Anda di halaman 1dari 12

Nama : Steven Yosafat

NIM : 19212031
Prodi : Pendidikan Agama Kristen 2019

BAB 4
Bagi Iman Kristen

Komunitas Kristen perlu menyadari bahwa mereka memiliki tujuan bahwa pendidikan
berusaha untuk mempromosikan iman Kristen yang hidup. Iman adalah pemberian Allah. Iman
Kristen adalah kehidupan yang dijalani sebagai respons terhadap Kerajaan Allah didalam Yesus
Kristus. Namun meskipun iman adalah pemberian Allah dan Roh Kudus yang memberi
pertumbuhan iman, bukan berarti meniadakan atau melebih-lebihkan pemberitaan dan tanggung
jawab pendidikan dari komunitas Kristen.

Bentuk Iman Kristen sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi secara esensial :
1) Keyakinan, 2) hubungan yang penuh kepercayaan, dan 3) kehidupan agape yang hidup. Dari
ketiga dimensi ini dapat diekspresikan dalam tiga kegiatan : 1) Iman sebagai kegiatan percaya
(faith as beliving), 2) iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), dan 3) Iman
seabgai kegiatan melakukan (faith as doing). Dalam setiap kegiatan menjalankan pendidikan
agama kegiatan ini dapat digunakan. Iman Kristens timbul dari iluminasi batiniah yang
menentukan seseorang percaya. Oleh anugerah Allah yang sama dan pengaruh kecerdasan
berpikir milik kita sendiri, kencendrungan untuk percaya diekspresikan dalam kepercayaan-
kepercayaan yang dinyataakn yang diyakini dan disetujui. Akan tetapi deskripsi intelektual tidak
dapat diterima sebagai deskripsi iman Kristen yang lengkap. Iman Kristen harus lebih daripada
kepercayaan jikan iman Kristen adalah realitan yang hidup.

Kata bahasa inggris faith berasal dari kata latin fidere yang berarti “mempercayakan”.
Kegiatan iman kristen percaya (believing) menunjuk tindakan kognitif, maka kegiatan iman
Kristen (trusting) terutama bersifat afektif. Kegiatan iman Kristen mempercayakan adalah
dimensi iman yang berdasarkan kepercayaan. Tekanan pada dimensi iman Kristen yang
berdasarkan kepercayaan memperlihatkan kebenaran yang tidak pernah boleh diabaikan atau
dianggap sudah otomatis. Iman Kristen juga harus memiliki respons, iman Kristen sebagai
respons terhadap kerajaan Allah dalam Kristus harus mencakup melakukan kehendak Allah. oleh
karna itu iman Kristen yang hidup sekurang-kurangnya memiliki tifa kegiatan yang penting :
kegiatan percaya (believing), mempercayakan (trusting), dan melakukan (doing).
Tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk mensponsori atau membawa orang-orang
ke arah iman Kristen yang dewasa sebagai realitas yang hidup. Ada beberapa aspek yang penting
dalam tujuan PAK yang pertama, bahwa Iman Kristen adalah pemberian Allah yang anugerah-
Nya menyentuh inti batiniah seseorang dan membimbing seseorang kearah hubungan yang hidup
dengan Allah didalam Yesus Kristus. Tugas pendidik dalam komunitas adalah menjaga cerita
dan firman Tuhan dan mampukan setiap orang untuk memakai dan menanamkan tradisi iman
Kristen yang mencangkup tugas membimbing mereka untuk merespon anugerah Allah. Ada
dimensi iman Kristen yang bersifat kognitif, yakni kegiatan percaya. Dimensi iman Kristen
bersifat kognitif yang dimana memberi tugas kepada para pendidik agama Kristen untuk
mengajarkan ekspresi tradisi iman kita yang bersifat doctrinal kepada para anggota baru. Ada
dimensi iman Kristen yang bersifat afektif, yakni kegiatan mepercayakan. Pendidikan agama
Kristen harus membantu pertumbuahan spiritual para partisipannya, memperdalam hubungan
mereka dengan Allah di dalam Yesus Kritus. Dan Kegiatan pendidikan agama Kristen memiliki
tugas mempromosikan perbuatan baik dan ikatan persahabatan yang dalam dan kekal dengan
seluruh umat manusia.

Ada dimensi iman Kristen yang berhubungan dengan tingkah laku, yakni kegiatan
“melakukan”. Dimensi-dimensi iman Kristen yang lain juga meminta kegiatan, tetapi dengan
kegiatan menunjuk kepada jenis keterlibatan yang khusus di dunia yang diwajibkan oleh iman
Kristen. Pada bagian yang terakhir yaitu Iman Kristen adalah proses perkembangan yang
berlangsung sepanjang kehidupan yang mencangkup manusia yang utuh. Iman Kristen
diwujudkan dalam kehidupan manusia memerlukan sekurang-kurangnya tiga kegiatan yaitu
percaya, mempercayakan, dan melakukan.

Kesimpulan

Iman Kristen merupakan bagian penting yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang
yang percaya kepada Tuhan. Iman merupakan bagian yang diberika Tuhan kepada manusia
untuk memiliki keyakinan dalam kehidupan. Iman Kristen membutuhkan suatu pertubuhan
terutama percaya akan rencana Tuhan maka dari itu hal ini menjadi bagian tugas dan tanggung
jawab dari pendidikan agama Kristen yang dimana berfungsi menceritakan serta menanamkan
firman Tuhan dalam kehidupan orang percaya, sehingga terjadinya suatu pertumbuhan iman.

BAB 5
BAGI KEBEBASAN MANUSIA

Tujuan utama kerajaan Allah pendidikan agama Kristen memiliki dua tujuan terdekat
yaitu iman Kristen dan kebebasan manusia. Dalam kegiatan pendidikan dan sesungguhnya dalam
kehidupan Kristen, iman Kristen dan kebebasan manusia satu sama lain sama-sama penting
sebab penyebab yang efektif yang menimbulkan akibat. Pendekatan yang menggambarkan
kebebasan manusia di bawah rubric “kebebasan untuk” dan “kebebasan diri” adalah sangat
berguna. Titik pangkal untuk mengafirmasi kemungkinan kebebasan kita adalah pernyataan
Alkitab bahwa kita diciptaan oleh pencipta yang bebas. Bahwa Allah bertindak sebagai pencipta
yang bebas adalah hal yang mendasar dalam pemahaman Yahudi dan Kristen mengenai Allah.
Karena, kebebasan kita adalah kebebasan bagi Allah dalam pengertian yang dalam adalah
kebebasan yang asbolut artinya dalam arti tidak ada orang lain, tetapi hanya Allah yang dapat
memahaminya dengan sempurna. Kebebasan dari perspektif Kristen adalah kebebasan untuk
menjadi apa kita dipanggil, yakni kebebasan menjadi satu dengan Allah yang diekspresikan
dalam kebebasan bersekutu dengan orang lain dan kebebasan melayani orang-orang lain.

Melihat kembali dosa dan keselamatan yaitu disa bersifat personal atau pribadi dan
sosial, keselamatan di dunia ini dan di dunia akhirat. Yesus sang pembebas yaitu dimensi
kebebasan dalam Yesus Kristus. Iman Kristen yang hidup menuju pada kebabasan manusia
sehaeusnya sekarang sangat jelas. Oleh karena itu, iman Kristen dan kebebasan manusia ada
bersama-sama sebgai sebab dan konsekuensi satu sama lain.

KESIMPULAN

Allah memberikan hak kebebasan kepada manusia, maka dari itu setiap manusia
diberikan suatu kesempatan yang sama. Namun istitilah kebebasan tetap harus ada yang
menginkat bahwa tetap memerhatikan bagaimana keadaan dan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan agama Kristen menjadikan kebebasan manusia itu menjadi lebih terarah kemana
ranah yang sebenarnya dari kebebasan dan iman Kristen.

BAB 6
MENJADI KRISTEN BERSAMA-SAMA.

Eksternalisasi yaitu manusia dapat menjadi manusia hanya dalam hubungan dengan
manusia yang lainnya. Objektifikasi yaitu dengan memakai symbol-simbol yang dipakai dan
dijaga bersama, dimana bahasa adalah yang paling utama bagi orang-orang memakai ideology
kelompok mereka. Internaliasasi yaitu setelah mengeksternalisasi diri kita ke dalam kebudayaan
dan masyarakat mulai memiliki kehidupan milikinya sendiri pemeberdayaan-pembedayaan dan
pembatasan-pembatasan dari dunia sekarang dimasukan kembali ke dalam kesadaran kita
sebagai milik kita sendiri. Dialektika diri atau masyarakat.

Sosialisasi Kristen dan Pendidikan Agama Kristen yaitu Horace Bushnell (1802-1876)
para orangtua dan keluarga dalam pembentukan Kristen. George Albert Coe (1862-1951)
gerakan pendidikan di gereja. Pendekatan dialektis terhadap pendekatan sosialiasi.

KESIMPULAN

Pendidikan Agama Kristen membutuhkan konteks komunitas iman Kristen, dan


komunitas yang demikian membutuhkan kegiatan pendidikan yang kritis yang lebih dari pada
agen sosialisasi yang lain. Dengan demikian, pemahaman mengenai sosialisasi dan edukasi
berhubungan erat dengan struktur dan praktik dalam masyarakat. Sosialisasi dan edukasi
dibedakan untuk memperlihatkan bahwa sosialisasi tidaklah cukup memadai untuk menampung
pemahaman dan praktik Pendidikan Kristiani. Namun demikian, tidak mungkin ada cara lain
yang dapat dilakukan tanpa sosialisasi. Sebagian pandangan menempatkan edukasi sebagai
dimensi dari sosialisasi. Sebagian lain melihatnya sebagai dua entitas dan proses yang
berpangkal pada asumsi yang berbeda dan berujung pada tujuan yang berbeda pula.

BAB 7

MENCARI “CARA MENGETAHUI” BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Epistemologi adalah kebutuhan yang mendesak bagi para pendidik. Berdasarkan hakikat
kegiatannya, seluruh pendidikan dimaksudkan untuk mempromosikan “pengetahuan”. Jika para
pendidik harus memilih dengan sengaja cara mengetahui yang di atasnya pengajaran mereka
didasarkan, pilihan harus dibuat di antara pelbagai pandangan epistemologis yang berbeda. Para
pendidik harus memberi pertimbangan utama memakai cara mengetahui (a way knowing) yang
mampu mempromosikan tujuan ke arah mana usaha pendidikan mereka yang khusus
dimaksudkan. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus tahu hakikat dan tujuan kegiatan kita dan
konteks di mana pendidikan agama Kristen terjadi.

Apapun cara mengetahui yang kita gunakan, cara tersebut harus mampu mempromosikan
kegiatan pendidikan yang hakikat dan tujuannya seperti menuntun orang-orang ke arah respons
yang hidup pada Kerajaan Allah di dalam Kristus. Adalah tepat untuk menemukan cara
mengetahui melalui Alkitab. Dalam Alkitab, dinyatakan tentang “mengenal Allah”. Secara tidak
langsung dengan menyelidiki apa artinya mengenal Allah dan bagaimana Alkitab
menggambarkan proses pengenalan itu kita menemukan cara mengetahui. Oleh sebab itu, cara
mengetahui yang kita pilih sebagai fondasi bagi pendidikan agama Kristen harus sesuai dengan
Alkitab dan mampu mempromosikan “mengenal Allah” sebagaimana yang dipahami dalam
Alkitab.

Mengenal Allah menuntut pengakuan yang aktif kepada Allah dan kemudian mewajibkan
ketaatan pada kehendak Allah. Mengenal Allah dalam pengertian orang Yahudi muncul dari
pengalaman yang hidup, mewajibkan agar orang tersebut dimiliki oleh Allah, mengakui dalam
pikiran dan hati kedaulatan Allah, merespons dengan melakukan kehendak Allah. “Mengenal
Allah” didasarkan pada 1) mengenal dan mengasihi, 2) mengenal dan menaati, 3) mengenal dan
percaya. Dengan demikian, “mengenal Allah” adalah kegiatan yang dinamis, yang didasarkan
pada pengalaman, hubungan yang melibatkan manusia yang utuh dan diekspresikan dalam
respons yang hidup ketaatan yang penuh kasih pada kehendak Allah. Maka dari itu, pendidikan
agama Kristen harus didasarkan pada cara mengetahui yang bersifat reflektif atau berdasarkan
hubungan atau pengalaman yang diinformasikan oleh Cerita dan Visi iman.

Pendukung yang paling penting yang mendukung pendidikan didasarkan pada cara
mengetahui yang berdasarkan pengalaman adalah John Dewey. Ia mendesak agar pengetahuan
harus dibenarkan oleh penyelidikan logika yang berdasarkan percobaan, memberi definisi teknis
pendidikan sebagai reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang
meningkatkan kemampuan mengarahkan arah pengalaman yang berikutnya.

Dalam pendidikan agama Kristen, perubahan epistemologis yang sama adalah nyata.
Bahwa telah ada perubahan penting ke arah cara mengetahui yang berdasarkan hubungan,
pengalaman, dan bersifat aktif. James Michael Lee berpendapat bahwa belajar terdapat dalam
pengalaman dan dari pengalaman. Cara mengetahui yang berdasarkan pengalaman bagi
pendidikan agama juga didukung oleh banyak teoretikus terkenal, seperti Lewis Sherril, Iris
Cully, Randolph C. Miller, D. Campbell Wyckoff dan masih banyak lagi. Tidak satu pun dari
mereka membatasi pengetahuan Kristen pada apa yang dapat ditemukan dalam hubungan-
hubungan dan pengalaman masa kininya sendiri.
Akan tetapi, meskipun terdapat perubahan epistemologis dalam pendidikan agama
Kristen ke cara yang berdasarkan pengalaman, ada juga yang masih meletakkan penekanannya
pada pengajaran isi (teori) berita Alkitab dan tradisi Kristen. Tetapi kembali kepada para
pendidik agama Kristen harus dapat dengan tepat menyatakan bahwa ini sesuai dengan
pemahaman Alkitab tentang bagaimana cara “mengenal Allah”.

Dengan mempertimbangkan jenis pengetahuan yang harus dipromosikan pendidikan


Kristen, maka dapat dinyatakan bahwa praksis tersebut adalah yang paling mampu memenuhi
tugas. Yaitu berdasarkan hubungan, pengalaman, dan bersifat reflektif.

KESIMPULAN

Pendidikan agama Kristen memiliki tugas menjaga dan mempertahakan tiga dimensi
waktu yaitu masa lampau, masa kini dan masa depan. Tujuan dalam kegiatan pendidikan adalah
menuntun orang-orang ke luar ke arah respons yang hidup pada Kerajaan Allah di dalam Yesus
Kristus. Yang oleh anugerah Allah, adalah iman Kristen yang hidup. Iman Kristen yang hidup
adalah cara mengetahui diri sendiri, Allah dan dunia. Banyak cara mengetahui diri sendiri dan
dunia. Oleh karena itu, jika para pendidik harus memilih dasar pengajarannya, pilihan harus
dibuat di antara pandangan epistemologi. Yakni cara mengetahui yang berdasarkan
pengalaman/hubungan dan bersifat aktif/reflektif. Para pendidik agama Kristen dapat dengan
tepat menyatakan bahwa ini sesuai dengan pemahaman Alkitab yaitu tentang bagaimana cara
kita “mengenal Allah”. Dengan demikian, kegiatan pendidikan agama Kristen harus dengan setia
menyampaikan dan mengajarkan berita Kekristenan.

BAB 8

BEBERAPA DASAR FILOSOFIS BAGI CARA MENGETAHUI PRAKSIS.

Melihat dari orang yang bebas memiliki tiga cara berbeda dalam berhubungan secara
cerdas dengan kehidupan, atau sebaliknya, tiga kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
pengertian. Yaitu Theoria, Praxis, dan Poiesis, dimana tiga gaya hidup ini diperlihatkan adalah
kehidupan spekulatif yang merupakan kehidupan kontemplasi dan refleksi, kemudian kehidupan
praktis yang merupakan kehidupan etis yang dijalani dalam konteks politik. Kehidupan produktif
yang merupakan kehidupan yang diabdikan untuk membuat artefak-artefak atau usaha-usaha
artistic.

Pada mulanya usaha-usaha katekese sungguh-sungguh didasarkan pada cara mengetahui


yang terdapat dalam Alkitab. Bahwa menjelaskan gaya hidup yang menuju oada keselamatan
adalah kehidupan yang bermoral di tengah-tengah dunia. Akan tetapi dengan munculnya sekolah
katekese di Alexandira perubahan dapat dilihat dalam pemahaman orang Kristen mengenai
proses mengenai Allah. Para penganut aliran Alexandria memberikan bantuan yang diperlukan
pada masa mereka. Unsur filasat Yunani yang mengetahui intelektual dan spekulatif diperlukan
untuk mengembangkan teologi Kristen.

Konsep Hegel mengenai Geist benar-benar sukar diringkaskan. Pada dasarnya, Geist
berarti “Roh” yang meliputi dan mahakuasa, yakni jumlah seluruh kekuatan yang mengarahkan
seluruh ciptaan dan kemungkinan. Konsep Geist Hegel dapat digambarkan sebagai gabungan
antara konsep Yunan akal yang tertinggi serta tradisi Yahudi dan Kristen Allah yang transenden
atau imanen.

Bagi Marx realitas yang melingkupi bukan Geist seperti yang ditegaskan Hegel, tetapi
hubungan umat manusia dalam sejarah, kekuatan yang menggerakan dalam sejarah bukanlah
pemeliharaan ilahi, tetapi kerja umat manusia yang membentuk diri. Menurut Marx, didalam
kerja orang-orang mengeksternalisasi diri mereka dan dengan demikian diobjektifikasi, menjadi
siapa mereka. Kehidupan batiniah diekspresikan dan mengambil bentuk dalam benda-benda
yang dihasilkan orang-orang. Bagi Marx kebebasan hanya dapat ditimbulkan oleh praksis
manusia dalma sejarah.

Bagi Habermes seluruh kegiatan mengetahui memiliki minat yang bersifat membentuk
pengetahuan. Yakni orientasi utama subjek yang mengetahui yang mempengaruhi hasil apa yang
diketahui. Ada tiga asumsi filosofis yang utama dimana pendekatan pendidikan Freire didasarkan
pertama humanisasi adala panggilan utama manusia, kemudian orang-orang mampu mengubah
realitas mereka, kemudian pendidikan tidak pernah netral, pendidikan selalu memiliki
konsekuanse-konsekuensi politis atau dapat mengontrol orang-orang dengan menyesuaikan
mereka dengan masyarakat yang ada atay untuk membebaskan mereka untuk menghadapi
realitas mereka secara kreatif dan kritis agar mengubahnya.
KESIMPULAN

Setiap filosofis mempunyai cara dan bentuk yang berbeda, namun bukan berarti setiap
pandangan tidak dapat diterima kejelasannya. Setiap pandangan kembali dilihat
kesinambungannya dengan kegiatan Pendidikan agama Kristen sehingga setiap filosofis dapat
berguna dengan fungsi dan caranya tersendiri.

BAB 9
BERBAGI PRAKSIS KRISTEN

Dalam komponen berbagi praksis pendidikan agama Kristen diuraikan sebagai


persekutuan orang Kristen yang saling berbagi dalam suatu dialog refleksi kritis atas dasar suatu
tindakan masa kini dari sudut cerita Kristen dan Visinya kearah iman Kristen yang hidup.
Berbagai praksis terjadi dalam situasi dialog kelompok. Keterlibatan masa kini itu sebenarnya
adalah perwujudan dari cerita dan visinya, dan refleksi kristis atas cerita dan visinya terjadi dari
sudut cerita komunitas-komunitas Kristen dan respon yang diminta cerita itu. Ada lima
komponen utama dalam pendidikan Kristen dengan berbagai praksis, masing-masing
memerlukan penjelasan yang mendatail. Hal tersebut adalah : 1) tindakan masa kini, 2) refleksi
kriktis, 3)dialog, 4) cerita, dan 5) visi yang muncul dari cerita.

Tindakan masa kini memiliki arti keterlibatan individu sebagai manusia yang utuh
didunia, setiap perbuatan dilakukan secara sengaja. Hal ini termasuk kedalam apa yang kita
sedang lakukan dengan fisik, emosional, intelektual, dan spiritual ketika individu hidup dilevel
pribadi, antar perorangan, dan sosial, yang dimana sampai taraf tertentu tindakan masa kini
meliputi jenis kegiatan manusia apa aja yang melampui kegiatan metabolis tubuh kita yang tak
dapat dihindarkan. Lalu masuk kepada refleksi kritis, yang mempunyai arti sebuah kegiatan
dimana seseorang mempergunakan penalaran yang kritis untuk mengevaluasi masa kini, memori
yang kritis untuk menemukan masa lampau dimasa kini, imajinasi yang kreatif untuk
membayangkan masa depan dimasa kini.

Masuk kepada bagian Dialog, hal ini menjadi bagian penting untuk membentuk
komunitas Kristen dalam kelompok. Karena konteks umum pendidikan Kristen harus komunitas
iman Kristen, maka konteks terdekat adalah lingkungan belajar, dimana kegiatan pedagogis yang
dilakukan secara sengaja itu sednri harus komunitas Kristen. Dialog sangat penting dalam
konteks pendidikan agama yang mempergunakan pendekatan berbagai praksis karena dialog para
partisipan adalah bagian yang penting dalam katekese. Lalu masuk kepada Cerita, perlu
diketahui bahwa Alkitab dan tradisi dapat dipakai untuk disampaikan dalam metafora cerita.
Yang dimaksudkan cerita Kristen adalah seluruh tradisi iman dari orang-orang kita yang
diekspresikan atau diwujudkan. Cerita dimaksudkan sebagai metafora bagi seluruh ekspresi yang
demikian dari tradisi iman kita karena seluruhnya adalah bagaian dari cerita Kristen.

Visi, sebagai representasi respons yang hidup yang komprehensif yang cerita Kristen
minta dan janji yang Allah buat dalam cerita itu. Visi adalah respons kita terhadap cerita dan
janji Allah dalam cerita, dan cerita adalah penyingkapan Visi. Visi hanya dapat diketahui jika
visi itu sendiri direalisasikan dan pemahaman yang sekarang disesuaikan untuk bergerak ke arah
Visi. Untuk mempertahankan kesatuan sejak awal teori dan praksis, cerita/visi dan praksis masa
kini satu sama lain harus dipertahankan secara sengaja dalam kesatuan dialektis.

Dalam kelompok pendidikan yang memakai pendekatan berbagai praksis para partisipan
berusaha memakai tradisi iman secara kritis dalam praksis mereka sendiri dan diminta untuk
memilih praksis Kristen yang selanjutnya sebagai respon terhadap dialog dan refleksi mereka
yang dibagikan. Tanpa garis-garis pedoman untuk mengetahui apa yang harus diafirmasi, ditolak
dan dilampui dalam cerita, ada bahaya yakni sesuatu yang penting dan kebenaran yang abadi
dalam cerita ditolak.

Ketika subuah kelompok berkumpul melaksanakan pendidikan agama Kristen dengan


pendekatan berbagai praksis, kelompok tersebut harus datang bersama dalam doa permohonan.
Para partisipan memerpukan garis-garis pedoman untuk mengarahkan mereka ketika mereka
melaksanakan kewajiban mereka dari sisi manusia untuk menemukan makna kegiatan Allah
dalam sejarah dan respon mereka yang cocok. Maka dari komposisinya adalah 1)
mempertahankan kesinambungan dengan dan kesetiaan pada cerita orang-orang Kristen, 2)
memilih respons yang sesuai dengan visi kerajaan Allah dan 3) diinformasikan oleh seluruh
gereja yang mengajar dan belajar juga oleh penilaian kelompok milik mereka, maka dengan
batuan Roh Kudus yang menolong, mereka sangat mungkin dapat menemukan rencana Allah
bagi mereka dan apa respon mereka yang seharusnya.

KESIMPULAN

Dalam kegiatan pendidikan agama Kristen didalamnya harus adanya praksis-praksis yang
membentuk pendidikan agama Kristen itu sesuai dengan tujuan dan rencana Allah. didalamnya
sendiri adanya cerita, visi, dialog serta yang lainnya yang dimana harus dijalankan secara
berkesinambungan sehingga memunculkan pembelajaran pendidikan agama Kristen. Hal ini
yang menjadi perhatian oleh komunitas pendidikan agama Kristen dalam menjalakan
pembelajaran.
BAB 10

BERBAGI PRAKSIS DALAM PRAKSIS

Dalam konteks pendidikan agama Kristen yang menggunakan berbagai praksis seseorang
harus memberikan kesempatan kepada para partisipan untuk mengungkapkan dimensi tindakan
Kristen masa kini mereka, merefleksikan apa saja secara kritis sejauh yang mereka mampu
mengenai apa yang mereka telah ungkapkan, dan membagikan refleksi-refleksi mereka dalam
dialog. Tiap-tiap kegiatan praksis yang dibagikan memiliki fokus perhatian yang khusus.

1. Para partisipan diminta untuk mengungkapkan kegiatan mereka yang berhubungan


dengan topic perhatian (tindakan masa kini).
2. Mereka diminta untuk merefleksikan mengapa mereka melakukan apa yang mereka
lakukan, dan apa konsekuensi yang mungkin terjadi atau yang diharapkan dari tindakan
mereka (refleksi kritis)
3. Pendidik mengemukakan cerita komunitas Kristen yang berhubungan dengan topic yang
seda dibicarakan dan respons iman yang dimintanya (cerita dan Visinya) kepada
kelompok.
4. Para partisipan diminta untuk memakai cerita bagi kehidupan mereka dalam dialektika
dengan cerita mereka
5. Ada kesempatan untuk memilih respons iman pribadi bagi masa depan.

Tiap unit praksis yang dibagikan pasti memiliki fokus tertentu itu, yakni dimensi atau
pengalaman iman Kristen yang akan kelompok perhatikan. Pendidikan biasanya adalah orang
yang menetapkan fokus perhatian dalam kelompok.

Beberapa refleksi umum tentang menggunakan berbagai praksis yang harus dapat
diperhatikan. Seperti halnya dalam variasi dan urutan gerakan-gerakan, urutan yang dipakai
untuk menjelaskan gerekan disini adalah pola umum yang telah digunakan dalam praksis yang
digunakaan. Dimana dengan mengungkapkan tindakan masa kini dan merefleksikanya akan
mengahadirkan tradisi iman Kristen yang berhubungan dengan fokus perhatian, disusul olhe
kesempatan bagi para partisipan untuk memakai tradisi iman Kristen bagi kehidupan mereka dan
membuat keputusan-keputusan bagi respons Kristen, kelihatannya sebuah urutan logis yang
muncul dari selurh dasar pemikiran praksis. Setiap gerekan-gerakan harus mengalir bersama-
sama disusun secara utuh seperti orchestra, daripada mengikuti urutan langkah dalam baris-
berbaris. Ketika konteks adalah komunitas iman Kristen, ada berbagai praksis Kristen terus
menerus dikomunitas yang kemudian dapat diungkapkan dan direfleksikan dalam pendidikan
yang dilakukan dengan sengaja memakai pendekatan berbagai praksis.

Dalam penggunaan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu unit pendekatan
berbagi praksis, maka jika diperhitungkan seperti halnya terjadinya dialog dilakukan secara 10
menit. Dalam konteks ruang kelas waktu yang paling singkat yang dipakai untuk mewartakan
satu uni yang lenkap adalah empat puluh menit. Dan tempat yang diguanakan, tempatnya secara
khusus disebutkan ada dua dimensi yang saling memilki hubungan terkait yaitu lingkuangan
emosional seperti adanya suasana pertemua gembira, keramahan dan keterbukaan. Sedangkan
fisik bagaimana kondisi dibentuk sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Bagian penting lainnya yaitu adanya liturgi, hal ini sendiri berfungsi untuk memampukan
orang-orang merituliasasikan dan mengekpresikan bersama dalam ibadah hubungan mereka
dengan Allah. Liturgi meritualisasikan dan menyelenggarakan ibaadah sebagai hubungan iman
yang hidup anata umat dengan Allah dan perjanjian Allah dengan umat. Liturgy juga
memperdalam dan mempromosikan hubungan iman. dengan demikian liturgy dan pendidikan
menjadi masing-masing mengkhinati tujuan masing masing dan mengira bahwa mereka terpisah
berarti gagal melihat hubungan timbal balik yang mendalam yang terjadi diantara mereka dalam
kehidupan komunitas Kristen

KESIMPULAN

Setiap aspek yang menjadi dukungan berbagi praktis dalam praksis menjadi bagian
penting dalam penyelenggaraan dan pemberitaan pendidkan agama Kristen. Setiap aspek yang
terkandung dalamnya menjadi bagian yang penting sehingga dalam terwujudnya kegiatan-
kegiatan baik pendidikan atau ibadah. Perlu adanya pertimbangan yang matang dengan melihat
konsekuensi dari setiap aspek sehingga setiap pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

BAB 11

BERBAGI PRAKSIS DARI PERSPEKTIF PIAGET

Piaget adalah seorang filsuf, ahlo biologi, ahli ilmu logika dan ahli psikologi, tetapi lebih
akurat disebut ahli epistemology genetic. Bagi Piaget pengetahuan dpada dasarnya bersifat aktif
dan berasal dari tindakan atas dunia. Lebih tepatnya pengatahuan dimbul dari tindakan dan
interaksi antara subjek yang menghatahui dan objek yang diketahui. Tindakan subjek yang
mengetahui dapat berdasarkan persepsi, intuisi, atau motoric tentang respon, perasaan dan
tindakan.

Piaget menjelaskan bahwa ada beberapa tahap dalam perkembangan, yang pertama tahap
perkembangan kognitif. Menurut Piaget perkembangan kognitif seseorang melewati tahap-tahap
tertentu yang tumpang tindih, tetapi dapat dibedakan mulai pada saat pertama kehidupan dan
biasanya mencapai kesempurnaan. Tahap yang dimaksudkan adalah separangkat operasi pikiran
yang terpadu dan biasanya struktur psikologis yang stabil yang memberi ciri setiap tingkap
perkembangan kognitif. Dalam persoalan kecerdasaan intelektual Piaget memahami bahwa
setiap tahap memiliki bentuk kecerdesan yang khusus bahkan tahap yang paling awal sekalipun.
Piaget menyimpulkan bahwa penelitian dan penemuan tentang tahap perkembangan manusia
menjadi lebih jelas meskipun dia sendiri tidak selalu menjelaskan implikasinya secara lengkap.
Tujuan pendidkan menurut Piaget adalah untuk menciptakan orang-orang yang mampu
melakukan hal-hal baru, tidak hanya mengulangi apa yang generasi lain telah lakukan orang-
orang yang kreatif, inventif, dan penemu-penemu. Dan membentuk pikirian-pikiran yang kritis,
dapat membuktikan, dan tidak menerima semua yang ditawarkan. Dua dimensi pengertian Piaget
yang saling berhubungan erat, yakni sifat dan proses pengetahuan memiliki relevansi yang
khusus bagi para pendidik. Pertama bahwa kognisi yang autentik adalah proses yang aktif,
kreatif dimana subjek yang mengetahui berdasarkan tingkah lakunya berinteraksi dengan apa
yang diketahui, dan tidak secara pasif menirunya. Kedua kegiatan mengetahui yang
dipromosikan oleh pendidikan yang dilakukan secara sengaja adalah bersifat dialektis. Harus ada
hubungan dialektis antara asimilasi dan akomodasi dan juga pengetahuan figurative dan operatif.
Maka pendidikan harus mempromosikan proses yang aktif, dialektis dan kreatif dimana
pengetahuan adalah kegiatan subjek yang mengetahui yang bersifat membentuk.

Secara khusus Piaget menjelaskan pendekatan berbagi praksis pendidikan agama Kristen
berdasarkan perspektifnya Piaget yaitu ; yang pertama bahwa pengatahuan pada dasarna adalah
bersifat aktif dan mengetahui sebuah objek berarti bertindak atas objek tersebut dan
mengubahnya. Setidaknya hal ini menyatakan bahwa praksis berada pada atas dasar yang sangat
kuat dari perspektif Piaget. Yang kedua bahwa berbagi praksis sebagai sebuah pendekatan
pendidikan agama Kristen yang umum. Tekanan Piaget pada tindakan reflektif dalam proses
pengetahuan, tekanannya pada interkasi sosial dan pengelaman, dan pemahamannya yang
dialektis tentang hubungan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui menutut
proses pendidikan yang tentu saja sangat sama dengan cara kerja utama pendekatan berbagi
praksis. Namun yang harus menjadi perhatian adalah deskripsi Piaget jangan diterima secara
otomatis sebagai preskripsi, karena dia berpendapat bahwa pemikiran absatrak tidak terjadi
sebelum tahap operasional formal, ini tidak berarti kita tidak mendorong para pelajar pada tahap
yang lebih awal untuk mulai melakukannya.

KESIMPULAN

Persepektif Piaget akan berbagi Praksisi ini dapat menjadi bagian dari perkembangan
dunia pendidikan agama Kristen namun tetap harus ada yang diperhatikan dari pendapatnya ini,
tidak dapat langsung diterima jika tidak adanya penelaah atau analisa yang baik dari bagian-
bagian pendapatnya Piaget. Namun tentu tetap diharapkan adanya perkembangan dari Piaget
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai