Anda di halaman 1dari 11

PLURALISME AGAMA

Agama-agama yang ada di Indonesia dan Pluralismenya

Disusun Oleh :
 Danditya Lombo
 Feybrianty Pusungunaung
 Namira Indah Arahmayani
 Putri Dwi Undap
 Gebby Purukan

UNIKA DE LA SALLE MANADO


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pluralisme Agama”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, kepada
para pembaca, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Manado, 04 Desember 2017

Penyusun
PENDAHULUAN

Sekarang ini, baik penganut agama Yahudi, Kristen, Islam maupun Hindu-
Budha tidak bisa lagi melepaskan tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam
percaturan politik.Apa yang kita sebut sekularisasi hanya berlaku dalam aturan
administratif formal. Sedangkan dalam level aktualnya tokoh dan lembaga
keagamaan semakin terlibat aktif di dalamnya. Keterlibatan agama dalam politik
akan menjadi positif bahkan sangat di perlukan selama pemuka agama bisa
menjaga martabat keluhuran agama tersebut dan bukan menggunakannya untuk
kepentingan khusus. Maka dari itu prularisme agama harus disikapi dengan positif
agar dapat menciptakan kerukunan beragama.
Namun, pada proses ideologisasi dan manipulasi peran suci agama selalu saja
terjadi dari zaman ke zaman karena secara sosiologis agama memiliki kekuatan
untuk menciptakan solidaritas kelompok guna menyaingi dan mengalahkan
kelompok lain. Kenyataan secara sosiologis agama selalu muncul dalam format
plural. Pada zaman klasik perkembangan sebuah agama bisa saja terpisah dari yang
lain. begitu pun secara teologis, adalah suatu kewajaran bahkan keharusan. jika
masing masing penganut agama mengklaim ajarannya sebagai yang paling benar,
dan menjanjikan satu-satunya jalan keselamatan. Namun dewasa ini kita mau
tidak mau harus mengakui bahwa planet bumi di huni oleh manusia dengan ragam
bahasa, etnis, budaya dan agama. Janji-janji keselamatan dan bimbingan moral
serta ajaran budi luhur tidak secara eksklusif dimiliki oleh suatu agama tertentu,
melainkan berbagai hal terdapat kemiripan dan bahkan persamaan antara agama
yang satu dengan agama yang lain.
PEMBAHASAN
A. Definisi Pluralisme Agama
Menurut asal katanya pluralisme berasal dari bahasa inggris, pluralism.
Apabila menunjuk dari wikipedia bahasa inggris, maka definisi pluralism adalah:
“in the social sciences, pluralsm is a framewrk of interaction in wich groups show
sufficient respect and tolerance of each other, that they fruitfully coexist and
interact without conflict or assimilation.” Atau dalam bahasa indonesia: “suatu
kerangka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan
toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembaruan atau
pembiasaan).
B. Pluralisme Agama-agama
1. Islam dan Pluralisme Keagamaan
Islam disamping memiliki doktrin-doktrin eksklusif sebagaimana agama
yahudi dan kristen, juga memiliki doktrin- doktrin inklusif- pluralis, yang
menghargai dan mengakui kebenaran agama lain, sebagimana dalam al-
qur’an 2: 120. Tidak seperti pada kedua agama sebelumnya yang memiliki
babakan sejarah pergeseran sikap keagamaan eksklusif, inklusif, dan
pluralis, dalam islam teologi inklusif- plural telah diteladankan pada tingkat
praksis oleh rasulullah ketika menjadi pemimpin politik dan agama di
Madinah.
Al- qur’an memberikan apresiasi bahwa masyarakat dunia terdiri dari
beragam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan masing-masing.
Komunitas- komunitas terseebut harus menerima kenyataan akan
keraggaman sehinggga mampu memberkan toleransi. Tuhan memberiikan
umatnya beragam karena keraggaman merupakan bagian dari sunntullah.
Hal iini terbukti dengan diberikannya pilihan-pilihan yang bisa diambil
olehm manusia apakah akan mengimani atau mengingkari kebenaran tuhan
( al- qu’an, 18: 29) serta watak karahmatan tuhan yang terbatas ( al- qur’an,
5: 118).
Islam pluralis, dipandang sebagai pengembang secara liberal dari islam
inklusif, dimana bagi penganut paham ini semisal Fritjhof Schuon,
berpandangan bahwa setiap agama pada dasarnya terbentuk oleh perumusn
iman dan pengalaman iman. Ketika islam misalnya mengharuskan seseorang
memiliki iman terlebih dahulu ( tawhid) baru disusul pengalaman iman (
amal salih) maka dalam perspektif kristiani seseorang harus lebih dahulu
memiliki pengalaman iman baru disusul perumusan iman.
2. Kristen dan Pluralisme Keagamaan
Dalam dunia Kristen, pluralisme agama pada beberapa dekade terakhir
diprakarsai oleh John Hick. Dalam hal ini dia mengatakan bahwa menurut
pandangan fenomenologis, terminologi pluralisme agama arti sederhananya
ialah realitas bahwa sejarah agama-agama menunjukkan berbagai tradisi
serta kemajemukan yang timbul dari cabang masing-masing agama. Dari
sudut pandang filsafat, istilah ini menyoroti sebuah teori khusus mengenai
hubungan antartradisi dengan berbagai klaim dan rival mereka. Istilah ini
mengandung arti berupa teori bahwa agama-agama besar dunia adalah
pembentuk aneka ragam persepsi yang berbeda mengenai satu puncak
hakikat yang misterius.
3. Budhha dan Pluralisme Keagamaan
Dengan mencontoh pandangan Sang Buddha tentang toleransi beragama,
Raja Asoka membuat dekret di batu cadas gunung ( hingga kini masih dapat
di baca ) yang berbunyi : “… janganlah kita menghormat agama kita sendiri
dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya
dihormat atas dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita membantu agama
kita sendiri untuk berkembang disamping menguntungkan pula agama lain.
Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri di
samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa
menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama lain – semata – mata
karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir ‘ bagaimana
aku dapat memuliakan agamaku sendiri ‘ maka dengan berbuat demikian ia
malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu toleransi dan
kerukunan beragamalah yang dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua
orang selain mendengarkan ajaran agamanya sendiri juga bersedia untuk
mendengarkan ajaran agama yang dianut orang lain… “
4. Katholik dan Pularisme Keagamaan

Allah dipahami secara berbeda-beda, tidak hanya menurut perbedaan agama.


Dalam agama yang sama, misalnya dalam agama Kristen, terdapat
pandangan yang berbeda-beda. Terdapat banyak sekali cara mendekati dan
memahami misteri Allah.

Konsili Vatikan II menyatakan bahwa sudah sejak dahulu kala hingga


sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-
kekuatan yang gaib, yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-
peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan terhadap
Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi
meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius yang
mendalam. Ada-pun agama-agama, yang terikat pada perkembangan
kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-
faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan (NA 2).

Dengan jelas Konsili membedakan antara pengalaman dan pemahaman serta


perumusan. Perbedaan pengalaman, pemahaman dan perumusan
menyebabkan perbedaan antara agama. Perjumpaan yang mendalam dengan
saudara-saudari beriman lain, entah dari aliran kepercayaan atau pun
saudara-saudari beragama lain akan memperkaya kehidupan beriman dan
beragama kita. Dari saudara-saudari muslim kita bisa belajar perhatian
mereka terhadap doa dan penyerahan total kepada Allah yang rahman dan
rahim. Saudara-saudari Hindu meneguhkan kita agar mengusahakan
kehidupan religius yang mendalam dan juga mengingatkan kita akan
perjuangan tanpa kekerasan sebagai pesan Injil, Saudara-saudari Budha
mengajari kita sikap lepas bebas tanpa pamrih seraya menghormati segala
macam bentuk kehidupan yang ada di dunia ini. Praktik kepercayaan
mendorong untuk selalu mencari apa yang terpenting dalam kehidupan kita,
yakni kesatuan dengan Allah. Banyak praktik religius rakyat juga
mengundang kita kepada rasa hormat terhadap misteri kehidupan yang
dialami melalui macam-macam hal dan peristiwa kehidupan. Iman kita akan
Kristus seharusnya membuat kita semakin terbuka untuk menemukan
semangat Kristus di mana pun Ia tampil. Kita mengingat pesan Konsili
Vatikan II agar

” … dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama
dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang
iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan
harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya” (NA 2).

5. Hindu dan Pluralisme Keagamaan

Agama hindu merupakan agama yang sangat terbuka dengan paham


pluralisme. Karena menurut kitab agama hindu yaitu Wreda disebutkan
bahwa “ Dalam Rg. Weda X.191.3-4, menyatakan bahwa pada hakekatnya
semua manusia adalah bersaudara. VASUDAIVA KUTUMBAKAM, semua
mahluk adalah bersaudara. Persaudaraan umat manusia ini disebabkan oleh
satu asal dan kembalinya bagi setiap mahluk dan alam semesta. Sama-sama
menikmati kehidupan di karibaan bumi pertiwi tercinta. Oleh karena itu,
Tuhan Yang Maha Esa, Sang hyang Widhi mengamanatkan kepada kita
untuk hidup dalam suasana damai penuh kebahagiaan dalam persaudaraan
yang sejati.
Yayur Weda, 40.7. “Seseorang yang menganggap seluruh umat manusia
memiliki atma yang sama dan dapat melihat semua manusia sebagai
saudaranya, orang tersebut tidak terikat dalam ikatan dan bebas dari
kesedihan“.

6. Konghucu dan Pluralisme Keagamaan

Agama Khonghucu mengajarkan dalam hidup bermasyarakat seseorang


harus bersikap tenggang rasa. Ketika seorang murid Nabi Kongzi
bertanya,” Adakah suatu kata yang boleh menjadi pedoman sepanjang
hidup ? Nabi bersabda,” Itulah Tepasarira ! Apa yang diri sendiri tiada
inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain” (Sabda Suci Jilid XV:
24).
“Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha
orang lainpun tegak; ia ingin maju, maka berusaha agar orang lainpun
maju”. (Sabda Suci Jilid VI:30,3).
Semua manusia sederajat dan sama dihadapan Tian /Tuhan dan
sebagai “mandataris” Tuhan di dunia ini, manusia berkewajiban satya
menjalankan Firman-Nya dengan mencintai sesamanya tanpa memandang
latar belakangnya dan cinta kepada alam lingkungan hidupnya, lanjutnya.
“Seorang Junzi (Luhur Budi) selalu bersikap sungguh-sungguh, maka
tiada khilaf. Kepada orang lain bersikap hormat dan selalu susila. Di empat
penjuru lautan, semuanya saudara” (Sabda Suci Jilid XII:5) menunjukkan
bahwa ajaran Khonghucu mampu menerima pluralisme , menjalin saling
pengertian, membentuk persaudaraan, tidak menjadi individu yang
mengisolasi diri
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pluralisme agama menjadi dasar sejarah bagi terciptanya semangat dan
dinamika dalam agama-agama untuk mampu menjawab isu-isu kontemporer.
Pluralitas mengacu kepada adanya kebersamaan dan keutuhan. Dengan demikian,
kita tidak lagi dapat membatasi diri pada pembicaraan tentang pluralitas itu sendiri.
Banyak sekali perubahan penting yang terjadi didepan kita, yang melampaui batas-
batas nasional dan regional. Perubahan ini juga terkait dengan globalisasi yang
dialami oleh para penganut agama-agama. Walaupun ada faktor perbedaan di antar
agama-agama, terdapat sejumlah kesamaan yang cukup berarti diantara mereka.
Pengertian saling ketergantungan telah mengukuhkan suatu paradigma tentang
kesatuan dalam bentuk baru. Lantas agama membawa dampak yang luas terhadap
seseorang, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan fisik,ekonomi,politik dan agama.
Dengan memahami arti pluralisme agama dengan positif maka akan terciptanya
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat.
B. Saran
Dengan berakhirnya makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi para
pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Kiki Rezki, “Makalah Plurarisme”,


http://kikirezkiananda.blogspot.co.id/2015/01/makalah-pluralisme.html, diakses
pada tanggal 12 November 2015.
http://inigaperludikenang.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pluralisme.html.,
diakses pada tanggal 13 November 2015.
Rodiah, dkk, Studi Alquran Metodedan Konsep, (yogyakarta: eLSAQ Press,
2010), 335.
Sumbulah,Umi, Islam Radikal dan Pluralisme Agama ( Malang : Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), 53- 84.

1[1]Rodiah, dkk, Studi Alquran Metodedan Konsep, (Yogyakarta: eLSAQ Press,


2010), 335.
2[2]Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama (jakarta : Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), 48-51.
3[3] Kiki Rezki Ananda, “Makalah Prularime”,
http://kikirezkiananda.blogspot.co.id/2015/01/makalah-pluralisme.html, diakses
pada tanggal 12 November 2015.
4[4] http://inigaperludikenang.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pluralisme.html.,
diakses pada tanggal 13 November 2015.
5[5]Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama, 53.
6[6]Ibid, 56.
7[7]Ibid, 59.
8[8] Ibid, 80.

Anda mungkin juga menyukai