Anda di halaman 1dari 15

KINEMATIKA

DUA DIMENSI








DISUSUN OLEH
1. M. Alfarizi Nugraha ( 4611413018 )
2. Muh. Ramadhani ( 4611413028 )
3. Pipit Riski S ( 4611413041)
4. Azzamat Tankeev ( 4611413043)


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah FISIKA DASAR. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Fisika Dasar di program studi
Teknik Informatika di Universitas Negeri Semarang. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Sugiyanto selaku dosen pembimbing mata kuliah Fisika Dasar
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Semarang, 25 September 2013



Penulis








i



DAFTAR ISI
Kata Pengantar...
Daftar isi.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Tujuan..
C. Manfaat
II. ISI
A. VEKTOR dan SKALAR...
B. PENAMBAHAN VEKTOR..
C. PENGURANGAN VEKTOR...
D. PERKALIAN VEKTOR...
E. PENAMBAHAN VEKTOR BERDASARKAN KOMPONEN-
KOMPONENNYA
F. GERAK PELURU.
G. Menyelesaikan Masalah yang Melibatkan Gerak Peluru..
H. Gerak Peluru adalah Parabola...
I. KECEPATAN RELATIF..
III. PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Saran.
Daftar Pustaka..










ii
i
ii

1
1
1

2
2
4
4

4
6
8
9
9

11
11
12

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kinematika adalah mempelajari mengenai gerak benda tanpa memperhitungkan
penyebab terjadi gerakan itu. Benda diasumsikan sebagai benda titik yaitu ukuran,
bentuk, rotasi dan getarannya diabaikan tetapi massanya tidak. Dalam kinematika
meliputi gerak :
Gerak satu dimensi
Gerak dua dimensi
Gerak tiga dimensi
B. Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mendefinisikan pengertian kinematika
b. Memahami konsep-konsep kinematika dalam kehidupan sehari-hari
C. Manfaat
a. Mampu menerapkan konsep kinematika dalam kehidupan sehari-hari.
b. Dapat memberikan contoh gerak peluru dalam kehidupan sehari-hari.












1



II. ISI
KINEMATIKA DALAM DUA DIMENSI (VEKTOR)

A. VEKTOR dan SKALAR
Vektor adalah besaran fisik yang memiliki dua sifat penting, yaitu besarnya
(magnitude) dan arahnya (direction). Dua sifat vector ini membedakannya dari suatu
kelompok besaran fisik lain, yaitu skalar. Skalar adalah besaran fisik yang hanya memiliki
satu sifat penting, yaitu besarnya saja.
Setiap vektor dinyatakan dengan tanda panah. Tanda panah tersebut selalu
digambarkan sedemikian rupa sehingga menunjuk kearah yang merupakan arah vektor itu.
Panjang tanda panah digambarkan sebanding dengan besar vektor.
Ketika menuliskan simbol untuk vektor, akan menggunakan huruf tebal. Dalam
tulisan tangan, simbol untuk vektor dapat ditunjukkan dengan menambahkan tanda panah di
atasnya ( untuk kecepatan).

B. PENAMBAHAN VEKTOR
Karena vektor adalah besaran yang memiliki arah dan besar penambahannya harus
dilakukan dengan cara yang khusus. Berikut adalah beberapa metode penambahan vektor:
1. Metode Geometris
Penjumlahan dengan metode ini dilakukan dengan menyatakan dalam sebuah diagram.
Panjang anak panah disesuaikan dengan besar vektor (artinya harus menggunakan skala skala
dalam penggunaannya) dan arah vektor ditunjukkan oleh arah ujungnya. Sebagai contoh
perpindahan sebesar 40 m ke arah timur laut, bila digambarkan dalam skala 1 cm tiap 10
meter, dinyatakan dengan anak panah yang panjangnya 4 cm.
Jika terdapat dua buah vektor A dan B yang memiliki besar dan arah masing-masing
seperti gambar di bawah ini, maka vektor R merupakan vektor hasil penjumlahan kedua
vektor tersebut.








Aturan yang harus diikuti dalam penjumlahan vektor secara geografis adalah sebagai
berikut:
2

Pada diagram yang telah disesuaikan skalanya mula-mula letakkan vektor A kemudian
gambarkan vektor B dengan pangkalnya terletak pada ujung A dan kemudian ditarik garis
dari A ke ujung B yang menyatakan vektor hasil penjumlahan.









Hukum Komutatif :

A + B = B + A

Hukum Asosiatif :

D + (E + F) = (D + E) + F

Kedua hukum ini menyatakan bahwa bagaimanapun urutan ataupun pengelompokkan
vektor dalam enjumlahan, hasilnya tidak akan berbeda. Dalam hal ini penjumlahan vektor
dan penjumlahan skalar memenuhi aturan yang sama.

2. Metode Jajaran Genjang
Penjumlahan dua buah vektor dengan menggunakan metode jajaran genjang, kedua
vector digambarkan berasal dari satu titik yang sama dan dibuat sebuah jajaran genjang
dengan menggunakan kedua vektor ini sebagai sisi-sisi yang bersambungan. Resultannya
merupakan diagonal yang digambar dari titik asal.

Nilai penjumlahannya diperoleh sebagai berikut :



Dimana :
A = besar vektor pertama yang akan dijumlahkan
B = besar vektor kedua yang akan dijumlahkan
C = besar vektor hasil penjumlahan
= sudut terkecil antara vector A dan B

3. Metode Analitik (Dua Dimensi)

3



Cara lain yang dapat digunakan untuk menjumlahkan vektor adalah metoda analitik. Dengan
metoda ini, vektor-vektor yang akan dijumlahkan, masing-masing diuraikan dalam
komponen-komponen vektor arahnya. Jika R merupakan besar vektor resultan, maka
besarnya adalah :


Dimana :
R = besar vektor resultan
R
x
= jumlah total vektor dalam arah sumbu x
R
y
= jumlah total vektor dalam arah sumbu y

Dengan arah :


Dimana adalah sudut yang dibentuk antara sumbu x dengan vektor resultan.
C. PENGURANGAN VEKTOR
Operasi pengurangan vektor dapat dimasukkan ke dalam aljabar dengan mendefinisikan
negatif suatu vektor sebagai sebuah vektor lain yang besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan, sehingga :

A B = A + (- B)




D. PERKALIAN VEKTOR
Perkalian antara vektor dan skalar adalah hasil kali suatu
skalar k dengan sebuah Vektor A, sehingga dapat dituliskan
kA dan didefinisikan sebagai sebuah vektor baru yang
besarnya adalah besar k dikalikan dengan besar A. Arah
vektor yang baru ini sama dengan arah vektor
A jika k positif dan berlawanan arah dengan vektor A jika k negatif.

E. PENAMBAHAN VEKTOR BERDASARKAN KOMPONEN-
KOMPONENNYA
Bayangkan sebuah vektor V yang berada pada suatu bidang tertentu. Vektor itu dapat
dinyatakan sebagai jumlah dari dua vektor lainnya, yang disebut komponen-komponen dari
vektor awal tersebut. Komponen-komponen itu biasanya dipilih dengan arah tegak lurus satu
4

sama lain. Proses pencarian komponen tersebut disebut sebagai penguraian vektor menjadi
komponen-komponennya.

Vektor V diuraikan menjadi komponen-komponen x dan y
dari V. Komponen-komponen vektor V dituliskan sebagai
V
x
dan V
y
.
Untuk menambahkan vektor-vektor dengan menggunakan
metode komponen kita perlu menggunakan fungsi-fungsi
trigonometri yaitu sinus,, cosinus dan tangen.

Jika diketahui sebuah sudut , sebuah segitiga siku-siku dapat dibuat dengan
membuat garis yang tegak lurus terhadap kedua sisinya. Sisi yang paling panjangdari
sebuah segitiga siku-siku, di hadapan sudut siku-siku disebut hipotenusa (h).













Nilai sinus, cosinus dan tangen tidak bergantung pada besarnya segitiga, tetapi
bergantung pada ukuran sudut. Penggunaan fungsi trigonometri untuk menemukan
komponen-komponen vektor seperti gambar berikut dimana terlihat bahwa sebuah vektor dan
kedua komponennya dapat dianggap membentuk segitiga siku-siku.

Jika

maka akan didapatkan:


Jika

maka akan didapatkan:


V
x
= V cos


5



F. GERAK PELURU
Gerak peluru atau disebut juga sebagai gerak parabolik, merupakan gerak yang terdiri
dari gabungan GLB pada arah sumbu horizontal dan GLBB pada arah sumbu vertikal. Jadi
untuk setiap benda yang diberi kecepatan awal sehingga menempuh lintasan gerak yang
arahnya dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bekerja terhadapnya dan juga dipengaruhi oleh
gesekan udara, benda tersebut disebut mengalami gerak peluru.
Peluru yang ditembakkan dengan kecepatan awal membentuk sudut elevasi tertentu
terhadap sumbu datar akan mengambil lintasan seperti pada Gambar berikut:

Gambar berikut menunjukkan proyeksi gerak peluru pada sumbu horizontal (sumbu
x) dan sumbu vertikal (sumbu y), dengan titik pangkal koordinatnya ada pada titik dimana
peluru tersebut mulai terbang bebas. Pada titik pangkal tersebut ditetapkan t = 0 dengan
kecepatan awal yang digambarkan dengan vektor V
0
yang membentuk sudut elevasi


terhadap sumbu x.










6

Sementara itu, percepatan vertikal adalah g sehingga komponen kecepatan vertikal pada saat
t adalah :

Persamaan (24) dan persamaan (26) berlaku jika peluru ditembakkan tepat pada titik awal
dari sistem koordinat xy sehingga x
0
= y
0
= 0. Tetapi jika peluru tidak ditembakkan tepat pada
titik awal koordinat ( x
0
dan y
0
maka kedua persamaan tersebut menjadi :
Pada titik tertinggi artinya pada posisi y maksimum, maka kecepatannya adalah horizontal
sehingga v
ty
= 0. Sehingga persamaan (25) menjadi :




Persamaan (30) menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian
maksimum. Kemudian subtitusikan ke persamaan (26) sehingga diperoleh persamaan
ketinggian maksimum sebagai berikut :

Subtitusi persamaan (30) ke persamaan (24) akan menghasilkan posisi x pada saat y
maksimum, yaitu :

7



Sedangkan pada titik terjauh dari titik awal artinya posisi x maksimum, maka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai x maksimum adalah :


Dan posisi terjauh atau x maksimum adalah :



G. Menyelesaikan Masalah yang Melibatkan Gerak Peluru
Persamaan persamaan ini ditunjukan secara terpisah unuk komponen-komponon
gerak x dan y pada tabel 3-1, untuk kasus umum gerak dua dimensi. Perhatikan bahwa x dan y
adalah perpindahan, dan vx dan vy adalah komponen-komponen kecepatan, dan bahwa ax
dan ay adalah komponen- komponen percepatan. Indeks berarti pada t=0.
Tabel 3-1
Persamaan persamaan Umum Gerak Kinematika untuk Percepatan Konstan dalam Dua
Dimensi
x komponen ( horisontal ) y komponen
( vertikal )

V
x
= v
x0
+ a
x
t (pers. 2-10a) V
y
= v
y0
+ a
y
t
x = x
0
+ v
x0
t + a
x
t
2
(pers. 2-10b) y = y
0
+ v
yo
t + a
y
t
2

v
x
2
= v
2
x0
+ 2a
x
(x-x
0
) (pers. 2-10c) V
y
2
= v
yo
2
+ 2a
y
(y-y
0
)

Kita dapat menyederhanakan persamaan persamaan ini untuk kasus gerak peluru
karena kita dapat menentukan ax = 0 . Lihat tabel 3-2, yang mengasumsikan y positif ke atas,
sehingga ay = -g = -9,80 m/s
2
. Perhatikan bahwa jika sudut dipilih relatif terhadap sumbu
+x, seperti pada Gb. 3-20, maka v
x0
= v
0
cos dan v
yo
= sin .
Tabel 3-2
Persamaan-persamaan Gerak Kinematika untuk Gerak Peluru ( y positif arah keatas; a
x
= 0,
a
y
= -g = -9,80 m/s2 )
Gerak horisontal Gerak Vertikal
(a
x
=0, v
x
=konstan) (a
y
=-g =konstan)

V
x
= v
x0
(pers. 2-10a) v
y
= v
yo
- gt
X = x
0
+ v
x0
t (pers. 2-10b) y = y
0
+ v
y0
t gt
2
(pers. 2-10c) v
y
2
= v
y0
2
2gy
*Jika y dianggap positif kebawah , tanda minus (-) menjadi + .

8

H. Gerak Peluru adalah Parabola
Kita sekarang dapat menunjukkan bahwa gerak peluru adalah gerak parabola jika kita
dapat mengabaikan hambatan udara dan gravitasinya konstan. Unuk melakukan hal tersebut
kita perlu mendapatkan y sebagai fungsi x dngan mengeliminasikan t diantara dua persamaan
untuk gerak horizontal dan vertikal dan kita dapat menentukan x
0
= y
0
= 0.
X = v
x0
t
Y= v
y0
t - gt
2
dari persamaan pertama dapat kita ambil t = x / v
xo
dan dapat kita masukkan kerumus ke dua
yaitu:
(

) (


Jika kita tuliskan v
x0
= v
0
cos
0
dan v
yo
= v
o
sin
0,
dapat kita tulis :
(

) (


Pada setiap kasus, kita lihat bahwa y sebagai fungsi x mempunyai bentuk
Y = ax bx
2

Dengan a dan b adalah konstanta untuk gerak peluru tertentu. Ini merupakan persamaan yang
terkenal untuk parabola. Bisa dilihat di gambar di bawah

Gagasan bahwa gerak peluru merupakan parabola, pada masa galileo berada di garis depan
riset fisika.
I. KECEPATAN RELATIF
Jika ada 2 kereta yang akan saling mendekat dan beda jalur dengan kecepatan 80 km/h,
maka pengamat kereta tersebut akan melihat kelajan kereta tersebut adalah 80 km/h,
sedangkan apabila dilihat dari kereta yang satu lagi maka akan dilihat kereta tersebut
bergerak 160 km/h ke arah pengamat. Dengan cara yang sama jika ada 2 mobil yang ada
dalam 1 jalur, mobil a bergerak 75 km/h, dan mobil b bergerak 90 km/h, maka ketika mobil b
mendahului mobil a maka kecepatan laju relatif mobil b sebesar 90km/h-75km/h=15km/h.
9



Jadi jika ada 2 benda yang berada dalam satu jalur maka akan terjadi penambahan atau
pengurangan vektor kedua benda tersebut untuk mendapatkan kecepatan relatif, tetapi jika
ada ada 2 benda yang berbeda jalur maka harus di gunakan pertambahan vektor agar terlihat
kecepatan relatifnya. Pada perhitungan kecepatan relatif sering terjadi kesalahan karena ke
tidak akuratan dalam perhitungan kecepatan. Solusinya kita dapat menggunakan gambar
diagram atau gambar grafik agar kita lebih mengerti tentang soal yang akan dikerjakan.
Setiap kecepatan diberi label dengan 2 indeks,yang pertama menunjukkan benda, yang kedua
menyaakan kerangka acuan di mana benda tersebut memiliki kecepatan ini. Sebagai contoh,
misalkan sebuah perahu akan menyeberangi sungai ke sisi seberang seperti gambar dibawah.

Pada gambar disamping, dapat digunakan persamaan untuk
kapal=B, untuk tepi sungai=S, untuk air=W. Maka dapat
disimpulkan rumusnya adalah: v
bs=
v
bw+
v
ws
.



Berdasarkan rumusan diatas maka kita dapat menuliskan persamaan yang benar yang
menghubungkan kecepatan pada kerangka kerangka acuan yang berbeda. Jika seorang
pemancing yang berada pada perahu berjalan dengan kecepatan v
op,
maka kecepatan
relatifnya:
v
ot
=v
op
+v
pa
+v
at.
Persamaan-persamaan yang mencakup kecepatan relatif akan benar ketika jika indeks sebelah
dalam dari suku yang bersisian sama dan jika indeks indeks yang paling luar sama persis
dengan dua indeks kecepatan disebelah kiri indeks tersebut. Tapi hal tersebut hanya berlaku
jika terjadi penjumlahan, jika pengurangan maka tidak bisa.
Seringkali berguna jika diingat bahwa untuk dua benda atau kerangka acuan A dan B,
keduanya memiliki kecepatan relatif yang sama tetapi arahnya berlawanan maka:
V
BA
= -V
AB.







1
0

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Vektor adalah besaran fisik yang memiliki dua sifat penting, yaitu besarnya
(magnitude) dan arahnya (direction). Dua sifat vector ini membedakannya dari suatu
kelompok besaran fisik lain, yaitu skalar. Skalar adalah besaran fisik yang hanya
memiliki satu sifat penting, yaitu besarnya saja.
Beberapa metode penambahan vektor : Metode Geometris, Metode Jajaran Genjang,
dan Metode Analitik (Dua Dimensi). Selain itu vektor juga dapat dikuranmgkan dan
dikalikan. Gerak peluru dan kecepatan relative merupakan kinematika dua dimensi.

B. SARAN
Makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima segala macam
saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini.


















1
1



DAFTAR PUSTAKA


Giancoli. Fisika Jilid 1. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.Jakarta. 2001.
Lubis,Riani.Diktat Fisika Dasar.
Abdullah,mikrajuddin.Diktat Fisika Dasar.
1
2

Anda mungkin juga menyukai