakikat Allah

Ajaran yang paling sulit dimengerti dan dijelaskan adalah ajaran tentang Trinitas. Dalam tulisan
ini saya hanya akan merangkum dua pendapat yakni Agustinus dan Barth.

1. Agustinus

Pendekatan Agustinus terhadap Tritunggal adalah pemahamannya tentang pribadi dan tempat
Roh Kudus. Menurutnya, Sang anak diidentifikasikan dengan "kebijaksanaan", Roh kudus
dengan "kasih". Salah satu ciri yang paling khas dari pendekatan Agustinus adalah upaya dalam
mengembangkan "analogi psikologis". Ia berpendapat bahwa dalam menciptakan dunia dan
isinya, Allah telah meninggalkan jejak yang khas dalam ciptaan-Nya. Jejak itu ada pada manusia
sebagai ciptaan tertinggi.

2. Karl Barth

Menurut Barth Trinitas mengandung arti bahwa manusia adalah pasif dalam proses penerimaan
penyataan. Proses penyataan dari awal sampai akhir ada di bawah kekuasaan Allah sebagai
Tuhan. Jadi, unruk terwujud penyataan, Allah harus mampu mengakibatkan penyataan diri
kepada manusia berdosa, walaupun mereka berdosa. Yang mana harus ada hubungan yang
langsung antara yang menyatakan diri dan penyataan itu. Penyataan menurut Barth, adalah
pengulangan (reiteration) pada waktu tertentu tentang apa yang sesungguhnya sudah ada dalam
kekekalan. Hubungan langsung yang dimaksud oleh Barth ialah Allah menyatakan diri dan
pernyataan diri sendiri dari Allah.
D. Ibadah: Sikap dan Tanggung Jawab Moral kita

Menurut saya ibadah yang memadai adalah sesungguhnya ketika manusia menjalankan apa yang
diperintahkan-Nya dengan rasa sungguh-sungguh. Berarti, yang mana saya adalah ketika saya
seorang Kristen bahwa saya harus wajib mengikuti apa yang diperintahkan dan yang
diperkenankan-Nya. Menjalankan agama bukan semata-mata melakukan secara rutin proses
ritual keagamaan sebagai bentuk formalitas semata. Gereja bagi orang Kristen bukan hanya
gedung yang selalu dikunjungi disetiap minggunya, tetapi gereja bagi orang Kristen ialah ketika
ia sadar bahwa tubuhnya sendiri ialah Bait Suci Allah.

E. Kepercayaan kepada Allah dalam Pengalaman Keberagaman!

Pengalaman keberagamaan adalah sesuatu yang sangat pribadi, meskipun praktik keberagamaan
bisa saja bersifat komunal. Menurut saya kepercayaan dalam keberagaman kepada Allah
tritunggal adalah ketika saya percaya pada satu Allah tetapi yang memiliki tiga wujud yang juga
memiliki peranan-Nya masing-masing. Dapat dijabarkan seperti Allah Bapa sebagai pencipta,
Allah Anak sebagai keselamatan, dan Allah Roh Kudus sebagai pembaharu. Terdapat beberapa
aliran kekristenan dalam penjuru dunia yaitu seperti Kristen Katolik, Kristen Protestan, Kristen
Ortodoks, Kristen Karismatik, dsb.

Tak hanya aliran kekristinan saja yang terpecah tapi dalam bentuk gerejanya juga terdapat
beberapa perbedaan dalam melayani-Nya. Misalnya saja seperti perbedaan cara ibadah dalam
gereja Katolik dengan gereja suku Protestan atau dengan gereja aliran Karismatik. Tetapi,
meskipun demikian ada satu kesamaan yang diyakini oleh setiap aliran kekristenan, yaitu Injil
yang dinyatakan dalam Alkitab. Semua aliran dan gereja yang baik berpegang pada kitab suci
Alkitab.
Bab. 3 Manusia Menurut Ajaran Kristen

Pendahuluan

Adapun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah:

1. Bersyukur kepada Tuhan yang telah mencipta, menyelamatkan, memelihara dan


membarui ciptaan-Nya;
2. Bersikap rendah hati dan bergantung kepada Tuhan yang diwujudkan antara lain dalam
ibadah yang teratur;
3. Menumbuhkembangkan sikap sabar, tangguh dan pembawa damai;
4. Menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain dalam kepelbagaian agama, suku dan
budaya;
5. Bersikap peduli terhadap sesama manusia;
6. Bersikap jujur dan adil dalam kehidupan bermasyarakat;
7. Menganalisis ajaran Alkitab tentang manusia sebagai ciptaan Imago Dei dan makhluk
religius;
8. Menganalisis ajaran Alkitab tentang manusia sebagai makhluk sosial, rasional dan
berbudaya;
9. Menerangkan dengan contoh bahwa manusia adalah makhluk etis/moral berdasarkan
ajaran Alkitab;
10. Menganalisis arti dosa baik personal dan sosial berdasarkan ajaran Kristen;
11. Menalar hasil penelaahan ajaran Alkitab tentang manusia sebagai ciptaan Imago Dei dan
makhluk religius;
12. Menyajikan hasil penelaahan ajaran Alkitab tentang manusia sebagai makhluk sosial,
rasional dan berbudaya;
13. Menggunakan hasil penelaahan ajaran Alkitab tentang manusia sebagai makhluk
etis/moral;
14. Dan mengkreasi peta konseptual dan/atau operasional tentang dimensi dosa yang bersifat
personal dan sosial menurut ajaran Alkitab.

A. Menelusuri Pemikiran-Pemikiran Modren tentang Manusia

1. Manusia Komunis
Bersumber dari teori antropologis Karl Marx. Ada tiga ciri dari antropologi Marxis, yaitu :

- Pertama, manusia sebagai suatu produk alami (natural).

- Kedua, manusia sebagai ciptaannya sendiri yang bekerja.

- Ketiga, manusia sebagai unit yang teralienasi.

2. Manusia Humanis

Mencakup eksistensialis, ilmiah, positivisme, liberal atau popular yang kadang saling
bertentangan satu sama lain. Dalam pengertian luas, humanisme berpusat pada realitas manusia
yang memberi manusia semua kepentingan dan inspirasinya yang memadai.

B. Pandangan Kristen tentang Hakikat Manusia

1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah

Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah pencipta-Nya sebagai tanah liat di
tangan penjunan. Demikianlah manusia di tangan Allah pencipta, tujuan hidupnya ditentukan
oleh khalik-Nya. Alkitab menolak teori evolusi sebagai teori asal-usul yang bertentangan oleh
firman-Nya.

2. Manusia diciptakan menurut Gambar Allah (Imago Dei)

Sudah banyak arti diberikan dalam konsep ini, antara lain sebagai wakil Allah di dunia, dalam
arti pelaksan atau mandataris Allah untuk tugas kebudayaan. Namun perlu diperhatikan, tugas
mandataris disini menunjuk kepada relasi manusia dengan ciptaan yang lain serta alam semesta
ini.

Dari berbagai arti yang ditawarkan oleh para ahli, arti yang paling mendasar ialah
potensi/kemampuan manusia untuk berhubungan atau merespons Allah. Manusia diciptakan
sebagai gambar Allah berarti manusia diciptakan sedemikian pihak lain yang diajak komunikasi
oleh Allah

3.Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah tidak
sendirian dan selalu dalam keterhubungan dengan orang lain dan berorientasi kepada sesama
(Kejadian 2:18). Orientasi kepada sesama manusia juga turut berperan dalam berbagai tindakan
religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan yang etis. Individu tidak boleh
dikorbankan demi kolektivitas, sebaliknya kolektivitas tidak bisa diabaikan demi kolektivitas.

4. Manusia sebagai Makhluk Rasional dan Berbudaya

Allah (menurut Alkitab) memberi perintah kepada manusia untuk memerintah, menaklukan,
serta memelihara alam semesta. Berbudaya adalah perintah/mandat. Mandat itu hanya bisa
dilaksanakan karna Tuhan memperlengkapi manusia dengan potensi rasional dan karena itu
dapat berbudaya. Rasionalitas adalah keunikan manusia ternyata dalam fakta bahwa kebudayaan
manusia sebagainbuah rasionalitasnya mengalami perkembangan maju dan perekmbangan itu
telah membawa kita pada apa yang dikenal dengan zaman ilmu dan teknologi modren.

5. Manusia sebagai Makhluk Etis

Manusia diciptakan sebagai makhluk Etis berarti manusia mempunyai kesadaran etis; kesadaran
untuk membedakan mana yang baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah,, dan yang
bertanggung jawab dari yang sebaliknya. Dan, hanya apabila manusa mempunyai kebebasan etis,
manusia dapat dituntut pertanggungjawaban etis.

C. Paradoks dalam Kehidupan Manusia dan Masyarakat

Yang dimaksud paradoks disini adalah pada satu sisi penciptaan manusia sebagai makhluk
religius, sosial, rasional, dan berbudaya serta etis menunjukkan sisi keagungan manusia
dibandingan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain. Pada sisi lain, kita juga diminta untuk
belajar dan menyaksikan dan bahkan mengalami sendiri tentang sisi kelam dari kehidupan
manusia. Dalam kekeristenan dipercayai paradoks ini terjadi karena manusia telah jatuh ke
dalam dosa (Kej. 3). Disini dosa dipahami bukan sekadar pelanggaran moral yang dilakukan oleh
manusia, melainkan sikap memberontak kepada Allah, yakni menolah otoritas Allah yang
menentukan tujuan hidup manusia. Karena hakikat manusia sebagai makhluk sosia, dosa menjadi
tidak dapat diabatasi hanya sebagai dosa pribadi saja, namun juga harus dipahami sebagai dosa
sosial. Yang dimaksud dosa sosial ialah dosa yang dihasukkan tanpa sengaja. Dosa tersebut
memiliki konsekuensi menghasilkan sesuatu yang jahat tetapi pelakunya tidak merasa bersalah
dalam pengertian yang biasa.
Baum mencoba mendeskripsikan dosa sosial dalam berbagai tingkatan. Tingkatan pertama dosa
soaial terdiri atas kecenderungan yang tak adil dan tak manusiawai dalam berbagai kehidupan
kolektif manusia seperti institusional, agamawi, ekonomi, politis, dan lain sebagainya. Tingkatan
kedua dari dosa sosial ialah mengambil bentuk simbol kultural dan agamawi yang hidup dalam
imajinasi dan didukung oleh masyarakat, serta membenarkan dan memperkuat lembaga yang
tidak adil, dan oleh karena itu memperburuk kerugian/kerusakan bagi banyak orang. Tingkatan
ketiga dari dosa sosial merujuk kepada kesadaran palsu yang dicipyakan oleh institusi dan
ideologi yang digunakan untuk melibatkan diri secara kolektif, dalam tindakan destruktif seolah
mereka melakukan hal yang benar. Tingkatan keempat ini dosa sosial terdiri atas keputusan
kolektif yang diperkuat oleh kesadaran yang didistorsi, yang meningkatkan ketidakadilan dalam
masyarakat dan memperkuat kekuasaan dari tren-tren dehumanisasi.

D. Membaharui Hubungan dengan Allah, Sesama, dan Alam Ciptaan

Konsisten dengan kepercayaan akan Allah sebagai penyelamat dan pembaharu, kekristenan
percaya akan penyelamatan dan pembaharuan relasi dengan Allah melalui Kristus dan Roh-Nya.
Kesalamatan tidak boleh dipahami hanya bersifat individual tetapi juga dipahami secara sosial.

E. Pandangan-Pandangan Teologi Kontemporer tentang Manusia dan Masa Depannya

Erns Bloch seorang filsuf ateis beropini manusia hidup dalam dunia yang sedang terjadi juga
belum terjadi. Oleh karenanya selalu memiliki kemungkinan terbaru. Manusia pada dirinya
sendiri adalah sosok makhluk dengan bermacam kemungkinan.

Teolog ternama Jurgen Moltman dengan Theology of Hope dipengaruhi oleh prinsip
pengharapan dari Bloch. Menurut Moltman pengharapan eskatolohis tak hanya berbicara
mengenai penyelamat jiwa saja, tetapi lebih dalam dari itu seperti perdamaian, keadilan,
kebebasan dari penindasan yang harus diupayakan untuk diwujudkan.

F. Rangkuman

Singkatnya dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai
hakikat sebagai makhluk religius yang selalu sadar akan adanya kodrat ilahi. Manusia juga
sebagai makhluk sosial yang selalu berorientasi kepada sesama. Hal ini seharusnya membuat kita
melihat sesama sebagai sesama dalam hubungan antar subjek bukan subjek dengan objek dan
bebas dari dominasi. Manusia juga adalah makhluk rasional yang berbudaya dan perkembangan
kebudayaan sudah mencapai tingkatnya yang sangat canggih, namun rentan dipakai secara salah.
Karena itu, harus dipakai secara bertanggungjawab karena memang manusia adalah juga
makhluk etis. Namun dosa membuat keagungan manusia ternodai, dan membawa dampak
rusaknya relasi dengan Tuhan, sesama, diri sendiri serta alam yang tampak dalam berbagai
patologi sosial dan alam. Kabar baiknya adalah bahwa manusia dimungkinkan hidup dalam
relasi yang diperbaharui oleh karena penyelamatan Allah dalam Kristus dan Roh Kudusnya.

Anda mungkin juga menyukai