Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dosen Pengampu:
SEMESTER III
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Perbandingan Agama”.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Kami sangat
berharap tugas makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Agama dan Batasannya”
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….…… i
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………. 3
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu untuk kita pahami bersama bahwa antara agama dan pemikiran agama
adalah berbeda. Namun banyak dari kalangan kita yang masih memahami antara
agama dan pemikiran agama itu sama, inilah yang terkadang menyebabkan diantara
kita saling menghujat satu sama lain dan juga saling menuduh sesat. Pemikiran
keagamaan ini bukanlah merupakan agama, melainkan pemikiran yang meliputi dan
berporos pada agama.
Pemikiran keagamaan secara garis besar tidak mungkin melulu pada agama
karena biasanya pemikiran tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda, tafsir
yang berbeda, mazhab yang berbeda, kepercayaan-kepercayaan umum dan dongeng-
dongeng rakyat. Dari sisi lain, pemikiran keagamaan seperti ini, mustahil akan
selamanya benar dan suci. Mungkin disatu sisi ia akan membawa kebenaran dan
disisi lain mungkin ia akan membawa pada kesalahan sebagaimana ia tercampuri oleh
tujuan-tujuan, sebagaimana pendapat seorang manusia.
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Pemikiran Beragama?
2. Apa Makna Agama Bagi Manusia?
3. Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Agama-Agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Pemikiran Beragama.
2. Mengetahui Makna Agama Bagi Manusia.
3. Mengetahui bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Agama-Agama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan. Dan pemikiran para ahli tentang
perkembangan agama yaitu sebagai berikut:
3
mengandung ajaran yang sama, mengakui dan mempercayai adanya Tuhan
(tauhid), dan menyembah Allah SWT.1
Agama memiliki arti penting bagi manusia agar manusia tidak tersesat di
dalam menjalani kehidupan ini. Posisi agama dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia secara sosiologis, yaitu dilihat dari perspektif fungsionalisme dan konflik.
Dilihat dari fungsionalisme ialah agama berperan bagi peneguhan consesus nilai
solidaritas sosial. Jika dilihat dari konflik ialah agama di tuduh sebagai penghambat
kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sikap yang tidak toleran,
penacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.
Agama dalam kehidupan manusia berkaitan dengan pencarian makna hidup,
dan sebagimana manusia memaknai hidup. Pencarian makna hidup didorong oleh
kesadaran esistensial manusia. Agama menjadi penting bagi kehidupan manusia
karena agama yang akan membina karakter dan mental manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini karena di dalam agama-lah terdapat aturan-aturan dan panduan
supaya manusia mampu melakukan aktivitas dan perilaku supaya manusia dapat
kembali menghadap tuhan dengan keadaan yang baik pula. Agama adalah pilihan
hidup, prinsip, dan keyakinan mendasar manusia selama hidup didunia sehingga
secara ideal setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci dan kewajiban untuk
memahami, mengamalkan agama secara benar adalah tuntutan pada setiap manusia.
1
Arifinsyah, Ilmu Perbandingan Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2018), h.15-18.
2
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 89.
4
Fitrah atau potensi beragama tersebut dapat dilihat dari bukti historisnya, misalnya
pada manusia primitif. Pada manusia primitif tidak ada informasi mengenai Tuhan
akan tetapi mereka mempercayai Tuhan pada khayalannya yang dapat dibuktikan
melalui bagaimana manusia primitive ini mempertuhankan benda-benda yang
kemudian mereka sebut roh.3
Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebut-an agama
Kristen adalah salah satu agama yang mengakui monotheisme, namun dalam
kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep
aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal. Agama Katholik
meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan.
Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak
ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani
adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M.
Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qu-dus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja,
dan mereka meyakini bahwa Tu han Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.4
3
Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang Methodos dan
Sistima), (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1970), h.145.
4
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama. (Jakarta: PT. RajaGradindo Persada,
1994), h.65.
5
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama
dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep
lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
a. Monoteisme
Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang
berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik
lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala
kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan
Brahmana.
b. Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah
panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu
maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap
ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut.
Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab
Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta
tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun
berada pada setiap ciptaannya.
c. Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya)
yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran
filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat
Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta
isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal
mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki
penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur
tangan.
d. Konsep Lainnya
6
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal,
para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan
monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu,
agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak
menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber
informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni
monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat
dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para
sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh. Seperti misalnya,
agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat
tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam
Weda.5
7
sebagai Rasul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa
kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih, lalu mereka me-yakini Uzair
lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun
menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi
( Bani Isroil).6
4. Konsep Agama Buddha
Konsep ketuhanan dalam agama Islam ialah tauhid, sejak awal kenabian
sampai sekarang tidak ada perubahan. Semua nabi yang telah di utus Allah telah
mengajarkan bahwa Tuhan adalah Esa, tidak ada tuhan yang lain dari pada-Nya. Esa
menurut Islam ialah absolut monoteisme atau disebut ke-Esaan Tuhan yang mutlak,
tidak ada Tuhan kecuali Allah.8
BAB III
6
Djam’annuri (ed), Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama (Suatu Pengantar).
(Yogyakarta: LESFI, 2002), h. 82.
7
Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama: Bagian I. (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993),
h. 45.
8
Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam. (Bandung CV. Pustaka Setia, 2009), h.76.
8
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan sistem budaya umat manusia. Agama dan kehidupan
beragama yang terbentuk bersama dengan pertembuhan dan perkembangan akal serta
budidaya manusia itu disebut dengan akal agama atau agama budaya. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan.
Kebenaran diungkap ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai
kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh manusia (homo sapiens) yang
pernah hidup di planet bumi dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini. Agama
Mesir Kuno, Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang melihat asal
timbulnya keyakinan manusia terhadap Tuhan.
Agama memiliki arti penting bagi manusia agar manusia tidak tersesat di
dalam menjalani kehidupan ini. Posisi agama dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia secara sosiologis, yaitu dilihat dari perspektif fungsionalisme dan konflik.
Dilihat dari fungsionalisme ialah agama berperan bagi peneguhan consesus nilai
solidaritas sosial. Jika dilihat dari konflik ialah agama di tuduh sebagai penghambat
kemajuan manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sikap yang tidak toleran,
penacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10