Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu negara pasti ingin memilki keadaan yang damai. Keadaan yang damai ini bisa
dicapai jika dalam masyarakat, toleransi diterapkan secara benar. Di negara Indonesia
toleransi sangat dibutuhkan karena segala hal di dalam negara Indonesia sangat beragam.
Dalam hal ini Pancasila sangat berperan penting. Sebab, di dalamnya termuat nilai-nilai
yang menjunjung tinggi toleransi, khususnya pluralisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pluralisme ?
2. Apa dasar-dasar pluralism?
3. Apa hubungan antara Pancasila dengan Pluralisme ?
4. Bagaimana pluralisme di Indonesia ?
5. Apakah arti dari Pancasila adalah jalan menuju Pluralisme?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pluralisme
2. Untuk mengetahui hubungan antara Pancasila dengan pluralisme
3. Untuk mengetahui pluralisme di Indonesia
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan pluralisme
2. Dapat mengetahui hubungan antara Pancasila dengan plutalisme
3. Mengenal pluralisme di Indonesia
4. Dapat mengetahui penerapan pluralism di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pluralisme
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompokkelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka
1

hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Sebenarnya
berbicara tentang konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep
kemajemukan atau keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri
bahwa pluralisme itu merupakan suatu kondisi masyarakat yang majemuk. Kemajemukan
disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. Namun yang sering
menjadi issu terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada prinsipnya, konsep
pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap individu
mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah pluralisme itu.
Dalam konsep pluralisme-lah bangsa indonesia yang beraneka ragam ini mulai dari suku,
agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam
pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme
didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim keberanan (truth claim) yang
dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama,
konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan
kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi
menganggap agamanya yang paling benar.
2.2 Dasar Pluralisme
a. DASAR FILOSOFIS : KEMANUSIAAN
Penerimaan kemajemukan dalam paham pluralisme adalah sesuatu yang MUTLAK,
tidak dapat ditawar-tawar. Hal ini merupakan konsekwensi dari kemanusiaan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang mempunyai harkat dan martabat
yang sama, mempunyai unsur-unsur essensial (inti sari) serta tujuan atau cita-cita
hidup terdalam yang sama, yakni damai sejahtera lahir dan batin. Namun dari lain sisi,
manusia berbeda satu sama lain, baik secara individual atau perorangan maupun
komunal atau kelompok, dari segi eksistensi atau perwujudan/pengungkapan diri, tata
hidup dan tujuan hidup.
Sedangkan secara faktual dan historis, manusia yang sama secara essensial dan berbeda
secara eksistensial itu pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang hidup bersama, saling
membutuhkan, dan saling tergantung satu sama lain, baik secara perorangan/individual
maupun secara kelompok/komunal. Oleh sebab itu suka atau tidak suka, mau atau tidak mau,

kemajemukan harus diterima karena dan demi kemanusiaan. Pluralisme atau adanya dan
penerimaan akan kemajemukan merupakan konsekwensi dari kemanusiaan.
Adanya kemajemukan merupakan suatu fakta sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
tidak dapat ditolak dalam sejarah hidup manusia, baik secara lokal maupun nasional dan
internasional.
b. DASAR SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN BUDAYA
Pengakuan

akan

adanya

dan

penerimaan

akan

kemajemukan

merupakan

KONSEKWENSI DAN KONSISTENSI KOMITMEN sosial maupun konstitusional sebagai


suatu masyarakat (suku, bangsa, bahkan dunia), yang berbudaya.
Karena kemajemukan merupakan konsekwensi dari hakekat manusia sebagai makhluk
sosial, yang dari satu segi memiliki kesamaan essensial tetapi dari lain segi ada perbedaan
eksistensial, maka pada hakekatnya adanya dan kekhasan atau identitas suatu kelompok
masyarakat (entah lokal, nasional, dan internasional) akan hilang bila tidak ada atau
ditiadakan atau ditolak kemajemukan. Jadi kemajemukan merupakan unsur penentu bagi
adanya dan kekhasan dari suatu masyarakat. Oleh sebab itu dalam sejarah pembentukan dan
kehidupan setiap kelompok masyarakat senantiasa ada kesadaran dan pengakuan akan adanya
kemajemukan, serta ada komitmen untuk menerima dan tetap mempertahankan kemajemukan
secara konsekwen dan konsisten.
Misalnya sejarah perjuangan kehidupan masyarakat Indoensia, baik secara lokal maupun
nasional, telah dicirikhaskan dengan kesadaran akan adanya serta komitmen akan penerimaan
kemajemukan secara konsekwen dan konsisten. Sumpah Pemuda serta pelbagai macam
perjuangan untuk mendirikan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dari masa ke masa merupakan fakta sejarah nasional bangsa Indonesia akan adanya
serta komitmen untuk menerima dan mempertahankan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Begitu pula Pancasila dan UUD 45 mencerminkan kesadaran, komitmen, pandangan hidup
serta sikap hidup yang sama. Pancasila dan UUD 45 merupakan bukti konstitusional nasional
tentang pluralisme di Indonesia.
c. DASAR TEOLOGIS

Dalam suatu masyarakat agamawi seperti masyarakat Indonesia , kendati ada pelbagai
macam agama yang berbeda dalam pelbagai aspek atau unsur-unsurnya, namun
kemajemukan seyogyanya harus diterima, sebagai konsekwensi dari nilai-nilai luhur dan
gambaran Sang Ilahi (Allah) yang maha baik serta cita-cita atau tujuan mulia dari setiap
agama dan para penganutnya.
Dari hasil kajian, misalnya oleh ilmu perbandingan perbandingan agama-agama, dapat
kita ketahui bahwa:
-

Dari satu segi ada kesamaan. Misalnya dalam setiap agama ada gambaran dan ajaran

tentang Sang Ilahi (Allah atau sebutan lainnya) sebagai yang maha baik, maha sempurna,
maha kuasa, asal dan tujuan hidup akhir dari manusia dan segala sesuatu yang baik. Juga ada
gambaran tentang surga, kebahagiaan, ketenteraman, damai sejahtera, dll yang merupakan
cita-cita dan tujuan akhir hidup setiap orang.
-

Dari segi lain ada rupa-rupa perbedaan karena adanya perbedaan persepsi serta

keterbatasan manusia dalam upaya mendalami dan memahami serta menjalin hubungan
dengan Sang Ilahi yang tidak terbatas dan tidak terjangkau daya tangkap insani manusia.
Oleh sebab itu timbullah aneka macam iman kepercayaan dan agama. Maka sudah
seyogyanya kemajemukan agama harus diterima, sebagai konsekwensi dari adanya iman dan
agama.

2.3 Faktor-Faktor Lahirnya Gagasan Mengenai Pluralisme


Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada
sejumlah faktor. Dua di antaranya adalah:
Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep
ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan.
Masing-masing

pemeluk

agama

juga

meyakini

bahwa

merekalah

umat

pilihan.
Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya
kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurut mereka,
diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi
memicu konflik.
4

Kedua, faktor kepentingan ideologis dari kapitalisme untuk melanggengkan


dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta
perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan
kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.
Dalam sebuah masyarakat otoriter, ada konsentrasi kekuasaan politik dan keputusan
dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis, kekuasaan dan
penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih tersebar. Dipercayai bahwa hal ini
menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan menghasilkan partisipasi yang lebih
luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih baik.
Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting ialah:
perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.
Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama
dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan
dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, karena, misalnya, lebih
besar kinerja danpertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran. Pluralisme
juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masingmasing.
2.4 Nilai Etik yang Terkandung dalam Pancasila
Pancasila bisa dijadikan nilai etik, dimana setiap orang yang melanggarnya akan
memperoleh hukuman publik, hukuman dari sesamanya dan bila perlu hukuman dari negara,
nilai etik yang luas dan dinamis dalam Pancasila dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
diskursus-diskursus sebuah isu maupun ide yang berkembang didalam publik, etika Pancasila
ini dapat menyangkup semua ideologi-ideologi yang ada di dunia, selama dalam proses
diskursus dan praksisnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Soekarno sendiri pernah mengandaikan, sebuah parlemen yang bergejolak, yang tidak
tenang-tenang saja, yang tidak homogen, dimana didalamnya masing-masing faksi
didalamnya memperjuangkan ideologinya dengan cara dan koridor demokrasi Pancasila,
Pancasila sendiri menurut Soekarno juga mencakup ideology nasionalis, agamis dan juga
sosialis, jika demikian nilai-nilai etik apa sajakah yang terkandung dalam pancasila ? berikut
penjelassannya;
a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai keTuhanan disini berarti nilai keTuhanan yang berkebudayaan, yang Esa, yang
dimana Indonesia sebelum dirumuskannya Pancasila merupakan sebuah kesatuan
wilayah dari Sabang sampai Merauke yang dimana didalamnya mengakui berbagai
macam agama dan kepercayaan, artinya nilai etik pertama adalah setiap manusia di
Indonesia memiliki kepercayaan kepada sebuah zat yang lebih besar bisa disebut
Tuhan, maupuan sebutan-sebutan lainnya, karena sifatnya yang Esa, pluralisme
menjadi kata kunci disini.
b. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan atau biasa disebut dengan prikemanusiaan merupakan rasa yang
lahir dari pertumbuhan rohani dimana muncul rasa bahwa sesama manusia memiliki
hubungan saling mengangkat jiwa, rasa dan karsa seabgai mansuia, ini merupakan
manifestasi pertumbuhan kebudayaan manusia dari tingkatan rendah ke tingaktan
alam yang lebih tinggi, artinya mengaggap manusia adalah setara, ketiadaan
penindasan, perbudakan, kekerasan maupun ancaman pada sesama (kemerdekaan
individu) merupakan syarat mutlak nilai etik dari berprikemanusiaan yang adil dan
beradab.
c. Nilai Persatuan Indonesia
Pada titik ini nilai persatuan haruslah dimiliki oleh setiap individu Indonesia,
perubahan, ide, masukan dan diferensiasi haruslah sebuah seamangat perubahan
namun tetaplah mengedepankan rasa persatuan Indonesia, semangat perpecahan dan
berperkara (sengketa) lebih baik disingkirkan, semangat keterbukaan dan perubahan
yang harus dikedepankan.
d. Nilai Kerakyatan yang

Dipimpin

Oleh

Hikmah

Kebijaksanaan

Dalam

Permusyawarata Perwakilan
Nilai etik ini adalah nilai demokrasi, demokrasi Indonesia bukanlah bentuk
demokrasi barat, jauh berbeda bukan demokrasi voting namun demokrasi
musyawarah untuk mufakat, artinya kebenaran yang sebenar-benarnya, bukan
kebenaran mayoritas, dimana demokrasi disini seperti sebuah proses diskursus yang
dibayangkan oleh Jurgen Habermas (2007) dimana konsensus memaksa dari proses
diskusi yang tidak memaksa akan ditemukan.
e. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai etik yang terakhir merupakan nilai keadilan sosial, nilai keadilan sosial
merupakan nilai yang tidak hanya terkait dengan kemakmuran ekonomis, namun
juga hak-hak sosial dan budaya.
Kelima nilai etika itu jika dipersa lebih dalam akan membentuk sebuah nilai etik
seperti yang dijelaskan oleh bung karno merupakan nilai dengan semangat gotong royong.
6

Keunikan Indonesia selalu disebutkan dan dicontohkan dalam bentuk Pancasila.


Tetapi bagaimana Pancasila menjadi bagian dari kehidupan Indonesia tiada yang mengerti
caranya. Seperti halnya agama, Pancasila tanpa diajarkan sebagai bagian dari sikap hidup bisa
menjadi boomerang untuk diri sendiri. Untuk menjelaskannya, harus meminjam istilah-istilah
lain yang proses pendefinisiannya dilakukan secara ketat untuk menjelaskan perbedaan
konsep dari masing-masing kata. Misalkan kata toleransi merupakan istilah yang dianggap
sudah cukup untuk menjelaskan posisi seseorang sebagai kesadaran bahwa seseorang tersebut
ada.
Akan tetapi menurut Diana Eck, tokoh pluralisme, toleransi sebagai nilai menyadari
keberadaan seseorang secara pasif.Dalam toleransi tidak ada upaya secara progressif untuk
menjangkau mereka yang berbeda dari kita dan belajar tentang keperbedaan.Keperbedaan
dalam konteks Indonesia seperti tercermin melalui Pancasila terkait dengan praktek
beragama, berperi kemanusiaan, berperilaku kebangsaan, bermusyawarah dan berperilaku
berkeadilan.
Banyak orang takut memasuki ruang yang akan membawanya pada proses pelabelan
sebagai orang yang abu-abu. Semua orang ingin jelas identitasnya, hitam atau putih dan
bukan yang abu-abu. Pluralisme sebagai sistem berpikir dan bertindak memang menawarkan
cara hidup yang lebih berani untuk menjangkau keluar dari identitas diri yang ada. Untuk
orang yang belum merasa aman dan damai dengan identitas yang ada bisa jadi cara
berpluralisme malahan akan menyebabkan kebingungan. Kekuatiran menjalankan cara hidup
pluralism sebagai cara hidup yang abu-abu bisa saja terjadi bagi mereka yang dasar
pijakannya terhadap identitas diri, budaya dan agama yang lemah.
2.5 Arti dari Pancasila adalah jalan menuju Pluralisme
The Oxford English Dictionary disebutkan, bahwa pluralisme ini dipahami sebagai:
(1) Suatu teori yang menentang kekuasaan negara monolitis; dan sebaliknya, mendukung
desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan
individu dalam masyarakat. Juga, suatu keyakinan bahwa kekuasaan itu harus dibagi
bersama-sama di antara sejumlah partai politik. (2) Keberadaan atau toleransi keragaman
etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau negara, serta keragaman
kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan, dan sebagainya. Definisi yang
pertama mengandung pengertian pluralisme politik, sedangkan definisi kedua mengandung
pengertian pluralisme sosial atau primordial.
7

Wikipedia On Line Dictionary menjelaskan: pluralisme adalah ilmu social, pluralisme


merupakan cara pandang dalam interaksi social di mana masing-masing kelompok memiliki
rasa hormat dan toleransi satu dengan yang lain, sehingga mereka berada secara saling
menguntungkan dan berinteraksi tanpa konflik. Pluralisme memandang sangat penting masa
depan masyarakat modern dan kelompok-kelompok social, dan menjadi penentu arah
kemajuan pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi. Pluralitas di Indonesia
adalah berkah tak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Kuasa. sayangnya, manusia sering
salah menerjemahkan rahmat tersebut sehingga kerap menjadi bencana. Bukanlah Tuhan
yang menganugerahkan bencana, melainkan manusia yang memiliki cara pandang sempit
yang sering menyelewengkan rahmat tersebut menjadi bencana.
Agama dan keberagamaan merupakan tolok ukur dan pintu gerbang (avant garde)
menilai bagaimana pandangan pluralitas ditegakkan. Bagaimana individu dan kelompok
tertentu memandang individu dan kelompok lainnya. Semangat keberagamaan yang
cenderung memuja fundamentalisme menjadi akar masalah serius seringnya pluralitas
berpeluang menjadi bencana daripada rahmat. Pluralisme biasanya dibicarakan dalam
konteks hubungan antaragama. Dalam perspektif tersebut, jelas dikemukakan tentang
pengakuan dan penghargaan terhadap pluralitas suku dan agama. Agama, bahasa, etnisitas,
dan lokalitas adalah simbol-simbol yang lebih konkret ketimbang simbol-simbol nasional,
seperti bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, atau lagu Indonesia Raya.
Identitas partikular tersebut mudah dicerna, dekat dengan pengalaman sehari-hari,
cepat membangkitkan sentimen kolektif, dan bisa menjadi faktor pendorong terjadinya
gerakan massa, bahkan revolusi. Simbol-simbol tadi sebenarnya dapat menjadi kekuatan
positif bagi pembangunan bangsa sejauh dimaknai secara inklusif. Dan itulah sesungguhnya
hakikat pluralisme. Pluralisme juga merupakan kelanjutan dari model keberagamaan yang
bercorak inklusif. Inklusivisme meniscayakan adanya pemahaman bahwa agama lain
memiliki kesamaan-kesamaan sehingga ada keinginan untuk mencari titik temu (kalimah
sawa'). Berbeda dari inklusivisme, pluralisme justru mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
Pluralisme memandang bahwa setiap agama memiliki realitas yang unik.
Itu berarti pluralisme dibutuhkan dalam rangka membangun kehidupan keberagamaan
yang koeksisten dan toleran di tengah perbedaan dan keragamaan agama dan paham
keagamaan. Pemahaman terhadap pluralisme Indonesia sebagai satu kesatuan dan merupakan
aset bangsa yang berperanan besar dalam proses pembangunan dan pencapain tujuan dan
8

cita-cita bangsa ini. Dengan berasaskan Pancasila. Karena Pancasila sebagai dasar negara
menjadi falsafah hidup dan landasan pergerakan keIndonesiaan. Di dalam pancasila
terkandung nilai-nilai yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa dan itulah yang
seharusnya terus kita pakai sebagai patokan hidup. Pancasila adalah ideologi massif yang
berlaku universal sehingga menjadi keharusan kultural bagi kita untuk kembali nilai-nilai
dasarnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah kita membahas pluralisme maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
pluralisme adalah suatu kelompok yang bisa bertoleransi dalam ras, agama, kebudayaan dan
bangsa. Dan ini bisa dikembangkan artinya menjadi demokrasi, keadilan dan hukum, nilainilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, suku bangsa,
kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan
budaya, domain privat dan publik, HAM (Hak Asasi Manusia),
9

Pluralisme juga mempunyai hubungan dengan pancasila sehingga memperkuat posisi


pancasila sebagai cita cita bangsa dan mewujudkan ide-ide bangsa. Negara Indonesia
mempunyai upaya-upaya untuk memajukannya agar bisa menjadikan bangsa yang maju dan
kreatif , dengan adanya berbagai macam kebudayaan diharapkan toleransi antar kelompok
sehingga membentuk kemajuan bukan kemunduran yang disebabkan kebudayaan.
3.2 SARAN
Kepada pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai
pluralisme di kehidupan bermasyarakat.
Kepada rakyat Indonesia diharapkan mampu memahami Pluralisme secara nyata
dan benar. Dan agar tidak menyimpangkan arti pluralism itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://stpakambon.wordpress.com/p-l-u-r-a-l-i-s-m-e/
Habermas, J. 2007. Ruang Publik; Sebuah Kajian Tentang Kategori Masyarakat
Borjuis.Yogyakarta: Kreasi Wacana.
http://risgalutfi.blog.ugm.ac.id/2010/10/05/multikultur/
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
http://marhendi-catalan.blogspot.com/2010/07/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa.html

10

Anda mungkin juga menyukai