Identitas Buku
Judul : Pengantar Teologi Agama-agama
Penulis : Paul F. Knitter
Penerbit : PT Kanisius
Cetakan : Ke-7,6,5,4,3
Tebal : 305 Halaman.
================================================================
Ringkasan Bacaan Buku :
Agama Kristen dan Agama-Agama Lain
Di hadapan dan kesungguhan odan vitalitas agama lain, umat Kristiani berjumpa dengan
berbagai masalah dan tantangan global yang pelik yang tidak pernah meraka hadapi
sebelumnya. Pluralismme agama bukan suatu fenomena yang baru, namun kemunculanya
dengan berbagai cara di butuhkan pemikiran yang beru unntuk menghadapinya. Berbagai
cara baru ini menunjuk pada berbagai pemikiran dan wawasan baru tentang kemanusian,
keilahian, dan kekristenan itu sendiri. Disitulah terdapat harapan itu. Buku ini berbica
secara mendalam tentang masalah dan harapan.
Terkadang pendekatan baru tidak mempan. Hal ini karena kualitas informasi dan kualitas
kesadaran baru kita tentang berbagai agama kini memunculkann sederetan pertanyaan yang
tidak pernah di hadapi umat beragama di masa lampau karena mereka terisolasi dengan
agama mereka masing-masing.
Mengapa terdapat begitu banyak agama yang berbeda-beda? Kalau Tuhan itu Esa,
mengapa tidak terdapat satu agama saja. Apakah semua agama berkenan di mata Tuhan –
semua sama-sama evektif dalam usaha menghubungkan manusia dan Ilahi? Apakah
perbedaan lebih menyangkut keragaman warna dari pada isi yang saling bertentangan?
Bagaimana berbagai agama ini saling berhubungan? Lebih khusus lagi, bagaimana agama
saya bisa bisa berhubungan dengan yang lain? Apakah saya bisa belajar lebih banyak dari
mereka daripada dari agama saya sendiri? Mengapa saya menganut satu agama dan bukan
yang lainnya?
Beragam Agama: suatu Pengalaman Baru
Teologi agama-agama diperuntuhkan bagi mereka yang tidak mau duduk manis dan
mengatahkan bahwa apa yang baik bagi orang lain tidak ada faedanya bagi mereka. Ada
beberapa umat kristiani yang merasa gelisah dengan adanya geragaman agama sesudah
sembilan belas abad kegiatan pembritaan injil. Jadi dalam pengalaman saya dalam
mendalami agama-agama lain, para mahasiwa umunya tidak puas hanya dengan menekuni
berbagai ajaran dan praktek-praktek agama lain, mereka ingin berdiskusi tentang sikap
mereka terhadap agama-agama lain, tentang kebenaran didalam agama-agama lain, dan
perbandingannya dengan ajran kristen.
6. Model Pemenuhans
Wawasan dan Pertanyaan
Apakah model ini bisa menyeimbangkan antara peranan agama dan partikularitas Yesus
Kristus dengan kasih Allah yang universal? Apakah model ini benar-benar mengikuti
berbagai arah baru yang di kemukakan sampai tercapainya suatu tujuan?
WAWASAN
Kebenaran dan Rahmat dalam Agama-Agama
Kita tahu bahwa betapa lamban dan hati-hatinya teologi Katolik dalam menggumuli hal ini
sampai pada konklusi bahwa semua agama bisa menjadi ”jalan keslamatan, saluran kasih
Allah yang menyelamatkan”. Kalau seperti kata para teologi Katolik, selalu terjadi
”pengembangan doktrin” sepajang sejarah Kristiani maka inilah suatu perkembangan baru,
yang rupanya akan tempat permanen dan terhormat dalam rentetan bagi kepercayaan
Kristiani.
Dialog Penting bagi Kehidupan Kristiani
PERTANYAAN
Apakah Model pemenuhan Benar-Benar Memberi Peluang Berdialog?
Ini tidak berarti Berdialog menggunakan Model Pemenuhan akan bersikap seerti gajahh
atau memperlakukan agama lain seperiti tikus. Keinginan kebanyakan umat Katolik untuk
bena-benar berdialok tidak menggunakanya sebagai umpan pertobatan adalah tulus. Di
tingkat akar rumput adalah dan berbagai hal yang belum mereka ketahui sebelumnya
mereka telah mengalami tranformasi karena mereka telah berdialok sama umat Budha dan
lainya.
Bagaimana Cara Yesus Menyelamatkan?
Dalam membahas Model Pemenuhan ini, kita telah melihat bagaimana umat kristen
berusah mengutarakan keyakinanya mereka sementara mereka bersedia berdialog.
Masalahnya adalah partikularitas Yesus cenderung lebih menonjol.dari pada universalitas
kasi Allah dan ini merupakann kata akhir umat Kristen dalam berdialog. Jadi tentangan
bagi teologi agama-agama Kristiani adalah bagaimana menyelamatkan, bagaimana Yesus
mengubah kehidupan dan memenuhinya dengan damai dan kuasa kehadiran Allah.
MODEL MUTUALITAS ”Banyak Agama Terpanggil Untuk Berdialog”
PERTANYAAN
Menjalarnya Imperialisme?
Alat utama yang di pakai oleh berbagai kelompok yang memiliki privilese untuk menutup
kedok hegemoni mereka melalui satu bentuk bahasa yang kontributif dan kooperetif; agar
keompok-kelompok semacam itu bisa meyakinkan mitra dialog publik mereka bahwa
semua suara setara, maka sedemikian itulah dialog akan mengalihkan perhatian dari
ketidak setaraan distribusi kekuasaan yang mendasari dialog itu.
Menjalarnaya relativisme?
Semua ini menempatkan umat Kristini mutualis dalam dilema. Agar bisa menghindari
relativisme, mereka harus memberi isi yang spesifik dan normatif pada asas bersama.
Apakah Model Mutualitas Ini benar-benar Kristiani?
1. Apakah pandangan ini suatu pengingkaran dari tradisi
Umat Kristiaani menggunakan bahasa simbol semacam itu, dengan semua implikasi
memberi Yesus ”kedudukan”, di dalam dunia yang yang syarat dengan agama lain.
2. Apakah berbagai pandangan baru tentang Yesus ini bisa menolong spritualitas kirtiani?
Jadi alasan mengapa berbagai pandangan tentang Yesus ini tidak bisa di terima di dalam
Peoria agama Kristiani bukan hanya bertentangan dengan kkesaksian perjanjian baruu dan
isi katekismuss, tetapi juga – dan terutama – karena pandangan-pandangan sedemikian
tidak menggemakan apa yang di rasakan umat kristiani di dalam hati mereka tentang
Yesus.
Model ini berkembangann selama dua dekade terakir abad ke-20 baik sebagai ”anak
zamanya” (child of its times) maupunsebagai reaksi tehadap berbagai kekurangan model
lainya yang ada di dalam teologi agama-agama Kristiani.
KONTEKS: POSTMODERN KITA
Para postmodernis sangat berhati-hati dan menghindari berbagai aspek dunia
”pencemaran” moderen yang di ringkas berikut ini.
Kita akan membedakan tiga ungkapan yang berbeda, tetapi saling berhubungan, dari model
ini, yaitu
1. Dasar-dasar pascalibral. Dalam bagian ini, kita akann membahas pekerjaan peletakan
batu pertama dan pembangunan fondasi dari seorang teolog tertentu, George Lindbeck,
yang kemudian mempengaruhi banyak teolog dan kaum awam Kristiani.
2. Banyak agama = banymerupaak keselamatan. Pendorong utama (ke arah ini adalah)
adalah S. Mark Heim.
3. Tologi komparatif. Ungkapan Model Penerimaan ini tidak tergantung dari, teatapi
menggemakan pekerjaan dasar paschaberal dari Lindbeck dan Heim. Tologi ini
menghimbau umat Kristiani dan para teolog untuk mengesampngkan berbagai pelatihan
filosofis dan teologis mereka dan langsung masuk ke studi tentang merangkul agama-
agama lain.
Apologi untuk Apologita
Hal ini, menurut Griffits, menjalankan agama dan dialog begitu penting, menguntungkan,
dan menyenangkan. Dalam masalah agama,, kita berhadapan dengan absolut – yaitu
berbagai alasan komperhensif dan mengungguli.
Tempat Kristus
Oleh karena itu, para pengikut model penerimaan ini, kata-kata ”hanya Kristus”
merupakan kebiasaan Kristiani yang mereka terima tanpa pertanyaan, bukan hanya karena
mereka adalah umat Kristiani yang serius tentang apa yang di warisi sebagai tradisi
mereka, tetapi jugaa mereka adalah para filsuf yang tahu bahwa kalau anda tidak menerima
inti kata-kata ini dengan serius, barangkali Anda sedang membuat pendapat sendiri
tentangnya.