Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerukunan

Secara etimologi kata kerukunan berasal dari bahasa Arab, yaitu ruknun,
berarti tiang, dasar, sila. Jamak ruknun adalah arkaan. Dari kata arkaan diperoleh
pengertian bahwa kerukunan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari berbagai
unsur yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak
dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi. Secara luas
bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang
walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras dan golongan.

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini jelas bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan
dan berlaku dalam pergaulan. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan
“kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan
pertengkaran. Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah
sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat, apapun suku dan agamanya.

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun dan
kemampuan untuk hidup berdampingan, bersama dengan damai. Langkah-langkah
untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta kasih. Karenanya, nilai
kerukunan hidup antarumat beragama dipandang dari aspek sosial-budaya menempati
posisi yang sangat sentral, penting dan strategis bagi kesatuan bangsa Indonesia untuk
menjadi perekat kesatuan bangsa yang sangat handal. Melalui ikatan semangat
kerukunan hidup antarumat beragama akan mampu membangun atau memperkokoh
persatuan dalam kemajemukan masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai daerah
dan pulau menjadi sebuah komunitas negara kesatuan yang sangat solid (NKRI).
Tanpa ikatan semangat kerukunan hidup antarumat beragama, masyarakat Indonesia
akan sangat rentan, rapuh dan hidup dalam suasana yang tidak nyaman karena penuh
dengan rasa kecurigaan, ketegangan dan bahkan akan sering muncul konflik-konflik
kekerasan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, solidaritas, kerjasama dan
kerukunan hidup antar umat beragama diperlukan agar terciptanya kedamaian,

1
ketentraman dan bersatu dalam keragaman membangun masa depan bangsa dan
Negara.

Disini perlu kami tegaskan bahwa kerukunan hidup umat beragama bukan
berarti merelatifir agama-agama yang ada dengan melebur kepada satu totalitas atau
menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari satu agama baru
(sinkritisme). Dengan kerukunan dimaksudkan agar terbina dan terpeliharanya
hubungan baik dalam pergaulan antara warga yang berlainan keyakinan. Urgensi
kerukunan adalah untuk mewujudkan kesatuan pandangan dan kesatuan sikap, guna
melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggungjawab bersama, sehingga
tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggungjawab atau menyalahkan pihak
lain. Dengan kerukunan umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan Negara
adalah milik bersama dan menjadi tanggungjawab bersama untuk memeliharanya.
Karena itu kerukunan umat beragama bukanlah kerukunan sementara, bukanlah pula
kerukunan politis, tetapi kerukunan hakiki yang dilandasi oleh nilai-nilai universalitas
dan misi kemanusiaan.

Kita ambil contoh misi profetik dalam tradisi Islam klasik, masa Rasulullah
saw. dimana beliau sebagai kepala Negara sekaligus sebagai kepala agama dalam
upaya menciptakan suasana yang aman dan tentram di Madinah, Ia mengadakan
perjanjian persahabatan serta perdamaian dengan kaum Yahudi. Perjanjian
persahabatan dan perdamaian itu kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah. Dalam
piagam Madinah itu ditetapkan serta diakui hak-hak kemerdekaan setiap orang. Salah
satunya adalah kemerdekaan untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya masing-masing. Hal itu merupakan salah satu perjanjian politik yang
menunjukkan kebijaksanaan Nabi saw.

Dari rekaman sejarah tersebut nampaknya tidak pernah terjadi ketegangan dan
konflik yang berbau agama antara kaum muslimin dengan kaum non muslim, bahkan
Rasulullah saw. benar-benar melindungi mereka. Hal ini dinyatakan dalam sabdanya:
“Dari Abdullah Ibn Amr, dari Rasulullah saw. berkata: Barangsiapa membunuh
seseorang yang ada ikatan perjanjian dengan kaum muslimin (kafir dzimmi) maka
tidak akan dapat mencium bau surga dan bau surga dapat ditemukan dari jarak
tempuh perjalanan 40 (empat puluh) tahun (HR. Bukhori)

2
B. Perilaku Yang Mencerminkan Kerukunan
Ada beberapa perilaku seseorang yang bisa mencerminkan kerukunan kepada
sesama yang bisa dijadikan panutan dalam masyarakat diantaranya:
1. Menjaga kebersamaan dan tali silaturahmi dengan berbagai aktivitas
Dengan menjaga tali silaturahmi akan mencerminkan persaudaraan
yang kokoh tanpa ada saling bercerai, sebagaimana Allah berfirman dalam
Alquran: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan
janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
2. Bersikap rendah hati terhadap sesama

Dengan sikap rendah hati akan melahirkan hubungan persaudaraan


yang kokoh dan kuat sehingga kerukunan pun akan semakin terpelihara.
Rasulullah saw. bersabda: “Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada
yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zhalim pada yang lain.” (HR.
Muslim 2865)

3. Mengakui dan menghormati setiap perbedaan yang ada disekitar kita


Semua perbedaan yang ada pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
motivasi untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 48: “Dan kami telah
turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu

3
semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu
kamu perselisihkan.”
4. Menjaga perasaan orang lain agar tidak tersakiti dengan apa yang kita ucapkan
dan lakukan
Seorang muslim yang baik adalah yang mampu menjaga lisan dan
perbuatannya untuk tidak menyakiti perasaan orang-orang yang ada
disekelilingnya atau disekitarnya. Rasulullah saw. bersabda: “Diriwayatkan
dari Ibnu Umar, beliau berkata: “Rasulullah saw. bersabda: Seorang muslim
itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan
meremehkannya dan jangan pula menyakitinya.” (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim).
5. Memaafkan orang yang melakukan kesalahan kepada kita
Dengan sikap memaafkan orang lain, maka perselisihan dan
permusuhan pun semakin berkurang, maka kerukunan hidup pun akan tercipta.
Sebagaimana firmanNya dalam surah Ali Imran ayat 133-134 sebagai berikut:
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang
yang bertakwa. (yaitu) orang yang berinfak, baik diwaktu lapang maupun
sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
C. Kerukunan Intern Umat Beragama

Kerukunan antarumat seagama merupakan bentuk kerukunan dalam hubungan


internal umat yang memeluk satu agama. Misalnya antara seorang muslim dengan
muslim lainnya, antara seorang penganut Kristen dengan penganut Kristen lainnya.
Kerukunan seagama ini harus tercipta di antara kita, misalnya sebagai umat Islam
yang selalu menjunjung tinggi kerukunan antarsesama. Kerukunan intern umat
beragam berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk melakukan amalan dan
ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya perbedaan yang masih bisa
ditolerir. Misal dalam Islam ada ormas keagamaan Nahdatul Ulama, Muhammadiyah,
Alwashliyah dan sebagainya. Dalam Protestan ada GBI, Pantekosta dan sebagainya.
Dalam Katolik ada Roma dan Ortodoks. Hendaknya dalam intern masing-masing
agama tercipta suatu kerukunan dan kebersatuan dalam masing-masing paham.

4
Islam misalnya, Rasulullah memberi perumpamaan yang sangat indah tentang
persatuan dan kerukunan antarsesama muslim. Rasulullah saw. menggambarkan
ukhuwah atau persaudaraan antarsesama muslim bagaikan satu tubuh. Bayangkan jika
kakimu terantuk batu. Tanpa diminta mulut akan berkata “Aduh” dan mata pun turut
merasakan sakit dengan mengeluarkan air mata. Demikianlah persaudaraan dan
kerukunan antarsesama muslim. Jika ada saudara muslim yang mengalami kesulitan,
tanpa diminta pun kita harus segera membantunya. Jika hal tersebut terwujud,
kehidupan akan terasa indah dan persoalan yang menghadang terasa ringan.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa persaudaraan yang berlaku antar


sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh aqidah atau keimanan, tanpa
membedakan golongan selama aqidahnya sama maka itu adalah saudara kita dan
harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah swt. dalam
Alquran surat Al Hujurat: 10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah saudara, oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan
diantara kamu dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan
rahmatnya”. Dari ayat ini jelas bahwa kita sesama umat Islam ini adalah saudara dan
wajib menjalin terus persaudaraan di antara sesama umat Islam dan marilah
budayakan rasa kepedulian terhadap saudara kita seiman, saling menolong,
mengangkat harkat martabatnya dan janganlah saudara kita anggap sebagai musuh,
hanya karena masalah-masalah sepele yang tidak berarti, yang dapat mengancam
integritas yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa.

Berkasih sayang antara sesama manusia dan mengasih sayangi semua


makhluk Allah di bumi ini serta memelihara lingkungan hidup adalah sesuatu yang
sangat penting dan diwajibkan dalam Islam. Salah satu sifat Allah swt. adalah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang (Ar-Rahman dan Ar-Rahim) sifat ini diturunkannya
kepada manusia dan bahkan nama kandungan (perut ibu) kita juga ada rahim ibu. Kita
umat manusia seluruhnya adalah dari saru rahim yaitu siti Hawa, oleh karena itu
berkasih sayang antara sesama manusia adalah merupakan keharusan bagi kita semua
dan menyayangi seluruh makhluk di muka bumi ini adalah menjadi syarat bagi kasih
sayang Allah kepada kita: “Siapa yang tidak menyangi orang ada di bumi, tidak
disayangi orang yang ada di langit”

5
D. Kerukunan Ekstern Umat Bergama

Di Indonesia tidak hanya satu agama yang diakui. Ada beberapa agama yang
diakui keberadaannya di negeri tercinta ini. Ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha dan Konghucu. Selain itu, aliran kepercayaan pun juga diakui oleh negara.
Demi kerukunan kita sebagai sesama bangsa Indonesia, perbedaan agama tidak boleh
memecah kerukunan. Agama boleh berbeda, tetapi kerukunan di antara umat
beragama harus tetap dipelihara demi kerentraman dan kedamian. Kerukunan
antarumat beragama adalah menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi
saling merendahkan dan menganggap agama yang dianutnya paling baik. Ini perlu
dilakukan untuk menghindari terbentuknya fanatisme ekstrim yang membahayakan
keamanan dan ketertiban umum. Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan
adanya dialog antarumat beragama yang didalamnya bukan membahas perbedaan
akan tetapi memperbincangkan kerukunan dan perdamaian hidup dalam
bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk hidup
dalam kedamaian dan ketentraman.

Dalam Islam diajarkan bagaimana membangun kebersamaan dengan penganut


agama lain yang disebut dengan istilah Ukhuwah wathaniyah, bermakna bahwa
seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari
bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Persaudaraan model ini tidak dibatasi
oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin dan sebagainya. Oleh
karena itu, tidak lain yang harus dibangun adalah solidaritas sosial Islam dan
praksisnya mendayagunakan semua sumber daya dan potensi nasional dalam upaya
melawan kolonialisme dan mendirikan sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kemerdekaan dan keadilan sosial. Prinsip ini
menegaskan bahwa komitmen nasional individu Islam tak diragukan lagi dalam
makna yang sebenar-benarnya memperjuangkan kepentingan nasional. Mengingat
pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah bersabda “Hubbul wathon
minal iman”, artinya: Cinta sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.

Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk


ciptaan Tuhan dan karenanya tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial
seperti agama, suku, ras, bahasa, jenis kelamin dan sebagainya. Artinya, seluruh umat
manusia adalah bersaudara karena mereka semua sumber dari ayah dan ibu yang satu.

6
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berburuk sangka (kecurigaan)
karena sebagian dari berburuk sangka itu dosa dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adalah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudara yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat:12)

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perdamaian dalam arti kata sebenarnya tidaklah hanya mencakup semata-mata


keamanan fisik atau tidak adanya perang dan pertikaian diantara manusia di bumi kita
ini. Kendatipun pengertian diatas mengandung arti yang sangat penting dan juga
merupakan inti dari perdamaian sesungguhnya, tetapi keadaan perdamaian yang
dilukiskan demikian itu hanyalah suatu segi pasif dan terbatas dari arti sesungguhnya,
apalagi kalau kita hendak membandingkannya dengan pengertian perdamaian yang
lebih luas lagi.

Berkasih sayang antara sesama manusia dan mengasih sayangi semua


makhluk Allah di bumi ini serta memelihara lingkungan hidup adalah sesuatu yang
sangat penting dan diwajibkan dalam Islam. Salah satu sifat Allah swt. adalah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang (Ar-Rahman dan Ar-Rahim) sifat ini diturunkannya
kepada manusia dan bahkan nama kandungan (perut ibu) kita juga ada rahim ibu. Kita
umat manusia seluruhnya adalah dari saru rahim yaitu siti Hawa, oleh karena itu
berkasih sayang antara sesama manusia adalah merupakan keharusan bagi kita semua
dan menyayangi seluruh makhluk di muka bumi ini adalah menjadi syarat bagi kasih
sayang Allah kepada kita: “Siapa yang tidak menyangi orang ada di bumi, tidak
disayangi orang yang ada di langit”

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifinsyah. 2018. Ilmu Perbandingan Agama. Medan: Perdana Publishing.

Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Sebagai
Dasar Menuju Dialog Dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai