Anda di halaman 1dari 13

PLURALISME DAN MULTIKULTURAL AGAMA

A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah sebuah Negara yang terdiri dari beraneka ragam
masyarakat, suku bangsa, etnis atau kelompok sosial, kepercayaan, agama, dan
kebudayaan yang berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lain yang
mendominasi khasanah budaya Indonesia.
Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya, sudah tentu setiap
masing-masing individu masyarakat mempunyai keinginan yang berbeda-beda, Orang-
orang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda, struktur sosial,
dan karakter yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda dengan cara berpikir
dalam menghadapi hidup dan masalah mereka sendiri. dan hal tersebut kemungkinan
besar akan menimbulkan konflik dan perpecahan yang hanya berlandaskan emosi
diantara individu masyarakat, apalagi kondisi penduduk Indonesia sangatlah mudah
terpengaruh oleh suatu informasi tanpa mau mengkaji lebih dalam. Untuk itulah
diperlukan paham pluralisme dan multikulturalisme untuk mempersatukan suatu
bangsa.
Pedoman dari bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang mempunyai
pengertian berbeda-beda tetapi tetap menjadi satu, yang mengingatkan kita betapa
pentingnya pluralisme dan multikulturalisme untuk menjaga persatuan dari
kebhinekaan bangsa, Dimana pedoman itu telah tercantum pada lambang Negara kita
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pluralisme dan Multikulturalisme
a. Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada
interaksi beberapa kelompok-kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi
satu sama lain. Mereka hidup bersama
(koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa
konflik.
b. Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang juga
terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang
menghendaki adanya persatuan dari berbagai
kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial
politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah
multikultural juga sering digunakan untuk
menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat
yang berbeda dalam suatu negara.
2. Paham agama menurut beberapa ahli
a. Eben Nuban Timo
Roh Kudus membuat murid-murid berbicara dalam berbagai-bagai bahasa. Itu berarti
Roh Kudus adalah magister bahasa. Artinya Dia menguasai berbagai bahasa di kolong
langit. Isi perkataan para murid dalam bahasa-bahasa lain itu adalah perbuatan besar
Allah di dalam Kristus. Itu artinya keselamatan yang Tuhan Allah kerjakan di dalam
Kristus ditujukan untuk semua manusia di kolong langit. Allah menyelamatkan semua
manusia di dalam Kristus. Itu sebabnya cerita tentang keselamatan mereka
disampaikan dalam bahasa mereka. Kita berdosa terhadap Allah kalau
menyombongkan diri dan merasa selamat sendiri.
Percakapan dan berita tentang perbuatan-perbuatan besar Allah di dalam
Kristus tidak hanya diberitakan dalam kosa kata Kristen. Berita yang sama juga
diberitakan dalam kosa kata Muslim, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dll. Jadi adalah
kesombongan dan dosa kalau kita katakan bahwa di dalam agama-agama tadi tidak
ada karya keselamatan Allah di dalam Kristus, hanya karena kita tidak mengerti
bahasa mereka. (Bersaksi Dalam Bahasa Lain : mancing diskusi Renungan Tunas Dari Tanah
Kering, Edisi 3/VIII/2015, Mei - Juni 2015, hal.28-29)
Ternyata apa yang saya angkat ini meyang panjang dan juga panas baik
dari pihak yang menentang pandangan Dr. Eben Nuban Timo maupun pihak
yang membelanya termasuk sejum-lah pendeta. Dalam kenyataannya
beberapa pendeta ini juga mengemukakan paham yang boleh dibilang sama
dengan yang dikatakan Dr. Eben Nuban Timo.
b. Pdt. Jerrison Djo Rake
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia. Keyakinan ini menyatu sebagai
darah yang mengalir dalam diri orang percaya. Kalau Yesus adalah Tuhannya dunia maka Dia
tidak bisa dikurung dalam gereja dan dalam teologi kristen secara sempit. Kalau klaim ini hanya
dikaitkan dengan siapa yang selamat dan siapa yang tidak di akhirat, maka manusia telah keliru
dalam memposisikan dirinya.
Sebab persoalan keselamatan seseorang di akhirat bukan domainnya manusia untuk
menentukan. Itu adalah otoritas Tuhan yang mutlak. Bagi orang kristen yang telah meyakini
Yesus sebagai satu satu jalan ke sorga, peganglah itu, sebab hal itu adalah keyakinan mutlak
yang tidak bisa dirubah oleh siapapun. Namun keyakinan itu tidak serta merta untuk dipaksakan
kepada orang lain untuk menerimanya sesuai dengan cara pandang kita. Sebab Allah punya cara
tersendiri untuk memperkenalkan dirinya kepada manusia lainnya sesuai dengan otoritasnya di
luar daya jangkau akal manusia biasa. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 21 Juni
2015).
Semuanya jelas membawa penderitaan bagi umat manusia. Untuk itu perlu ada upaya agar
agama-agama yang berbeda ini bisa hidup damai, saling menerima dan penuh toleransi satu
terhadap yang lain. Dan upaya itu harus dimulai dengan kesediaan dari agama-agama itu untuk
berdialog dan membangun kebersamaan. Sejumlah buku ditulis dalam rangka membangun
dialog antar agama ini seperti buku Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia yang
disusun oleh Tim Balitbang PGI, Masihkah Benih Tersimpan dengan editornya Ioanes Rakhmat,
Satu Bumi Banyak Agama karangan Paul Knitter, dll.
Tapi dalam perkembangan selanjutnya semangat dialog antar agama ini masih menghadapi
satu kendala besar yakni klaim-klaim eksklusif dari masing-masing agama yang secara otomatis
menganggap agamanya yang paling benar.
c. Stevri I. Lumintang
Pengalaman hidup bersama dalam keberagaman agama, bukanlah suatu fakta
yang mudah dihadapi. Oleh karena masing-masing agama memiliki klaim keabsolutan
dan kefinalitas agamanya masing-masing. Selain itu, masing-masing agama juga
memiliki misi penyebarluasan agamanya. Fakta ini, bukan tidak mungkin, bahkan
sangat rawan menimbulkan konflik antar agama yang mengancam keutuhan suatu
negara.
Misalnya, jika agama Islam menganggap bahwa Islam adalah satu-satunya agama
yang benar dan semua yang bukan Islam adalah kafir dan akan masuk neraka jahanam,
sedangkan Kristen juga percaya bahwa semua yang tidak percaya kepada Yesus Kristus
akan masuk neraka, bagaimana mungkin kedua agama ini bisa benar-benar hidup
dalam kedamaian dan tidak berbentrokan? Ini mustahil! Jadi apakah yang
menyebabkan terjadinya bentrokan antar agama? Apakah yang menyebabkan
perdamaian antar agama sukar diwujudkan? Apakah yang menyebab dialog antar
agama tidak terlalu memberikan hasil yang signifikan? Penyebabnya adalah klaim
eksklusif dari agama-agama itu. Sepanjang masing-masing agama menganggap dirinya
benar dan yang lain salah / sesat, maka perdamaian yang sesungguhnya tidak akan
pernah terjadi. Untuk itu maka masing-masing agama ini perlu memikirkan kembali
klaim-klaim eksklusifnya dan doktrinnya terkait dengan agama lain, termasuk agama
Kristen. Dengan kata lain perlu adanya penyusunan kembali doktrin agama dalam
rangka membangun hubungan dengan agama lain. (Theologia Abu-Abu, hal. 63-64).
3. Tanggapan Terhadap Paham Pluralisme Agama.
Setelah memaparkan apa yang diajarkan paham
pluralisme agama, sekarang saya akan
memberikan tanggapan terhadap paham ini dan
tanggapan ini bersifat filosofis / logika dan juga
bersifat teologis / alkitabiah. Ada beberapa hal
yang akan saya tanggapi :
Tentang tidak ada kebenaran yang mutlak
Tentang semua agama sama-sama benar
Tentang adanya keselamatan dalam semua
agama
a. Tentang tidak ada kebenaran yang mutlak.
Paham pluralisme mengatakan bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat
mutlak, termasuk agama dan iman kita. Yang mutlak hanya Allah. Dan karenanya
kita tidak boleh menganggap apa yang kita percaya sebagai yang paling benar
sedangkan apa yang dipercaya orang lain sebagai salah / sesat.
Benarkah tidak ada kebenaran mutlak di dunia ini? Kalau begitu kita
bertanya : apakah pandangan pluralisme ini mutlak benar atau tidak? Apakah
pandangan yang mengatakan bahwa tidak ada kebaenaran mutlak itu mutlak
benar atau tidak? Kalau para penganut ajaran pluralisme ini menganggap bahwa
pandangan mereka mutlak benar maka apa yang mereka katakan bahwa tidak
ada kebenaran mutlak di dunia ini menjadi salah. Tapi kalau mereka menganggap
bahwa ajaran mereka pun tidak mutlak benar, lalu mengapa kita harus percaya
pada ajaran mereka? Bukankah mereka mengatakan bahwa karena tidak ada
kebenaran mutlak maka kita tidak boleh menyalahkan orang lain? Lalu mengapa
mereka menyalahkan orang lain yang beranggapan bahwa kebenaran itu
mutlak? Di sini terlihat bahwa teori kaum pluralis cacat logika. Mereka tidak
konsisten dengan apa yang mereka teorikan.
Menurut Dr. Anis Malik Toha - Pluralisme agama adalah agama baru, di mana sebagai
agama dia punya tuhan sendiri, nabi, kitab suci dan ritual keagamaan sendiri. Sebagaimana
humanisme juga merupakan agama, dan tuhannya adalah nilai-nilai kemanusiaan, seperti
yang dikatakan August Comte. Dan dalam hal ini John Dewey (seorang filosof Amerika)
mengatakan demokrasi adalah agama dan tuhannya adalah nilai-nilai demokrasi. (Inilah
Agama Baru, hal. 2).

Karena Allah pernah menyatakan Firman-Nya dan wahyu-Nya kepada dunia maka
Firman-Nya dan wahyu-Nya yang ada dalam dunia ini haruslah bersifat mutlak. Kebenaran-
Nya yang ada dalam dunia haruslah mutlak. Bagaimana mungkin lahir yang tidak mutlak
dari Yang Mutlak? Dengan demikian dalam dunia ini ada yang mutlak yaitu Firman Allah,
wahyu Allah atau kebenaran Allah.
2 Sam 7:28 - Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah
kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu.
Maz 119:160 - Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang
adil adalah untuk selama-lamanya.
Yoh 17:17 - Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Yoh 14:6 - Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Pendapat kaum pluralis yang mengatakan bahwa tidak ada yang mutlak di
dunia ini dan karenanya kita tidak bisa memaksakan keyakinan/iman kita pada
penganut agama lain haruslah dipikirkan lebih dalam. Memang kita tidak boleh
memaksakan keyakinan kita kepada orang lain tetapi itu tidak berarti bahwa kita
tidak boleh mengatakan bahwa suatu keyakinan adalah keliru/sesat. Misalnya si A
yakin bahwa : 1 + 1 = 2 tetapi si B yakin bahwa 1 + 1 = 3. Jika ini yang terjadi maka
si A harus berani untuk mengatakan bahwa keyakinan si B itu tidak benar/salah
bukan hanya karena menurut si A : si B itu salah tetapi karena si B memang salah.
Mengapa si A bisa mengatakan bahwa keyakinan si B salah? Karena ada suatu
kebenaran yang mutlak dan obyektif itu mengatakan bahwa 1 + 1 = 2.
Bahwa Allah telah menyatakan wahyu dan kebenaran-Nya maka kita harus
dapat menerima bahwa itu bersifat mutlak dan dengan kebenaran yang mutlak
inilah kita dapat menilai suatu ajaran, suatu keyakinan atau suatu agama itu benar
atau tidak. Kita memang tidak boleh memaksakan keyakinan kita kepada orang
lain tetapi mengatakan bahwa keyakinan orang lain mungkin saja keliru/salah
tidaklah salah karena kita mendasarkan penilaian itu pada suatu kebenaran
mutlak yang diturunkan oleh Allah Yang Mutlak.
Yos 24:15 - Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang
kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang
Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!"
Demikian juga Elia menegur dan menantang umat Israel untuk memilih
kepada siapa mereka mau beribadah.
1 Raj 18:21 - Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa
lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah,
ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya
sepatah katapun.
Jikalau semua agama sama benarnya, untuk apa Yosua dan Elia menantang
umat Tuhan untuk memilih kepada siapa mereka menyembah / beribadah?
Bukankah kalau paham pluralisme benar maka menyembah kepada Yahweh dan
menyembah kepada yang lain sama saja? Sama-sama benar dan sama-sama akan
diselamatkan? Hal yang sama juga berlaku di PB. Jemaat Kristen pertama hidup di
kota-kota kosmopolitan seperti Antiokhia, Korintus dan Roma, dan di
persimpangan pertukaran budaya. Ini berarti mereka dikelilingi ajaran-ajaran lain
tetapi mereka ternyata memilih untuk percaya hanya kepada Yesus.
b. Tentang semua agama sama-sama benar.
Pandangan bahwa semua agama sama benar juga tidak bisa dibenarkan secara logika.
Persoalannya adalah klaim agama-agama itu bukan hanya berbeda tetapi juga bertentangan.
Nah, jika 2 agama mempunyai klaim yang saling bertentangan, bagaimana kita bisa
menganggap bahwa 2 agama itu sama-sama benar pada saat yang sama?
R.C. Sproul - Hanya ada 2 cara untuk mempertahankan absahnya semua agama.
Pertama, dengan mengabaikan kontradiksi yang jelas antara agama-agama tersebut dan
bersikap tidak rasional; kedua, dengan menganggap kontradiksi yang ada sebagai masalah
yang tidak penting. Pendekatan yang kedua melibatkan kita dengan proses reduksionisme
yang sistematis. Reduksionisme menghilangkan dari masing-masing agama unsur-unsur yang
dianggap vital oleh para pengikut agama itu sendiri dan mengurangi nilai agama menuju
persamaan yang bersifat umum. Perbedaan antar agama dikaburkan dan diperlemah untuk
mendukung terjadinya perdamaian dalam agama. (Mengapa Percaya , hal. 30).
Hukum non kontradiksi menyatakan bahwa tak ada satu hal pun yang bisa ada dan
sekaligus tidak ada pada saat yang sama dalam hal yang sama. Hukum ini juga mengajarkan
bahwa tidak ada satu hal pun yang bisa menjadi apa yang bukan dirinya. Misalnya, Yesus
tidak mungkin tanpa dosa sekaligus berdosa. Atau Allah tidak mungkin hanya satu sekaligus
lebih dari satu. Padahal bukankah klaim-klaim agama berisi pertentangan-pertentangan
semacam ini? Mana mungkin pandangan Budha bahwa Allah tidak berpribadi dan
pandangan Kirsten bahwa Allah berpribadi bisa sama-sama benar dalam waktu yang sama?
Mana mungkin pendapat yang mengatakan tidak ada kebangkitan orang mati dan
pendapat yang mengatakan ada kebangkitan orang mati bisa sama-sama benar? Tidak
bisa! Salah satu harus benar dan salah satu harus salah karena ini adalah PERTENTANGAN
bukan PERBEDAAN.
c. Tentang adanya keselamatan dalam semua agama.
Paham pluralisme mengajarkan bahwa tanpa Yesus pun agama lain dapat
diselamatkan. Bahkan untuk selamat jasa Yesus tidak dibutuhkan. Tapi ini berbeda dengan
ajaran Alkitab. Alkitab menegaskan bahwa tindakan Allah menyelamatkan dunia ini tidak
bisa terlepas dari Kristus.
Rom 3:25 - Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darah-Nya. .
Rom 5:8-10 (8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita
sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
(10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian
Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diper-damaikan, pasti akan diselamatkan
oleh hidup-Nya!
2 Kor 5:18-19 (18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus
telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh
Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah memper-cayakan
berita pendamaian itu kepada kami.
Itu berarti ajaran pluralisme yang menolak Kristus dan jasa-Nya dalam keselamatan
manusia sama sekali bertentangan dengan ajaran Alkitab.
C. KESIMPULAN
Dari apa yang sudah dipaparkan di atas terlihat bahwa ajaran pluralisme
adalah ajaran yang bukan saja cacat secara logika tetapi juga bertentangan dengan
kesaksian Alkitab. Dilihat dari latar belakang munculnya paham ini yakni adanya
upaya untuk menciptakan perdamaian antar agama yang lalu ditempuh dengan
cara membuang klaim ekskulsif Kristen dan finalitas Kristus maka dapat dikatakan
bahwa paham pluralisme ini sementara mengorbankan kebenaran demi terjadinya
perdamaian. Mereka lupa bahwa Alkitab mengajarkan kalau dalam urusan
kebenaran, perdamaian harus dikorbankan dan bukan sebaliknya. Itulah sebabnya
Yesus berkata :
Mat 10:34-36 (34) "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya,
anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan
musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

Anda mungkin juga menyukai