Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN AGAMA

AGAMA DAN BATASANNYA

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Ade Tasya Wahida 0101173132

Alba Tasya 0101173137

Adi Syahputra 0101172053

Dosen Pengampu:

Rizki Pristiandi Hrp, MA.

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM-B

SEMESTER III

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatulahi Wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Perbandingan Agama”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Kami sangat
berharap tugas makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Agama dan Batasannya”
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Medan, 7 April 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….…… i

DAFTAR ISI ……………………………………….. …………………..….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………...…..…. 1

A. Latar Belakang ……………………………………..……………...…..… 1

B. Rumusan Masalah …………………….…………………………………. 2

C. Tujuan Penulisan ………….……………………………………………... 2

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………. 3

A. Perkembangan Pemikiran Beragama ………………...….....…………..... 3

B. Makna Agama Bagi Manusia ………...………………………………..... 4

C. Konsep Ketuhanan dalam Agama-Agama …………………………….... 5

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………. 9

A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu untuk kita pahami bersama bahwa antara agama dan pemikiran agama
adalah berbeda. Namun banyak dari kalangan kita yang masih memahami antara
agama dan pemikiran agama itu sama, inilah yang terkadang menyebabkan diantara
kita saling menghujat satu sama lain dan juga saling menuduh sesat. Pemikiran
keagamaan ini bukanlah merupakan agama, melainkan pemikiran yang meliputi dan
berporos pada agama.

Pemikiran keagamaan secara garis besar tidak mungkin melulu pada agama
karena biasanya pemikiran tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda, tafsir
yang berbeda, mazhab yang berbeda, kepercayaan-kepercayaan umum dan dongeng-
dongeng rakyat. Dari sisi lain, pemikiran keagamaan seperti ini, mustahil akan
selamanya benar dan suci. Mungkin disatu sisi ia akan membawa kebenaran dan
disisi lain mungkin ia akan membawa pada kesalahan sebagaimana ia tercampuri oleh
tujuan-tujuan, sebagaimana pendapat seorang manusia.

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Pemikiran Beragama?
2. Apa Makna Agama Bagi Manusia?
3. Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Agama-Agama?

C. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Pemikiran Beragama.
2. Mengetahui Makna Agama Bagi Manusia.
3. Mengetahui bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Agama-Agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pemikiran Agama

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan. Dan pemikiran para ahli tentang
perkembangan agama yaitu sebagai berikut:

1. Ahli Antropologi, mereka berpendapat bahwa fase-fase kehidupan masyarakat


berlangsung mulai dari zaman batu, tembaga, dan perunggu sampai pada zaman
besi. Kemudian cara mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup mereka
yang lain yaitu berburu, bercocok tanam, dan berindustri.
2. Edward B. Tylor (1832-1917 M), berpendapat bahwa animisme merupakan asal
kepercayaan manusia terhadap tuhan.
3. Herbet Spencer (1820-1903 M), berpendapat bahwa pemujaan terhadap nenek
moyang merupakan ibadat yang paling tua.
4. M. Arsyad, berpendapat tentang asal timbulnya kepercayaan kepada Tuhan dan
perkembangannya ialah kepercayaan asli (murni) manusia terhadap Tuhan adalah
Tauhid, yakni adanya Tuhan yang Maha Esa. Rasul dan Nabi itu pada masanya
masing-masing menerima wahyu dari sumber yang satu yaitu Allah SWT, yang

3
mengandung ajaran yang sama, mengakui dan mempercayai adanya Tuhan
(tauhid), dan menyembah Allah SWT.1

B. Makna Agama Bagi Manusia

Manusia merupakan makhluk yang unik, yang memiliki kelebihan akal.


Dalam sudut pandang yang lain, ketika manusia tidak mampu mempergunakan
akalnya maka manusia ini akan dianggap lebih hina dari binatang. Oleh sebab itu
sebagai manusia kita harus mampu memaksimalkan untuk menggunakan akal dan
pikiran kita yaitu untuk mencari sebuah prinsip dasar kehidupan.2

Agama memiliki arti penting bagi manusia agar manusia tidak tersesat di
dalam menjalani kehidupan ini. Posisi agama dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia secara sosiologis, yaitu dilihat dari perspektif fungsionalisme dan konflik.
Dilihat dari fungsionalisme ialah agama berperan bagi peneguhan consesus nilai
solidaritas sosial. Jika dilihat dari konflik ialah agama di tuduh sebagai penghambat
kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sikap yang tidak toleran,
penacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.
Agama dalam kehidupan manusia berkaitan dengan pencarian makna hidup,
dan sebagimana manusia memaknai hidup. Pencarian makna hidup didorong oleh
kesadaran esistensial manusia. Agama menjadi penting bagi kehidupan manusia
karena agama yang akan membina karakter dan mental manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini karena di dalam agama-lah terdapat aturan-aturan dan panduan
supaya manusia mampu melakukan aktivitas dan perilaku supaya manusia dapat
kembali menghadap tuhan dengan keadaan yang baik pula. Agama adalah pilihan
hidup, prinsip, dan keyakinan mendasar manusia selama hidup didunia sehingga
secara ideal setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci dan kewajiban untuk
memahami, mengamalkan agama secara benar adalah tuntutan pada setiap manusia.
1
Arifinsyah, Ilmu Perbandingan Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2018), h.15-18.

2
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 89.

4
Fitrah atau potensi beragama tersebut dapat dilihat dari bukti historisnya, misalnya
pada manusia primitif. Pada manusia primitif tidak ada informasi mengenai Tuhan
akan tetapi mereka mempercayai Tuhan pada khayalannya yang dapat dibuktikan
melalui bagaimana manusia primitive ini mempertuhankan benda-benda yang
kemudian mereka sebut roh.3

C. Konsep Ketuhanan dalam Agama-agama


1. Konsep Agama Nasrani

Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebut-an agama
Kristen adalah salah satu agama yang mengakui monotheisme, namun dalam
kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep
aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal. Agama Katholik
meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan.
Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak
ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani
adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M.
Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qu-dus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja,
dan mereka meyakini bahwa Tu han Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.4

2. Konsep Agama Hindu

3
Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang Methodos dan
Sistima), (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1970), h.145.
4
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama. (Jakarta: PT. RajaGradindo Persada,
1994), h.65.

5
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama
dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep
lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
a. Monoteisme
Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang
berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik
lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala
kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan
Brahmana.
b. Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah
panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu
maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap
ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut.
Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab
Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta
tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun
berada pada setiap ciptaannya.

c. Ateisme

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya)
yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran
filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat
Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta
isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal
mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki
penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur
tangan.

d. Konsep Lainnya

6
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal,
para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan
monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu,
agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak
menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber
informasi.

Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni
monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat
dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para
sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh. Seperti misalnya,
agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat
tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam
Weda.5

3. Konsep Agama Yahudi

Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian


monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep
tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam
Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema
Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah
Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel,
Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "Namun dalam
perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak, yaitu
Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh
mematikannya selama 100 ta-hun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya
itu, kitab Taurat te-lah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair
membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya.
Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi
Musa datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Melthon
Putra, 1991), h.176.

7
sebagai Rasul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa
kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih, lalu mereka me-yakini Uzair
lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun
menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi
( Bani Isroil).6
4. Konsep Agama Buddha

Agama Buddha menekankan Pragmatis, yaitu : Mengutamakan tindakan-


tindakan cepat dan tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup
seseorang yang tengah gawat dan bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-
belit, bertele-tele dan kurang penting. Buddha tidak pernah menghabiskan waktu
untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta karena hal ini kecil nilainya
bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati. Hal ini dapat kita lihat pada
kisah, orang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya
sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana
anak panah itu ditembakkan.7

5. Konsep Agama Islam

Konsep ketuhanan dalam agama Islam ialah tauhid, sejak awal kenabian
sampai sekarang tidak ada perubahan. Semua nabi yang telah di utus Allah telah
mengajarkan bahwa Tuhan adalah Esa, tidak ada tuhan yang lain dari pada-Nya. Esa
menurut Islam ialah absolut monoteisme atau disebut ke-Esaan Tuhan yang mutlak,
tidak ada Tuhan kecuali Allah.8

BAB III
6
Djam’annuri (ed), Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama (Suatu Pengantar).
(Yogyakarta: LESFI, 2002), h. 82.
7
Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama: Bagian I. (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993),
h. 45.

8
Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam. (Bandung CV. Pustaka Setia, 2009), h.76.

8
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan.

Agama memiliki arti penting bagi manusia agar manusia tidak tersesat di
dalam menjalani kehidupan ini. Posisi agama dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia secara sosiologis, yaitu dilihat dari perspektif fungsionalisme dan konflik.
Dilihat dari fungsionalisme ialah agama berperan bagi peneguhan consesus nilai
solidaritas sosial. Jika dilihat dari konflik ialah agama di tuduh sebagai penghambat
kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sikap yang tidak toleran,
penacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manaf, Mudjahid. 1994. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT. RajaGradindo


Persada.
Ali, Mukti. 1970. Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang
Methodos dan Sistima). Yogyakarta: Yayasan Nida.
Ali, Mukti. 1970. Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang
Methodos dan Sistima). Yogyakarta: Yayasan Nida.
Anwar, Rosihan, dkk. 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung CV. Pustaka Setia.
Arifinsyah. 2018. Ilmu Perbandingan Agama. Medan: Perdana Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Melthon Putra.
Djam’annuri (ed). 2002. Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama (Suatu
Pengantar). Yogyakarta: LESFI.
Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama: Bagian I. Bandung: Citra Aditya
Bhakti.

10

Anda mungkin juga menyukai