Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI DOKTRIN KESELAMATAN DALAM GEREJA MASA KINI

Alkitab dengan kuat dan jelas mengungkapkan realitas eksklusif, "setiap


orang memiliki dosa", yang bisa agak mengganggu. Dosa dan kurang dari kemuliaan
Allah (Roma 3:23). Fakta dari pernyataan Paulus sering tidak dipahami sebagai
fakta yang harus diterima dan kenyataan, tetapi ditolak oleh banyak orang dari
semua usia. Namun, pernyataan ini tidak berdasar dan didasarkan pada fanatisme.
Ketika Paulus mengungkapkan kenyataan ini, ia membangun Pernyataan dengan
sangat hati-hati, dimulai dengan pengertian umum tentang dosa dan manusia.
Akhirnya mendapatkannya

Dalam pasal ketiga kitab Roma, Paulus berbicara tentang orang-orang yang
percaya kepada Tuhan tetapi sebenarnya bukan Tuhan yang benar, Tuhan Yesus,
pada tahun. Belum jelas tuhan mana yang mereka percayai konsep. Intinya,
seseorang berdosa, rusak, tidak murni, dan tidak berguna. 1 Paulus mengatakan
mereka percaya padanya (Tuhan Yesus) tidak berarti bahwa kemungkinan dosa
dihilangkan karena esensinya Dosa tidak bergantung pada iman (agama). Idenya
adalah Jika ini tidak dipahami dengan benar dapat menyebabkan kekecewaan,
bahkan meninggalkan Tuhan.

Pada mulanya Allah menjadikan manusia itu baik. Manusia diciptakan


menurut gambar Allah. Gambar dan kemiripan Tuhan yang diciptakan manusia juga
mencakup apa yang biasa disebut sebagai "kebenaran asal", atau lebih tepatnya
pengetahuan sejati, kebenaran dan kesucian. 2 Salah di hadapan Allah, Akibatnya,
orang-orang diusir dari Taman Eden (hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang
Mahakudus tidak bisa lagi "bersatu" dengan orang-orang najis) dan jatuh ke dalam
genangan, yang kemudian disebut kubangan dosa.

Dosa adalah perkara terbesar umat manusia, tidak terdapat seorangpun yang
terlepas dari kecenderungan berdosa. Jikalau dosa tidak dibiarkan pada dunia ini
bagaimanakah manusia bisa menyatakan kesetiaannya pada Allah? Sebab terdapat
dosa, manusia pada masa sekarang ini bisa menyatakan kesetiaannya pada Allah &
1
Edwin H Palmer, Lima Pokok Calvinisme (Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1996).
2
Louis Berkhof, “Teologi Sistematika Vol. 1: Doktrin Allah,” in Teologi Sistematika Vol.
1: Doktrin Allah (Surabaya: Momentum, 2008), 49.
keberaniannya buat melawan dosa itu. Manusia akan terus jatuh, maka sadar atau
tidak sadar mempunyai perkara yang besar dan tidak menemukan jalan keluar
menurut dosa tadi yg memadai. Manusia bergumul dan terus mencari jalan keluar
dari dosa-dosanya. Ada orang yang meyakini bahwa menggunakan berbuat baik,
beramal banyak maka dosanya sanggup diampuni Tuhan, banyaknya kebaikan yang
dilakukan baik buat diri sendiri juga buat orang lain. Ada pula orang yg meyakini
bahwa dengan menyakiti diri sendiri hingga kesakitan bahkan hingga berdarah-
darah, dipercaya itu sanggup mengampuni dosanya. 3 Dalam bisnis insan
menuntaskan perkara dosa, dalam akhirnya beliau kecewa lantaran dosa semakin
menggerogoti dan terus menjatuhkan manusia. Namun, terdapat pula orang yang
tidak peduli lagi terhadap dosa, mereka pasrah dan tidak berdaya lagi melawan
dosa, maka mereka terus melakukan dosa dan mengampuni diri sendiri. Orang
semacam ini telah terbiasa dan kebal terhadap dosa, dan tidal terdapat lagi rasa
bersalah bahkan bahagia menggunakan keadaannya yg berdosa.

Manusia pada dasar membutuhkan keselamatan 4 dan ini membuat jalan


keselamatan menurut pola pandang dirinya sendiri yaitu dengan membuat agama
dan ini terjadi sejak purbakala, tetapi pandangan manusia untuk memperoleh
keselamatan itu berbeda-beda. Menurut pandangan sekuler maupun pandangan
teologi ada perbedaan yang sangat mencolok. Manusia mencari cara untuk beroleh
keselamatan, baik dengan agama ataupun upaya lainnya. Tetapi semua upaya
manusia itu tidak dikehendaki Tuhan. Tuhan Yesus sendirilah satu-satunya jalan
untuk manusia beroleh keselamatan itu.

Melihat kenyataan diatas gereja yang mempunyai tugas Kerygma


(Pewartaan), Diakonia (Pelayanan), Koinonia (Persekutuan), Martyria (Kesaksian),
gereja bertanggung jawab dalam pembinaan iman, pengajaran dan kesaksian
tentang dokrtin keselamatan yang benar bagi setiap anggotanya. Dan gereja harus
melakukan beberapa hal untuk mengimplementasikan doktrin keselamatan pasa
masa sekarang ini.

3
Jetorius Gulo, “Implikasi Praktis Konsep Anugerah Bagi Orang Percaya
Berdasarkan Surat Roma 3: 23-24,” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 3,
no. 2 (2020): 228–245.
4
Yesri Esau Talan and Syarah Yakoba Idamaris Faot, “Manusia Pada Dasar
Membutuhkan Keselamatan,” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no.
2 (2021): 116–127.
1. MENGUBAH POLA PIKIR

Pada masa sekarang ini banyak aliran gereja yang berkembang dan semakin
beraneka ragam5, tidak dapat di pungkiri bahwa masing-masing aliran gereja secara
sinode atau secara lokal gereja merasa aliran atau sinodenya paling benar dan
memandang sebelah mata pada aliran sinode lain bahkan saling merendahkan dan
menyerang satu sama lain, tanpa di sadari hal inilah yang menciptakan sikap “ekslus
ivisme” dengan sikap seperti ini maka masing-masing aliran gereja saling
membangun tembok pemisah satu sama lain, dan ini tidak selaras dengan firman
Tuhan, gereja harus menyadari esensi dirinya bahwa kita semua hanya seorang
hamba, satu Tuan yang mempunyai banyak hamba pasti hambanya itu berbeda-
beda satu sama lain, tetapi bekerja dengan satu tujuan yaitu untuk kepentingan
Tuan-Nya gereja juga harus sadar bahwa seorang Hamba harus merendahkan diri
satu sama lain, artinya bahwa kita tidak boleh merasa lebih hebat diantara yang lain,
justru gereja yang merupakan Tubuh kristus harus bisa menerima perbedaan satu
sama lain demikianlah anggota tubuh memang berbeda bentuk dan fungsinya tetapi
mempuyai satu tujuan dan gereja harus bersatu demi terlaksananya rencana Tuhan
atas setiap manusia, gereja harus lebih melihat banyak jiwa yang harus dilayani, dari
pada meributkan siapa yang paling benar, Rasul Paulus dalam surat Roma 12:2 me
nasehati jemaat yang sudah memahami dasar-dasar iman untuk berubah dalam pe
mbaharuan budi mereka untuk membedakan mana yang benar dan mana yang sala
h, gereja hendaknya bisa saling menerima perbedaan satu sama lain, dan mulai
bersenergi demi memujudkan rencana besar Tuhan atas dunia ini.

2. KEMBALI PADA AJARAN YANG ALKITABIAH

Harus kita akui bahwa beberapa aliran gereja yang ajaranya tidak lagi “Yesus
centris” tetapi lebih pada pemuasan hasrat jemaatnya, egsegesa firman yang
berlandasankan logika dan kebutuhan manusia lah yang menyebabkan lahirnya
teologi-teologi yang bersifat duniawi contohnya munculnya teologi kemakmuran, dan
ini tidak terjadi hanya pada masa sekarang ini, munculnhya reformasi gereja yang di
pelopori oleh Martin Luther disebabkan oleh penyimpangan yang dilakukan oleh
gereja, dengan mempelajari doktrin keselamatan harusnya gereja kembali pada
pokok ajaranya yaitu berpusat pada Tuhan saja, Dalam tradisi reformed, pengertian

5
Jekoi Silitonga, GEREJA IMITASI (Yogyakarta: Andi, 2013).
kembali kepada Firman Tuhan berarti bahwa kembali kepada apa yang dikehendaki
oleh Allah atau apa yang Allah ajarkan melalui para penulis Alkitab, dan bukan
berdasarkan pada apa yang dimengerti atau didapatkan dari pembacaan Firman
Tuhan. Reformasi Calvin tidak hanya mengajak untuk kembali kepada Firman Tuhan
tetapi mengerti kebenaran Firman Tuhan secara komprehensif, kemudian berusaha
melihat Alkitab dari sudut pandang penulis kitab tersebut. Jika hal itu dilakukan maka
tidak mungkin hanya menekankan satu sudut pandang sebab Allah memakai
kreativitas penulis Alkitab sehingga perspektif penulis Alkitab memiliki kontribusi di
dalamnya. Hanya dengan menegakkan otoritas Alkitab, teologi yang mempengaruhi
tradisi dan tindakan praktis dalam gereja dapat berjalan dengan benar. Apabila
otoritas Alkitab tidak ditegakkan maka kehidupan rohani dapat saja dibangun di atas
pemahaman manusia saja dan ini tentu saja secara tidak langsung mengajak jemaat
untuk memahami Alkitab atau firman Tuhan dalam bingkai pikiran manusia dan
mengkaburkan kehendak Allah.

Di hadapkan pada berbagai tantangan yang dihadapi gereja mengenai


kehidupan moral Selain pengajaran dan tindakan praktis, gereja harus kembali ke
prinsip-prinsip firman Tuhan yang benar. 6 Kemudian dalam semangat membangun
kehidupan spiritual jemaatnya ditengah banyaknya ajaran yang menyimpang, perlu
dimulai dari firman Tuhan yang Alkitabiah, yang kemudian menjadi bangunan
teologis yang mempengaruhi konsep pemikiran orang percaya dan tindakan praktis.

3. KEMBALI PADA SEMANGAT PENGINJILAN

Gereja pada masa sekarang ini tidak lagi memikirkan betapa penting
melaksakan amanat Agung Tuhan Yesus, gereja tidak lagi terbeban oleh
keselamatan orang-orang diluar kekristenan, padahal keselamatan yang di peroleh
adalah suatu anugrah yang cuma-cuma di peroleh dari Tuhan, perkembangan
jumlah gereja pada masa sekarang ini hanya di sebabkan oleh kelahiran dan
perpindahan anggota gereja dari satu gereja ke gereja lain, yang seharusnya
perkembangan gereja terjadi karena penginjilan Sterling W. Huston menegaskan
bahwa tujuan utama penginjilan yang efektif adalah dihasilkannya “murid-murid”

I Katarina, “Implikasi Alkitab Dalam Formasi Rohani Pada Era Reformasi Gereja,”
6

Gnosis 91 (2017): 111.


yang menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kristus melalui kesetiaan mereka
kepada gereja lokal.7

Penginjilan adalah kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus. Allah


yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia berdosa berdasarkan kasih dan
kedaulatan-Nya semata (Ef.1:5; Rm.5:8). Allah telah menebus manusia berdosa
darin hukuman maut dan kebinasaan kekal, telah mendamaikan manusia berdosa
dengan diri-Nya dan menganugerahkan keselamatan sehingga manusia memiliki
persekutuan kembali dengan Allah.. Semua itu dikerjakan di kayu salib
menggantikan tempat manusia berdosa di mana Kristus menjadi berdosa agar
manusia dibenarkan Allah.8

Alkitab dengan jelas menyatakan,”Sebab karena kasih karunia kamu


diselamatan oleh iman” (Ef. 2:8-10). Di sini jelas ada dua unsur vital keselamatan
yaitu kasih karunia (anugerah) dan iman. Keduanya berbeda. Kalau hanya kasih
karunia(anugerah)berarti keselamatan belum menjadi milik manusia berdosa
(kita), namun harus ada iman. Iman adalah langkah menyambut keselamatan itu.
Keselamatan yang dijelaskan di Alkitab adalah karena anugerah Allah (sola
gratia) sekaligus karena iman (sofa fide). Keselamatan yang dikerjakan Alah
melalui Kristus di kayu salib adalah pengorbanan yang tidak dapat dikerjakan
oleh manusia siapa pun, karenanya disebut anugerah(sola gratia).Tetapi
anugerah membutuhkan respon dari manusia berdosa agar menjadi terwujud
dalam kehidupannya (sofa fide).

Berdasarkan pernyataan diatas kita semua sebagai gereja-Nya yang telah


menerima anugrah keselamatan apakah kita berdiam diri ketika melihat orang-orang
di sekitar kita binasa hanya karena kita enggan untuk mewartakan Injil padahal
keselamatan itu kita terima dengan grastis dan dimana kasih kita kepada orang-
orang yang belum mengenal keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Mari kita kobarkan
semangat bersenergi bersama tanpa memandang dedominsi bergandengan tangan
melaksanakan amanat Agung Tuhan Yesus.

Sterling W Huston, “Crusade Evangelism and the Local Church” (1984).


7

Kalis Stevanus, “Karya Kristus Sebagai Dasar Penginjilan Di Dunia Non-Kristen,”


8

Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 3, no. 1 (June 15, 2020): 1–19,
http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/119.
Daftar Pustaka

Berkhof, Louis. “Teologi Sistematika Vol. 1: Doktrin Allah.” In Teologi Sistematika Vol.
1: Doktrin Allah, 49. Surabaya: Momentum, 2008.

Gulo, Jetorius. “Implikasi Praktis Konsep Anugerah Bagi Orang Percaya


Berdasarkan Surat Roma 3: 23-24.” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika 3, no. 2 (2020): 228–245.

Huston, Sterling W. “Crusade Evangelism and the Local Church” (1984).

Katarina, I. “Implikasi Alkitab Dalam Formasi Rohani Pada Era Reformasi Gereja.”
Gnosis 91 (2017): 111.

Palmer, Edwin H. Lima Pokok Calvinisme. Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996.

Silitonga, Jekoi. GEREJA IMITASI. Yogyakarta: Andi, 2013.

Stevanus, Kalis. “Karya Kristus Sebagai Dasar Penginjilan Di Dunia Non-Kristen.”


Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 3, no. 1 (June 15, 2020): 1–19.
http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/119.

Talan, Yesri Esau, and Syarah Yakoba Idamaris Faot. “Manusia Pada Dasar
Membutuhkan Keselamatan.” SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
2, no. 2 (2021): 116–127.

Anda mungkin juga menyukai