Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

NAMA : LIDYA CHINTIA JONGI


NIM : 2106090038

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
1. Hubungan antara agama, agama kriten dan etika Kristen adalah. dalam agama seluruh
kepribadian manusia terlibat: emosional dan aspek moral dari jiwa manusia di atas
segalanya, tetapi aspek intelektual demikian juga. Dan perhatian meluas ke seluruh Dunia
Manusia; itu tidak terbatas ke bagian yang dapat diakses oleh indera manusia dan yang
dapat Oleh karena itu dipelajari secara ilmiah dan dapat dimanipulasi oleh teknologi.
Etika kristen menyelidiki bagaimana seharusnya orang Kristen berperilaku sebagai orang
yang telah diperbaharui dalam kristus (memperoleh pembenaran dan pengudusan).
Keterikatan antara gereja dan agama perlu dikaji kembali menggunakan etika yang
berkembang di dalam masyarakat umum Hubungan ketika aspek ini dapat dijelaskan
dalam arti luas dan tidak akan ada habisnya. Keterikatan antara gereja dan agama perlu
dikaji kembali menggunakan etika yang berkembang di dalam masyarakat umum (John
Goley 1968, v).
2. Pendidikan Agama Kristen adalah suatu proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada Roh Kudus, yang
membimbing setiap anak pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran dan
pengalaman sesuai dengan kehendak Allah untuk mengupayakan anak bertumbuh dalam
iman dan memiliki perilaku seperti Kristus. PAK dimaksudkan untuk peningkatan
potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta
taat kepada Tuhan Yesus dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari PAK. Thomas M. Groome (1980), dalam
bukunya yang berjudul Christian Religious Education menyatakan bahwa tujuan PAK
adalah agar manusia mengalami hidupnya sebagai respon terhadap kerajaan Allah di
dalam Yesus Kristus.” Di Indonesia dalam Sisdiknas dikatakan bahwa PAK tujuannya
menumbuhkan dan mengembangkan iman serta kemampuan siswa untuk dapat
memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari. Thomas M. Groome (1980).
3. Agama adalah suatu sistem social. Agama merupakan fenomena universal yang selalu
melekat pada diri manusia, karenanya kajian tentang agama selalu akan terus berkembang
dan tetap menjadi sebuah kajian penting seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Penelitiann tentang agama telah banyak dilakukan oleh para ahli, baik para teolog,
psikolog, antropolog maupun sosiolog. Seiring dengan perkembangan kajian agama, telah
banyak definisi agama yang dikedepankan para teoritisi agama namun di antara mereka
tidak ada kesepakatan. Keragaman definisi agama tergantung dari sudut mana para
teoritisi memandang agama. Teolog melihat agama sebagai seperangkat aturan yang
datang dari Tuhan sementara bagi para psikolog, antropolog dan sosiolog melihat agama
sebagai ekspresi manusia dalam merespon terhadap permasalahan kehidupan yang
melingkupi.Yang menarik adalah bahwa mereka sepakat bahwa agama pada memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia. Karya tulis ini akan mencoba melihat
bagaimana perdebatan para ahli tentang definisi agama serta dan sejauhmana agama
memiliki daya rekat sosial dalam masyarakat mejemuk. Sementara itu dalam pandangan
teori struktural fungsional, masyarakat dipahami sebagai sistem sosial yang terdiri atas
bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan, perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula
pada bagian yang lain. Dari sudut pandang subyektif psikologis, mendefinisikan agama
sebagai segama perasaan, prilaku dan pengalaman manusia individu dalam kesunyiannya,
sejauh mereka memahami dirinya sendiri berada dalam kaitan dengan segala apa yang
dianggap sebagai Tuhan. Lebih jauh, Feuerbach melihat agama sebagai bentuk yang
paling awal dan tidak langsung diri manusia Willian James (1971)
4. Tujuan pendidikan agama Kristen, Tujuan umum adalah memperkenalkan Tuhan, Bapa,
Putera, dan Roh Kudus dan karya-karyaNya serta menghasilkan manusia yang mampu
menghayati imannya secara bertanggung jawab di tengah masyarakat yang pluralistik.
Sementara tujuan khususnya adalah menanamkan pemahaman tentang Tuhan dan
karyaNya kepada anak, sehingga mampu memahami dan menghayati karya Tuhan dalam
hidup manusia, untuk meningkatkan pendidikan iman anak. agar anak memiliki iman
yang baik dan benar kepada Allah. Sehingga orang tua sangat berperan untuk
membimbing dan mengarahkan anaknya untuk mendalami makna iman, agar anak
memiliki iman yang baik dan benar kepada Allah. Orang tua perlu memperlengkapi diri
untuk kepentingan Anak dengan cara gereja perluh mengadakan pembinaan kepada orang
tua untuk pemahaman tentang iman Kristen yang sesunggunya. Agar dapat mengajar
anaknya dengan baik dan benar. (Thomas H Groome, 1980)
5. Pandangan teologis misi terhadap adat waktu itu bersifat bipolar. Satu kutub, mereka
berusaha mengerti adat masyarakat, tapi di kutub yang lain terperangkap pada pra-
anggapan yang pejoratif. Bagi mereka, kekristenan dari Barat yang dibawa merupakan
sebentuk kebudayaan modern yang lebih “baik”, “benar”, “tinggi” dan “beradab”
(civilized) daripada kebudayaan lokal di Maluku. Arogansi dan sikap triumfalistik ini
ditunjukkan dengan memandang rendah setiap ekspresi kebudayaan lokal, bahkan
menyingkirkan sistem kepercayaan (belief system) masyarakat lokal karena dianggap
sebagai manifestasi kekuasaan jahat. Pada awalnya, peran terbesar ada pada institusi adat,
dengan menggunakan seluruh ritual adatisnya yang mencerminkan kepercayaan mereka
kepada para leluhur sebagai pembentuk dan penjaga negeri. Mereka belajar dari sejarah
masa lampau saat terjadinya migrasi kelompok masyarakat itu. Bagi mereka, ada yang
kurang jika tidak menyertakan leluhur untuk membangun sebuah pemukiman baru. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan cuci negeri perlu meminta kehadiran para leluhur untuk
bersama-sama dengan mereka mempersiapkan pemukiman baru yang akan mereka huni.
Kekristenan adalah agama Abrahamik monoteistik berasaskan riwayat
hidup dan ajaran Yesus Kristus, yang merupakan inti sari agama ini. Agama Kristen
adalah agama terbesar di dunia, dengan lebih dari 2,5 miliar pemeluk, atau sekitar 2,6
miliar jiwa[3][4][5] atau hampir 33% dari populasi global, yang disebut "umat Kristen",
atau "umat Kristiani". Umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Juru
Selamat umat manusia yang datang sebagai Mesias (Kristus) sebagaimana dinubuatkan
dalam Alkitab Perjanjian Lama. (Watloly: 2005).
6. Perbedaan antara:
 pluralitas adalah perbedaan yang seharusnya kita terima. Secara
sederhana, pluralitas adalah keberagaman, kemajemukan yang ada di bumi ini.
Kita tahu bahwasanya Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Menurut Moh.
Shofan, pluralitas adalah masyarakat yang beragam, majemuk yang memiliki
berbagai suku, agama. DImana pluralisme itu sebagai pertalian sejati kebhinekaan
dalam ikatan keadaban. (Anton Bakker, 1995)
 pluralisme seringkali disalahartikan menjadi keberagaman paham yang pada
akhirnya memicu ambiguita. Secara teologi, pluralisme tidak menunjuk pada
kemajemukan yang dapat diakhiri, melainkan lebih mengacu pada penerimaan
terhadap keberagaman yang ada, baik keberagaman dalam bidang kultural,
religius maupun politik. menurut Majelis Ulama Indonesia pluralisme agama
adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama, dan
karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif. Jadi tidak hanya agama si A saja
yang benar, dan tidak hanya agama si B saja. Jadi pluralisme mengajarkan semua
pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. (Steve Gaspersz,
2007
 Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap
menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama manusia. Allah SWT
menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Banyak orang menyebut toleransi
sebagai kunci utama perdamaian yang patut dijaga.Hal tersebut penting untuk
diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar belakang perbedaan
yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit. Salah satu bentuk
toleransi adalah toleransi beragama, yang merupakan sikap saling menghormati
dan menghargai antar penganut agama lain, seperti:  Tidak memaksakan orang
lain untuk menganut agama kita; Tidak mencela/menghina agama lain dengan
alasan apapun; serta Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk
beribadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing. (Bevans: 2010).

Anda mungkin juga menyukai