Anda di halaman 1dari 3

Nama : Vinsensius Purba

NIM : 1803321052

JURUSAN : Elektronika Industri (EC – 1D)

POKOK- POKOK IMAN GEREJA

Beragama itu berarti menganut atau memeluk agama, dengan demikian beragama
bersangkut paut dengan cara kehidupan yang mengikuti ajaran dan sistem kepercayaan dari
suatu agama. Sedangkan beriman lebih menunjuk pada kehidupan batin, yakni mempunyai
iman atau kepercayaan kepada Tuhan. Namun, hal yang selalu menggelitik di benak kita
ialah apakah orang yang beragama lebih baik dari pada orang yang tidak beragama. Bangsa
Indonesia yang mengakui diri sebagai bangsa yang religius, nyatanya tetap dibelit oleh
berbagai persoalan bangsa yang tidak kunjung habis. Tentu saja tidak mudah untuk menilai
apakah lebih baik beragama atau tidak beragama. Karena kenyataanya, dalam dunia modern
yang sudah dilanda globalisasi yang masuk ke hampir semua segi kehidupan ini apakah
mungkin klaim seperti itu masih berlaku ?

Hal lain yang membuat kita semakin bingung ialah bagaimana kita melihat orang-
orang yang secara eksplisit menyatakan diri sebagai atheis tetapi hidupnya sangat baik, suka
damai, ringan tangan, memperjuangkan hak asasi manusia ? Dan jika ada orang yang
beragama namun, suka memeras orang lain, tidak mau bergaul dengan lingkungan sekitar dan
tidak toleran ? Dari semuanya ini orang yang beragama banyak sebagai “umat beragama
KTP”, umat dengan pemahaman iman yang terbatas. Karena banyak umat yang taraf iman
masih di lebel tahu dan semakin berkurang di level percaya dan makin mengerucut di level
iman.

Tahu ataupun mengetahui berkaitan erat dengan kepastian suatu pengertian atau
pengetahuan dasar kesaksian seperti misalnya melihat atau mengalami sendiri, berbeda
dengan percaya atau kepercayaan yang lebih berdasarkan pengakuan keyakinan. Keyakinan
dalam hal kata percaya, tidak selalu dapat dibuktikan secara indrawi atau ilmiah karena
berkaitan dengan suatu anggapan yang dapat timbul dari suatu keyakinan pribadi. Dan yang
terakhir adalah kata iman. Untuk menemukan arti kata iman sendiri secara tepat
sesungguhnya bukan pekerjaan yang mudah. Paul Tillich bahkan berkata bahwa tidak ada
kata dalam bahasa religius yang paling menimbulkan kesalah- pahaman, kebingungan dan
defenisi yang tidak jelas selain kata iman. Iman mencakup hubungan pribadi manusia dengan
Allah sekaligus berkaitan dengan persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang
diwahyukan Allah. Dengan demikian iman sangatlah kompleks namun, secara sistematis,
iman dapat ditelaah dari beberapa segi dengan iman dan manusia sebagai pribadi, iman dan
rahmat, iman dan pengetahuan serta iman dan gereja.

Menurut kodratnya, manusia memiliki keterbukaan terhadap Allah, atau biasa disebut
Potentia oboedientialis, yakni makhluk yang menurut hakekatnya selalu terbuka pada yang
transenden dengan kata lain manusia itu dapat bahkan selalu terbuka bagi pengalaman pada
Allah. Manusiaitu merindukan Allah, misalnya adalah apakah pengalaman akan Allah itu
benar- benar otentik ataukah tidak ? Apakah manusia mengalami Allah yang sejati atau
bukan ? Dan yang terakhir, manakah ukuran pengalaman akan Allah yang sejati dan mana
yang tidak ?

Pengalaman religius dan pengalaman iman sama- sama terjadi melalui, di dalam atau
di balik pengalaman konkret atau langsung sehari- hari dan keduanya merupakan pengalaman
dasar yang mendasari dan ada di balik pengalaman iman memiliki perbedaan yang sangat
jelas dan tegas. Perbedaanya ialah soal titik pangkal dimana, pengalaman religius berpangkal
tolak dari diri manusia itu sendiri sedangkan, pengalaman iman justru Allah yang menjadi
titik pangkalnya. Yang kedua berkaita dengan isi pengalamn itu sendiri. Yakni, pengalaman
religius, manusia mencari atau merindukan Allah, sedangkan dalam pengalaman iman Allah
yang mencari serta menghubungi manusia terlebih dahulu. Dan yang terakhir adalah siapa
diri Allah itu, dalam pengalaman religius, siapa Allah itu tetap anonim, tidak jelas dan tidk
dipahami. Itulah sebab mengapa banyak muncul nama atau gelar untuk Dia : Yang Mutlak,
Yang Ada, Sangkan Paraning Dumadi, hingga berbagai sebutan nama dewa dari agama-
agama asli. Sedangkan dalam pengalamn iman, siapa Allah itu sudah jelas karena Dia
mewahyukan diri- Nya dan bahkan nama-Nya bagi umat. Dan bagi seorang umat kristiani,
diri Allah sangat jelas, Diallah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Krisus.

Kekristenan yang telah memasuki millennium ketiga masih terasa menjadi kawanan
yang tetap kecil di tengah aneka macam kelompok bangsa manusia yang begitu kompleks
dengan segala kemajuan dan kemerosotannya. Dapat dikatakan pada abad ke XXI ini
kekristenan sudah menjadi bagian masyarakat yang plural. Tetapi tidak seluruh umat manusia
di dunia ini lalu menjadi Kristen. Dan tidak sedikit lagi manusia yang mulai tidak percaya
dengan Kristus dan bahkan kepada Allah. Dan gereja Kristus sendiri terbagi bagi bahkan
memiliki paham yang tidak selalu sama mengenai imannya akan Yesus Kristus sendiri.
Namun dengan adanya sumber kitab suci yang dimana kitab suci sendiri tentu saja tidak ingin
suatu Kristologi yang sistematis. Namun, kitab suci mau meyampaikan pengalaman iman
gereja perdana akan Yesus Kristus Sendiri serta tafsiran mereka berdasarkan terang roh
kudus. Namun demikian tetap terdapat ketidakseragaman paham serta model pendekatan
dalam merefleksikan dan mengungkapkan iman gereja kepada Yesus Kristus itu sendiri.
Sebaliknya, ada pluralitas mengenai paham tokoh Yesus Kristus itu dalam kitab suci.Namun
dalam kehidupan serta realitas kehidupan yang benar benar kompleks ini masih belum cukup
untuk mendeskripsikan Dia yang Illahi itu

AMIN

Anda mungkin juga menyukai