Anda di halaman 1dari 37

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah:

Sejarah Peradaban Islam Saintek & Humaniora


Dosen Pengampu :

Al-Ustadz Muhammad Taqiyuddin, S.H.i

Disusun Oleh:

3920184120525

Rafi Affan Fadhilla

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN


PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS DARUSSALAM
GONTOR PONOROGO
2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tokoh - Tokoh dan Institusi
Peradaban Islam Zaman Dahulu , makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam Saintek dan Humaniora.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang


penyusun peroleh dari buku panduan dan media internet yang berkaitan dengan
Sejarah Peradaban Islam Saintek dan Humaniora, serta infomasi dari media massa
yang berhubungan dengan Tokoh - Tokoh dan Institusi Peradaban Islam Zaman
Dahulu, dan tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam Saintek dan Humaniora dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penyusun berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat


bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Sejarah
Peradaban Islam Saintek dan Humaniora, khususnya bagi penyusun. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
DAFTAR ISI

Cover Makalah i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Tokoh - Tokoh Ilmuwan Muslim Dalam Peradaban Islam 3


1) Muhammad bin Zakaria Ar - Razi
a) Biografi
b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah
c) Penyakit Cacar dan Darah Tinggi
2) Muhammad Al- Karaji
a) Biografi
b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah
c) Qanat
3) Jabir bin Hayyan
a) Biografi
b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah
1. Bidang Ilmu Kimia
2. Bidang Industri Kimia
3. Buku - Buku dan Karya - Karya Ilmiah
4) Abu Hanifah Ad - Dinawari
a) Biografi
b) Botani
c) Astronomi dan Metereologi
d) Ilmu Bumi
B. Lembaga Institusi dan Pusat Pembelajaran Dalam Peradaban Islam 4
1) Universitas Az - Zaytunah, Tunisia
a) Biografi
b) Sejarah Singkat
c) Az-Zaitunah Setelah Kemerdekaan Tunisia
C. Plagiasi Ilmuwan Barat Terhadap Penemuan Ilmuwan Muslim 7
1) Plagiasi Beberapa Ilmu Kedokteran Karya Ibnu An-Nafis
a) Biografi
b) Penemuan Sirkulasi Paru-Paru
c) Peredaran Darah menurut Ibnu An-Nafis

BAB III PENUTUP 10

Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ilmuwan muslim yang pernah hidup adalah Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria Al-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia
barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun
864 – 930. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat
pada tahun 313 H/925. Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam
bidang seni musik. Namun al-Razi juga tertarik dengan banyak ilmu
pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan
untuk mengkaji ilmu-ilmu seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan
fisika.

Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan


pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi
geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.

Ibnu An-Nafis merupakan orang pertama yang secara akurat


mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Penggambaran
kontemporer proses ini telah bertahan. Khususnya, ia merupakan orang
pertama yang diketahui telah mendokumentasi sirkulasi paru-paru. Secara
besar-besaran karyanya tak tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924.
Bukunya tentang oftalmologi sebagian besar adalah hasil karya asli dari
Ibnu al-Nafis. Bukunya yang paling terkenal adalah Ringkasan Hukum
(Mujaz al-Qanun).

Ilmu adalah substansi terpenting dalam sebuah peradaban. Kejayaan


suatu peradaban ditentukan oleh maju-mundurnya tradisi keilmuan. Ketika
budaya ilmu tidak lagi berkembang, alamat peradaban tersebut sudah
berada di ambang kehancuran.

Perguruan tinggi sebagai penopang tradisi keilmuan tersebut turut


andil untuk membawa peradaban Islam ke puncak kejayaannya. Bahkan,
menurut Ednan Aslan dalam Islamic Education in Europe, ketika Barat
masih berada di zaman kegelapan, kegemilangan ilmu pengetahuan telah
menyelimuti dunia Islam.

Berikut adalah beberapa tokoh dan ilmuwan muslim beserta


beberapa institusi penunjang atau penyokong peradaban islam pada saat
masa lampau dan beberapa plagiasi yang dilakukan oleh ilmuwan barat
terhadap penemuan atau karya-karya ilmiah milik ilmuwan muslim yang
diklaim oleh ilmuwan barat sehingga sejarah dunia menyembunyikan
peranan penting umat muslim dalam membangun peradaban dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja tokoh - tokoh yang berpengaruh dalam sejarah peradaban islam ?
2. Apa saja Lembaga Institusi yang berperan penting dalam meningkatkan
peradaban islam pada masa lampau ?
3. Apakah penemuan milik ilmuwan muslim yang diklaim dimiliki atau
berasal dari penemuan ilmuwan barat?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa tokoh - tokoh ilmuwan muslim


yang berpengaruh dalam sejarah peradaban islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Lembaga Institusi yang berperan penting
dalam meningkatkan peradaban islam pada masa lampau.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja penemuan milik ilmuwan muslim
yang diklaim dimiliki atau berasal dari penemuan ilmuwan barat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh - Tokoh Ilmuwan Muslim Dalam Peradaban Islam

1) Abu Bakar Ar- Razi

a) Biografi

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi atau dikenali


sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran
yang hidup antara tahun 865 - 925. Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus
865 Masehi di Kota Rayy, Teheran, dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut
terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di
dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir
seluruh karyanya.

Saat masih kecil, Ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau


musisi tetapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada
umurnya yang ke-30, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni
bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan
matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa
menyembuhkan matanya, dan dari sinilah Ar-Razi mulai mempelajari ilmu
kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang
dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang
Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil
sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai
seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy
pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania.

Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus


dipersembahkan untuk Mansur Ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian,
Ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan Al-Muktafi dan menjadi
kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-


Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia
mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul
Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid.
Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani
biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah

Ar-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa


reaksi kimia serta deskripsi dan desain lebih dari dua puluh instrument
untuk analisis kimia. Ar-Razi dapat memberikan deskripsi ilmu kimia
secara sederhana dan rasional. Sebagai seorang kimiawan, beliau adalah
orang yang pertama mampu menghasilkan asam sulfat serta beberapa asam
lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.

Selama hidupnya Ar-Razi telah banyak mengarang karya-karya


ilmiah. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Comprehensive Book
yang mencakup semua pengetahuan medis Timur Tengah, India, dan
Yunani. Selain itu, Ar-Razi juga mengarang buku-buku ilmiah yang
jumlahnya tak kurang dari 200 buah. Salah satu diantaranya adalah buku
Al-Hawi (bukan menyeluruh) yang terdiri dari 20 jilid. Karya ini lebih
dianggap sebagai buku induk dalam bidang ilmu kedokteran. Agaknya
buku Al-Hawi lah yang merupakan karyanya yang terbesar dan luas sesuai
dengan namanya.1

Buku in dianggap pula sebagai intisari ilmu-ilmu Yunani, Syariah,


dan Arab. Dan lagi, apa yang dituliskan di dalamnya adalah hasil
rangkuman ilmu-ilmu kedokteran yang telah ia baca, ia catat, lalu
kemudian ia uji keabsahan dan kebenarannya lewat eksperimen.

Dalam satu penemuan monumental dari Ar-Razi yang banyak


digunakan dalam dunia kedokteran adalah Air Raksa (Hg). Padahal di
Eropa, Hg atau Mercury tersebut baru dikenal pada masa Zar Rusia Alexei
Mikhailovitsy (1629-1676 M) yang memerintah pada tahun 1645-1676 M.

Buku lain karangannya adalah sebuah ensiklopedi kedokeran yang


terdiri dari 10 jilid lebih. Jilid ke-9 buku ini, bersama dengan Al-Qonun Fi
At-Thib karya Ibnu Sina, hingga abad ke-16 M, masih tetap merupakan
dasar dari kajian-kajian tentang kedokteran di universitas - universitas di
Eropa. Di samping itu, ia pulalah orang pertama yang mencurahkan
segenap pemikirannya untuk mendiagnosa penyakit cacar, serta menulis
buku mengenai penyakit anak-anak. Ia pula orang yang telah menggunakan
injeksi urediral (saluran kencing dan sperma).

c) Penyakit Cacar dan Darah Tinggi

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi


merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit
cacar. Dalam salah satu karyanya, Ar-Razi memberikan informasi yang
amat menarik perhatian para peneliti, yaitu tentang small-pox (penyakit
cacar). Untuk jasa ini, ia dianggap sebagai sarjana yang mula-mula meneliti
penyakit tersebut. Ia membedakan penyakit ini menjadi cacar air (variola)
dan cacar merah (vougella).

1
Islamic Science, the Scholar and Ethics, Foundation for Science Technology and Civilization.
Seton (tumpal muka) merupakan pula hasil penemuan ar-Razi.
Buku Al-Asrar (Rahasia-rahasia), adalah salah satu karyanya yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard dari Cremona pada abad
ke-12 M. buku ini sampai abad ke-19 M, menurut Dr. Gustave Le Bon
dalam salah satu karangannya, masih tetap menjadi buku pegangan
praktikum kedokteran.

Buku Ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak)


adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai
dua wabah yang berbeda.

Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan


bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan
pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara
berpikir Ar-Razi dalam buku ini.

Ar-Razi pula yang pertama kali melakukan pengobatan khas


dengan pemanasan syaraf, serta merupakan sarjana kedokteran yang
menganggap penting pengobatan kepala pening. Ia juga diduga sebagai
yang pertama kali mendiagnosa tekanan darah tinggi (hipertensi), sedang
terhadap berbagai macam penyakit yang perlu perangsangan syaraf. Dia
mengemukakan pengobatan yang mirip dengan cara akupunktur yang
sekarang telah amat populer, dengan cara penusukan noktah - noktah
tertentu pada tubuh dengan besi-besi pipih runcing yang telah dipanaskan
dengan minyak mawar atau minyak cendana.2

2
History of civilizations of Central Asia, Motilal Banarsidass Publ., ISBN 81-208-1596-3, vol. IV,
part two, p. 228.
2) Al - Karaji atau Al - Karkhi

a) Biografi

Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karajī atau al-


Karkhī (953 di Karajatau Karkh - 1029) adalah seorang matematikawan
muslim Persia abad ke-10 dan seorang insinyur. Semasa muda, Al-Karaji
merantau ke Baghdad. Di kota ini, ia sempat memegang posisi tinggi dalam
pemerintahan pada 1011 Masehi di era pemerintahan Buwaih (945-1055
M).3 Dia kemudian kembali ke tanah kelahirannya dan meninggal di sana
pada 1015 M. Tak ada sumber yang jelas mengenai tanggal kelahiran atau
kematian al-Karaji.

Sejumlah sejarawan meyakini, sang ilmuwan meninggal setelah


tahun 406 H/1015 M. Sangat sedikit sekali sumber mengenai biografi sang
ilmuwan. Namanya, muncul pada zaman era modern dengan sebutan Al-
Karaji atau Al-Karakhi. Al Karaji atau dikenal dunia sebagai Al Karkhi
merupakan ilmuwan Muslim yang hidup di awal abad 10 M.

Namun, para sejarawan sains paling sering menyebutnya dengan


sebutan nama Al-Karaji. Roshdi Rashed, mengungkapkan, sangat sedikit
sekali informasi dalam sumber Arab klasik tentang Al-Karaji. Apalagi,
nama Al-Karaji tidak disebutkan sejarawan Islam seperti Ibnu al-Nadim
atau Ibnu Abi Usaybi'ah dalam karya utama mereka.

Meski begitu, Al-Karaji diyakini telah memberikan kontribusi yang


sangat besar bagi peradaban Islam dan umat manusia saat tinggal di
Baghdad. Risalah pentingnya dalam aljabar telah didedikasikan kepada
wazir Fakhr Al-Mulk, menteri Baha'al-Dawla, penguasa Dinasti Buwaih di
Baghdad (wafat 406 H/1015 M).

3
Chairul Achmad ,Republika "Al-Karaji"https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/05/07/m3nozf-ilmuwan-muslim-muhammad-alkaraji-pakar-
matematika-pencipta-mesin-3habis(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 10.05)
Dia merupakan seorang ilmuwan yang menguasai bidang hidrologi.
Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air
bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi
hidrologi. Teknologi pengelolaan yang dikenalkan Al Karaji merupakan
metode pengelolaan air yang canggih yang membuat pasokan air di kota-
kota modern Islam tetap melimpah sehingga perkembangan kota tetap
pesat.

Al-Karaji meninggalkan pemerintah Abbasiyah untuk hidup dalam


apa yang digambarkannya sebagai "Mountain Countries". Dia telah
menyumbangkan pemikirannya dalam bidang hidrologi dan matematika.
Bagaimana pun, keberhasilan dan pencapaian Al-Karaji pada era kejayaan
Islam layak untuk dihormati dan dihidupkan kembali oleh masyarakat
Muslim di era modern.

b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah

Sejarawan sains modern memandang Al-Karaji sebagai ahli


matematika berkaliber tertinggi. Karyanya yang kekal pada bidang
matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai kanonik tabel
koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan bentuk).

Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan


pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi
geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.

Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan aturan pada


operasi aritmatika untuk memanipulasi Polynomial. Dalam karya
pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam
Extrait du Fakhri, traite d'Algèbre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan
Alkarkhi, Paris, 1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama
di dunia yang memperkenalkan teori Aljabar Kalkulus.4

Tak hanya piawai di ranah matematika, Al-Karaji juga seorang


insinyur yang mumpuni, terutama dalam hal manajemen air sekaligus
menciptakan mesin air. Munculnya kota-kota seperti Baghdad, Kairo,
Cordoba, Damaskus, Fez dan Marakech membutuhkan metode pengelolaan
air yang canggih.

Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan,


mengadaptasi dan memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air
warisan dari keahlian lokal atau peradaban kuno. Pada awal abad ke-8 M,
peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air.

Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya


bertajuk Muhammad Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the
Early 11th Century.5

Menurut Abattouy, pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam


telah melahirkan sebuah revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan
di bidang hidrologi. Abattouy mengungkapkan, salah seorang ilmuwan
Muslim yang menjadi perintis di bidang teknologi mesin air adalah
Muhammad Al-Karaji. Ia adalah seorang ahli matematika dan juga ahli
mesin

Sebagai seorang insinyur sekaligus pakar matematika, Al-Karaji


seperti termaktub dalam Inbat Al-Miyah Al-Khafiya yang ditulis pada tahun
1000 di Irak atau Iran, menjelaskan tentang teknik pengelolaan air bawah
tanah.

4
"Ilmuwan Muslim", http://www.fiqhislam.com/agenda/tokoh/11045-ilmuwan-muslim-
muhammad-al-karaji-pakar-matematika-pencipta-mesin(Diakses Pada 11 Oktober 2019,
Pukul 09.56)
5
Pandji R. Hadinoto, "Khazanah, Muhammad Al - Karaji
https://jakarta45.wordpress.com/2009/07/07/khazanah-muhammad-al-karaji-sang-pelopor-
mesin-air/(Diakses Pada 11 Oktober 2019,Pukul 09.59)
Diantara kitab - kitab karangannya :

a) Al-fakhry fil Jabr wa Muqabalah. Dalam buku ini ia


menyajikan studi tentang pangkat berulang-ulang / berturut-
turut (successive powers) dari sebuah binomial. Buku ini
didalami oleh F. Woekepe dalam Extraits du Fakhri, traite
de algebre, Paris 1853.
b) Al-badi’ fil Hisab. Dalam buku ini diantaranya menulis
amat terinci untuk pertama kalinya teori pencabutan akar
kuadrat dari sebuah polinomial dengan suatu bilangan yang
tidak diketahui.
c) Al-kafi fi al-Hisab. Dalam buku ini memuat penggunaan
fungsi-fungsi dan semacam ringkasan aritmetika, aljabar dan
geometri. Buku ini didasarkan atas proses - proses kalkulus
mental yang disebut Al Hawa’I atau Aerial dalam Ibn samh
(w. 426 H / 1034 M) sebagai lawan dari kalkulus India.
Buku ini telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Jerman oleh A. Hocheim, Halle 1877-1880.

d) Inbat al-Miyah al-Khafiyya. Sebuah buku manual mengenai


suplai air, hidrolik dan memuat pula catatan autobiografi dan
serangkaian diskusi mengenai konsep-konsep relatif
terhadap geografi. Buku ini telah dicetak tahun 1945 di
hyderabad, India. Buku ini di buat menjelang akhir
hayatnya.
c) Qanat (Teknik Irigasi)6

Qanat adalah teknik irigasi yang khusus untuk memanfaatkan air


bawah tanah dengan menggunakan pipa. Pada era keemasan Islam, qanat
merupakan salah satu metode yang paling efektif untuk menyediakan air.
Teknik itu kemungkinan berasal dari utara Iran pada era kuno, namun tahap
sistem pengadaan air ini melalui jarak jauh telah di gunakan secara luas di
dunia Muslim di abad pertengahan dan hingga masa modern.

Berdasarkan perkiraan, sekitar 75 persen air yang digunakan di Iran


berasal dari qanat yang panjangnya lebih dari 100 ribu mil. Di luar Iran,
qanat masih digunakan pada beberapa bagian negara Islam, terutama di
tenggara Semenanjung Arab dan Afrika Utara. Sistem Qanat yang telah
digunakan opada era Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah.

Khalifah al-Mutawakkil (847-866 M) membangun sebuah sistem


qanat untuk memasok air ke istana baru di Samarra. Dalam Inbat al-Miyah
al-Khafiyya, menurut Muhammad Abattoey, Al-Karaji mengungkapkan
secara rinci dan baik tentang pembangunan saluran qanat, lapisannya,
perlindungan terhadap kerusakan, pembersihan dan pemeliharaannya.

3) Jabir bin Hayyan

a) Biografi

Nama lengkapnya Dia bernama asli . Dia adalah Abu Musa Jabir

6
Biografi Al-Karaji https://jakarta45.wordpress.com/2009/07/07/khazanah-muhammad-al-
karaji-sang-pelopor-mesin-air/(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 10.01)
Bin Hayyan Bin Abdullah Al-Azdi.7 Dia dipanggil dengan nama Al-Azdi
karena berasal dari Kabilah Yaman yang besar yaitu Kabilah Azad yang
sebagiannya hijrah ke Kufah setelah robohnya bendungan Ma’rib.
Dilahirkan di desa Thus Khurasan kemudian tinggal di Kufah. Jabir
dilahirkan di kota Thus, Iran pada tahun 715 M, dari seorang ayah yang
bekerja di bidang farmasi. Ayahnya dikenal sebagai pendukung Dinasti
Abbasiyyah. Dia hijrah dari Kufah ke Thus untuk mengikuti kegiatan
kampanye bagi mereka yang ada di Persia. Akan tetapi intel Dinasti
Umawiyyah telah mengintainya, menangkapnya dan mengeksekusinya.
Sedangkan Jabir kembali ke Iraq, dan setelah pemberontakan yang
dilakukan oleh Dinasti Abbasiyyah berhasil, dia kemudian menetap di
Baghdad dan berhubungan dengan keluarga Baramikah, seorang
bangsawan Persia terkemuka.

Hubungannya dengan Ja’far Bin Yahya Al-Barmaki semakin


kuat, sehingga dia membawanya kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid, Jabir
mengusulkan untuk mendatangkan buku-buku ilmiah Yunani dari
Konstinopel. Akan tetapi setelah terjadi tragedi Baramikah, Jabir lari ke
Kufah dan menetap di sana seraya bersembunyi dari para pendukung
Khalifah tanpa ada seorang pun dari mereka yang mengetahuinya. Jejaknya
kemudian tidak diketahui kecuali setelah dua abad kemudian dari tahun
wafatnya ketika laboratoriumnya ditemukan setelah di gusurnya rumah-
rumah yang terletak di Distrik Bab Damaskus, tempat tinggalnya. Jabir
wafat di tempat kelahirannya, Thus pada tahun 815 M.

Jabir Bin Hayyan memulai belajarnya dari dari ilmu agama. Dia
berguru kepada Harb Al-Hamiri dan Imam Ja’far Ash-Shidiq, hingga

7
Jabir bin Hayyan https://moslemyouthkampus.wordpress.com/2013/04/07/jabir-bin-
hayyan/(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.50
akhirnya Jabir menjadi teman dekat Imam Ja’far. Setelah itu dia cenderung
kepada ilmu tasawwuf dan mempelajari filsafat. Fahmi Mathius Ishaq
menegaskan di dalam bukunya “Al-Ulama’ wa Al-Muslimun” bahwa Jabir
menguasai bahasa Latin dan Yunani dengan baik.

b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah

Sumbangan terbesar dari Jabir adalah di bidang kimia, Ia dikenal


telah menulis lebih dari seratus buku lengkap dengan penjelasannya, dan
dua puluh dua buku yang membahas masalah kimia. Dia melakukan
penelitian di bidang kimia. Dia melakukan penelitian di bidang kimia
(diambil dari bahasa Arab al-Kimiya) yang kemudian dijadikan tonggak
sejarah bagi ilmu kimia modern. Meskipun dikenal sebagai seorang ahli
kimia, dia seolah tidak berusaha mengejar dengan serius zat-zat logam
mulia seperti seorang ahli kimia. Dia berjuang keras dalam
mengembangkan metode kimia dasar dan mengamati mekanisme reaksi
kimia yang terjadi. Jabir memfokuskan dalam percobaan dan
pengembangan metode untuk mendapatkan karya yang dapat diproduksi
ulang. Dia mengkhususkan dari dalam usahanya membuat metode kimia
dasar dan mempelajari bermacam-macam reaksi kimia.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam


penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa yang pertamakali
dilakukan oleh Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut:

1. (Spirits) yang menguap ketika dipanaskan, seperti camphor, arsen


dan amonium klorida.
2. (Metals) seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi; dan
3. (Stones) yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.8
1) Bidang Ilmu Kimia

8
NurJamal,JabirbinHayyanhttps://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2017/07/07/4606/ja
bir-bin-hayyan-sang-ahli-kimia-dan-pendiri-laboratorium-pertama-di-
damaskus.html(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.47)
a) Jabir menemukan sebagian alat penyajian bahan-bahan
Kimia dan mencampurnya dengan peralatan yang lain.
Dalam bukunya, ia banyak menerangkan tentang peralatan
ini, diantaranya terbuat dari kaca dan logam.
b) Jabir berhasil memadukan Asam Hidrolik (senyawa garam)
dengan Asam Netrik. Kemudian campuran yang dihasilkan
dari perpaduan ini dikenal dengan nama "air emas" atau "air
raksa", karena kemampuannya untuk mencairkan emas.
Cara pemaduan berikutnya adalah dengan meneteskan
campuran garam makanan (clorit sodium) dan kaca biru atau
kaca ciprus. Jabir menyifati zat asam ini sebagai air keras
karena zat ini dapat mencairkan logam.
c) Jabir adalah orang pertama yang mengetahui zat asam
organic Kolik, Limonik, dan Tatrik.
d) Jabir berhasil memisahkan Arsenic dan Sulfite Arsenic dan
mampu memisahkan antimony dari sulfat antimony.
e) Jabir adalah orang yang mampu membedakan antara zat
asam dengan Alkalis.

2) Bidang Industri Kimia

a) Jabir berhasil menemukan beberapa cara yang efektif untuk


memurnikan logam dan mencampur baja untuk keperluan
industri serta menjaga besi dari karat.
b) Jabir adalah orang yang merumuskan cara pembuatan tinta
dari sulfite besi yang dicampur emas, sehingga bisa
mengganti air emas (yang mahal harganya) untuk membuat
tulisan dari tinta emas.

c) Jabir mampu merumuskan cara-cara istimewa dalam


mewarnai kulit, membuat pernis, mengeraskan kain tenun,
mengecat rambut beberapa keperluan sehari-hari lainnya
yang menggunakan bahan - bahan kimia.9

3) Buku - Buku atau Karya - Karya Ilmiah

Jabir menulis buku dan makalah sebanyak 500 buah dalam


bidang ilmu Kimia dan cermin. Diantara karya tulisnya yang
terkenal adalah :
a) Al-Khawash Al-Kabir , buku ini adalah buku yang sangat
terkenal yang manuskripnya tersimpan di musium Inggris.
b) Kitab As-Sab’in dan Kitab Ar-Rahmah. Kedua kitab
tersebut merupakan kitab terlaris sehingga banyak di
terjemahkan ke dalam Bahasa Latin pada abad pertengahan.
c) Al-Jamal Al-Isrun, yang merupakan kumpulan-kumpulan
tentang ilmu Kimia yang pernah ia makalahkan.
d) Al-Ahjar, manuskripnya tersimpan di perpustakaan Paris,
serta kitab-kitab terkenal lainnya seperti, Asrarul Kimiya,
Ushulul Kimiya, Al-bahtsu 'Anil Kamal, Kitab Al-Ahdi, dan
kitab al-atun.

4) Abu Hanifah Ad-Dinawari

a) Biografi

Imam Abu Hanifah Ahmad bin Dawud Dinawari, Abu Hanifah


Dinawari, atau cukup disebut dengan Al Dinawari, Beliau memiliki nama
lengkap Ahmad bin Daud Ad-Dinawari Al Hanafi atau Abu Hanifah.
Beliau adalah seorang cendikiawan, astronom, ahli botani, metalurgi,

9
Hakiki, "Jabir bin Hayyan" https://serpihanberkas.blogspot.com/2017/05/jabir-bin-
hayyan.html(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.52)
geografi, matematika, dan sejarawan pada zaman keemasan Islam yang
hidup pada 815-896.10

Beliau belajar astronomi, matematika dan mekanik di Isfahan dan


filsafat dan puisi di Kufah dan Basra. Dia meninggal di Dinawar.
Kontribusi yang paling terkenal adalah Kitab Tanaman, yang ia dianggap
sebagai pendiri dari botani Arab. Ia juga menulis sebuah buku tentang
nenek moyang dari suku Kurdi berjudul Ansab Al-Akrad.

Ad-Dinawari adalah seorang ilmuwan muslim yang ahli dibidang


tumbuh-tumbuhan. Beliau lahir pada tahun 820 H di Kota Dinawari yang
pernah hancur karena serangan bangsa Mongol.

Ad-Dinawari terkenal sangat cerdas dan aktif pada masanya. Beliau


mempelajari ilmu astronomi, matematika, dan mesin di Isfahan Irak.
Disamping itu, beliau juga belajar ilmu Bahasa dan Puisi di Kufa dan
Basra, Irak. Sehingga tak heran jika Al Dinawari menjadi ahli di berbagai
bidang seperti astronomi, ilmu hewan, sejarah, ilmu bumi, bahasa dan
etnografi (ilmu tentang kebudayaan suku-suku bangsa).

Beliau juga dikenal sebagai ahli tumbuh-tumbuhan. Beliau memiliki


minat yang besar pada dunia tumbuh-tumbuhan. Beliau banyak melakukan
penelitian untuk mendalami tempat tumbuh-tumbuhan itu hidup dan iklim
yang sesuai untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan tersebut. Untuk
mendukung penelitian, beliau menggunakan hadist - hadist dan syair - syair
tentang tumbuh-tumbuhan. Ad-Dinawari juga mencatat berbagai nama
tumbuhan dan nama buah-buahan.

Ad-Dinawari meninggal di kota kecil di wilayah Hamadan, Iran


pada tanggal 24 Juli 896 Masehi. Hasil pemikiran dan penelitian beliau
tentang tumbuh-tumbuhan memberikan sumbangan besar terhadap sejarah

10
Ad-Dinawari, https://beritalangitan.com/sejarah/ad-dinawari-bapak-botani-muslim/(Diakses
Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.37)
dan kebudayaan dunia. Selain itu, beliau menghasilkan juga karya-karya
lain di bidang fiqih dan tafsir Alqur'an berjumlah 1 jilid.

b) Karya - Karya dan Penemuan Ilmiah

1) Buku - Buku atau Karya - Karya Ilmiah

Sumbangan terbesar Ad-Dinawari telah banyak menulis


karya di bidang ilmu pengetahuan. Karya-karya beliau di bidang
ilmu murni (Matematika & Ilmu Alam), adalah sebagai berikut:

a) Kitab Al-Jabar wal-Muqabala (Buku Al-Jabar)


b) Kitab Al-Nabat (Buku tumbuh-tumbuhan)
c) Kitab Al-Kusuf (Buku tentang gerhana matahari)
d) Kitab Al-Radd a'la Rasad Al-Isfahani (Pertentangan tentang
observasi-observasi Isfahani)
e) Kitab Al-Hisab (Buku tentang Kalkulus)
f) Baht fi Hizab Al-Hind (Analisa tentang kalkulus India)
g) Kitab Al-Jam Wal-Tafriq (Buku tentang aritmatika)
h) Kitab Al-Qibla wal-Ziwal (Buku orientasi bintang-bintang)
i) Kitab Al-Anwa (Buku tentang cuaca)
j) Islah Al-Mantiq (Perbaikan berdasarkan logika)

Beliau juga banyak menyusun buku di bidang sosial dan sastra


(Ilmu sosial dan humaniora). Karya-karyanya adalah sebagai
berikut:

a) Akhbar Al-Tiwal (Sejarah umum)


b) Kitab Al-Kabir (Buku sejarah ilmu pengetahuan)
c) Kitab Al-Fisha (Buku tentang cara berpidato)
d) Kitab Al-Buldan ( Buku tentang geografi)
e) Kitab Al-Shi'r wal-Shu'ara (Buku tentang puisi dan sajak)
f) Ansab Al-Akrad (Keturunan suku-suku kurdi)
g) Kitab Tanaman11

2) Botani

Salah satu karya Ad-Dinawari yang terkenal dalam bidang


tumbuh-tumbuhan adalah kitab An-Nabat. Kitab ini membahas
lebih dari sembilan ratus tiga puluh tumbuh-tumbuhan.
Diantaranya adalah bawang putih, delima, jagung, kacang, kelapa,
pisang, sawi dan wortel. Kitab ini memiliki keunikan karena
adanya penyebutan nama-nama tumbuhan yang berurutan
berdasarkan abjad huruf Arab.

Hal ini dimaksudkan untuk menerangkan berbagai jenis


tumbuh-tumbuhan yang disebut oleh para penyair Arab. Dalam
Kitab An-Nabat ini juga berisi kumpulan lengkap jenis tumbuh-
tumbuhan yang tidak hanya dari Arab saja, tetapi juga berasal dari
negara-negara lain sesuai dengan iklim negara Arab. Ad-Dinawari
juga menyebutkan tentang kegunaan kayu arak dalam beberapa
halaman Kitab An-Nabat. Yaitu sebagai alat untuk bersuci (gosok
gigi) dan dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai penyakit.

Kitab An-Nabat tidak hanya berisi tentang tumbuh-


tumbuhan. Dalam bab ketiga dan awal bab kelima diulas mengenai
serangga. Al-Dinawari mengulas tentang belalang secara detail.
Beliau juga membahas tentang lebah dengan memusatkan
pengamatan pada jenis dan sifat lebah. Sampai sekarang pun kitab

11
Blog Penemu, Mengenal Abu Hanifah Ad-Dinawari
https://blogpenemu.blogspot.com/2016/06/al-dinawari-ilmuwan-muslim-ahli-botani.html(Diakses
Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.32)
An-nabat masih menjadi rujukan para ilmuwan Arab Muslim. Kitab
ini merupakan ensiklopedi tumbuh-tumbuhan Arab kelas tinggi.
Sayangnya kitab Al-Nabat hanya sedikit menyebutkan tumbuh-
tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit.12

3) Astronomi dan Meteorologi

Ad-Dinawari juga memiliki ketertarikan yang besar pada


astronomi. Beliau menekuni astronomi sejak pindah ke Isfahan pada
tahun 850 Masehi. Di sana beliau banyak melakukan penelitian
terhadap-bintang-bintang. Buku-buku hasil penelitiannya tentang
astronomi berjudul Al-Anwa, Al-Qibla wa Al-Ziwal, dan Zij Abu
Hanifa.

Bagian dari Kitab Tanaman Ad-Dinawari berkaitan dengan


aplikasi astronomi Islam dan meteorologi untuk pertanian. Ini
menggambarkan karakter astronomi dan meteorologi dari langit,
planet-planet dan rasi bintang, matahari dan bulan, fase lunar
menunjukkan musim dan hujan, anwa (hujan benda-benda langit),
dan fenomena atmosfer seperti angin, guntur, petir, salju, banjir,
lembah, sungai, danau, sumur dan sumber air lainnya.

4) Ilmu Bumi

Bagian dari Kitab Tanaman al-Dinawari berkaitan dengan


ilmu bumi dalam konteks pertanian. Ia menganggap bumi, batu dan
pasir, menggambarkan berbagai jenis tanah, yang menunjukkan
jenis yang lebih nyaman bagi tanaman dan kualitas dan sifat tanah
yang baik.13

12
Tim Pustaka Fathin (2006). Buku Imuwan Muslim Pembuka Cakrawala Ilmu Pengetahuan Dunia
Al-Dinawari. Tiga Serangkai, Solo.
13
Wikipedia, Abu Hanifah Ad-Dinawari :https//en.wikipedia.org, Abu Hanifah
Dinawari(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.35
B. Lembaga Institusi dan Pusat Pembelajaran Dalam Peradaban
Islam

1) Universitas Az-Zaitunah, Tunisia

a) Latar Belakang

Salah satu universitas yang mempunyai peranan penting dalam


kejayaan peradaban Islam, adalah Universitas Az-Zaitunah yang ada
di Tunisia. Universitas yang berada di negara Tunisia ini, dulunya
merupakan sebuah masjid yang didirikan pada masa Dinasti Umayyah,
sebagai pusat ibadah sekaligus juga pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dan pusat kebudayaan.

Masjid Az-Zaitunah sebagai embrio Universitas Az-Zaitunah


didirikan oleh Ubaidillah Ibn Habhab, salah seorang gubernur Tunis
yang diperintahkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz pada tahun 737
M/120 H untuk memerintah di daerah tersebut. Pendirian masjid Az-
Zaitunah sendiri, berdasarkan perintah salah seorang penyebar Islam di
wilayah Tunisia yaitu Hassan Ibn Nu’man. Sedangkan Ubaidillah
Ibn Habhab sendiri berkuasa di tunis mulai tahun 110 H/728 M, di
mana Tunis pada waktu itu merupakan salah satu wilayah otonom yang
masih menginduk ke Mesir14.

Masjid ini terkenal sebagai tempat ibadah dan khususnya memiliki


peran ilmiah dan budaya yang terkemuka dan lama sejak awal abad
kedua Hijriyah. Memberikan pengajaran Ilmu Agama Islam sejak tahun
120 Hijriah, Masjid Zaitunah merupakan perguruan tinggi Arab-Islam
tertua dan terus berlanjut mempunya peran pendidikan selama 13 abad.

14
Nur Hasan,"Universitas Az-Zaitunah "https://alif.id/read/nur-hasan/universitas-az
b220148p/(Diakses pada 11 Oktober 2019, pukul 08.57)
Fakta ini ditunjukkan oleh Sejarawan Hasan Husni Abdul Wahhab
yang menegaskan: "Masjid Zaitunah secara sejarah adalah pengajaran
paling awal dan tertua yang didirikan di dunia Arab."

Dalam kapasitas ganda sebagai universitas dan tempat ibadah,


Masjid Zaitunah mengalami masa kejayaan sampai akhir masa
pemerintahan Dinasti Hafshiyyun atau Banu Hafs (1237-1573/634-981
H). Menurut Cendikiawan Ibnu Khaldun (Alumnus Universitas Az-
Zaitunah) Universitas menjadi peringkat terakhir dibandingkan dengan
institusi lainnya di Maghrib Islam pada abad ke 14 dan 15. Pengajaran
di Zaitunah terdiri dari silabus yang beragam, termasuk Pendidikan
Agama Islam, sastra, filsafat, ilmu intelektual, matematika, kedokteran
dan astronomi.

b) Sejarah Singkat

Dalam perkembanganya, Tunisia dan Az-Zaitunah silih berganti


berada dibawah pemerintahan dinasti-dinasti yang pernah memerintah
wilayah tersebut diantaranya adalah Umayyah, Abbasiyyah,
Fathimiyah, Aghlabiyah, Muwahidun, Hafsiah, dan Utsmaniyah.

Pada abad ke-13 M, Az-Zaitunah menjadi salah satu perguruan


tinggi berpengaruh pada waktu itu. Begitu banyak kitab dan manuskrip
yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan ulama dari Az-Zaitunah. Geliat
ilmu pengetahuan di Az-Zaitunah dan Tunis, menarik minat para
sarjana dan cendekiawan muslim untuk menimba ilmu di universitas
tersebut. Tercatat universitas ini banyak menghasilkan ilmuwan-
ilmuwan besar, diantaranya adalah Imam at-Tanukhi ahli fikih madzhab
Maliki, Imam Ibnu Urfa at-Tunisi, Ibnu Khaldun, Ibnu Asyur yang
dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam diskursus Maqashid
Syari’ah dan lain sebagainya. Selain itu, Az-Zaitunah juga mencetak
para tokoh kebudayaan Islam Arab, seperti Taufik al-Madani, Abdul
Hamid Ibnu Badis sosok yang mengembalikan identitas Islam di
Aljazair pada tahun 1940 an.

Sebagai lembaga pendidikan tertua di dunia, Az-Zaitunah


mempunyai peran besar sebagaimana halnya Al-Azhar di Mesir dan Al-
Qarawiyin di Maroko dalam menopang kemajuan dan kejayaan
peradaban Islam, serta penyebaran ilmu pengetahuan.

Dalam perjalanan sejarahnya, Az-Zaitunah juga pernah menjadi


sasaran penjarahan dari orang-orang Spanyol yang menaklukan Tunisia.
Yaitu pada tahun 940-981 H/1534-1574 M, di mana para pasukan
Spanyol menjarah masjid-masjid dan perpustakaan di Tunisia, salah
satunya adalah perpustakaan Univeristas Az-Zaitunah. Penjaraha
tersebut mengambil kitab-kitab dan manuskrip yang ada di dalamnya.

Di masa Turki Utsmani yang berhasil merebut Tunisia dari tangan


orang-orang Spanyol, membangun dan mengembalikan kembali Az-
Zaitunah sebagai pusat kebudayaan Islam. Pada masa Tunisia berada di
bawah penjajahan Perancis, Masjid Az-Zaitunah mempunyai peran
besar sebagai pusat perlawanan dan pergerakan terhadap penjajahan
Perancis. Di masjid itu lah, pertama kalinya muncul persatuan
pergerakan nasionalis Tunisia15.

Selain Al-Azhar di Mesir, Az-Zaitunah juga menjadi salah satu


kiblat umat Islam dalam mengembangkan Islam wasathiyah dan
menjadi tujuan para penuntut ilmu dari berbagai belahan dunia, tak
terkecuali dari Indonesia. Hanya saja, Az-Zaitunah sebagai salah satu
lembaga pendidikan tertua dalam sejarah peradaban Islam pamornya
tidak semasyhur Al-Azhar di mana para alumni-alumninya, khususnya
yang ada di Indonesia banyak yang menjadi tokoh-tokoh besar. Selain

15
Wikipedia,"UniversitasAzZaytunah"https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Zaitunah#Universit
as_Zaitunah_setelah_kemerdekaan_Tunisia_(1956)(Diakses pada 11 Oktober 2019, pukul 08.55)
itu, salah satu ulama besar yang lahir dari rahim Az-Zaitunah juga
pernah menjadi Syekh Al-Azhar dari tahun 1952-1954 yaitu Syekh Al-
Khudar Al-Husein, di mana beliau bukan ulama Mesir.

Dalam rangka memberikan dorongan untuk kegiatan mengajar di


Masjid Agung, Perdana Menteri dan Reformis Kheireddine Pacha
mengeluarkan keputusan tanggal 27 Januari 1876. Meskipun demikian,
keputusan tersebut tidak pernah dimasukkan dioperasikan terhadap
ilmu-ilmu modern dimana Kheireddine berusaha untuk memasukkan
dalam kurikulum Zaitunah karena tidak setujunya salah satu Syaikh
konservatif yang terkemuka.

Di bawah Protektorat Prancis (1881-1956), penguasa kolonial


melakukan pemaksaan kebijakan pendidikan mereka untuk
meminggirkan dan memberangus Masjid Zaitunah yang mereka
dianggap sebagai benteng perlawanan budaya terhadap pengaruh
Prancis dan penyusupan kolonial di Tunisia.

Namun demikian, tuntutan reformasi terus seperti sebelumnya; dan


dalam menanggapi mereka dirumuskan oleh aktivis Gerakan Nasional,
serangkaian langkah-langkah hukum yang diambil. Selanjutnya adalah
yang paling penting sebuah undang-undang baru mengatur sistem
pendidikan di Masjid Zaitunah diterbitkan pada 16 Desember 1912; itu
dibagi menjadi tiga siklus:

1) Siklus utama yang mengarah ke gelar sesuai dengan bakat


(Al-Ahliya)
2) Sebuah siklus menengah yang mengarah ke gelar kecakapan
(At-Tahcil)
3) Siklus pendidikan tinggi yang mengarah ke tingkat beasiswa
(Al-Alimya)

Pada bulan April 1933: Peningkatan silabus berdasarkan derajat


"At-Tatwii" menjadi "At-Tahcil" di cabang ilmiah. Lalu, pada bulan
April 1951: Penciptaan cabang modern; dua tahap "At-Tahcil" Gelar
dilembagakan (mirip dengan sarjana atau level "A" level)16.

Namun, cabang modern mengalami periode penurunan pada tahun


akademik 1959-1960 dan seterusnya, menyusul munculnya sistem
pendidikan menengah terpadu yang silabusnya telah secara bertahap
diperkenalkan oleh pemerintah Tunisia mulai dari Oktober 1958.

c) Universitas Az-Zaitunah Setelah Kemerdekaan Tunisia

Setelah Tunisia merdeka, keputusan berikut upaya untuk


mengorganisir pembentukan Universitas Zaitunah dilakukan dengan
beberapa tahapan, yakni :

a) 26 April 1956: Penciptaan Universitas Zitouna.


b) 30 Juni 1958: Proklamasi reformasi pendidikan umum dan
standarisasi kurikulum. Di bawah reformasi ini departemen
Zaitunah menjadi sekolah menengah terintegrasi ke dalam
sistem pendidikan umum.
c) Pendirian Universitas Tunisia (31 Maret 1960) yang
meliputi beberapa lembaga tinggi dan fakultas, Fakultas
Syariah dan Teologi Zaitunah yang didirikan pada 1 Maret
1961 bergabung ke Universitas Tunisia, sehingga
Universitas Zaitunah dan menjadi salah satu komponen dari
Universitas Tunisia.
d) 27 Oktober 1961: Finalisasi kurikulum untuk gelar sarjana
dalam ilmu syariah dan teologi.

16
"Universitas Az-Zaytunah" https://www.nu.or.id/post/read/39591/belajar-di-universitas-az-
zaituna-tunisia(Diakses Pada 11 Oktober 2019, Pukul 09.26)
e) 15 Februari 1980: Penentuan misi Fakultas Syari'ah dan
Teologi Zaitunah dan penyusunan 3 fakultas sesuai dengan
siklus penelitian.

C. Plagiasi Ilmuwan Barat Terhadap Penemuan Ilmuwan


Muslim

1) Plagiasi Beberapa Ilmu Kedokteran Karya Ibnu An-Nafis

a) Biografi

Ala-al-din abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm Al-Qarshi Al-


Dimashqi, yang dikenal sebagai Ibnu Al-Nafis lahir pada tahun 1213
di Damaskus. Dia hadir di Rumah Sakit Medical College (Bimaristan
Al-Noori) di Damaskus. Selain obat-obatan, Ibnu Al-Nafis belajar ilmu
hukum, sastra dan teologi. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum
Syafi'i dan ahli dokter. Pada tahun 1236, Al-Nafis pindah ke Mesir.

Dia bekerja di Rumah Sakit Al-Nassri, dan kemudian di Rumah


Sakit Al-Mansouri, di sana ia menjadi kepala dokter dan dokter pribadi
Sultan. Ibn al-Nafis meninggal pada 17 Desember 1288 (umur 74-75) di
Kairo.

Sumber lain mengatakan wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H (


17 Desember 1288 M) dan ada juga yang mengatakan, dia wafat pada
tahun 696 H (1297 M). Ketika meninggal ia menyumbangkan rumah,
perpustakaan dan klinik miliknya ke Rumah Sakit Mansuriya.

b) Penemuan Sirkulasi Paru - Paru

Pada tahun 1924, seorang dokter Mesir, Muhyo Al-Deen Altawi,


menemukan naskah berjudul, "Commentary on Anatomi di Avicenna
Canon" di Perpustakaan Negara Prusia di Berlin saat mempelajari sejarah
kedokteran Arab di Fakultas Kedokteran Universitas Albert Ludwig di
Jerman. Script ini mencakup secara rinci topik anatomi, patologi, dan
fisiologi. Ini adalah deskripsi awal tentang sirkulasi paru-paru

Dokter berkewarganegaraan Mesir, Muhyiddin At-Tathawi, yang


diutus ke Jerman menemukan manuskrip buku tersebut di salah satu
perpustakaan Jerman. Di dalam buku ini ditegaskan secara pasti bahwa
Ibnu An-Nafis telah berhasil menemukan sirkulasi darah kecil (Pulmonary
Circulation).

Selanjutnya dokter Mesir ini mempelajari manuskrip karya Ibnu


An-Nafis dan membandingkannya dengan riset-riset kedokteran modern.
Hasil kajiannya dia tuangkan ke dalam sebuah buku yang diberi judul "Ad-
Daurah Ad-Damawiyah Tab'an Li Al-Qurasyi."

Kemudian, seorang ilmuwan Jerman yang berprofesi sebagai dokter


dan orientalis, Mairhov mempelajari manuskrip Ibnu An-Nafis, dia
menyimpulkan pendapat yang memperkuat kebenaran pendapat Dr. At-
Tathawi, yaitu Ibnu An-Nafis adalah penemu sirkulasi darah kecil yang
pertama. Demikianlah Ibnu An-Nafis mendapatkan pengakuan secara resmi
setelah sekian lama dia tidak diakui.

c) Peredaran Darah menurut Ibnu An-Nafis

Ibnu Nafis menyebutkan bahwa peradaran darah ke hati dilakukan


melalui urat darah halus yang tersebar di seluruh bagian hati dan bukan di
jantung sebelah kanan saja. Ini merupakan bukti bahwa Ibnu Nafis
menemukan sirkulasi darah di pembuluh darah jantung (coronary arteries).
Ibnu Nafis berani mengungkapkan penemuannya ini sekalipun
bertentangan dengan pendapat Ibnu Sina.

Ibnu An-Nafis menegaskan bahwa darah mengalir dari hati ke paru-


paru untuk mendapatkan udara dan bukan untuk memberi makan paru-paru,
sebagaimana kesimpulan itu diyakini secara umum di kalangan semua
dokter pada masanya.
Ibnu An-Nafis menyebutkan adanya hubungan antara urat darah
halus dan pembuluh darah di paru-paru yang berfungsi mengalirkan darah,
akan tetapi penemuan ini diklaim oleh seorang dokter Italia, Matteo
Colombo (1516-1559 M), sebagai penemuannya.

Ibnu An-Nafis berkesimpulan bahwa pembuluh darah pada kedua


paru-paru hanya berisi darah saja, dan dia menafikan adanya udara di
dalamnya atau endapan sebagaimana yang diyakini oleh Gelenus.

Ibnu An-Nafis menyebutkan bahwa dinding urat darah halus pada


kedua paru - paru lebih tebal dari pada dinding dinding pembuluh darah,
karena ia terdiri dari dua lapisan. Namun yang sangat disayangkan,
sejarawan Eropa mengatakan bahwa ini ditemukan oleh Serveto. Kita
masih meragukan ini, karena bisa jadi dia mengutipnya dari Ibnu An-Nafis
atau dari salah seorang yang mengutip darinya tanpa menyebutkan
sumbernya. Ibnu An-Nafis menafikan adanya lubang apapun pada dinding
pemisah antara kedua bagian hati. Kesimpulan ini sesuai dengan
kedokteran modern.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Tokoh - Tokoh Yang berperan penting dalam peradaban islam :


a) Abu Bakar Ar-Razi
Penyakit Cacar dan Darah Tinggi Sebagai seorang dokter
utama di rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang
pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit
cacar.Dalam salah satu karyanya, Ar-Razi memberikan
informasi yang amat menarik perhatian para peneliti, yaitu
tentang small-pox (penyakit cacar). Untuk jasa ini, ia dianggap
sebagai sarjana yang mula-mula meneliti penyakit tersebut. Ia
membedakan penyakit ini menjadi cacar air (variola) dan cacar
merah (vougella). Seton (tumpal muka) merupakan pula hasil
penemuan ar-Razi. Buku Al-Asrar (Rahasia-rahasia), adalah
salah satu karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12 M. buku ini
sampai abad ke-19 M, menurut Dr. Gustave Le Bon dalam
salah satu karangannya, masih tetap menjadi buku pegangan
praktikum kedokteran.
b) Muhammad Al-Karaji

Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan


pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari
operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani
dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan inti
dari aljabar pada saat ini. Karyanya pada aljabar dan polynomial
memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi
Polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis, sejarawan
matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du Fakhri, traite
d'Algèbre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi,
Paris, 1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama
di dunia yang memperkenalkan teori Aljabar Kalkulus.

c) Jabir bin Hayyan

Sumbangan terbesar dari Jabir adalah di bidang kimia, Ia


dikenal telah menulis lebih dari seratus buku lengkap dengan
penjelasannya, dan dua puluh dua buku yang membahas
masalah kimia. Dia melakukan penelitian di bidang kimia. Dia
melakukan penelitian di bidang kimia (diambil dari bahasa Arab
al-Kimiya) yang kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi ilmu
kimia modern. Meskipun dikenal sebagai seorang ahli kimia, dia
seolah tidak berusaha mengejar dengan serius zat-zat logam
mulia seperti seorang ahli kimia. Dia berjuang keras dalam
mengembangkan metode kimia dasar dan mengamati
mekanisme reaksi kimia yang terjadi. Jabir memfokuskan dalam
percobaan dan pengembangan metode untuk mendapatkan karya
yang dapat diproduksi ulang. Dia mengkhususkan dari dalam
usahanya membuat metode kimia dasar dan mempelajari
bermacam-macam reaksi kimia.

d) Abu Hanifah Ad-Dinawari

Ad-Dinawari terkenal sangat cerdas dan aktif pada masanya.


Beliau mempelajari ilmu astronomi, matematika, dan mesin di
Isfahan Irak. Disamping itu, beliau juga belajar ilmu Bahasa
dan Puisi di Kufa dan Basra, Irak. Sehingga tak heran jika Al
Dinawari menjadi ahli di berbagai bidang seperti astronomi,
ilmu hewan, sejarah, ilmu bumi, bahasa dan etnografi (ilmu
tentang kebudayaan suku-suku bangsa).
Beliau juga dikenal sebagai ahli tumbuh-tumbuhan. Beliau
memiliki minat yang besar pada dunia tumbuh-tumbuhan.
Beliau banyak melakukan penelitian untuk mendalami tempat
tumbuh-tumbuhan itu hidup dan iklim yang sesuai untuk
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan tersebut. Untuk mendukung
penelitian, beliau menggunakan hadist - hadist dan syair - syair
tentang tumbuh-tumbuhan. Ad-Dinawari juga mencatat berbagai
nama tumbuhan dan nama buah-buahan.

2. Masjid Az-Zaitunah sebagai embrio Universitas Az-Zaitunah didirikan


oleh Ubaidillah Ibn Habhab, salah seorang gubernur Tunis yang
diperintahkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz pada tahun 737 M/120 H
untuk memerintah di daerah tersebut. Pendirian masjid Az-Zaitunah
sendiri, berdasarkan perintah salah seorang penyebar Islam di wilayah
Tunisia yaitu Hassan Ibn Nu’man. Sedangkan Ubaidillah Ibn Habhab
sendiri berkuasa di tunis mulai tahun 110 H/728 M, di mana Tunis pada
waktu itu merupakan salah satu wilayah otonom yang masih menginduk ke
Mesir.
3. Ala-al-din abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi,
yang dikenal sebagai Ibnu Al-Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus.
Dia hadir di Rumah Sakit Medical College (Bimaristan Al-Noori) di
Damaskus. Selain obat-obatan, Ibnu Al-Nafis belajar ilmu hukum, sastra
dan teologi. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum Syafi'i dan ahli
dokter. Pada tahun 1236, Al-Nafis pindah ke Mesir. Dia bekerja di Rumah
Sakit Al-Nassri, dan kemudian di Rumah Sakit Al-Mansouri, di sana ia
menjadi kepala dokter dan dokter pribadi Sultan. Ibn al-Nafis meninggal
pada 17 Desember 1288 (umur 74-75) di Kairo. Sumber lain mengatakan
wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H ( 17 Desember 1288 M) dan ada
juga yang mengatakan, dia wafat pada tahun 696 H (1297 M). Ketika
meninggal ia menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik miliknya ke
Rumah Sakit Mansuriya. Sistem peredaran darah. Pada tahun 1924,
seorang dokter Mesir, Muhyo Al-Deen Altawi, menemukan naskah
berjudul, "Commentary on Anatomi di Avicenna Canon" di Perpustakaan
Negara Prusia di Berlin saat mempelajari sejarah kedokteran Arab di
Fakultas Kedokteran Universitas Albert Ludwig di Jerman. Script ini
mencakup secara rinci topik anatomi, patologi, dan fisiologi. Ini adalah
deskripsi awal tentang sirkulasi paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_al-Nafis
2. http://www.zulfanafdhilla.com/2014/04/second.avicenna.html
3. History of civilizations of Central Asia, Motilal Banarsidass Publ.,
ISBN 81-208-1596-3, vol. IV, part two, p. 228.
4. Islamic Science, the Scholar and Ethics, Foundation for Science
Technology and Civilization.
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Zakariya_ar-Razi
6. http://www.fiqhislam.com/agenda/tokoh/11045-ilmuwan-muslim-
muhammad-al-karaji-pakar-matematika-pencipta-mesin
7. https://jakarta45.wordpress.com/2009/07/07/khazanah-
muhammad-al-karaji-sang-pelopor-mesin-air/
8. https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/05/07/m3nozf-ilmuwan-muslim-muhammad-
alkaraji-pakar-matematika-pencipta-mesin-3habis
9. https://serpihanberkas.blogspot.com/2017/05/jabir-bin-hayyan.html
10. https://moslemyouthkampus.wordpress.com/2013/04/07/jabir-bin-
hayyan/
11. https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2017/07/07/4606/jabir-
bin-hayyan-sang-ahli-kimia-dan-pendiri-laboratorium-pertama-di-
damaskus.html
12. https://muslimobsession.com/jabir-bin-hayyan-muslim-penemu-
ilmu-kimia/
13. https://blogpenemu.blogspot.com/2016/06/al-dinawari-ilmuwan-
muslim-ahli-botani.html
14. https://beritalangitan.com/sejarah/ad-dinawari-bapak-botani-
muslim/
15. https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-
islam/khazanah/09/03/31/41392-addinawari-bapak-botani-dari-
dunia-islam
16. https://www.nu.or.id/post/read/39591/belajar-di-universitas-az-
zaituna-tunisia
17. https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Zaitunah#Universitas_Za
itunah_setelah_kemerdekaan_Tunisia_(1956)
18. https://alif.id/read/nur-hasan/universitas-az-b220148p/

Anda mungkin juga menyukai