Anda di halaman 1dari 2

Nama : Delvia Asinta

NIM : 2001036124

1.Buat resume
Materi 11
Kerukunan Dan Dialog Antar Umat Beragama
A. Makna kerukunan antar umat beragama
Pluralitas bangsa Indonesia merupakan keunikan serta kekayaan yang harus disyukuri.
Unsur SARA telah menjadi persoalan bangsa, dengan kenyataan ini maka toleransi dan
solidaritas haruslah dibangun secara terus menerus dalam rangka memperkuat sendi-sendi
kehidupan. Toleransi dan solidaritas merupakan nilai-nilai yang tercantum dalam sila ke -2
dan ke-3 dari Pancasila, dua prinsip dasar tersebut merupakan nilai-nilai penting yang dianut
oleh tiap umat beragama.
B. Kerukunan dalam persfektif teologi
Dalam perspektif yang lebih luas, kerukunan juga dibicarakan dalam kitab Mazmur 133
mengenai persaudaraan yang rukun. Sejajar dengan itu, Yesus menyampaikan prinsip dasar
hidup yang universal menyangkut kasih kepada sesame manusia yang melewati batas suku-
suku, ras, kelas,social, dan agama. Yesus tidak pernah meminta umat-Nya untuk mengasihi
sesama orang Kristen atau sesame keluarganya saja.
C.Sikap Terhadap Kerukunan Antarumat Beragama
Pertama, Ekslusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama
yang paling benar dan baik.
Kedua, Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Ketiga Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan.
D. Kerukunan, Multikulturalisme, dan Sinkretisme.
Berbicara tentang kerukunan antarumat beragama tidak terlepas dari kerukunan antarsuku
bangsa dan budaya. Pada masa kini apa yang disebut sebagai upaya kontekstualisasi- di mana
berita Injil disampaikan dalam kerangka budaya suku tertentu - merupakan upaya untuk
melahirkan agama yang benar-benar menyatu dengan masyarakat dan budayanya. Oleh
karena itu, jika berbicara tentang antarumat beragama, maka kerukunan itu juga merupakan
mencakup kerukunan antarmanusia yang berbeda agama, suku dan budaya. Yang
mempertemukan berbagai perbedaan itu adalah: Upaya bersama dalam memecahkan berbagai
persoalan kemanusiaan secara bersama sama. Dengan demikian, kerukunan antarumat yang
berbeda agama, suku dan budaya bukanlah sinkretisme. Jika jalan masuk kearah kerukunan
itu adalah sebuah dialog dan kerjasama menyangkut pemecahan masalah kemanusiaan
bersama, maka hal tersebut merupakan langkah nyata dalam melaksanakan hukum utama dan
terutama yang diberikan Yesus Kristus, yaitu Kasih
Materi 12
MASYARAKAT Dan PARADIGMA PEMBERDAYAAN

A. Pengantar
Sejumlah intelektual kritis merekomendasikan peranan agama dalam hidup manusia. Agama
diharapkan berperan di tengah terdaurnya peradaban manusia oleh berbagai teknologisasi
yang sebagai ukuran kualitas keberadaannya.
B. Agama dan Paradigma Pemberdayaan
Abad Millenium IIl sangat membutuhkan kembali hadirnya agama dengan paradigma baru, 
Manusia masa kini menolak agama yang arogan dengan dogma yang sempit, yang telah
terbukti menjadi alat pembunuh inovasi sebagaimana yang pernah terjadi sebelum dan
menjelang Abad Pencerahan.
    Peradaban masa kini dan mendatang mendambakan agama yang memiliki kompetensi
moral secara utuh.  Erich Fromm mengatakan, peradaban manusia modern mendambakan
agama yang berkemampuan memberdayakan keutuhan manusia.
C. Pemberdayaan dan Injil
Dalam perpekstif ajaran Injil,  Bukankah suatu hal yang bersifat kebetulan ketika Rasul
Paulus dalam I Korintus 13:13 menyebutkan kasih sebagai yang terbesar jika dibandingkan
dengan iman pengharapan.
Keberadaan orang beriman di tengah masyarakatnya bukanlah suatu kebetulan semata.
Berdasarkan ajaran Injil, keberadaan setiap orang beriman tidak terlepas dari mengemban
tugas panggilan (Mat 5:13-16). 
Perbuatan-Kasih, seharusnyalah menjadi cara berada orang beriman tengah masyarakat
sekaligus sebagai bukti ketaatan pada Kristus.

2. Setelah Yesus mengatakan agar kita tidak mengharapkan perlakuan yang lebih daripada
Dia, kita diingatkan untuk tidak takut kepada orang-orang yang hanya mampu membunuh
tubuh tetapi tidak bisa membunuh jiwa. Sebab takut akan Allah akan menyelamatkan tubuh
dan jiwa dari neraka (Matius 10: 26-28).
Implikasinya : Kita sebagai manusia tidak takut kepada orang-orang yang hanya mampu
membunuh tubuh, terlebih kita harus takut akan Allah maka Allah akan menyelamatkan
tubuh dan jiwa kita dari neraka.

Anda mungkin juga menyukai