Anda di halaman 1dari 125

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Tentang kerukunan antar umat
beragama,konflik,pemecahan,dan harapan umat agama

Kami berterima kasih kepada Bapak dosen pengampu yang sudah memberikan
bimbingannya. Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Medan, maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kerukunan

2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama

2.3 Perilaku Kerukunan Umat Beragama

2.4 Toleransi Antar Umat Beragama

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konflik Umat Beragama

2.6 Peranan Pemerintah Dalam Membina Kehidupan Beragama

2.7 Upaya Yang Mendorong Kerukunan Hidup Umat Beragama

2.8 Manfaat Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama

2.9 Penyebab Terjadinya Konflik

2.10 Penanggulangan Konflik Antar Umat Beragama

2.11 Upaya Penyelasaian Konflik

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Kerukunan dalam islam diberi istilah “tasamuh“ atau toleransi. Sehingga yang dimaksud
dengan toleransi adalah kerukunan social kemasyarakatan karena qaidah telah digariskan secara
jelas dan ditegaskan dalam Al –Qur’an dan Hadist.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahkluk social yang membutuhkan hubungan dan
interaksi social memanusiakan dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan social masyarakat umat
islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,bangsa maupun agama. Dengan
tolong menolong dan kerjasama,masyarakat diharapkan  bias hidup rukun dan  damai dengan
sesamanya.

Kata islam berarti damai, selamat, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia khususnya dari seluruh alam pada umatnya
maupun sesamanya. Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama yaitu Nabi Adam a.s.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beberapa


agama,yaitu di tandai dengan keanaekaragaman agama yang mempunyai kecenderungan identitas
agama masing – masing dan berpotensi konflik.Indonesia merupakan masyarakat Multikultural,
maksudnya adalah memiliki keanekaragaman budaya, bahasa, ras maupun agama.

Dari keanekaragaman tersebut, terjadilah perbedaan yang dianut oleh masing–masing


masyarakat Indonesia. Jika perbedaan tersebut tidak terpelihara dengan baik, maka menimbulkan
konflik antar umat beragama yang menjadi nilai dasar agama itu sendiri yaitu kedamaian, saling
tolong menolong serta saling menghormati.

1.2.  Rumusan Masalah


1) Apa definisi kerukunan?
2) Apakah definisi kerukunan umat beragama?
3) Bagaimana cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama?
4) Apakah manfaat menciptakan kerukunan antar umat beragama?
5) Penyebab terjadinya konflik ?
6) Penanggulangan konflik antar umat beragama ?
7) Upaya penyelasaian konflik ?

1.3.  Tujuan

1) Mengetahui definisi dari kerukunan.


2) Mengetahui definisi dari kerukunan antar umat beragama.
3) Mengetahui cara menjaga kerukunan antar umat beragama.
4) Mengetahui manfaat dari terciptanya kerukunan anta rumat beragama.
5) Mengetahui penyebab terjadinya konflik
6) Bagaimana cara penanggulangan konflik antara umat beragama
7) Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik

  
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kerukunan

Kerukunan adalah suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan,
serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tentram. Dalam ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.

Kerukunan berasal dari kata rukun, Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan kebudayaan cetakan ketiga tahun 1190, artinya rukun adalah perihal keadaan
hidup rukun atau pekumpulan yang berdasarkan tolong menolong dan persahabatan. Sedangkan
dalam bahasa inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan demikian,
kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanya keselarasan ,kecocokan, atau ketidak
berselisihan (harmony, concordace).

Secara terminology ada batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut;

1.      W.JS Purwadaminta menyatakan kerukunan adalah sikap atau sifat yang berupa
menghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan
maupun lainnya yang berbeda dengan pendirian yang lain.

2.      Dewan Ensiklopedi Indonesia kerukunan dalam aspek social, politik, merupakan


suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda.

Selain itu Islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara,karna pada hakikatnya
kita bersaudara,yang memiliki arti sebagai persaudaraan yang di dasarkan pada ajaran islam atau
persaudaraan yang bersifat Islami.

Islam adalah agama yang damai dan mencintai kedamaian,dan membimbing umatnya untuk
selalau mampu menjaga kerukunan antar satu individu dengan individu lainnya.Dalam ajaran
agama islam bahwa semua manusia itu bersaudara tanpa memandang perbedaan,yang tercantum
dalam Al-Qur’an pada surat Al –Hujurat ayat 10:

۟ ُ‫ُوابَ ْينَأ َ َخ َو ْي ُك ۚ ْم َوٱتَّق‬


َ ‫واٱللَّهَلَ َعلَّ ُك ْمتُرْ َح ُم‬
‫ون‬ ۟ ‫اٱل ُم ْؤ ِمنُونَإ ْخ َوةٌفَأَصْ لِح‬
ْ ‫إِنَّ َم‬
ِ

“Sesungguhnya orang –orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antar kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”(Q.S.
Al-Hujurat ayat10)

Dalam keterangan lain tentang kerukunan, Rasulullah SAW  menggambarkan dalam


sabdahnya bagaimana seorang muslim yang bersaudara dan menjunjung tinggi kerukunan dalam
bermasyarakat, sebagaimana Rasulullah SAW bersabdah;

َ ‫ًاو َشبَّ َكأ‬ ُ ‫ِّصلَّىالله َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَاأَل ِ نَّ ْال ُم ْؤ ِمنَلِ ْل ُم ْؤ ِمنِ َك ْالبُ ْنيَانِيَ ُش ُّدبَ ْع‬
َ ‫ضهُبَ ْعض‬ َ ‫َع ْنأَبِي ُم َسى َعنِالنَّبِي‬
ُ‫صابِ َعه‬
َ
Artinya: “abu musa meriwayatkan ,nabi saw bersabda; ”kaum mukmin adalah bersaudara satu
sama lain ibarat (bagian – bagian dari ) suatu bangunan bagian memperkuat bagian lainnya. “dan
beliau menyelibkan jari – jari disatu tangan dengan tangan yang lainnya agar kedua tangannya
tergabung. “(HR.Bukhori)

Dalam Al–Qur’an, kata akh (saudara) memiliki beberapa kelompok bagian yaitu :

1.      Saudara kandung atau saudara seketurunan, yang dijelaskan pada ayat yang berbicara
tentang masalah waris atau keharaman mengawini orang – orang tertentu, seperti dalam surat an-
Nisa : 23

‫األخ‬
ِ ُ‫ات‬--َ‫ َوبَن‬ ‫ االتُ ُك ْم‬--‫م َو َع َّماتُ ُك ْم َو َخ‬-ْ ‫ َواتُ ُك‬--‫اتُ ُك ْم َوأَ َخ‬--َ‫اتُ ُك ْم َوبَن‬--‫ ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ْم أُ َّم َه‬--‫ُح‬
ُ‫ات‬--‫ا َع ِة َوأُ َّم َه‬-‫ض‬ َ ‫م ِم َن ال َّر‬-ْ ‫ َواتُ ُك‬-‫ ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ‬-‫ض‬ َ ‫ أَ ْر‬-‫اتُ ُك ُم الالتِي‬--‫ت َوأُ َّم َه‬ ِ ‫األخ‬ ْ ُ‫ات‬--َ‫َوبَن‬
‫إِنْ لَ ْم‬-َ‫ َد َخ ْلتُ ْم بِ ِهنَّ ف‬-‫ائِ ُك ُم الالتِي‬-‫س‬ َ ِ‫ و ِر ُك ْم ِمنْ ن‬-‫ائِبُ ُك ُم الالتِي فِي ُح ُج‬--َ‫ائِ ُك ْم َو َرب‬-‫س‬ َ ِ‫ن‬
ْ‫م َوأَن‬-ْ ‫البِ ُك‬-‫ص‬
ْ َ‫ين ِمنْ أ‬ َ ‫م الَّ ِذ‬-ُ ‫ائِ ُك‬--َ‫ ُل أَ ْبن‬-ِ‫اح َعلَ ْي ُك ْم َو َحالئ‬-
َ -َ‫وا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِهنَّ فَال ُجن‬--ُ‫تَ ُكون‬
‫ان َغفُو ًرا َر ِحي ًما‬
َ ‫ف إِنَّ هَّللا َ َك‬ َ ‫األختَ ْي ِن إِال َما قَ ْد‬
َ َ ‫سل‬ ْ ‫ت َْج َم ُعوا بَ ْي َن‬

Artinya: “Diharamkan atas kalian (mengawini) ibu-ibu kalian; anak-anak kalian yang perempuan;
saudara-saudara kalian yang perempuan, saudara-saudara bapak kalian yang perempuan; saudara-
saudara ibu kalian yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudara lelaki kalian:
anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan kalian: ibu-ibu kalian yang menyusui
kalian, saudara sepersusuan kalian; ibu-ibu istri kalian (mertua) anak-anak istri kalian yang dalam
pemeliharaan kalian dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istri kamu itu (dan sudah kalian ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagi kalian) istri-istri anak kandung kalian (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”(Q.S. An-Nisa : 23)

2.      Saudara yang dijalin dengan ikatan keluarga, seperti doa Nabi Musa a.s yang dicantumkan
dalam Al-Qur’an, surat Thaha : 29-30

 (۳۰) ‫يو ِزي ًرا ِّم ْنأ َ ْهلِي‬ ْ ‫ َو‬  )۲۹( ‫َها ُرونَأ َ ِخي‬


َ ِّ‫اج َعلل‬

Artinya: “(Dan jadikanlah untukku seorang pembantu) orang yang membantuku di dalam
menyampaikan risalah-Mu (dari keluargaku). Yaitu Harun) lafal Haaruna menjadi Maf'ul Tsani
(saudaraku) lafal Akhii                   menjadi 'Athaf  Rayan. ”(Q.S. Thaha : 29-30)

3.      Saudara dalam arti sebangsa, walaupun tidak seagama yang di jelaskan dalam surat Al –
A’raf 65

َ ُ‫وااللّهَ َمالَ ُكم ِّم ْنإِلَـ ٍه َغ ْي ُرهُأَفَالَتَتَّق‬


‫ون‬ ْ ‫َوإِلَى َعا ٍدأَ َخاهُ ْمهُوداًقَالَيَاقَ ْو ِما ْعبُ ُد‬
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" ”(Q.S. Al – A’raf 65)

Dengan demikian, beberapa persaudaraan yang dijelaskan secara jelas dalam Al –Qur’an
dengan menggunakan kata akh. Selain itu, munculah sumber pokok dalam ajaran islam, atau
ukhuwah yang bersifat Islami, yang terbagi menjadi 4 bagianyaitu:

1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau persaudaraan kemakhlukan dan kesentudukan kepada Allah.


2) Ukhuwah insyaniyah dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, Karena semua
berasal dari seorang ayah dan ibu.
3) Ukhuwah wathaniyahwa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam kebangsaan dan keturunan.
4) Ukhuwah fi din al-islam, yaitu persaudaraan antar sesama muslim.

2.2. Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi social ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya.

Kerukunan umat beragama dengan penganut agama lainnya telah disebutkan dalam Al-
Qur’an dan Hadist. Hal yang tidak diperbolehkan adalah masalah akidah dan ibadah. Beberapa
prinsip kerukunan antar umat beragama berdasarkan Hukum Islam:

1) Islam tidak membenarkan adanya pemaksaan dalam memeluk suatu agama. (Q.S.Al-
Baqarah : 256)
2) Allah SWT tidak melarang orang islam untuk membuat baik, berlaku adil dan tidak
memusuhi penganut agama lain, tidak memerangi dan tidak mengusir orang islam. (Q.S.
Al-Mutahanah : 8)
3) Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari’at agamanya
masing – masing. (Q.S.Al-Baqarah : 139)

2.2.1.  Manfaat Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Umat beragama diharapkan menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama sehingga dapat
dikembangkan sebagai factor pemersatu, maka akan memberikan kestabilan dan kemajuan
Negara. Dalam menjaga kerukunan antar umat beragama memiliki beberapa manfaat, diantaranya
adalah:

1) Terhindar dari adanya pemecah atau perpecahan antar umat beragama.


2) Terwujudnya keamanan dan ketentraman hidup sesama anggota masyarakat.
3) Menumbuhkan rasa persatuan dan kebersamaan.
4) Dapat mempererat tali silatuhmi diantara sesamanya.
5) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing –masing pemeluk agama.
6) Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan.

2.3.   Perilaku Kerukunan Umat Beragama

Dalam hidup rukun antar umat beragama, memiliki beberapa perilaku yang mencerminkan
kerukunan antar umat beragama satu dengan yang lain, seperti berikut ini:

1) Bertetangga yang baik.


2) Mengikuti kegiatan keagamaan.
3) Saling memaafkan antar sesama.
4) Saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan.
5) Menghormati para ulama atau pemuka agama satu dengan yang lain.
6) Tidak menjadikan konflik sebuah perbedaan antar umat.
7) Mengaja untuk berbuat kebaikkan tanpa melalui tindak kekerasan.

2.3.1.   Apresiasi 6 Poin Rumusan Etika Kerukunan Umat Beragama

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap
pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Tepat pada Sabtu, 10 Februari
2018, Lukman yang didampingi oleh Presiden Joko Widodo menerima para pemuka agama di
Istana Kepresidenan Bogor, JawaBarat, beliau mengatakan ”Saya amat bersyukur dan
mengapresiasi setinggi – tingginya atas rumusan tersebut”.

Menurut Lukman, rumusan etika tersebut sangat penting untuk ditaati oleh setiap umat
beragama. Ia menuturkan, rumusan itu menitikberatkan pada pentingnya sikap saling
menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
Ada lima poin pandangan dan sikap umat beragama tentang etika kerukunan antar umat
beragama, yaitu:

1) Setiap pemeluk agama memandang pemeluk agama lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dan saudara sebangsa.
2) Setiap pemeluk agama memperlakukan agama lain dengan niat dan sikap baik, empati,
penuh kasih sayanag, dan saling menghormati.
3) Setiap pemeluk agama bersama pemeluk agama lain mengembangkan dialog dan
kerjasama kemanusiaan untuk kemajuan bangsa.
4) Setiap pemeluk agama menerima dan menghormati persamaan dan perbedaan agama dan
tidak mencampuri wilayah doktrin, akidah, keyakinan dan praktik peribadatan agama lain.
5) Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antarumat beragama tidak
menghalangi penyiaran agama, dan penyiaran agama tidak mengganggu kerukunan antar
umat beragama.

2.4.  Toleransi Antar Umat Beragama

Toleransi diperlukan bagi semua rakyat Indonesia dalam keragaman keagamaan. Toleransi
adalah sikap yang saling menghargai kelompok – kelompok atau antara individu dalam
masyarakat atau ruang lingkup lainnya. Dalam pengertian lain, Toleransi dapat diartikan sebagai
suatu perbuatan yang melarang terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau
golongan yang berbeda dalam masyarakat.

Toleransi antar umat beragama yaitu menyakini bahwa agamaku adalah agamaku dan
agamamu adalah agammu, tetapi disini saling respect / menghargai agama orang lain dan tidak
boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama kami, dan kami tidak boleh menjatuhkan
mengejek maupun mencela agama orang lain dengan alas an apapun karena kita adalah sama –
sama manusia yang hidup saling berdampingan. Namun sisi lain, agama juga dapat pemicu
sebagai konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negative dari agama dalam
mempengaruhi masyarakat Indonesia. Beberapa konflik tersebut seperti konflik internal dari umat
agamanya sendiri maupun konflik antar agama.

Penyebab konflik internal umat beragama seperti:

1.  Perilaku yang menodai atau menyimpang dari agama


Ialah suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma –norma agama yang dianut oleh
seseorang, kelompok, atau masyarakat. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan
pertengkaran. Tetapi kenyataanya dalam berbagai lapisan masyarakat, yang berpendididkan
tinggi maupun rendah, yang kaya maupun miskin, yang mengakui memiliki tingkat keimanan
kepada Tuhannya tetapi tetap melakukan perilaku yang dapat menimbulkan pertengkaran baik
sesama agamanya, maupun berlainan.

2.  Munculnya Ajaran Sesat dan Radikalisme

Dalam sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu
pada fondasi agama yang sangat mendasar dangan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi,
sehingga penganut atau aliran tersebut menggunakan kekerasan untuk mengaktualisasikan paham
keagamaan yang dianut dan diyakininya. Agama yang menimbulkan gerakan radikal, dapat
menibulkan suatu kelompok menuduh kelompok lain.

3.  Pemahaman yang Liberal, bebas semaunya tanpa mengikuti kaedah yang ada.

Liberalisme adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kebebasan, Maksudnya adalah suatu kelompok yang tidak memiliki aturan – aturan yang
bersangkutan dengan undang – undang yang dibuat oleh pemerintah.

2.5.  Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konflik Umat Beragama

Dalam sebuah konflik yang terjadi dialam kerukunan umat bergama, bukan hanya
disebabkan  factor keagamaan, melainkan factor ekonomi, politik dan social yang kemudian
diagamakan. Beberapa penyebabnya seperti :

 Persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran / penyebaran agama yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Penistaan terhadap agama.
 Adanya salah paham informasi diantara pemeluk agama.
 Kurang efektifnya pelaksanaan regulasi.

2.5.1.  Cara Mengantisipasi Konflik Umat Beragama


Ketika antar umat beragama memiliki dan terjadi sebuah konflik yang menyebabkan suatu
agama tidak menjalin hubungan yang baik, maka sebelum konflik itu terjadi, harus memiliki cara
ataupun antisipasi, seperti :

a.    Tidak memperkenalkan pengelompokkan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau
wilayah yang sama secara ekslusif.

b.   Masyaakat pendatang ataupun penduduk asli harus berbaur dengan yang lainnya.

c.   Segala macam bentuk ketidakadilan structural agama terus dihilangkan.

d.  Kesenjangan social dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin ataupun dihapuskan.

e.   Perlu dikembangkan adanya identitas bersama, misalnya kebangsaan agar masyarakat


menyadari pentingnya persatuan dalam kebangsaan dan bernegara.

Dalam menyelesaikan konflik sebaiknya melalui mediasi. Mediasi adalah suatu cara
intervensi dalam konflik, dimana mediator dalam konflik juga harus mendapat kepercayaan dari
pihak yang berkonflik. Tugas dari mediator adalah memfasilitasi adanya dialog antar pihak yang
berkonflik, sehingga semuanya dapat saling memahami posisi maupun kepentingan dan
kebutuhan masing – masing, dan dapat memperhatikan kepentingan bersama.

2.6.  Peranan Pemerintah Dalam Membina Kehidupan Beragama

Setelah adanya Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pada tanggal 3 Januari


1946, pemerintah menetapkan berdirinya Departemen Agama RI dengan tugas pokok, yaitu
menyelenggarakan sebagian dari tugas umum pemerintah dan pembangunan dalam bidang
agama.

Pada buku Pedoman Dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab IV halaman 49,
disebutkan hal- hal sebagai berikut:

1.  Kerukunan hidup beragama adalah proses yang dinamis yang berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
2.  Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar,
berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup
beragama dengan:

a.  Menanam pengertian akan nilai kehidupan bermasyarakat.

b.  Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan


kerukunan hidup beragama.

3.      Kondisi umat beragama di Indonesia.

a.   Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b.   Kepercayaan kepada kehidupan di hari kemudian.

c.   Memandang sesuatu selalu melihat dua aspek, yaitu aspek dunia dan akhirat.

d.  Kesediaan untuk hidup sederhana dan berkorban.

e.  Senantiasa memegang teguh pendirian yang berkaitan dengan aqidah agama.

2.7.  Upaya yang Mendorong Kerukunan Hidup Umat Beragama

Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya – upaya
untuk menjadikan kerukunan hidup antar umat beragama berjalan dengan baik, diantaranya
adalah:

1.  Memperkuat dasar- dasar kerukunan internal dan antar umat beragama maupun

pemerintah.

2.  Membangun harmoni social dan persatuan nasional.

3.  Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif.

4.  Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai- nilai kemanusiaan.

5.  Melakukan pendalaman nilai- nilai spiritual.

6.  Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama.


7.  Menyadari adanya perbedaan yang merupakan suatu realita dalam kehidupan

bermasyarakat.

Selain adanya upaya – upaya dalam mendorong kerukunan dalam beragama, adanya strategi
yang harus dilakukan dalam membina kerukunan umat beragama, yang dapat dirumuskan bahwa
satu pilar utama untuk memperkokoh kerukunan nasional adalah mewujudkan kerukunan antar
umat beragama. Dalam hal ini strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1.  Memberdayakan institusi keagamaan,

Maksudnya lembaga – lembaga keagamaan kita daya gunakan secara maksimal sehingga
mempercepat proses penyelesaian konflik.

2.  Membimbing umat beragama agar makin meningkat keimanan dan ketakwaan mereka
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3.  Melayani dan menyediakan kemudahan beribadah bagi para penganut agama.

4.  Mendorong peningkatan pengalaman dan penilaian ajaran agama.

5.  Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan.

6.  Mendorong, memfasilitasi dan mengembangkan terciptanya dialog dan kerjasama.

7.  Mendorong antar umat bergama untuk hidup rukun.

8.  Meningkakan pemberdayaan sumber daya manusia.

2.8.  Manfaat Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama

2.8.1. Terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama

Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya sifat toleran, serta
menerapkannya di dalam kehidupan bersosial masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya
terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat  dalam mengamalkan
agamanya.
2.8.2. Dapat mempererat tali silaturahmi

Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah terjalinnya tali silaturahmi. Pada
umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang
(golongan) yang satu dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya
perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia, seperti
tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia lainnya.

2.8.3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya

Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara merupakan salah
satu kunci sukses menuju keberhasilan program-program pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintahan di negara tersebut. Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana
baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara.

2.8.4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat

Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat berbagai perbedaan seperti


perbedaan beragama akan tetapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga
masyarakat tersebut, maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan
damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling mengejek, mengolok,
menghina, serta merendahkan di antara para pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka
miliki sangat jauh berbeda.

2.8.5. Lebih mempertebal keimanan

Agama apapun tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada agama yang
mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama manusia.

2.9.  Penyebab Terjadinya Konflik


2.9.1 Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing
menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya,
membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan
agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan
kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion),
yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang
berasal dari Tuhan.

Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni
atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan
dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam
sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan
pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah.
Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia.
Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis
keras.

Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam
dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

2.9.2   Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan
antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih
kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku
Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu
hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan
ketentraman dan keamanan.

Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan


Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa
Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah
kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi,
nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

2.9.3  Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan
budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori
budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen


beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok
masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum
pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih
berwajah budaya Barat yang mewah.

Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau
daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar
kelompok agama di Indonesia.

2`9.4  Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama
pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam
sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik
dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam
yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni
orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering
mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

2.10  Penanggulangan Konflik Antar Umat Beragama

Konflik antar umat beragama kerap kali terjadi di sekitar kita. Perbedaan, kurangnya
toleransi, dan saling menghargai satu sama lain menjadi pemicu utama sebuah konflik
sebagaimana yang telah di jelaskan di halaman sebelumnya.
Sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan potensi  konflik tidak menjadi kasus.
Pendekatan struktural pemerintah masih sangat dominan. Sementara upaya dari kelompok
masyarakat sendiri belum banyak dilakukan.
Pendekatan struktural TOP-DOWN  dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :
1) Kegiatan musyawarah. Musyawarah berguna untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi
untuk mencapai suatu mufakat ataupun suatu keputusan. Banyak musyawarah yang
dilakukan di sekitar kita yang membicarakan tentang kerukunan antar umat beragama namun
hal tersebut hanya bersifat wacana belaka tanpa ada tindak  lanjut dalam bentuk nyata.
2) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya konflik antar umat beragama. Cara
ini adalah cara yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang terkoordinir dengan baik
secara instrumental :
 Pembuatan surat keputusan dan perundangan yang mengatur khusus tentang
hubungan antar kelompok ataupun antar umat beragama.
 Menjadikan pancasila dan nasionalisme sebagai nilai dan norma setiap kelompok
umat beragama.

2.11.  Upaya Penyelasaian Konflik


Dalam setiap kehidupan bermasyarakat selalu ada perbedaan, dan perbedaan tidak
mungkin dapat di hindari. Perbedaan adalah sebuah anugrah dari Tuhan yang tiada bandingnya,
Rasulullah bersabda : “Perbedaan di antara umatku adalah rahmat”. Dengan berbagai perbedaan
manusia dapat bertukar pikiran, saling melengkapi dan dengan hal tersebut akan mencapai sebuah
kemajuan karena mereka saling belajar antara yang satu dengan yang lainnya. Namun tidak
selamanya perbedaan menjadi sebuah kegemilangan, banyak dari perbedaan yang menjadi sebuah
konflik pertikaian, pertengkaran,bahkan pertumpahan darah yang menghantarkan pada hancurnya
peradaban masa depan. Hal itu terjadi karena kurangnya toleransi dan saling menghargai.
Konflik yang ada di sekitar kita tidak dapat di hindari namun dapat di tanggulangi, salah
satu cara untuk menjaga masyarakat adalah dengan  mengelola konflik tersebut.  Agar konflik
tidak lagi bernilai negatif namun sebaliknya merubah konflik itu bersifat konstruktif
( membangun ) dan humanis ( kemanusiaan ).
Banyak konflik di indonesia kita ambil saja contohnya seperti yang terjadi di sekitar kita
yakni kabupaten kulonprogo. Penyelesaian konflik tersebut cenderung menggunakan pendekatan
struktural dan TOP-DOWN. Pendekatan struktural adalah cara yang di pakai oleh pemerintah dan
pihak keamanan dalam menyelesaikan konflik. Para tokoh masyarakat masih ada yang dilibatkan
dalam proses penyelesaian sebuah konflik, namun mereka bukan sebagai penengah ataupun
pemrakarsa ( pencetus ) karena perakhiran dipegang oleh pemerintah. Hal itu dikarenakan
kebanyakan tokoh masyarakat tidak lagi menjadi pengayom masyarakat melainkan mereka lebih
berpihak kepada satu pihak atau golongan. Hal tersebut tentunya manjadi kendala dalam
mengoptimalkan peran budaya lokal, khususnya tokoh masyarakat.
Cara penyelesaiannya dilakukan dengan bermusyawarah dan berdiskusi. Dengan cara
pemerintah mengundang sebagian tokoh masyarakat yang menjadi perwakilan dari setiap
kelompok yang terlibat dalam konflik.  Disitulah musyawarah berlangsung untuk mengambil
sebuah solusi terbaik, dan dalam hal ini hukum menjadi tidak berlaku dan yang berlaku adalah
hukum adat.
Penegakan hukum ini sangat penting untuk ditegakkan supaya memberi efek jera pada
masyarakat, terutama agar tidak terjadi kerusuhan dan konflik.
BAB III

PENUTUP

3.1.            Kesimpulan

Kerukunan adalah suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan,
serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tentram.

Kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi social ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Bahwa pada dasarnya dalam membentuk suatu kerukunan antar umat beragama dalam
suatu negara, harus adanya suatu rasa saling menghargai maupun menghormati satu dengan yang
lain. Karena manusia diciptakan untuk saling berdampingan dalam menjalani hidup. Maka,
pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan bermasyarakat
yang damai, harmonis, tolong menolong atau pun saling berbuat baik terhadap yang satu.

Selain itu, ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama antara lain:

1) Menghindari sifat yang saling menjatuhkan antar agama.


2) Menghindari hal yang berkaitan dengan menyalahkan suatu agama, dalam melakukan
tindak kesalahan.
3) Tidak memandang rendah agama yang satu dengan agama yang lain dalam melakukan
suatu ibadah.
4) Menghilangkan rasa tinggi hati terhadap agama yang dipercayai.
Manfaat menciptakan kerukunan antar umat beragama :

 Terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama.


 Dapat mempererat tali silaturahmi.
 Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya.
 Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat.
 Lebih mempertebal keimanan.

Penyebab konflik antar umat beragama karena kurangnya rasa solidaritas dan toleransi
dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada. Seperti yang di jelaskan dalam pembahasan
sebelumnya.
Dan cara penanggulangannya dengan menumbuhkan sikap terbuka antar perbedaan yang
ada tetapi harus tetap memegang teguh iman dan kepercayaan masing-masing. 

3.2.            Saran

Saran yang dapat diberikan dalam kerukunan umat beragama yaitu agar seluruh umat
beragama internal maupun antar umat beragama mampu dan saling menjaga, menghargai, bahkan
memliki rasa saling membutuhkan yang dapat menjadikan kerukunan sebagai pedoman bagi
individu, kelompok maupun masyrakat suatu Negara, sehingga terciptanya rasa aman, nyaman
dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nawari Ismail, M.Ag, Prof. Muhaimin AG ( Pendamping ), Konflik Umat Beragama dan Budaya
Lokal,( Bandung, CV. Lumbuk Agung, 2011 ) Hal : 179 – 182.
HustonSmith, Agama Agama Manusia,( Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001 )

Max Weber,Sosilogi Agama,( Yogyakarta, Ircisod,2012 )


http://digilib.uinsby.ac.id/1328/5/Bab%201.pdf
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952854670
CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PENDIDIKAN AGAMA


CRITICAL BOOK REVIEW ISLAM

PRODI S1 Pend. Teknik Elektro

Skor Nilai:

Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

(Dr. H. H. A. Matondang, M.Ag, Drs. Manaon Batubara, MA, Dr. Ramli Nur,
MA, Hapni Siregar, MA, Hj. Nurmayani, MA, 2020)

Disusun

Oleh

Nama Mahasiswa : Syekila Nazifah

NIM : 5192131001

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya  sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical book
review ini dengan judul buku utama “Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi” dan buku pembanding “Buku Ajar : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum”. Critical Book Review ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Semoga Critical Book Review ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Critical Book Review ini, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

2. Bapak dosen pengampu, Drs. Ramli, MA

Penulis menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf
dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
Critical Book Review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.

Medan, Mei 2021

Penuli
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1 A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

2 B. Tujuan Penulisan CBR

3 C. Manfaat Penulisan CBR

4 D. Identitas Buku yang Direview

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama


B. Ringkasan Buku Pembanding

BAB III PEMBAHASAN

5 A. Pembahasan Isi Buku

6 B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

7 C. Argumentasi (Komentar)

BAB IV PENUTUP

8 A. Kesimpulan

9 B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim dikarenakan rendahnya minat baca
masyarakat pada saat ini. Indonesia masuk dalam salah satu daftar negara teratas yang
darurat membaca. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan
minat membaca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku (Critical Book
Review) ini adalah suatu tulisan atau ulusan mengenai sebuah hasil karya berupa buku,
baik berupa fiksi maupun nonfiksi, juga dapat dikatakan sebagai karya ilmiah yang
melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apa adanya suatu buku yaitu kelebihan dan
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku
kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku
tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok
pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi
buku.
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas
pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan
teori yang dikembangkan serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi
sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku. Selain itu akan tahu mengenai kekurangan
dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu diharapkan kepada pembaca agar
memahami laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan
baik dan bukan hanya sekadar membaca sekilas buku tersebut.

B. Tujuan Penulisan CBR

Alasan dibuatnya Critical Book Review ini adalah untuk :


1. Mengulas isi sebuah buku
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh 
setiap bab dari buku
3. Menambah wawasan tentang akhlak, moral dan etika
4. Meningkatkan keterampilan dalam menulis Critical Book Review
5. Menguatkan Argumen isi Buku mengenai akhlak, moral dan etika.
6. Membandingkan buku yang di kritik dengan teori teori yang ada maupun buku yang
sejenis.
7. Penyelesaian tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

C. Manfaat Penulisan CBR

Manfaat dari Critical Book Review diantaranya :


1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang dikritik.
2. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
lainnya.
3. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku.
4. Memberi masukan kepada pengarang buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.
D. Identitas Buku yang Direview
Buku Utama

1. Judul Buku : Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk


: Perguruan Tinggi
2. Pengarang : Dr. H. H. A. Matondang, M.Ag
: Drs. Manaon Batubara, MA
: Dr. Ramli Nur, MA
: Hapni Siregar, MA
: Hj. Nurmayani, MA
3. Edisi : Kedua
4. Penerbit : CV. Manhaji Medan
5. Kota Terbit : Medan
6. Tahun Terbit : 2020
7. ISBN : 978-602-6918-24-8

Buku Pembanding

1. Judul Buku : Buku Ajar : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan


: Tinggi Umum
2. Pengarang : Dra. Zakiah, M.Pd
: Dr. Sahmiar, M.Ag
: Dra. Sahliah, M.Ag
: Drs. Tagor Muda Lubis, MA.
3. Edisi : Pertama
4. Penerbit : CV. Putra Maharatu
5. Kota Terbit : Medan
6. Tahun Terbit : 2015
7. ISBN : 978-602-7280-3-6
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

MORAL ETIKA DAN AKHLAK

A. Agama Sebagai Sumber Moral


Akhlak memiliki karakter khusus yang bermuatan ajaran Islam. Sementara
moral dan etika memiliki nilai-nilai kebaikan yang tidak saja bermuatan islam tetapi
juga nilai-nilai lainnya.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq. Bentuk jamaknya adalah
khuluq, artinya tingkah laku, perangai dan tabiat. Sedangkan menurut istilah akhlak
adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa berpikir dan merenungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah
sikap yang melekat pada diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah laku atau
perbuatan.
Moral berasal dari bahasa latin Moraes yang berarti adat kebiasaan. Moral
selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat
menjadi standar dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan.
Etika adalah suatu tatanan perilaku berdasarkan sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu. Yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia. Jika
dibandingkan dengan moral, maka etika bersifat teoritis sedangkan moral bersifat
praktis.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar baik dan buruk yang digunakannya. standar baik dan buruk
akhlak berdasarkan al-quran dan Sunnah Rasul sedangkan moral dan etika
berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat.
1. Konsepsi Alquran dan Sunnah Tentang Moral (Akhlak)
Pada intinya konsepsi akhlak di dalam Alquran dan Sunnah adalah segala
perilaku yang baik yang dilaksanakan oleh syara. oleh sebab itu baik dan buruk
dalam Islam haruslah berdasarkan petunjuk sumber ajaran Islam tersebut. Dalam
pada itu orientasi perilaku atau akhlak manusia itu tidak hanya bersifat duniawi
tetapi inklud di dalamnya tujuan-tujuan ukhrawi, dan inilah tujuan yang paling
tinggi yaitu mengabdi kepada Allah SWT yang menciptakannya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari akidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
apabila aqidah Islam telah mampu menolong jiwa seseorang yang menerapkan
syariat dalam kehidupan pribadi dan sosial maka lahirlah akhlak yang baik pada
perilakunya.

Artinya : “Aku hanya diutus (sebagai Rasulullah) untuk menyempurnakan


akhlak dan manusia.” (Hadis iwayat an-Nasa’I dan al-Baihaqi)
Di dalam Alquran disebutkan bahwa pada diri nabi Muhammad Saw.
Ditemukan contoh tauladan yang baik untuk menghantarkan manusia menuju
rahmat Allah.
2. Akhlak yang Baik dan Akhlak Tercela
Menjadi hal yang penting untuk diketahui akhlak mahmudah adalah akhlak
kuliah sementara akhlak mazmumah adalah akhlak yang tercela. Diantara sifat
yang harus dimiliki seorang mukmin dalam kaitannya dengan akhlak adalah :
a. Akhlak Terpuji Mahmudah :
 Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.
 Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak terhitung banyaknya. Logo diungkap dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
Hamdallahh. Sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan keharusan
seperti bersyukur diberi peringatan dengan menggunakan untuk membaca
ayat-ayat Allah baik yang tersurat dalam Alquran maupun yang tersirat
pada alam semesta.
 Tawaduk, yaitu rendah hati, udah selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya orang tua anak muda maupun kaya dan miskin. sikap tawaduk
akan melahirkan ketenangan jiwa dan menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
b. Akhlak tercela mazmumah
 Memperturutkan hawa nafsu, yaitu mengikuti keinginan sahwat tanpa ada
kendala dan bimbingan syara.
 Hanya mengikuti prasangka, perkataan orang yang tidak melakukan
analisis data mengindahkan syariat Allah.
 Takabbur, yaitu sifat sombong dan angkuh terhadap apa yang telah
dimiliki dan dicapai. Padahal sikap ini lahir menjerumuskan iblis ke dalam
kekafiran dan neraka.
 Permusuhan dan melampaui batas merupakan sikap moral yang dibenci
Allah SWT.
 Suka membuat onar dan kerusakan di muka bumi.
 Suka popularitas, pamer dan Maria merupakan bagian perilaku yang buruk
yang diharamkan Allah SWT.
 Dusta, dusta merupakan salah satu sifat orang munafik, sifat ini tidak
pantas dimiliki orang beriman kepada Allah.
 Iri dan dengki
 Khianat, ya itu tidak bersikap amanah terhadap tanggung jawab dan tidak
menepati janji serta anti kebenaran.
B. Akhlak mulia dalam kehidupan
1. Akhlak terhadap Allah dan Rasul
a. Akhlak kepada Allah
Beberapa contoh pengaplikasian seorang mukmin di dalam kehidupannya
terhadap akhlak kepada Allah diantaranya :
 Beribadah kepada Allah, yaitu tidak menyembah kecuali hanya kepada –
Nya.

Artinya : “Hai manusia sembahla Tuhanmu yang telah


menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu
bertaqwa”. (Q.S Al-Baqarah : 21).
 mengakui bahwa hakikat ilmu hanyalah pada Allah sementara manusia
adalah makhluk yang jahil dan bergantung kepada pemberian dan petunjuk
Allah
 Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan baik
sengaja maupun tidak disengaja.
 Allah menjadikan hakim atas segala kehidupan. Maksudnya seorang
hamba menjadikan ayat-ayat Allah sebagai pedoman kehidupannya dan
menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
 Menanamkan optimisme di dalam jiwa terhadap hidayah dan kehendak
Allah.
 Berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.
 Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah asalkan tidak
bertentangan dengan syariat.
 Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menaati akibat dari suatu keadaan.
 Tawadhu kepada Allah, yaitu rendah hati dihadapan Allah.
b. Akhlak kepada Rasulullah Saw
 Mengakui Muhammad SAW sebagai Rasulullah, nabi terakhir utusan
Allah.
 Mengikut keputusan dan sunnahnya.
 Memanggil nabi Muhammad SAW dengan santun dan suara rendah.
 Di dalam surah al-hujurat ayat 1 Allah mengatakan tidak mendahului Allah
dan Rasul di dalam hal berbicara, Yap nih mengambil ketetapan hukum
sebelum menuju ke dalam Alquran dan Sunnah.
 Manusia harus memiliki etika berbicara dengan nabi SAW ketika beliau
masih hidup.
 Sebelum menjumpai nabi SAW hendaklah bersedekah.
 Banyak mengucapkan shalawat kepada beliau dan menjawab shalawat
ketika orang bersholawat kepada beliau.
c. Akhlak terhadap ibu bapak, masyarakat, dan lingkungan
 Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan
ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam
bentuk perbuatan diantaranya :menyayangi dan mencintai ibu bapak
sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut, menaati perintah, meninggalkan beban, serta menyantuni mereka
jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Ketika ibu dan bapak sudah meninggal dunia, kita dapat
mewujudukanrasa berbakti kepada orang tua dengan cara mendoakan dan
meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka yang belum
terpenuhi, meneruskan silaturahim dengan sahabat-sahabat sewaktu
mereka hidup.
 Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
Komunikasi dalam keluarga diekspresikan dalam perhatian baik melalui
kata, isyarat-isyarat, maupun perilaku.
Dari komunikasi tersebut akan lahir saling ketertarikan batin,
keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga serta
menghapuskan kesenjangan di antara mereka. melalui komunikasi seperti
itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-
nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan
mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan menjadi pengukuran
utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang datang kepada mereka
di luar rumah. Nilai esensi yang didikan kepada anak di dalam keluarga
adalah akidah, yaitu keyakinan terhadap Allah tertanam dalam diri anak
sejak dari rumah, maka kemanapun ia pergi dan apapun yang dilakukannya
akan selalu waspada karena merasa tetap diawasi oleh Allah.
 Akhlak kepada lingkungan hidup
Misi agama Islam adalah mengembangkan Rahmat bukan hanya kepada
manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Seperti yang
dijelaskan pada firman Allah :

Artinya : Tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melainkan


untuk mnjadi rahmad bagi seluruh alam”. (Al-Anbiya’ : 107).
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia
sebagai khalifah di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas
memakmurkan, mengelola dan melestarikan alam.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.
memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat
memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan dan
mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi
dengan cara mengambil dan memberi manfaat dari dan kepada alam serta
melarang segala bentuk perbuatan yang merusak alam.
Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi
manfaat yang berlimpah, sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau
hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia.
akibat akhlak yang buruk terhadap lingkungan dapat disaksikan dengan
jelas bagaimana hutan yang dieksploitasi tanpa batas melahirkan
malapetaka kebanjiran yang menghancurkan habitat hewan dan kematian
manusia. eksploitasi kekayaan laut yang tanpa memperhitungkan
kelestarian ekologi laut melahirkan kerusakan habitat hewan laut. Hal ini
akan merugikan manusia dan kelangsungan hidup di bumi. Padahal
semua itu semata-mata mengejar keuntungan ekonomis bersifat
sementara.

B. Ringkasan Buku Pembanding

AKHLAK , ETIKA DAN MORAL

A. Pengertian akhlak, etika dan moral


1. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni khuluqun yang menurut loghat
diartikan sebagai budi pekerti maupun tingkah laku dan tabiat. Sedangkan secara
terminologi akhlak suatu keinginan yang ada dalam jiwa yang akan dilakukan
dengan perbuatan tanpa intervensi atau akal pikiran. Akhlak juga dapat
didefinisikan sebagai daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Menurut yunahar Ilyas akhlak dapat didefinisikan sebagai sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan dan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu
serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Terdapat lima ciri dalam perbuatan
akhlak diantaranya:
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya
bukan main-main atau karena bersandiwara.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan dilakukan karena keikhlasan semata-mata
karena Allah bukan karena dipuji orang atau karena ia mendapatkan pujian.
2. Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-
ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan
bagi pecandu rokok. etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan mempertahankan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Etika merupakan sinonim dari akhlak. Persamaan memang ada karena dua-
duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. tujuan etika dalam
pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia di
setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. tetapi dalam pelaksanaannya etika
mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing golongan dunia tentang
baik dan buruk mempunyai ukuran yang berbeda.
3. Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila.
moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Hal yang
membedakannya adalah etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih
banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat etika memandang tingkah
laku perbuatan manusia secara umum, sedangkan moral menyatakan ukuran
secara lokal.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia
sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang
kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbuatan nyesel aku manusia.
Beberapa perbedaan yang mendasar antara akhlak, moral dan etika dari
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan al-quran dan Sunnah Rasul. Sedangkan moral dan
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat. dengan begitu standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal sedangkan standar alat bersifat universal dan abadi.
B. Karakteristik akhlak Islam
Akhlak nabi Muhammad SAW adalah akhlak Islam. Karena ini bersumber pada
Alquran yang datang dari Allah SWT. Alquran itu sendiri diyakini memiliki
kebenaran mutlak dan tidak ada keraguan sedikitpun dalamnya serta akan berlaku
sepanjang masa untuk semua manusia. Pahlawan Islam memiliki ciri-ciri diantaranya :
 Kebaikannya bersifat mutlak yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam
merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat
luas, kapanpun dan dimanapun.
 Kebaikan yang bersifat menyeluruh yaitu kebaikan yang terkandung didalamnya
merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua
tempat.
 Tetap, langgeng dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung didalamnya bersifat
tetap dan tidak berubah oleh perubahan waktu serta tempat atau perubahan
kehidupan manusia.
 Kewajiban yang harus dipatuhi yaitu kebaikan yang terkandung didalamnya
merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu
bagi orang yang tidak melaksanakan.
 Pengawasan yang menyeluruh, yaitu Allah memiliki sifat maha mengetahui
seluruh isi alam semesta serta apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh
manusia. Maka setiap perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan.
C. Akhlak dan konsep tasawuf
Dalam konsepsi etika atau akhlak, dikenal istilah tasawuf. Beberapa pendapat
menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan latar belakang gerakan moral yang
dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam untuk meningkatkan kualitas kepribadian
kepada Allah SWT dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia.
Mereka hidup dengan amat sederhana sebagai bentuk perlawanan moral terhadap
suasana kehidupan umat ketika itu yang cenderung hidup bermewah-mewah. Tujuan
mereka hanya satu yaitu mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT
sehingga dapat melihat zat Allah dengan mata hatinya dan merasakan kehadiran-Nya
dan secara rohaniah.
Konsepsi etika moral dari segi filosofi dan dasar-dasar bangunannya hingga sikap,
watak dan adat yang masih dipelihara dan dikembangkan oleh manusia, pada dasarnya
telah diletakkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yang
dicontohkan secara konkret oleh Rasulullah dalam perilakunya sehari-hari. Contoh
dari penerapan konsep tasawuf yaitu melatih sikap zuhud dalam pengertian hati tidak
dikendalikan atau didominasi oleh dunia. Berikhtiar dengan keras selalu berserah diri
kepada Allah atas segala hasil yang diraihnya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


AKHLAK

Menurut Buku utama, Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa berpikir dan merenungkan lagi. Dengan
demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan telah
terbentuk dalam tingkah laku atau perbuatan.

Menurut buku pembanding, Akhlak suatu keinginan yang ada dalam jiwa yang
akan dilakukan dengan perbuatan tanpa akal pikiran. Akhlak juga dapat didefinisikan
sebagai daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnungkan lagi. Akhlakbersifat tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia
akan muncul secara spontan bilamana diperlukan dan tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

Berdasarkan pendapat kedua buku, disimpulkan bahwa akhlak merupakan


daya kekuatan jiwa yang bersifat tertanam dalam jiwa manusia, sikap yang melekat pada
diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah laku atau perbuatan. sehingga dia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

ETIKA

Menurut buku utama, Etika merupakan suatu tatanan perilaku berdasarkan


sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Yang menjadi standar baik dan buruk adalah
akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika bersifat teoritis sedangkan
moral bersifat praktis.

Menurut buku pembanding, Etika merupakan kegiatan yang selalu dilakukan


berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan
bagi pecandu rokok. Etika juga diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik
dan mana yang buruk dan mempertahankan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Tetapi dalam pelaksanaannya etika mengalami kesulitan
karena pandangan masing-masing golongan dunia tentang baik dan buruk mempunyai
ukuran yang berbeda.
Berdasarkan pendapat kedua buku, disimpulkan etika merupakan suatu tatanan
perilaku yang berdasarkan sistem tata nilai yang belaku di masyarakat yang sudah
dilakukan secara berulang-berulang dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah untuk
dilakukan dan dapat mempertahankan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.

MORAL

Berdasarkan buku utama, Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik buruknya suatu
perbuatan.
Berdasarkan buku pembanding, Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Moral
senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari
baik buruknya perbuatan nyesel aku manusia.
Berdasarkan pendapat kedua buku, ditarik kesimpulan moral merupakan ide-
ide atau perbuatan manusia yang dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum
atau masyarakat yang pada hakikatnya menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik buruknya perbuatan nyesel aku manusia.

PERBEDAAN MORAL, AKHLAK DAN ETIKA

Dalam kedua buku dijelaskan perbedaan yang mendasar antara akhlak, moral dan
etika dari penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan al-quran dan Sunnah Rasul. Sedangkan moral dan etika
berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. dengan
begitu standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal sedangkan standar alat
bersifat universal dan abadi.
Dalam konsepsi etika atau akhlak, dikenal istilah tasawuf. Beberapa pendapat
menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan latar belakang gerakan moral yang
dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam untuk meningkatkan kualitas kepribadian
kepada Allah SWT dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia.
Konsepsi etika moral dari segi filosofi dan dasar-dasar bangunannya hingga sikap,
watak dan adat yang masih dipelihara dan dikembangkan oleh manusia, pada dasarnya
telah diletakkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yang dicontohkan
secara konkret oleh Rasulullah dalam perilakunya sehari-hari. Contoh dari penerapan
konsep tasawuf yaitu melatih sikap zuhud dalam pengertian hati tidak dikendalikan atau
didominasi oleh dunia. berikhtiar dengan keras selalu berserah diri kepada Allah atas
segala hasil yang diraihnya.
Perwujudan akhlak kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk perbuatan
diantaranya : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan
cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meninggalkan beban, serta
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Perwujudan akhlak kepada keluarga dapat dilakukan dengan mengembangkan
kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu
menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang
akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya. Pendidikan yang ditanamkan dalam
keluarga akan menjadi pengukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang
datang kepada mereka di luar rumah.
Perwujudan akhlak kepada lingkungan dapat dilakukan dengan memakmurkan
alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan
manusia tanpa merugikan dan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Kekayaan alam
yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil dan memberi
manfaat dari dan kepada alam serta melarang segala bentuk perbuatan yang merusak
alam.
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
Dalam kedua buku yang penulis review, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan
dari kedua buku diatas, diantaranya ialah :
1. Dilihat dari aspek tampilan buku, buku utama dan buku pembanding sama-sama
menarik perhatian minat pembaca karena cover buku yang menarik mulai dari segi
warna, desain buku dan penulisan judul bukunya. Tetapi penjilidan pada buku
pembanding ini kurang bagus karena kertas mudah terlepas dari pengeleman bukunya.
Sedangkan pada buku utama penjilidan nya lebih rapi, bagus dan tidak mudah
terlepas.
2. Dilihat dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font nya
lebih kreatif dan lebih bagus pada penggunaan buku utama daripada buku
pembanding. Gaya penulisan pada buku utama terlihat lebih menarik dan tidak
monoton.
3. Dilihat dari aspek isi buku, buku pembanding lebih terperinci dan lebih detail dalam
menyampaikan isi materinya dengan cakupan materi yang lebih luas. Kajian materi
pada buku pembanding lebih mendalam dalam menjelaskan materi, seperti
karakteristik akhlak Islam yang diantaranya ditandai dengan kebaikannya bersifat
mutlak yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang
murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat luas, kapanpun dan dimanapun.
Sedangkan pada buku utama kajian materinya hanya dasar-dasarnya saja tidak
terlalu dijelaskan dengan detail.
4. Dilihat dari aspek tata bahasa, buku utama lebih banyak kesalahan dalam penulisan
katanya, seperti dalam kata “gosif” yang seharusnya menjadi “gosip”., dan kata
“mengiku” yang seharusnya menjadi “mengikuti”.
Sedangkan tata bahasa pada buku pembanding lebih bagus karena tidak adanya
kesalahan dalam penulisan. Tetapi kata-kata yang digunakan pada buku utama lebih
mudah untuk dipahami. Sedangkan pada buku pembanding lebih sukar untuk
dipahami.
5. Pada kedua buku penjelasan materi disertai dengan pendapat para ahli yang
mendukung keabsahan dari materi yang diberikan oleh penulis dari kedua buku
tersebut.
C. Argumentasi (Komentar)
Untuk Buku Utama, saran saya untuk adanya perbaikan yang dilakukan kembali
dalam penulisan kata dan tata layout penyusunan buku agar tidak menimbulkan makna
ambigu dalam membaca teks bacaan.
Untuk buku pembanding, saya ingin memberikan komentar bahwasanya buku ini
sudah tepat untuk digunakanuntuk pembelajaran agama islam di perguruan tinggi. Karena
dari segi bahasa juga sudah bagus dan mudah dipahami pembaca.
Menurut penulis, buku yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran agama
Islam untuk perguruan tinggi adalah buku pembanding, dengan cakupan materi yang lebih
luas sehingga pembaca memperoleh ilmu yang luas, tidak seputar garis besarnya saja.
Pembahasan materi yang ada pada buku pembanding lebih detail dan rinci yang
mencakup materi lebih luas dibandingkan dengan buku utama. Hal itu dapat kita lihat dari
banyaknya materi yang dibahas pada uraian diatas.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis me-review dua judul buku yang sama yaitu buku agama Islam untuk
perguruan tinggi dengan pengarang yang berbeda, penulis dapat menyimpulkan bahwa
terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada setiap buku.
Kajian materi yang dibahas pada buku pembanding lebih lengkap dan detail daripada
buku utama. Buku utama hanya menyajikan materi secara garis besarnya saja dan tidak
dibahas terlalu detail.
Tetapi secara keseluruhan, kedua buku diatas sudah sangat bagus dan patut untuk
dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin membacanya karena dapat menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana penerapan dari akhlak, etika dan moral
dalam kehidupan sehari-hari..

B. Saran
Saran saya untuk kedua buku adalah perlunya juga pembaharuan materi seperti
penambahan materi, agar materi yang disajikan lebih lengkap. Sertakan juga penggunaan
bahasa yang mudah untuk dipahami oleh pembaca. Untuk buku ini sendiri, gunakanlah
bahasa yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak pembaca.
Saran saya untuk penulis Critical Book Review ini adalah untuk lebih belajar
dalam membuat laporan critical book review ini sehingga mendapatkan hasil yang lebih
baik. Harapan saya untuk kedepannya agar sekiranya laporan ini bermanfaat bagi orang
banyak dan menambah wawasan mereka mengenai pembelajaran agama Islam dalam
kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Ramli, Dkk. (2020). Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Medan: CV. Manhaji Medan.

Zakiah, S. S. (2015). Buku Ajar : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Medan: CV. Putra Maharatu.
CRITICAL JURNAL REVIEW

MK. PENDIDIKAN AGAMA


CRITICAL JURNAL REVIEW ISLAM

PRODI S1 Pend. Teknik Elektro

Skor Nilai:

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK


PESERTA DIDIK DI TPQ AL-AZAM PEKAN BARU

(Euis Rosyidah, 2019)

Disusun

Oleh

Nama Mahasiswa : Syekila Nazifah

NIM : 5192131001

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya  sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical journal
review ini guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam,
dengan judul jurnal utama “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak
Peserta Didik Di TPQ Al-Azam Pekan baru”, dengan judul jurnal pembanding “Peranan Guru
PAI dalam Pendidikan Akhlak di Sekolah ”.

Dalam penulisan Critical Journal Review ini, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

3. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

4. Bapak dosen pengampu, Drs. Ramli, MA

Penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan laporan ini dan mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya serta
mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam Critical Journal Review
yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

10 A. Rasionalisasi Critical Jurnal Review

11 B. Tujuan Penelitian Critical Jurnal Review

12 C. Manfaat Penulisan Critical Jurnal Review

13 D. Identitas Artikel Jurnal yang Direview

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama

B. Jurnal Pembanding

BAB III PEMBAHASAN

14 A. Pembahasan Isi Jurnal

15 B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal

BAB IV PENUTUP

16 A. Kesimpulan

17 B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Critical Jurnal Review


Keterampilan membuat Critical Journal Review pada penulis dapat menguji
kemampuan dalam meringkas dan menganalisis serta menyelesaikan masalah dalam
jurnal dan mengenal serta memberi nilai dan mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis.
Seringkali kita bingung dalam memilih jurnal untuk sebagai bahan acuan dalam
belajar yang mudah dipahami. Terkadang kita hanya memilih satu jurnal saja tetapi
hasilnya masih belum memuaskan. Oleh karena itu penulis membuat CJR Pendidikan
agama islam ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih jurnal mengenai Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Peserta Didik Di TPQ Al-
Azam Pekanbaru.
Mengkritik Jurnal (Critical Journal Review) merupakan kegiatan mengulas suatu
jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal.
Kritik jurnal sangat penting karena dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis
dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan peneliti.Sehingga menjadi masukan
berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Critical Journal Review yang berbentuk
makalah ini berisi tentang kesimpulan dari jurnal yang sudah ditentukan dengan judul
“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Peserta Didik Di
TPQ Al-Azam Pekanbaru”. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan bagi penulis khususnya

B. Tujuan Penelitian Critical Jurnal Review


Alasan dibuatnya Critical Journal Review ini adalah untuk :
8. Mengulas isi sebuah jurnal.
9. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh 
setiap bab dari jurnal.
10. Menambah wawasan mengenai upaya guru pendidikan agama islam dalam
pembentukan akhlak peserta didik di TPQ Al-Azam Pekanbaru .
11. Menguatkan Argumen isi Jurnal mengenai bagaimana upaya guru dalam memebntuk
akhlak peserta didik.
12. Untuk meningkatkan keterampilan dalam menulis Critical Jurnal Review
13. Membandingkan jurnal yang di kritik dengan teori teori yang ada maupun jurnal
yang sejenis.
14. Penyelesaian tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

C. Manfaat Penulisan Critical Jurnal Review

Manfaat dari Critical Book Review diantaranya :


1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang dikritik.
2. Menguji kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
lainnya.
3. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah
jurnal.
4. Memberi masukan kepada pengarang jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.
D. Identitas Artikel Jurnal yang Direview
Jurnal Utama

1. Judul Artikel : Peranan Guru PAI dalam pendidikan akhlak di sekolah


2. Nama Jurnal : Mudarrisa : Jurnal Kajian Pendidikan Islam
3. Edisi Terbit : Vol. 6 No. 2
4. Tahun Terbit : 2014
5. Pengarang Artikel : Edi Kuswanto
6. Kota Terbit : Demak
7. Nomor ISSN : 2541-3457
8. Alamat Situs : https://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/

Jurnal Pembanding
1. Judul Artikel : Upaya guru pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak
: peserta didik di TPQ Al-Azam pekanbaru
2. Nama Jurnal : Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam
3. Edisi Terbit : Vol. 9 No. 2
4. Tahun Terbit : 2019
5. Pengarang Artikel : Euis Rosyidah
6. Kota Terbit : Pekanbaru, Indonesia
7. Nomor ISSN : 2580-2453
8. Alamat Situs : http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Pendahuluan
Akhlak merupakan ukuran kepribadian seorang muslim. Akhlaknya seorang
muslim adalah al-qur’an dan as-sunnah. Seseorang yang berkepribadian menurut
alquran dan as-sunnah berarti ia adalah seorang yang berakhlak mulia. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna akhlak yang mulia. Dalam
proses pembelajaran pembentukan akhlak sangatlah penting guna tercapainya tujuan
pendidikan islam, karena tujuan pendidikan islam adalah menjadikan siswa yang
berakhlakul karimah, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Menurut Imam Al-Ghozali akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula
sekedar kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Akan tetapi, akhlak
adalah upaya menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang siap memunculkan
perbuatan-perbuatan, dan situasi itu harus melekat sedemikian rupa sehingga
perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, akhlak merupakan sikap yang
melekat pada diri seseorang yang bukan sesaat tetapi setiap waktu.
Dalam masalah tentang pembentukan akhlak. Ditemukan berbagai penelitian
yang telah melakukan penelitian tentang pembentukan akhlak. Penelitian Tasnim,
Yusrizal, dan Khairuddin (2016) yang meneliti pembentukan akhlak dari aspek
Manajemen Pembelajaran Berbasis Karakter pada SMA Negeri 5 Lhokseumawe.
Kemudian penelitian Fatmawati (2016) yang meneliti pembentukan akhlak dari
aspek Fungsi Tasawuf di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Selain itu penelitian
Titin, Nuraini, dan Supriadi (2014) yang meneliti pembentukan akhlak dari aspek
Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Pada Siswa SMA. Disamping itu ada
penelitian Rais, Rahmat, Mudzanatun, dan Said (2012) yang meneliti
pembentukan akhlak dari aspek Sikap Guru Dalam Pembentukan Akhlak Mulia
Melalui Keteladanan Guru Di SDN Ngaluran 2 Karangan Kab. Demak. Dan yang
terakhir penelitian Abadi dan Faroek (2012) yang meneliti pembentukan akhlak dari
aspek Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak Pada Keluarga
Pegawai.
Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak
Peserta Didik di TPQ Al-Azam Pekanbaru”. Dengan tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apa saja upaya guru dalam pembentukan akhlak peserta didik,
penelitian ini dilakukan agar mempermudah guru-guru atau lebih khususnya guru
PAI yang membaca tulisan ini dalam membimbing peserta didiknya.
2. Deskripsi Isi
a. Hakikat Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak, yang berarti
tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral, etika atau budi pekerti. Kata
akhlak ini lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai
dalam bahasa indonesia sebab akhlak meliputi segi kejiwaan dan tingkah laku
lahiriyah dan bathiniyah seseorang.
Menurut Imam Abu Hamid Al-Ghazali (2004) akhlak adalah suatu sifat
yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu, serta dapat diartikan
sebagai suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.
Dalam islam akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting, bahkan
tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk manusia yang berbudi
pekerti baik atau berakhlakul karimah yang bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Pembagian Akhlak
a) Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak yang baik terhadap Allah SWT dapat dilihat dari tata cara
berucap dan bertingkah laku kepada Allah baik melalui ibadah langsung
kepada Allah seperti halnya sholat, puasa, haji dan ibadah lainnya,
maupun perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan dengan
Allah diluar ibadah langsung.
b) Akhlak terhadap Manusia
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, yang diutus oleh
Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Berakhlak terhadap
Rasulullah SAW diataranya dengan bersholawat kepada Rasulullah,
Beriman kepada Rasulullah dan mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW.
Berakhlak terhadap diri sendiri antara lain: Memelihara kebersihan,
rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat, mengatur makanan dan minuman
yang baik dan halal.
Akhlak anak terhadap orang tua antara lain: tidak melawan perintah orang
tua (selagi tidak melanggar hukum islam), menyayangi dan mencintainya,
serta mengucapkan kata-kata kemuliaan dan kehormatan terhadap orang
tua dan ketika orang tua sudah wafat hendaklah seorang anak mendo’akan
orang tuanya dan memintakan ampunan untuk mereka kepada Allah SWT.
c. Faktor yang mempengaruhi akhlak
a) Adat kebiasaan
b) Keturunan
c) Lingkungan
d) Naluri
d. Upaya guru dalam meningkatkan akhlak peserta didik
Ada dua metode yang digunakan guru pendidikan agama islam dalam
meningkatkan akhlak peserta didik, yaitu:
a) Pembiasaan
Metode pembiasaan ini mendorong dan memberikan ruang kepada
peserta didik pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung,
sehingga teori berat akan menjadi ringan bagi peserta didik bila kerap kali
dilaksanakan.
b) Metode Keteladanan
Metode adalah suatu cara menyampaikan materi pendidikan oleh pendidik
kepada peserta didik, disampaikan secara efisien dan efektif, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah ditentukan. Keteladanan dalam bahasa arab
adalah uswah, iswah, atau qudwah yang berarti perilaku baik yang patut ditiru
oleh orang lain.
e. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan observasi. dengan guru pendidikan agama islam sebanyak 2
orang, kepada sekolah, dan kepala yayasan. Wawancara yang saya lakukan
kurang lebih berlangsung selama satu jam, digunakan untuk memahami
pembentukan akhlak peserta didik. Dengan observasi saya mengamati
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan peserta didik selama berada disekolah
dan mengamati interaksi sehari-hari peserta didik baik dengan temannya atau
dengan gurunya. Teknik pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa
tahapan: pembersihan data, transkrip, koding dan kategorisasi dan interpretasi.
f. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan peneliti di TPQ Al-Azam di kota pekanbaru,
peneliti melihat peserta didik di TPQ Al-Azam sangat heterogen (beraneka
ragam) latar belakangnya. Pembentukan dan pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh TPQ Al-Azam dapat dikatakan berhasil, bisa lihat dari
lulusannya. semua lulusan memiliki hafalan surat-surat pendek minimal 24
surat di juz 30 ditambah dengan hafalan do’a sehari-hari. ini menunjukkan
bahwa usaha guru dalam pembentukan akhlak dan keimanan peserta didik sangat
kuat, guru berusaha semaksimal mungkin untuk membina peserta didiknya.
Dalam pembentukan akhlak peserta didik tidak semua peserta didik mudah
untuk diarahkan, ada beberapa peserta didik yang susah untuk diarahkan kearah
yang lebih baik. Adapun cara yang dilakukan untuk membimbing peserta didik
yang susah diatur ini salah satunya adalah dengan cara memberikan perhatian
lebih kepada peserta didik ini. Dan ini terbukti, peserta didik yang tadinya keras
hatinya dapat lembut dan mudah dibelokkan oleh pendidik.
B. Jurnal Pembanding
1. Pendahuluan
Pendidikan agama sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
tanggung jawab yang sama terhadap pencapaian dari tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak, keagamaan dan
sosial masyarakat. Agama memberikan motivasi hidup dalam kehidupan. Oleh
karena itu agama perlu diketahui, dipahami, diyakini dan diamalkan oleh
manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi
manusia yang utuh.
Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya
yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kebahagiaan lahiriah dan rohaniah. Salah satu ruang lingkup pendidikan
agama adalah pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak di Sekolah merupakan sub
bagian/materi dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, walaupun begitu
dengan adanya Kurikulum 2013, urgensi pendidikan akhlak di Sekolah memiliki
peran yang sangat dominan sehingga dalam struktur Kurikulum 2013
Pendidikan Agama Islam dirubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Hal ini disebabkan karena orientasi pendidikan yang dilakukan pada
pengembangan kompetensi peserta didik bukan lagi berorientasi pada
ketercapaian materi pelajaran. Dengan demikian apapun yang dilakukan oleh
guru/pendidik dalam proses pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi
yang dimiliki peserta didik.
Berdasar pada argumentasi tersebut, persoalan krusial yang muncul adalah
apa yang harus dilakukan guru/pendidik supaya pendidikan akhlak tidak hanya
dipahami oleh peserta didik tetapi mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi Isi
a. Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani
maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta
menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi
pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di
mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa
harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan
pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau
bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan
(stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat
menjadi kebiasaan.
b. Dasar-dasar pendidikan akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan al-Hadis, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur‟an
dan al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik
dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur‟an sebagai dasar akhlak menjelaskan
tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat
manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW
sebagai teladan bagi seluruh umat manusia,
c. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan
pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada anak didik haruslah
mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan
akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena
akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu
adalah tiang dari pendidikan Islam.
d. Peran Pendidikan akhlak di sekolah
Pendidik/guru pada dasarnya memiliki peran yang sangat fital dalam
proses pembelajaran, baik tidaknya kualitas pembelajaran salah satunya
dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya. Pendidik yang memiliki kualitas tinggi
dapat menciptakan dan mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis dan
konstruktif. Mereka juga akan mampu mengatasi kelemahan materi dan
subyek didiknya dengan menciptaka suasana miliu yang kondusif dan strategi
mengajar yang efektif dan dinamis. (Roqib, 2009: 43).
Pada dasarnya tugas pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan
pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Potensi peserta didik ini harus berkembang secara seimbang dan
terintegrasi dalam diri peserta didik.
Abin Syamsuddin menambahkan dengan mengutip pemikiran Gagde
dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta
didik, yang mencakup: (1) Guru sebagai perencana (planner) yang harus
mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar
(pre-teaching problems). (2) Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus
dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia
bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan
yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems). (3) Guru sebagai penilai
(evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan
akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan
proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini menggunakan metode interaktif dan metode non interaktif. Metode
interaktif meliputi observasi berperan dan wawancara, sedangkan metode non
interaktif meliputi observasi dan analisis dalam dokumen. Teknik analisis data
dalam penelitian ini deskriptif-eksploratif.
analisis.
4. Hasil Penelitian
Berangkat dari kondisi nyata, kondisi ideal, serta tujuan pendidikan akhlak di
sekolah sebagaimana telah dijelaskan diatas, dapat dianalisa bahwa peran peserta
guru dalam pendidikan akhlak di sekolah diantaranya guru sebagai organisator,
maksudnya adalah guru harus dapat menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rencana.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Jurnal


Menurut jurnal utama, Peserta didik di TPQ Al-Azam sangat heterogen
(beraneka ragam) latar belakangnya. Sebahagian besar peserta didik yang
dimasukkan ke TPQ ini dari awal sudah pandai mengaji dan mengenal huruf hijaiyah
namun ada juga beberapa peserta didik yang belum pandai mengaji sama sekali.
Upaya yang dilakukan guru-guru di TPQ Al-Azam ini dalam pembentukan
akhlak peserta didik antara lain: (1) Belajar membaca al-qur’an dan menghafal surat-
surat pendek, (2) hafalan do’a sehari-hari, (3) praktek sholat, (4) Membiasakan
mengucapkan salam ketika masuk dan keluar kelas, dan (5) menceritakan kisah-kisah
teladan. Pembentukan akhlak yang dilakukan oleh TPQ Al-Azam dapat dikatakan
berhasil, bisa lihat dari lulusannya. semua lulusan memiliki hafalan surat-surat
pendek minimal 24 surat di juz 30 ditambah dengan hafalan do’a sehari-hari.
Menurut jurnal pembanding, Pada waktu proses pembelajaran: guru
pendidikan akhlak di sekolah memiliki peran sebagai berikut: (a) Guru sebagai
organisator, maksudnya adalah guru harus dapat menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rencana. (b) Guru sebagai fasilitator, artinya guru mampu memfasilitasi siswa
dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. (c) Guru sebagai teman belajar.
(d) Guru sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu
mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam \batas kewenangannya,
harus membantu pemecahannya (remedial teaching). (e) Guru sebagai
transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan
dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik; (f)
Guru sebagai inovator, artinya guru memberikan inovasi-inovasi dalam proses
pembelajaran maupun pengembangan sistem nilai dalam hal ini akhlak. Sesudah
proses pembelajaran: guru pendidikan akhlak di sekolah memiliki peran sebagai
penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan
akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan
proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Berdasarkan kedua jurnal, maka dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam
meningkatkan akhlak anak dapat dilakukan dengan :
a. Belajar membaca al-qur’an dan menghafal surat-surat pendek
b. Hafalan do’a sehari-hari
c. Praktek sholat
d. Membiasakan mengucapkan salam ketika masuk dan keluar kelas
e. Menceritakan kisah-kisah teladan.
f. Guru sebagai organisator, maksudnya adalah guru harus dapat
menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana.
g. Guru sebagai fasilitator, artinya guru mampu memfasilitasi siswa dalam
rangka mengembangkan potensi dirinya.
h. Guru sebagai teman belajar.
i. Guru sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk
mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan
dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam
batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial
teaching).
j. Guru sebagai transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut
melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses
interaksi dengan sasaran didik Guru sebagai inovator, artinya guru
memberikan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran maupun
pengembangan sistem nilai dalam hal ini akhlak.
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel
Dilihat dari aspek ruang lingkup isinya, jurnal ini termasuk jurnal yang sudah
cukup lengkap. Sebagaimana jurnal penelitian pada umumnya, jurnal ini terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut:
a. Judul
Penulisan pada jurnal juga harus diperhatikan dala pembuatan jurnal. Dalam
jurnal tidak boleh memiliki makna ganda. Disarankan judul pada jurnal tidak
boleh lebih dari 12 kata karena nantinya akan membingungkan pembaca.
Pada jurnal utama dan pembanding masih terdapat kesalahan dalam penulisan
judul jurnal. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya jumlah kata yang digunakan
penulis dalam menuliskan judul.
Untuk jurnal pembanding sendiri memiliki kesalahan dalam penulisan judul
jurnal. Seharusnya jurnal ditulis dengan menggunakan huruf capital dan
dipertebal, tetapi hal ini tidak diterapkan pada jurnal pembanding.
b. Abstrak
Kedua jurnal ini memiliki abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Abstrak sendiri berisikan tentang poin – poin untuk menyusun deskripsi singkat
tentang jurnal yang telah dibuat. Jurnal dengan abstrak berbahasa Inggris
merupakan jurnal yang cukup bagus karena bisa dibaca oleh orang dari Negara
lain.
Jika dilihat dari isi abstrak, jurnal utama memiliki abstrak yang sudah bagus,
hal ini dapat dilihat bagaimana penulis memaparkan secara singkat mengenai isi
jurnal. Seperti metode apa yang digunakan penulis dalam mengajarkan akhlak
pada anak agar mempermudah anak untuk memahaminya. Penulis juga
menjelaskan apa sebenarnya yang menjadi tujuan mereka melakukan kegiatan ini.
Serta bagaimana hasil dari penelitian mereka.
c. Pendahuluan
Kedua jurnal ini memiliki pendahuluan yang berisikan mengenai latar
belakang penulis melakukan kegiatan penelitian tersebut serta uraian mengenai
permasalahan yang akan diteliti yang dikaitkan dengan teori yang mendukung.
d. Hasil dan pembahasan
Kedua jurnal ini memberikan hasil dan pembahasan yang disajikan oleh
penulis sudah jelas. Terutama didukung oleh adanya semacam peta konsep yang
diikuti juga dengan penjelasan terhadap apa yang disajikan dalam peta konsep
tersebut. Sehingga hal ini membuat para pembaca mudah mengerti.
2. Dari aspek tata bahasa
Dari aspek tata bahasa jurnal ini menggunakan EYD secara keseluruhan untuk
seluruh isi jurnal agar hasil penelitian yang terdapat dalam jurnal mudah untuk
dimengerti dan dianalisis. Selain itu, penulis juga seharusnya lebih memperhatikan
penggunaan tanda baca untuk jurnal karena terdapat beberapa penggunaan tanda baca
yang berlebihan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan isi jurnal diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya upaya guru dalam meningkatkan akhlak anak dapat dilakukan dengan guru
sebagai fasilitator dapat memfasilitasi siswa dalam rangka mengembangkan potensi
dirinya dan membimbing siswanya dalam proses belajar, mengajarkan siswa untuk
membaca alquran serta menghafalkan surat-surat pendek, melafalkan doa sehari-hari,
senantiasa shalat tepat waktu.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai artikel jurnal ini adalah hendaknya untuk
para peneliti dapat melanjutkan studi yang berkaitan dengan peran guru ini untuk
pembuatan jurnal berikutnya, tetapi dengan menggunakan topik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, E. (2014). Peranan Guru PAI dalam Pendidikan . Mudarrisa: Jurnal Kajian
Pendidikan Islam, 194-220.

Rosyidah, E. (2019). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Peserta
Didik di TPQ AL-Azam Pekanbaru . Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 181-189.
LAPORAN REKAYASA IDE

REKAYASA IDE MK. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PRODI S1 Pend. Teknik Elektro

Skor Nilai:

USAHA UNTUK MEMPERBAIKI ETIKA, MORAL, DAN


AKHLAK MASYARAKAT
Disusun

Oleh

Nama Mahasiswa : Syekila Nazifah

NIM : 5192131001

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah Swt., atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Usaha Untuk Memperbaiki Etika, Moral, dan Akhlak Masyarakat”.
Adapun makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi
salah satu referensi bagi pembaca.

Penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis


dalam menyusun makalah ini. Penulis tidak lupa juga berterima kasih kepada
bapak dosen pengampu yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah ini. Penulis minta maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam
tulisan makalah ini, karena pada dasarnya penulis masih seorang mahasiswa yang
masih dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu

1.2 Tujuan TRI

1.3 Manfaat TRI

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Umum

2.2 Identifikasi Permasalahan

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pergaulan Bebas

3.2 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Korupsi

3.3 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bullying

3.4 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pelecehan Seksual

3.5 Solusi dan Pembahasan Permasalahan LGBT

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu


Harian Kompas memberitakan bahwa berdasarkan indeks persepsi korupsi,
yang dilaksanakan oleh lembaga survei Transparency International,  Indonesia
masih masuk jajaran negara-negara terkorup dengan menempati peringkat ke-118
dari 174 negara. (Kompas, 2012). Di harian yang sama, Badan Kehormatan DPR
melaporkan ada 28 anggota dewan tersangkut masalah moral dan etika. Negeri ini
berada dalam krisis multidimensional yang tak kunjung usai, kondisi  diperburuk
dengan krisis moral dan budi pekerti para pemimpin bangsa yang berimbas
kepada generasi muda. Tawuran antar pelajar, perilaku seks bebas,
penyalahgunaan narkoba, budaya tak tahu malu, tata nilai dan norma yang
semakin merosot tidak hanya di perkotaan tapi sudah merambah ke pedesaan
(Zuriah, 2007). Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan
dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang
dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan
karakter bangsa.  Upaya mengatasi kondisi tersebut maka diperlukan pemahaman
dan langkah untuk membangun kembali karakter bangsa sesuai nilai-nilai
Pancasila.
Di Indonesia, permasalahan moral dari hari ke hari semakin bertambah, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Berbagai kasus moral terus menghiasi
berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Kasus KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme) yang semakin membudaya, pelanggaran HAM, pelecehan
seksual, pornografi, pelacuran, dan penyalahgunaan narkoba menjadi
permasalahan yang terkesan biasa di mata masyarakat kita sekarang, bukan
sesuatu yang luar biasa dan mengejutkan lagi.
Upaya-upaya untuk memberantas (minimal mengurangi) kasus-kasus moral
tersebut terus dilakukan oleh pemerintah (aparat berwajib) maupun masyarakat
kita, namun hasilnya belum memuaskan. Dibuatnya Undang-Undang yang
mengatur masalah tersebut serta keberadaan lembaga-lembaga negara yang
menangani kasus-kasus tersebut ternyata belum menjadi “senjata ampuh” yang
dapat menghentikan bangsa kita dari tindak pelanggaran moral tersebut. Upaya
alternatif yang bisa ditempuh di antaranya adalah melakukan gerakan besar-
besaran yang melibatkan semua golongan atau elemen dalam masyarakat, baik
yang tergabung dalam partai-partai politik, organisasi massa, LSM maupun
perkumpulan-perkumpulan lainnya, untuk memberantas kasus-kasus moral yang
ada yang dimotori oleh kepemimpinan yang bersih dan berwibawa dari para elite
kita. Semangat jihad bagi kalangan Muslim juga menjadi “ruh” yang dapat
menjadi pemicu dalam melakukan gerakan-gerakan tersebut. Alternatif lain yang
juga sangat penting adalah melalui pendidikan, baik formal, informal, maupun
nonformal. Dengan upaya-upaya inilah barangkali kasus-kasus moral di negara
kita bisa diminimalisasi, meskipun butuh waktu dan proses yang panjang.

1.2 Tujuan TRI


Rekayasa Ide ini bertujuan:

a. Mengulas sebuah permasalahan yang ada saat ini.

b. Mengetahui kasus-kasus moral yang terjadi dilingkungan masyarakat.

c. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap permasalahan yang terjadi yang berkenaan dengan moral dilingkungan
masyarakat.
d. Mengetahui informasi upaya-upaya apa yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat untuk memberantas atau mengurangi kasus-kasus moral serta
pemberian paya atau solusi dari penulis.
e. Memenuhi tugas KKNI mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

1.3 Manfaat TRI


Adapun manfaat Rekayasa Ide ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

b. Untuk menambah pengetahuan para pembaca.

c. Memudahkan pembaca dalam memahami isu atau permasalahan yang ada.

d. Melatih penulis berpikir kritis.


BAB II IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Umum


Dewasa ini masalah akhlak dan moralitas di kalangan muda-mudi, khususnya
pelajar dan mahasiswa sudah menjadi problema umum dan merupakan persoalan
yang belum ada jawabannya secara tuntas. Bahkan belakangan ini sering terjadi
berbagai macam bentuk kriminal yang dilakukan oleh para pelajar. Mereka mudah
sekali terprovokasi dan mudah marah sehingga terjadi tawuran atau bentrokan di
antara mereka, banyak pula di antara mereka terlibat dalam pemakaian dan
peredaran narkoba. Bukan hanya itu para pelajar begitu bebas bergaul dengan
lawan jenis yang ditunjukkan dengan maraknya perilaku seks bebas, fenomena
hamil di luar nikah, juga tindakan aborsi yang dipandang sebagai hal biasa dan
wajar-wajar saja tanpa rasa dosa. Bahkan akhlaknya terhadap guru dan orang tua
pun sepertinya kurang hormat dan tawadlu.
Permasalahan yang kita hadapi hari ini hidup pada zaman penuh kerusakan
dan kehancuran moral. Orang merasa bangga apabila bisa meniru trend yang
diusung oleh Barat; baik dalam pemikiran maupun gaya hidupnya. Ironisnya,
tidak sedikit generasi Islam yang terpedaya dengan trend tersebut. Mereka
menjadikan nilai-nilai Barat sebagai standar perilaku dan akhlak mereka.
Sementara itu, akhlak Islam semakin terasa asing dan berat untuk dipraktekkan di
tengah-tengah masyarakat yang menghadapi permasalahan demikian plural dan
kompleks. Teladan gemilang kemuliaan akhlak generasi salaf seakan-akan
hanyalah kenangan sejarah yang hampir punah dan telah jauh meninggalkan
zaman kita.
Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam
jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks
namun sarana pemenuhan kenutuhan terbatas. Ada sebagian orang yang belum
dapat memenuhi kebutuhanya, sehingga menyebabkan beberapa dari mereka
menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhanya.
Akhlak tercela tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja namun juga terjadi
pada sebagian besar para remaja. Remaja sering dikaitkan dengan masalah.
Banyak pengaruh serta tekanan dari luar yang kebanyakan menjerumuskan kepada
hal-hal yang negatif. Apabila sudah terpedaya pada hal-hal yang negatif, akhlak
remaja mudah rusak sehingga menimbulkan berbagai masalah. Padahal pemuda
adalah generasi penerus bangsa, namun pada kenyatanya sebagian besar remaja
pada saat ini sudah terjerumus dalam hal negatif, seperti seks bebas, narkoba, dan
lain-lain.

2.2 Identifikasi Permasalahan


Mengkaji masalah moral, maka akan terkait dengan etika dan akhlak,
meskipun diantara ketiganya terdapat persamaan dan perbedaan. Menurut Amin
Syukur (2010: 11) terdapat persamaan dan perbedaan antara etika dan moral.
Persamaannya, kedua-duanya sama-sama mengkaji tentang ukuran baik dan
buruk. Sedangkan perbedaannya adalah etika melingkupi wilayah teori dari
ukuran-ukuran tersebut, dan moral adalah kenyataan praktis diwujudkannya
ukuran-ukuran tersebut dalam perbuatan manusia. Contoh permasalahan moral
yang terjadi adalah :
a. Pergaulan Bebas

Kasus generasi muda yang masih duduk dibangku sekolah yang salah dalam
memilih pergaulan dan pada akhirnya mereka terjerumus dalam pergaulan bebas.
Di masa sekarang ini anak SMP sudah banyak yang melakukan perbuatan yang
menyimpang seperti salah dalam mengartikan seksual dan melakukan hubungan
seksual.
b. Korupsi

Maraknya kasus korupsi yang dilakukan merupakan cerminan bahwa moral


Indonesia sudah jatuh dibawah titik terendah. Korupsi tentunya mempengaruhi
semua masyarakat‚ karena dana yang mereka ambil untuk kepentingan mereka
sendiri adalah dana untuk kepentingan masyarakat dan negara. Kasus anggota
DPRD di Malang yang 41 dari 45 anggotanya menjadi tersangka korupsi.
Menjadikan krisi moral dan etika yang dialami oleh bangsa Indonesia ini masih
sangat sulit untuk dikendalikan. Selan itu‚ sistem politik di Indonesia ini membuat
seseorang berburu kekuasaan dengan cara menghalalkan segala cara.
c. Bullying

Kasus bullying seringkali terjadi terhadap anak-anak dibawah umur dan


pelakunya juga banyak yang masih dibawah umur. Bullying merupakan salah satu
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang dengan
sengaja melakukan tindakan-tindakan yang bersifat negatif secara berulang kali
yang tujuannya adalah menyakiti, merendahkan, atau menjatuhkan harga diri
orang lain. Bullying ini terjadi karena ada kesenjangan antara pelaku dan
korbannya.
d. Pelecehan Seksual

Dibandingkan laki-laki, kaum wanitalah yang paling sering mengalami


pelecehan seksual. Penyimpangan seksual yang satu ini menjadi kontoversial
karena beberapa orang berpikir bahwa ketika seorang wanita tidak memakai
pakaian yang mengundang kejahatan maka pelecehan seksual tersebut tidak akan
terjadi, sebaliknya ada juga yang berpikir bahwa jika seorang laki-laki sudah
memiliki niat untuk melakukan pelecehan seksual, orang yang memakai pakaian
tertutup pun tidak dihiraukannya.
e. LGBT

Saat ini banyak kaum LGBT yang memperjuangkan hak mereka untuk diakui
masyarakat dan pemerintah. LGBT adalah penyimpangan moral karena selain
dilarang oleh pemerintah Indonesia. LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay,
Bisexual and Transgender. Namun LGBT sekarang berkembang menjadi
LGBTQ. Q adalah Queer yang berarti homoseks. Lesbian berarti seorang wanita
yang memiliki rasa suka terhadap sesama jenis, begitupun juga gay yang berati
rasa suka seorang pria terhadap sesama jenisnya, biseksual adalah seseorang yang
tertarik terhadap lawan jenis dan juga sesama jenis, sedangkan transgender adalah
seseorang yang ingin mengubah kuadrat dirinya, sebagai contoh seorang laki-laki
yang merasa dirinya adalah perempuan dan kemudian memutuskan mengubah
identitas dirinya yang adalah lelaki menjadi perempuan.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pergaulan Bebas


Menurut Zaenuddin dalam laman blog https://artikelsiana.com/pengertian-
pergaulan-bebas-penyebab/ solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pergaulan bebas antara lain sebagai berikut:

a. Menyadari, menyesali dan mendekatkan diri kepada Allah

Bagi seseorang yang salah dalam pergaulan, solusi yang paling utama dalam
megatasinya adalah dengan menyadarkan diri sendiri atas perbuatan buruk yang
dilakukan, kemudian menyesali segala dosa-dosa yang telah dilakukan. Setelah
itu, mendekatkan diri kepada Sang Khaliq untuk meminta pengampunan dan
penerimaan taubat
b. Memperbaiki Cara Pandang

Bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan untuk mendidik anak untuk
berusaha dan menerima hasil usaha walaupun tak sesuai dengan apa yg dinginkan
sehingga apabila hasilnya mengecewakan dapat menanggapi dengan positif.
c. Jujur Pada Diri Sendiri

Menyadari dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga tidak
menganiyaya emosi dan diri mereka sendiri.
d. Menanamkan Nilai Ketimuran

Nilai ketimuran atau nilai keislaman sangat penting dalam membentuk


kepribadian seseorang dengan meningkatkan keimanan sebagai pegangan atau
perisai untuk berpikir ke pergaulan bebas.
e. Menjaga Keseimbangan Pola Hidup

Maksudnya adalah dengan manajemen waktu, emosi dan energi agar selalu
berpikir positif dengan kegiatan ositif setiap hari.
f. Banyak Beraktivitas Secara Positif

Dengan aktivitas positif maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal negatif.
g. Berpikir Masa Depan

Berpikir masa depan adalah agar dapat menyusun langkah-langkahnya dalam


menggapai masa depan yang ia cita-citakan yang dia impikan agar tidak menjadi
seorang yang hampa tanpa harapan dan tanpa cita-cita.
h. Mengurangi Menonton Televisi

Televisi menjadi sumber informasi yang mendidik, Namun kenyataannya


bertolak belakang, karena kebanyakan televisi hanya menyiarkan hiburan-hiburan
dengan nilai-nilai gaya hidup bebas.
i. Selalu Membaca Buku

Membaca buku memberikan kita wawasan luas baik itu wawasan dalam
pelajaran di sekolah maupun wawasan akan kehidupan yang baik dan mengetahui
lebih cepat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
j. Berkomunikasi dengan Baik

Dengan berkomunikasi dengan baik kita dapat berhubungan baik dengan


masyarakat dan membuat masyarakat tahu akan diri dan tidak mengajak kepada
hal yang negatif karena lingkungan atau masyarakat tidak akan mengganggu.
k. Sosialisasi Bahaya Pergaulan Bebas

Dengan sosialisasi akan bahaya pergaulan bebas membuat masyarakat


terutama para remaja mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari pergaulan bebas
sebagai langkah pencegahan.
l. Menegakkan Aturan Hukum

Dengan penegakan aturan hukum memberikan efek jera kepada pergaulan


bebas dan sebagai benteng terakhir untuk menyelamatkan generasi muda anak.

3.2 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Korupsi


Dilansir dari laman blog https://dosenppkn.com/penyebab-korupsi/ terdapat
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dan menghentikan
tindak korupsi antara lain, sebagai berikut :

a. Mempertebal iman kepada Allah

Kepercyaan menjadi salah satu segemen penting dalam pengamalan Sila 1


Pancasila, setiap warga negara Indonesia ini memiliki keyakinan yang diharapkan
membawa perubahan atas sikap serta prilaku di keseharian. Oleh karena itulah
cara penanganan yang pertama kali bisa dilakukan dengan mempertembal
keimanan kepada Allah.
b. Memperkuat penegakan hukum kepada pelaku korupsi

Landansan hukum yang telah diatur dalam Amandemen UUD 1945 atau
sebelumnya memberi penegasan bahwa setiap dewan negara haruslah aman dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Kondisi inilah menjadi faktor penenanganan korupsi
yang perlu dilakukan, yakni dengan memberikan penagakan hukum lebih kuat.
c. Meningkatkan pendidikan mengenai korupsi

Kurikulum tentang cara mengatasi korupsi perlu dilakukan kepada


masyarakat, dalam berbagai aspek implementasinya keadaan ini bisa dilakukan
dengan memberikan sosialisasi, inetrakasi sosial, ataupun bisa dijalankan di
sekolah dan keluarga.
d. Ideologi Pancasila

Kondisi lainnya yang perlu dilakukan dalam pengentasan korupsi ialah


dengan memberikan serta menjalankan pedoman hidup sebagaimana semua itu
diatur secara utuh dalam Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa yang
tertuang melalui butir-butir nilainya.

3.3 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bullying


Berdasarkan laman blog https://nsholihat.wordpress.com/ta/cara-mengatasi-
bullying/ terdapat beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah dan
menangani kasus Bullying, antara lain sebagai berikut:
a. Solusi buat orang tua atau wali orang tua jika anaknya menjadi korban
intimidasi (bullying) di sekolah. Beberapa di antaranya:
Satukan Persepsi dengan Istri/Suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk
satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di
sekolah. Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin
tertekan. Kesamaan persepsi yang dimaksud meliputi beberapa aspek,
misalnya: apakah orang tua perlu ikut campur, apakah perlu datang ke
sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi, termasuk apakah
perlu lapor ke polisi.
b. Pelajari dan kenali karakter anak. Perlu disadari, bahwa satu satu penyebab
terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter
yang mudah dijadikan korban. Dengan mengenali karakter anak kita, kita
akan bisa mengantisipasi berbagai potensi intimidasi yang menimpa anak
kita, atau setidaknya lebih cepat menemukan solusi (karena kita menjadi lebih
siap secara mental).
c. Jalin komunikasi dengan anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup
nyaman (meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita orang
tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai
hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau
belum.
d. Jangan terlalu cepat ikut campur. Idealnya, masalah antar anak-anak bisa
diselesaikan sendiri oleh mereka, termasuk di dalamnya kasus-kasus bullying.
Oleh karena itu, prioritas pertama memupuk keberanian an rasa percaya diri
pada anak-anak (yang menjadi korban intimidasi). Kalau anak punya
kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik, perlu kita tanamkan sebuah
kepercayaan bahwa itu merupakan pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang
memalukan. Kedua, jangan terlalu “termakan” oleh ledekan teman, karena
hukum di dunia ledek-meledek adalah “semakin kita terpengaruh ledekan
teman, semakin senang teman yang meledek itu”.
e. Masuklah di saat yang tepat. Jangan lupa, bahwa seringkali anak (yang
menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut
campur. Situasinya menjadi paradoksal: Anak kita menderita karena
diintimidasi, tapi dia takut akan lebih menderita lagi kalau orang tuanya turut
campur. Karena para pelaku bullying akan mendapat „bahan‟ tambahan, yaitu
mencap korbannya sebagai “anak mami”, cemen, dan sebagainya. Oleh
karena itu, harus benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika
memutuskan untuk ikut campur menyelesaikan masalah.
f. Kalau perlu, intimidasilah pelaku intimidasi. Tentu saja pendekatan yang
agak-agak bergaya „preman‟ ini sebaiknya menjadi pilihan terakhir (sebelum
lapor ke polisi, mungkin).
g. Jangan ajari anak lari dari masalah. Dalam beberapa kasus, anak-anak kadang
merespon intimidasi yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah
sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari dari masalah. Jadi, sebisa
mungkin jangan dituruti. Kalau ada masalah di sekolah, masalah itu yang
mesti diselesaikan, bukan dengan „lari‟ ke sekolah lain.
h. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu
bukalah mata dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk
mendengarkan masukan pihak lain.
i. Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia
alami sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam
dan potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan
pihak sekolah (guru). Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada
perubahan emosi atau fisik anak anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi
yang berbeda yang ditunjukkan anak anda di rumah dan di sekolah (ada atau
tidak ada orang tua/guru/pengasuh).
j. Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka
tentang anak anda. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.
k. Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani
pelaku.
Pencegahan untuk anak yang menjadi korban bullying:

a. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama


ketika tidak ada orang dewasa/guru/orang tua yang berada di dekatnya. Ini
berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau
berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat
berbentuk fisik dan psikis.
a) Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik
(bersepeda, berlari), kesehatan yang prima.
b) Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat,
kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana),
kemampuan menyelesaikan masalah.
b. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak
menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain
kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan pada
poin sebelumnya. Maka, yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk
bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap
mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
c. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali
kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan
anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan
kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak
dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah
diupayakan untuk tidak terulang.
d. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya
atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak
tidak terpilih menjadi korban bullying.
Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying:

a. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa
tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga
ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
b. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu
penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan
ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena
pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh
agresifitasnya yang berbeda.
c. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.

Dari Masalah ke Akar Masalah

Khalifah Umar bin Khattab, pernah mengajarkan teknik problem solving


dengan berorientasi kepada penyelesaian akar masalah. Konon suatu hari,
seseorang dilaporkan kepada Sang Khalifah karena telah mencuri. Si pelapor
meminta kepada khalifah untuk menjatuhkan hukuman yang seberat-beratnya
kepada si pencuri. Khalifah Umar bin Khattab tahu bahwa potong tangan
merupakan sanksi bagi si pencuri. Tetapi, beliau ternyata tidak menghukumnya,
setelah tahu bahwa kelaparan dan paceklik menjadi penyebab orang itu mencuri.
Akhirnya si pencuri dibebaskan. Selanjutnya, sebagai khalifah, dia berusaha untuk
membuat program yang mensejahterakan rakyatnya. Hasilnya, pencurian dan
kriminalitas tidak lagi terdengar di kalangan rakyatnya. Karena, kelaparan dan
paceklik, yang menjadi akar masalah, sudah diselesaikannya.
Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, perlu ditiru oleh
siapapun yang akan menyelesaikan masalah kekerasan di kalangan pelajar. Umar
bin Khattab tidak langsung menghukum si pencuri. Melalui otaknya yang jenius
serta hatinya yang tenang, beliau menangkap sinyal ketidakberesan di tengah-
tengah masyarakatnya.
Demikian juga dalam menghadapi kasus bullying. Tidak cukup hanya
menghukum para pelajar yang melakukannya. Sebab, banyak faktor yang dapat
dihubungkan sebagai akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya bullying.
Misalnya, sistem pendidikan yang tidak membebaskan, suasana belajar yang tidak
kondusif, langkanya keteladanan guru dan pelajar senior, pengaruh negatif media
massa, keluarga yang broken home, serta masih banyak faktor penyebab lainnya.
Tidak heran, jika banyak orang berpendapat bahwa menyelesaikan masalah
bullying tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena akar masalahnya
tidak tunggal; banyak dan kompleks. Akan tetapi, walaupun rumit, kita perlu
mencari jalan keluarnya. Allah Swt., dalam Al-Qur‟an Surat Alam Nasyrah [94]:
5-6 menegaskan: ”Sesungguhnya di dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Dan
sesungguhnya di dalam kesulitan pasti ada kemudahan”.

3.4 Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pelecehan Seksual


Menurut Aniza Rizki dalam laman blog https://lapan6online.com/solusi-
permasalahan-kekerasan-seksual/, terdapat beberapa solusi dalam menangani
permasalahan pelecehan seksual adalah Islam. Islam telah menurunkan
seperangkat aturan mengenai menutup aurat sekaligus menundukkan pandangan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Surah An-Nur ayat 30 yang
artinya, “Katakanlah kepada mukmin laki-laki: ”Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
Para muslimah diperintahkan untuk berpakaian menutup aurat dan tidak
menampakkan aurat mereka kepada laki-laki yang selain mahram (QS. An-nur
[24] : 31). Begitupun ketika keluar rumah, para wanita diperintahkan mengenakan
kerudung/khimar dan jilbab/gamis yakni semacam baju kurung atau jubbah di luar
pakaian rumahan mereka (QS. Al-Ahzab [33] : 59).
Selain itu, Islam juga melarang perempuan berkhalwat (berduaan) dengan
laki-laki dan melarangnya berpergian kecuali ia disertai mahramnya. Rasulullah
Saw., bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang
perempuan dan janganlah seorang perempuan berpergian, kecuali bersama
perempuan itu mahram.” (HR. al-Bukhari).
Islam menutup celah kejahatan seksual dengan melarang ikhtilath (campur
baur) laki-laki dengan perempuan. Kehidupan laki-laki dengan perempuan pada
dasarnya terpisah, kecuali interaksi tertentu yang dibenarkan oleh syariat seperti
dalam rangka jual beli, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Islam tegas melarang apa saja yang mendekatkan kepada zina. Di sinilah
peran negara untuk melarang segala hal yang dapat memicu dan mendorong ke
kepada zina, seperti konten pornografi dan pornoaksi. Islam juga memiliki sistem
sanksi yang tegas yang dapat mencegah kejahatan dan memberi efek jera.
Jelaslah bahwa solusi seluruh permasalahan kekerasan seksual adalah dengan
penerapan Islam secara total, menyeluruh. Syariat Islam memiliki tiga pilar dalam
penerapannya yaitu ketakwaan individu, kontrol sosial dalam masyarakat dan
penerapan syariat Islam secara menyeluruh oleh Negara. Dengan adanya
ketakwaan individu, akan menjauhkan diri dari melakukan kekerasan seksual
karena adanya kesadaran bahwa hal tersebut merupakan tindakan criminal yang
menjadikan pelakunya berdosa.
Kontrol masyarakat dilakukan melalui aktivitas amar ma‟ruf nahi munkar.
Masyarakat akan segera mengingatkan setiap kali ada pelanggaran hukum syara‟,
termasuk yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Penerapan syariat Islam
secara menyeluruh oleh Negara bermakna Khalifah memiliki wewenang penuh
atas penerapan hukum Islam secara kaffah di tengah-tengah masyarakaat yang
akan menjamin perlindungan terhadap masyarakatnya. Inilah tiga pilar dasar yang
akan menjamin keberhasilan penerapan syariat Islam. Apabila tiga pilar ini
berjalan dan berfungsi secara optimal, maka hukum Allah benar-benar akan
mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.

3.5 Solusi dan Pembahasan Permasalahan LGBT


Dilansir dari laman blog https://www.alkhoirat.net/2015/07/masalah-lgbt-
dan-solusinya.html, terdapat solusi dari permasalahan LGBT adalah sebagai
berikut:
a. Pertama, seseorang yang mengindap penyakit LGBT harus segera disadarkan
dan menyadari kemudian menyesali akan orientasi seksual yang menyimpang
ini. Kesadaran seperti ini penting karena merupakan langkah awal yang
sangat baik menuju pertaubatan pada Allah. Secara ilmiah diakui oleh para
ahli bahwa orientasi sek-sual sejenis adalah penyimpangan dan
ketidaknormalan yang sebenarnya bisa disembuhkan. Di samping itu, hanya
manusia yang merasa salah yang akan bertaubat, dan selagi dia mau
bertaubat, maka Allah akan membuka pintu taubatnya.
b. Para pengidap LGBT sebaiknya segera mencari obat agar penyakitnya dapat
terobati. Proses terapi tentunya tidak akan sama antara satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, hendaknya terus berusaha berobat, tetap sabar dan tetap
punya harapan tinggi akan kesembuhannya.
c. Seperti disebutkan di poin 1, jangan pernah putus atas atas rahmat Allah.
Tetaplah berusaha mengobati penyakit yang di derita dan teruslah berdoa
padaNya dalam setiap shalat 5 waktu yang dilakukan. Dan teruslah bertaubat
dengan taubat nasuha setiap hari. Dalam situasi seperti anda, usaha lahir dan
usaha batin yang seimbang sangatlah penting karena penyakit psikis menurut
Al-Quran bukan hanya timbul dari diri sendiri tapi juga godaan dari syaitan.
keberuntungan rezeki dalam banyak kasus tidak ada kaitannya dengan apakah
d. Yang terakhir, pengidap LGBT harus menyegerakan kembali ke jalan Allah
dengan mengikuti ajaranNya dan menjauhi laranganNya. Jauhi pergaulan
yang buruk dan carilah teman yang baik yang sekiranya akan semakin
mempertebal keimanan dan keoptimisan anda. Baca bacaan yang sehat yang
dapat memotivasi hidup anda ke arah yang lebih baik. Seorang muslim yang
baik akan selalu optimis akan masa depannya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sebagai upaya untuk menangani berbagai kasus kemerosotan etika, moral dan
akhlak di negeri ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan,
baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan yang baik dan
berkualitas akan menjamin terbinanya insan-insan yang religius dan berbudi
pekerti luhur serta memiliki kecerdasan sesuai dengan bidangbidang yang
ditekuni. Karena melalui pendidikan inilah kita dapat menyiapkan para pemimpin
bangsa yang memiliki iman yang kokoh dan budi pekerti yang luhur serta mampu
menjadi pengawal moral dalam membawa negara dan bangsa kita di masa-masa
yang akan datang.

4.2 Saran
Sebagai bangsa yang baik yang juga memegang teguh nilai-nilai agama,
tidaklah patut jika kita hanya berpangku tangan melihat kejahatan moral yang kian
hari kian bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kita harus melakukan
penanganan terhadap kasus-kasus moral ini sesuai dengan tugas dan kapasitas kita
masing-masing. Mulailah dari diri kita masing-masing, lalu terhadap orang-orang
yang terdekat dengan kita hingga orang-orang lain yang jauh dengan kita. Kita
berdoa kepada Allah Swt. mudah-mudahan bangsa dan negara kita selalu dalam
lindungan-Nya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-khoirot, KSI. 2015. Masalah LGBT dan Solusinya. Diakses pada 25 November
2020, jam 22.31 WIB.

Dosen PPKN. 2018. Penyebab Korupsi di Indonesia dan Solusinya.


https://dosenppkn.com/penyebab-korupsi/. Diakses pada 25 November
2020, jam 21.55 WIB.
Matondang, H. A., dkk.. 2020. ISLAM KAFFAH: Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi. Medan: CV. Manhaji Medan.

Rizki, Aniza. 2020. Solusi Permasalahan Kekerasan Seksual. Diakses pada 25


November 2020, jam 22.17 WIB.

Sholihat, Neni. 2012. Cara mengatasi bullying.


https://nsholihat.wordpress.com/ta/cara-mengatasi-bullying/. Diakses pada
25 November 2020, jam 22.03 WIB.

Zaenuddin. 2020. Pengertian Pergaulan Bebas, Penyebab, Akibat & Cara


Mengatasi. https://artikelsiana.com/pengertian-pergaulan-bebas-penyebab/.
Diakses pada 25 November 2020, jam 21.45 WIB.

http://digilib.uinsby.ac.id/1928/4/Bab%201.pdf. Diakses pada 25 November 2020)


http://eprints.uny.ac.id/2605/1/7._Penanganan_Kasus-

kasus_Moral_di_Indonesia_Perspektif_Islam.pdf. Diakses pada 25


November 2020.

https://www.kompasiana.com/ditarahayu/54f7ae21a33311541d8b478c/makalah-
krisis-moral-remaja-pada-era-globalisasi. Diakses pada 25 November 2020.

https://www.kompasiana.com/aulian/5bc5a03e6ddcae27482ee384/krisis-moral-
bangsa-indonesia?page=2. Diakses pada 25 November 2020

MINIRISET LAPORAN MINIRISET

MK. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PRODI S1 Pend. Teknik Elektro

Skor Nilai:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI STRATEGI PEMBENTUKAN
MORAL DAN KARAKTER SISWA

Disusun

Oleh

Nama Mahasiswa : Syekila Nazifah

NIM : 5192131001

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pendidikan Agama Islam
Sebagai Strategi Pembentukan Moral Dan Karakter Siswa”.
Pada dasarnya tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

Dalam menyusun laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Ramli, MA, selaku dosen pembimbing mata kuliah pendidikan agama
Islam.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki laporan selanjutnya. Semoga
laporan ini dapat dipahami oleh para pembaca, dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Medan, Mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN

1.18 A. Latar Belakang Masalah

1.19 B. Rumusan Masalah

1.20 C. Tujuan Penelitian

1.21 D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

1.22 A. Pendidikan Agama Islam

1.23 B. Proses Pendidikan Agama Islam

1.24 C. Pengertian Moral

1.25 D. Hubungan Antara Moral dan Agama

1.26 E. Bentuk Moral Siswa

BAB III METODE PELAKSANAAN

1.27 A. Jenis Penelitian

1.28 C. Teknik Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.29 A. Kesimpulan

1.30 B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
EXECUTIVE SUMMARY

Maraknya fenomena penyimpangan moral dari generasi saat ini membentuk


keprihatinan yang berkelanjutan. Penyimpangan yang dimaksud yaitu seperti free sex,
bullying, dan penggunaan narkoba. Tidak hanya ini, kerap ditemui juga bahwa seorang
murid berani menantang, bahkan memukul gurunya di sekolah. Hal ini dapat terjadi
karena moral tidak lagi menjadi hal yang penting. Generasi saat ini lebih
mementingkan ego masing-masing sehingga sesuatu yang dilakukan biasanya tidak
didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Jika bangsa ini ingin kembali memiliki harga diri yang diakui oleh negara lain,
penanganan masalah seperti ini harus dilakukan secara menyeluruh. Hal ini harus
dilakukan jika ingin menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Berbagai solusi
dapat dilakukan, seperti menanamkan pendidikan karakter sejak dini, memanfaatkan
IPTEK dengan baik, dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. Salah satu
solusi yang disebutkan di atas adalah menanamkan pendidikan karakter sejak dini.

Pada dasarnya pendidikan moral dan karakter ini menurut Zamroni, berkaitan
dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif
guna mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan
karakter ini berkaitan dengan pengembangan kemampuan pada diri anak didik untuk
merumuskan ke mana tujuan hidupnya, apa saja yang baik yang harus dilakukan dan apa
yang jelek yang harus dihindari. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan proses
yang berlangsung terus menerus tanpa henti.

Dikarenakan karakter itu berkaitan dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari
seseorang, maka pendidikan karakter tidak bisa hanya diceramahkan, atau dipaksakan
lewat indoktrinasi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Harian Kompas memberitakan bahwa berdasarkan indeks persepsi korupsi, yang
dilaksanakan oleh lembaga survei Transparency International,  Indonesia masih masuk
jajaran negara-negara terkorup dengan menempati peringkat ke-118 dari 174
negara. (Kompas, 2012). Di harian yang sama, Badan Kehormatan DPR melaporkan ada
28 anggota dewan tersangkut masalah etika. Negeri ini berada dalam krisis
multidimensional yang tak kunjung usai, kondisi  diperburuk dengan krisis moral dan
budi pekerti para pemimpin bangsa yang berimbas kepada generasi muda. Tawuran antar
pelajar, perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, budaya tak tahu malu, tata nilai
dan norma yang semakin merosot tidak hanya di perkotaan tapi sudah merambah ke
pedesaan (Zuriah, 2007). Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek
yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan
karakter bangsa.  Upaya mengatasi kondisi tersebut maka diperlukan pemahaman dan
langkah untuk membangun kembali karakter bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila.

Moral menurut KBBI adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila. Di
zaman dengan segala kecanggihan teknologi ini, persaingan juga semakin tinggi.
Kualitas dan kinerja manusia juga harus semakin tinggi. Generasi yang hidup dalam
zaman ini harus mampu beradaptasi dengan cepat. Bangsa Indonesia dikabarkan
memiliki masa depan yang semakin memprihatinkan. Moral anak bangsa disebut-sebut
sebagai salah satu alasannya. Karakter bangsa yang semakin menurun dari waktu ke
waktu ini telah menjadi pembicaraan serius, tidak hanya dikalangan atas namun rakyat
biasapun mengetahui permasalahan ini. Permasalahan ini juga tidak hanya menjadi isu
lokal dan nasional, tetapi juga menjadi isu global.

Maraknya fenomena penyimpangan moral dari generasi saat ini membentuk


keprihatinan yang berkelanjutan. Penyimpangan yang dimaksud yaitu seperti free sex,
bullying, dan penggunaan narkoba. Tidak hanya ini, kerap ditemui juga bahwa seorang
murid berani menantang, bahkan memukul gurunya di sekolah. Hal ini dapat terjadi
karena moral tidak lagi menjadi hal yang penting. Generasi saat ini lebih
mementingkan ego masing-masing sehingga sesuatu yang dilakukan biasanya tidak
didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Jika bangsa ini ingin kembali memiliki harga diri yang diakui oleh negara lain,
penanganan masalah seperti ini harus dilakukan secara menyeluruh. Hal ini harus
dilakukan jika ingin menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Berbagai solusi
dapat dilakukan, seperti menanamkan pendidikan karakter sejak dini, memanfaatkan
IPTEK dengan baik, dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. Salah satu
solusi yang disebutkan di atas adalah menanamkan pendidikan karakter sejak dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai focus
utama penelitian ini adalah bagaimana strategi yang dapat diterapkan dalam
pembentukan moral dan karakter siswa.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang dapat
diterapkan dalam pembentukan moral dan karakter siswa

D. Manfaat Penelitian
1. Mengembangkan daya berpikir dan penerapan keilmuan yang telah dipelajari di
perguruan tinggi.
2. Mengetahui moral pendidikan karakter itu sendiri.
3. Memberikan masukan bagi guru agar mampu menjadi teladan bagi siswanya.
4. Penciptaan kondisi yang mendukung terciptanya pendidikan karakter yang efektif
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam menurut Muhaimin dan Mujib adalah suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia membentuk hidupnya sesuai dengan
ajaran Islam. Pengertian ini mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa
depan, tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islam yang diamanatkan Allah SWT kepada
manusia sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Susan & Munir menyebutkan bahwa asal usul dari istilah pendidikan Islam ini
memiliki banyak arti, antara lain pendidikan Islam dapat merujuk pada usaha yang
dilakukan oleh masyarakat Islam untuk mendidik dirinya guna menyampaikan warisan
pengetahuan Islam melalui sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Pendidikan
dari umat Islam ini biasanya bertempat di Masjid, sekolah, Perguruan Tinggi, dan
lembaga-lembaga organisasi yang didirikan oleh umat Islam. Secara garis besar ada
empat tipe dari pendidikan Islam, yaitu: pendidikan dari orang Islam di dalam keyakinan
Islam mereka; pendidikan untuk orang Islam yang memasukkan disiplin ilmu agama dan
sekuler; pendidikan tentang Islam bagi mereka yang bukan muslim; dan pendidikan di
dalam semangat dan traidisi Islam.

Menurut Mudawi pendidikan Islam itu dicirikan sebagai tipe pendidikan yang
diatur berdasarkan ideologi Islam dan terdiri dari sejumlah kebijakan pendidikan dan
bimbingan yang diatur oleh cita-cita Islamisasi masyarakat dan upaya
memodernisasikannya. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa Pendidikan
Islam itu didasarkan pada Ideologi atau cita-cita Islam yang membimbing dan
mengarahkan mereka sesuai dengan ajaran Islam.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,


pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Proses Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah suatu upaya atau proses, pencarian, pembentukan, dan
pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta
menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau ketrampilan demi kepentingan manusia
sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, pada hakekatnya, proses pendidikan Islam
merupakan proses pelestarian dan penyempurnaan kultur Islam yang selalu berkembang
dalam suatu proses transformasi budaya yang berkesinambungan di atas konstata wahyu
yang merupakan nilai universal. Agar proses pendidikan Islam dapat berjalan secara
konsisten dan efektif ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kedudukan bahan pelajaran, khususnya ilmu dan teknologi dalam perespektif


Islam atau epistemologi ilmu Islami. Merupakan suatu keharusan untuk
menjadikan bahan pelajaran itu sebagai komponen pendidikan yang
pembentukannya dilakukan secara bertahap. Di samping itu diupayakan pula
aplikasi ilmu keislaman dalam kehidupan masyarakat, sehingga pilihan atau
spesialisasi ilmu-ilmu Islami atau ilmu-ilmu keislaman (ulumuddin) merupakan
tawaran program yang dapat diadakan di pesantren, madrasah, dan sekolah
umum.
2. Tenaga pendidik yang berkualitas dalam bidang ilmu yang menjadi
spesialisasinya dan bidang metodologi pendidikan secara profesional. Pengadaan
tenaga pendidik, sebelum diperoleh melalui hasil sistem pendidikan Islam
tersebut dibentuk dengan sistem pelatihan berikut:
a. Preservice yang pesertanya adalah tenaga ahli ilmu umum yang dilengkapi
ilmu agama dan ahli ilmu agama yang dilengkapi dengan ilmu umum secara
integral.
b. Inservice untuk mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan pendidikan
tersebut sesuai dengan prinsip pendekatan integratif.
c. Onservice, untuk mereka yang sudah terlibat dalam pendidikan tersebut
dengan kegiatan supervisi dan bimbingan dengan prinsip sama dengan 1 dan
2.
3. Administrasi, berupa penunjang proses yang dijalankan dengan suatu sistem
mekanisme yang menjamin berfungsinya sebagai sarana tindak lanjut pendidikan
akademik serta sumber data dan informasi.
4. Pembelajaran dijalankan dengan mengikuti prinsip seleksi, gradasi dan evaluasi
yang ketat. Artinya penyusunan bahan ajar, metodologi dan evaluasi dilakukan
sesuai dengan tujuan umum (yaitu terbentuknya manusia muttaqin), tujuan
kelembagaan, serta tujuan proses pendidikan dalam keseluruhan maupun secara
khusus yang setiap periode waktu tertentu selalu ditinjau kembali dan direvisi
sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun
perkembangan yang diinginkan terjadi dalam masyarakat. Sedangkan evaluasi
keberhasilan peserta didik hendaknya meliputi:
a. Aspek kognitif (ilmu)
b. Aspek profesional (psikomotor), yaitu kemampuan untuk mengaplikasikan
atau menggunakan ilmu, teknologi, dan ketrampilan dalam tugasnya.
c. Aspek kreativitas, yaitu kemampuan untuk mengembangkan sesuatu lebih
jauh dari apa yang dia peroleh.
d. Aspek kepribadian yang utuh sebagai hamba Allah, warga negara, anggota
masyarakat, serta anggota keluarga yang beriman dan bertakwa.

C. Pengertian Moral
Ada beberapa term yang sering dipakai untuk mendiskripsikan sesuatu yang
berkaitan dengan perilaku manusia. Term itu antara lain adalah etika, moral, akhlak,
adab, dan susila. Term-term tersebut seringkali menimbulkan salah paham dalam
penggunaannya. Oleh karena itu perlu adanya penegasan terhadap perbedaan-perbedaan
tersebut, utamanya terhadap term yang lazim dipakai, seperti etika, moral dan akhlak.

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dalam bentuk tunggal yang berarti
adat, dalam bentuk jamak adalah ta etha artinya adat kebiasaan. Sedangkan etika
menurut Burhanuddin Salam adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, etika adalah
ilmu tentang baik dan buruk, dan memiliki kmponen-komponen dasar, menjadi pedoman
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam dalam mengatur tingkah laku, etika juga
kumpulan asas atau nilai moral.
Moral berasal dari kata mores (latin), yang berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan sebagai ajaran
kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Halstead menyebutkan bahwa
moralitas dalam Islam umumnya dipahami sebagai daftar aturan, kewajiban dan
tanggung jawab yang diturunkan dari al-Qur’an dan al-Hadits. Perilaku etis dalam Islam
tidak diekspresikan dalam terminologi dalil hukum, akan tetapi lebih diekspresikan
sebagai perintah dan tindakan suci. Al-Qur’an itu sendiri adalah sebuah kitab yang berisi
nasehat moral. Dalam Islam ada dua konsep yang berkaitan dengan istilah moral.
Pertama, Akhlak, yang biasanya diterjemahkan dengan etika atau nilai moral. Kedua,
Adab, yang mengkombinasikan dua pengertian yang berbeda; pertama, berkaitan dengan
kesopanan, etiket, budaya, kehalusan budi bahasa, dan sifat-sifat yang baik. Kedua,
bermakna moralitas dan nilai. Dengan demikian, moral adalah budi pekerti atau akhlak
yang berisi ajaran tentang kesusilaan.

D. Hubungan Antara Moral dan Agama


Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktek sehari-hari,
motivasi kita yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah agama. Atas
pertanyaan “mengapa perbuatan ini atau itu tidak boleh dilakukan”, hampir selalu
diberikan jawaban spontan “karena agama melarang” atau “karena hal itu bertentangan
dengan kehendak Tuhan”. Contoh konkrit adalah masalah moral yang aktual seperti
hubungan seksualitas sebelum perkawinan dan masalah moral lain mengenai seksualitas.
Menghadapi masalah-masalah itu, banyak orang mengambil sikap “aku ini orang
beragama dan agamaku melarang perbuatan itu; aku akan merasa berdosa, bila
melakukan hal serupa itu”. Dengan itu masalahnya sudah selesai. Cara bagaimana kita
harus hidup, memang biasanya kita tentukan berdasarkan keyakinan keagamaan.
Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi
perilaku para penganutnya. Jika kita membandingkan pelbagai agama, ajaran moralnya
barangkali sedikit berbeda, tetapi secara menyeluruh perbedaannya tidak terlalu besar.
Boleh dibilang, ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam
aturan. Di satu pihak cukup banyak aturan berbicara, kadang-kadang dengan cara agak
mendetail, tentang makanan yang haram, puasa, ibadat dan sebagainya. Terutama aturan
seperti itulah yang sering berbeda dalam agama yang berlainan-lainan, tetapi
konsekwensinya tidak besar karena aturan-aturan itu hanya menyangkut kalangan intern
agama tersebut. Di lain pihak ada aturan etis lebih umum yang melampaui kepentingan
salah satu agama saja, seperti jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzina, jangan
mencuri. Dalam tradisi Yahudi-Kristiani aturan-aturan etis lebih umum ini dikumpulkan
dalam apa yang disebut “dekalog” atau “sepuluh perintah Allah” (The Ten
Commandement). Tidak bisa diragukan, peraturan etis jenis kedua ini paling penting dan
diterima oleh semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama-agama
besar pada dasarnya sama. Kita lihat, di bidang moral kesepakatan antar agama jauh
lebih mudah tercapai dari pada di bidang dogmatik.
Mengapa ajaran moral dalam suatu agama dianggap begitu penting? Karena
ajaran itu berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan. Dengan kata lain
dasarnya adalah wahyu. “sepuluh perintah Allah”, misalnya disampaikan oleh Yahweh
kepada Musa, tergoreskan atas dua batu loh (Kitab Keluaran 31:38). Ajaran moral itu
diterima karena alasan keimanan. Namun demikian, nilai-nilai dan norma-norma moral
tidak secara eksklusif diterima karena alasan keagamaan. Ada juga alasan-alasan lebih
umum untuk menerima aturan-aturan moral; alasan-alasan rasional, katakan saja. Kita
bisa menunjukkan juga alasan-alasan rasional untuk menerima aturan seperti jangan
membunuh, jangan berdusta dan lain sebagainya. Dan dalam etika filosofis atau filsafat
moral justru diusahakan untuk menggali alasan-alasan rasional untuk nilai-nilai dan
norma-norma yang kita pakai sebagai pegangan bagi perilaku moral kita. Berbeda
dengan agama, filsafat memilih titik tolaknya dalam rasio dan untuk selanjutnya juga
mendasarkan diri hanya atas rasio. Filsafat hanya menerima argumen-argumen, artinya
alasan-alasan logis yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua orang. Ia
menghindari setiap unsur non-rasional yang meloloskan diri dari pemeriksaan oleh rasio.
Sedangkan keimanan justru tidak terbuka untuk pemeriksaan rasional. Kebenaran iman
tidak dibuktikan, melainkan dipercaya. Kebenarannya tidak diterima karena dimengerti,
melainkan karena terjamin oleh asal-usul Ilahi atau wahyu.
E. Bentuk Moral Siswa
Dalam Islam, performace moral itu direpresentasikan dalam bentuk akhlak mulia
atau akhlak yang baik. Mengenai Bentuk akhlak tersebut digambarkan oleh Darmiyati
Zuchdi (2009) ada yang berkaitan dengan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
1. Akhlak terhadap diri sendiri
Bentuk akhlak terhadap diri sendiri ini di antaranya adalah : Iffah, Zuhud, dan
Syaja’ah. Perilaku iffah ini ada beberapa macam, di antaranya adalah menjaga
kehormatan diri dalam hal seksual, menjaga kehormatan diri dalam hal harta, dan
menjaga kehormatan diri dalam hal menjaga kepercayaan orang lain. Zuhud berarti
membatasi ambisi-ambisi duniawi, syukur terhadap setiap anugerah, dan
menghindari apa yang telah diharamkan oleh Allah SWT. Syaja’ah atau berani dapat
diartikan mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan dan sebagainya. Di antara bentuk-bentuk yang lain
dari akhlak terhadap diri sendiri adalah 1) istiqamah (konsisten), 2) amanah
(terpercaya), 3) shiddiq (jujur), 4) menepati janji, 5) adil, 6) tawadlu’ (rendah hati), 7)
malu (berb uat jelek), 8) pemaaf, 9) berhati lembut, 10) setia, 11) kerja keras, 12)
tekun, 13) ulet, 14) teliti, 15) disiplin, 16) berinisiatif, 17) percaya diri, dan 18)
berpikir positif.
2. Akhlak dalam lingkungan keluarga
Bentuk akhlak mulia dalam lingkungan keluarga meliputi hubungan seseorang
dengan orang tuanya, termasuk dengan guru-gurunya, hubungannya dengan orang
yang lebih tua atau dengan yang lebih muda, hubungan dengan teman sebayanya,
dengan lawan jenisnya, dan dengan suami istrinya serta dengan anak-anaknya.
Bentuk akhlak mulia kepada orang tua bisa dilakukan di antaranya dengan; 1)
mengikuti saran kedua orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, 2) menghormati
dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang
atas jasa-jasa keduanya, 3) membantu kedua orang tua secara fisik dan material 4)
mendoakan kedua orang tua, 5) jika keduanya telah meninggal, yang harus dilakukan
adalah mengurus jenazahnya, melunasi hutang-hutangnya, melaksanakan wasiatnya,
meneruskan silaturahim yang dibina oleh keduanya.
Bentuk akhlak mulia kepada teman sebaya antara lain; saling memberi salam
ketika bertemu, saling menyambung tali silaturahim, saling memahami kelebihan dan
kekurangan masing-masing, saling tolong menolong, bersikap rendah hati dan tidak
boleh sombong kepada mereka, saling mengasihi, memberi perhatian, saling
memberi nasehat dengan kebaikan dan kesabaran, mendamaikan mereka ketika
mereka berselisih, dan saling , mendoakan dengan kebaikan.
Bentuk akhlak mulia kepada teman lawan jenis adalah; 1) tidak melakaukan
khalwat, 2) mengurangi pandangan mata, 3) tidak boleh menampakkan aurat
dihadapan laewan jenisnya, 4) tidak boleh melakukan hal-hal yang menjurus kepada
perzinahan, seperti bergandengan tangan dengan lawan jenis, berciuman, berpelukan,
dan sejenisnya.
3. Akhlak dalam lingkungan masyarakat
Bentuk akhlak mulia di masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara; 1)
menyayangi yang lemah, 2) menyanyangi anak yatim, 3) suka menolong, 4) bersikap
pemurah dan dermawan, 5) melakukan amar ma’ruf nahi munkar, 6) mentaati ulama,
7) bersikap toleran, dan 8) sopan dalam bepergian, dalam kendaraan, dalam bertamu,
dan menerima tamu, dalam bertetangga, dalam makan dan minum dan dalam
berpakaian.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tinjauan pustaka. Metode penelitian
tinjauan pustaka merupakan metode penelitian yang menggunakan jurnal-jurnal ilmiah
yang relevan dengan objek yang dikaji. Penelitian sosial humaniora bersifat kualitatif
yang mengarah pada sudut pandang dan teori. Penelitian ini berkolaborasi dengan
disiplin ilmu psikologi yang cenderung bersifat saintis dan ilmiah.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar

C. Teknik Pengumpulan Data


Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi literatur.
Studi pustaka sendiri merupakan teknik yang dilakukan dengan menelusuri dokumen-
dokumen penting yang dianggap berkaitan dengan fokus penelitian. Data ini juga dapat
diperoleh melalui internet, jurnal dan buku.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya pendidikan moral dan karakter ini menurut Zamroni, berkaitan dengan
pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna
mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan karakter ini
berkaitan dengan pengembangan kemampuan pada diri anak didik untuk merumuskan ke mana
tujuan hidupnya, apa saja yang baik yang harus dilakukan dan apa yang jelek yang harus
dihindari. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan proses yang berlangsung terus
menerus tanpa henti.

Dikarenakan karakter itu berkaitan dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari
seseorang, maka pendidikan karakter tidak bisa hanya diceramahkan, atau dipaksakan lewat
indoktrinasi. Dalam hal ini Zamroni menawarkan strategi sebagai berikut :

1. Tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai dalam pendidikan karakter ini harus jelas dan
konkrit.
2. Pendidikan karakter ini akan lebih efektif dan efisien kalau dikerjakan tidak hanya oleh
sekolah, tetapi ada kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. Karakter bangsa saat
ini tengah mengalami ‘sakit’. Masyarakat itu intinya adalah keluarga. Dengan kata lain,
keluarga kita saat ini secara mental juga tengah mengalami ‘sakit’. Peserta didik sebagai
anggota muda keluarga yang ‘sakit’ tentu akan terpengaruh. Bentuk pengaruhnya adalah
banyaknya peserta didik yang melakukan kegiatan “kosong tanpa makna”. Sekolah perlu
kerjasama secara sinergis dengan orang tua agar bisa merubah karakter orang tua sebagai
syarat pengembangan karakter siswa.
3. Menyadarkan kepada semua guru akan peran yang penting dan bertanggung jawab dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan karakter. Lewat mata pelajaran yang diampu, guru harus
mengembangkan karakter pada diri peserta didik. Untuk itu guru harus benar-benar
memahami filosofi seorang guru, tidak sekedar melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
yang dilakukan harus mengembangkan kesadaran akan pentingnya keterpaduan antara hati,
pikiran, tangan, cipta, rasa, dan karsa di kalangan peserta didik guna mengembangkan
karakternya masing-masing. Keterpaduan ini penting agar para siswa bisa memahami
kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.
4. Guru perlu memiliki akan perlunya “hidden curriculum”, yang merupakan instrumen yang
amat penting dalam pengembangan karakter peserta didik. Kurikulum tersembunyi ini ada
pada perilaku guru, khususnya dalam berinteraksi dengan para peserta didik. Perilaku guru
ini akan berpengaruh besar pada diri peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu
memanfaatkan kurikulum tersembunyi ini dengan sadar dan terencana.
5. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menekankan pada daya kritis dan kreatif
siswa, kemampuan kerja sama, dan ketrampilan mengambil keputusan. Metode yang paling
tepat untuk mencapai tujuan tersebut adalah Coopertive Learning dan Problem Based
Learning. Oleh karena itu, guru harus mempelajari, menguasai dan mempraktikkan kedua
metode tersebut, khususnya dalam pengembangan karakter siswa.
6. Kultur sekolah harus dimanfaatkan dalam pengembangan karakter siswa. Nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, norma-norma, semboyan-semboyan sampai kondisi fisik sekolah yang
ada perlu difahami dan didesain untuk mengembangkan karakter siswa.
7. Pendidikan karakter pada hakekatnya merupakan proses pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya di sekolah yang dapat dimonitor dan dikontrol oleh kepala sekolah
dan guru. Selain itu, diharapkan orang tua siswa juga ikut memonitor dan mengontrol
perilaku sehari-hari peserta didik di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Strategi yang ditawarkan oleh Zamroni di atas bisa kita pertimbangkan untuk membentuk
karakter dan moral siswa. Bila kita kaitkan dengan pendidikan agama Islam, maka pelaksanaan
pendidikan agama Islam setidaknya bisa mempertimbangkan strategi tersebut agar bisa
membentuk karakter dan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai kedekatan kepada Tuhan dan
mencerahkan kesadaran manusia. Untuk itu, seorang siswa harus diarahkan pada tujuh
kualitas: 1) keimanan, 2) keyakinan pada diri sendiri, 3) kejujuran, 4) kebenaran, 5)
amanah (dapat dipercaya), 6) motivasi dan 7) kasih sayang. Tujuan tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, utamanya dalam mengembangkan manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kretaif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Wujud dari hasil pendidikan terbut bisa dilihat dari penampilan moral siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Agar karakter dan moral siswa itu bisa terbentuk, maka
diperlukan strategi yang tepat sehingga tujuan dari pendidikan agama Islam untuk
mengembangkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna
mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab bisa dicapai.

B. Saran
Sebagai bangsa yang baik yang juga memegang teguh nilai-nilai agama, tidaklah
patut jika kita hanya berpangku tangan melihat kejahatan moral yang kian hari kian
bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kita harus melakukan penanganan
terhadap kasus-kasus moral ini sesuai dengan tugas dan kapasitas kita masing-masing.
Mulailah dari diri kita masing-masing, lalu terhadap orang-orang yang terdekat dengan
kita hingga orang-orang lain yang jauh dengan kita. Kita berdoa kepada Allah Swt.
mudah-mudahan bangsa dan negara kita selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Melina. (2019, Mei 02). Krisis Moral dan Penurunan Mutu. Retrieved December 02, 2020, from
Hipwee: https://www.hipwee.com/narasi/krisis-moral-dan-penurunan-mutu-pendidikan-
berkarakter-siapa-yang-salah/

Muliyani. (2013, March 23). Problematika Pendidikan Karakter, Antara Konsep dan Realita.
Retrieved December 02, 2020, from Betty Kurniaty:
https://bettykurniaty.wordpress.com/2013/03/23/problematika-pendidikan-karakter-
antara-konsep-dan-realita/

https://eprints.uny.ac.id/8026/2/bab%201%20-%2007404244050.pdf (Diakses pada 02


Desember 2020)

http://digilib.unimed.ac.id/4354/9/9.%208126173011%20Bab%20I.pdf (Diakses pada 02


Desember 2020)

http://eprints.ums.ac.id/28239/2/Bab_1.pdf (Diakses pada 02 Desember 2020)


LAPORAN PROJECT

MK. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROJECT
PRODI S1 Pend. Teknik Elektro

Skor Nilai:

RESPON MASYARAKAT TERHADAP MORAL,

ETIKA DAN AKHLAK REMAJA

Disusun

Oleh

Nama Mahasiswa : Syekila Nazifah

NIM : 5192131001

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Respon
Masyarakat Terhadap Moral, Etika dan Akhlak Remaja di Desa Bakaran Batu, Kec. Batang Kuis
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara ”. Pada dasarnya tujuan penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Fakultas Teknik Universitas
Negeri Medan.

Dalam menyusun laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. Ramli, M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberi semangat.
3. Teman-teman kelompok yang saling membantu dalam mengerjakan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki laporan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat dipahami oleh para pembaca, dan mudah-mudahan
laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.31 A. Latar Belakang Masalah

1.32 B. Rumusan Masalah

1.33 C. Tujuan Penelitian

1.34 D. Manfaat Penelitian

1.35 E. Alat dan Bahan yang Digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

1.36 A. Kajian Pustaka

1.37 B. Informasi Awal

LANGKAH KEGIATAN

HASIL KEGIATAN

1.38 A. Pendapat Masyarakat Terhadap Akhlak Remaja

1.39 B. Pendapat Tokoh Agama Terhadap Akhlak Remaja

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.40 A. Kesimpulan

1.41 B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam Islam. Rasulullah
SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah
Islam. Etika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dan
keburukan dalam kehidupan manusia. Etika menempati posisi luar biasa di antara
disiplin yang lainnya, disebabkan etika merupakan subjek yang signifikan dan
mempunyai prinsip yang tinggi. Sedangkan moral merupakan prinsip yang
berkenaan membedakan tingkah laku benar atau salah, serta baik atau buruk.
Akhlak, etika dan moral sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu
ataupun kelompok. Manusia yang mempunyai akhlak yang baik akan dapat
membedakan perilaku yang benar atau salah. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu


bagaimana respon masyarakat terhadap etika, moral dan akhlak anak, khususnya
remaja di Desa Bakaran Batu, Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang, Sumatera
Utara?

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap
etika, moral dan akhlak anak, khususnya remaja di Desa Bakaran Batu, Kec.
Batang Kuis Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti adalah untuk menambah pengalaman observasi pada masyarakat.


2. Bagi masyarakat adalah sebagai masukan kepada masyarakat mengenai etika,
moral dan akhlak anak khususnya remaja.
D. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan untuk
menulis hasil wawancara, Camera, Laptop.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluq yang jamaknya Akhlak.
Menurut bahasa , Akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segisegi persesuaian dengan perkataan Khalq yang berarti “
kejadian”, serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti “pencipta”
dan makhluk yang berarti “yang diciptakan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti, watak, tabiat. Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama,
Al-Fairuzz Abadi berkata, “ketauhilah, agama pada dasarnya adalah akhlak
mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama di letakkan diatas empat landasan
akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”

Secara etimologis (lughatan) akhlak (Bahasa arab) adalah bentuk jamak


dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Berakar dari kata Khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata
Khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).

2. Macam – Macam Akhlak


a. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) merupakan salah satu tanda
kesempurnaaniman. Tanda tersebut dimanifestasikan kedalam perbuatan
sehari-hari dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadis. Akhlakul
Mahmudah dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : Pertama, Akhlak
yang berhubungan dengan Allah. Contohnya : mentauhidkan Allah, Takwa
Kepada Allah, Tawakal. Kedua, Akhlak terhadap diri sendiri. Contohnya :
Sabar, bersyukur, Amanah, Menepati Janji. Ketiga, Akhlak terhadap
keluarga, contohnya berbakti kepada orang tua. Keempat, Akhlak kepada
masyarakat, contohnya Memelihara dan menyantuni anak yatim serta
menolong orang lain. Kelima, akhlak terhadap alam, contohnya memelihara
hewan dan tumbuhan.
b. Akhlak Tercela
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak mahmudah.
Akhlak madzumumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat
merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai
manusia. Bentuk-bentuk akhlak Madzumumah ini bisa berkaitan dengan
Allah, Rasulullah, dirinya, keluarganya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
Contohnya syirik, kufur, iri dan dengki serta takabur.
3. Aspek yang Mempengaruhi Akhlak
a. Adat atau Kebiasaan
Adat (istiadat) dalam bahasa inggris disebut dengan istilah costum (latin:
Consuetude). Secara harfiah kata ini berarti praktek-praktek yang
berdasarkan kebiasaan, baik perorangan maupun kelompok. Atau adat juga
diartikan kebiasaan atau tradisi masyarakat yang telah dilakukan berulang
kali secara turun-menurun.
b. Insting atau Naluri
Pada dasarnya setiap perilaku manusia yang lahir itu di pengaruhi oleh
suatu kehendak yang digerakan oleh naluri. Naluri merupakan tabiat yang
dibawa sejak lahir, sehingga ia merupakan suatu pembawa asli. Dalam
bahasa arab insting disebut juga gharizah atau fitrah (walaupun maknanya
tidak persis sama) sedangkan dalam bahasa inggris disebut instinct. Naluri
ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada
tujuan dengan tidak terpikir terlebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa
didahului latihan perbuatan itu.
c. Pendidikan
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan
akhlak seseorang, berbagai ilmu perkenalkan agar individu memahaminya
dan dapat melakukan sesuatu perubahan pada dirinya. Pada awalnya
seorang anak atau seorang individu tidak memiliki wawasan atau
pengetahuan tentang sesuatu, tapi setelah ia memasuki dunia pendidikan ia
mempunyai wawasan yang luas yang akan diterapkan ke dalam tingkah
laku dalam kesehariannya. Begitu pula jika anak atau seseorang
mempelajari akhlak yang akan memberi tahu bagaimana seharusnya
manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesama dan penciptanya.

d. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang melingkungi tubuh yang hidup, yang
dalam konteks akhlak ini tentunya adalah manusia. Lingkungan manusia
yang merupakan faktor yang mempengaruhi menentukan tingkah laku umat
manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan bakat yang di bawa seseorang. Jika kondisi lingkungannya
tidak baik maka hal itu merupakan perintang dalam mematangkan bakat
seseorang.
Lingkungan rohani/sosial/pergaulan sangat besar pengaruhnya bagi
manusia dalam proses pembentukan akhlaknya. Manusia hidup selalu
berhubungan manusia lainnya, itulah sebabnya manusia harus bergaul.
Oleh karena itu dalam pergaulan akan saling mempengaruhi, pikiran, sifat,
dan tingkah laku.
4. Perilaku Remaja dalam Masyarakat
Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak
memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan
perilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah
tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan
indonesia tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan
sesuatu tindakan sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan
manusia tidak sama dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah
perilaku yang khusus di tunjukan oleh manusia.
Namun saat ini masyarakat telah menunjukan perilaku sosial yang ada
pada individu, seperti ketergantungan dengan pergaulan yang ada seperti di
kalangan remaja saat ini berpacaran dengan mesra di depan umum dan lain-
lain, menurut remaja jaman sekarang di anggap menjadi kebiasaan, namun
kebiasaan itu telah di campur tangankan dengan pergaulan di negara lain yang
pergaulan di luar menganut pergaulan bebas.
5. Masalah Perilaku Remaja dan Peranan Orang Tua
Perilaku remaja yang menyimpang itu di akibat kan karena kurangnya
persiapan dari remaja itu sendiri dalam menghadapi suatu masalah yang terus
datang. Dan juga peranan dari orang tua yang kurang dalam perhatian kepada
anaknya karena faktor orang tua juga dapat menyebabkan remaja itu sendiri
menjadi menyimpang.
Orang tua harus lebih perhatian kepada anaknya terutama dalam perilaku
anaknya. Karena faktor orang tua itu sangat penting. Oleh karena itu peranan
orang tua itu sangat penting dalam perilaku anaknya. apa lagi jika anak itu
sudah tumbuh menjadi remaja, karena masa remaja itu masa yang ingin
mencoba suatu hal yang baru dalam hidupnya. Orang tuanya harus bisa
mengajarkan perilaku yang baik kepada anaknya dari kecil.
6. Cara Pencegahan Masalah Perilaku Kenakalna Remaja
Cara pencegahan pertama yaitu dengan tindakan Preventif yaitu
pencegahan dengan cara pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal
(sekolah) atau juga melalui pendidikan nonformal (masyarakat).
Cara pencegahan kedua yaitu dengan Tindakan Represif yaitu tindakan
dengan hukuman yang bertujuan untuk remaja yang melakukan kenakalan
tetapi yang bertujuan untuk mendidiknya. Misalnya, Razia terhadap barang-
barang atau alat yang digunakan untuk kenakalan remaja dan jika terbukti
mereka berbuat kenakalan mungkin mereka bisa diberi peringatan dan
hukuman yang ringan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya yang
salah. Berikanlah hukuman yang sifatnya mendidik dan menolong, agar mereka
menyadari kesalahannya sehingga mereka memperoleh harga dirinya dan dapat
menyelesaikan masalah dengan baik. Hukuman dengan tindakan represif itu
dapat dilakukan dengan lisan ataupun perbuatan yang mendidik remaja itu
sendiri.
7. Islam dan Pergaulan Remaja
Tragisnya bahwa mayoritas remaja islam sekarang ini sudah banyak yang
mengikuti budaya barat yang terus berkembang. Misalnya budaya yang buruk
yang di ikuti remaja muslim sekarang yaitu gaya berbusana dan tingkah laku
buruk yang dilakukan. Semua akibat dari pergaulan yang kurang baik yang
dihasilkan dari apa yang mereka lihat dan rasakan dalam kehidupan sehari-
harinya merebaknya teknologi dan insformasi yang semakin berkembang
memang membawa remaja menjadi lebih memahami tentang perkembangan
tekhnologi tapi juga membawa dampak negatif bagi etika remaja muslim.
Contoh-contoh menurunnya akhlak remaja yang buruk akibat seiring
perubahan zaman dan masuknya budaya asing yang buruk.
Tawuran antar remaja, kriminalitas, perzinahan yang dilakukan oleh
remaja Contoh tersebut adalah bukti menurunnya akhlak remaja yang semakin
buruk oleh karena itu iman dan taqwa yang kuat itulah yang akan mampu
mengendalikan diri seseorang sehingga sanggup melakukan yang baik dan
meninggal kan yang buruk iman dan takwa itulah yang dapat secara pasti
menjadi landasan akhlak. Jadi, kemerosotan remaja itu sebenernya dapat
dikurangi dengan cara memberikan pendidikan keimanan dan ketakwaan
kepada generasi muda sekarang dan sekarang banyak juga pesantren yang yang
bagus agar remaja-remaja sekarang menjadi remaja yang beriman dan bertakwa

B. Informasi Awal
Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak
memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan
perilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah
tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan indonesia
tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang
tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan sesuatu tindakan
sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan manusia tidak sama
dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah perilaku yang khusus di
tunjukan oleh manusia.

Akan tetapi sebuah pergaulan bisa di hindari jika individu tersebut memiliki
kekuatan iman yang ada pada dirinya, agar tidak menyalah gunakan pergaulan
yang sekarang sedang merajalela di kalangan remaja, dan dari perilaku manusia
pun menjadi sebuah dampak kejahatan yang ada di dunia, tanpa di sadari kita pun
sudah membuka peluang kejahatan di dunia karena ke salahan dari individu itu
bergaul.

Namun tidak semua remaja yang bisa melakukan pergaulan yang negatif namun
ada remaja yang mengetahu pergaulan yang begitu luas namun tidak di lakukan
atau di contoh dalam kehidupannya faktor utama kesalahan dari pergaulan remaja
itu bagaimana lingkuan yang ada di sekitar individu.

LANGKAH KEGIATAN
Untuk menganalisis data yang telah di dapatkan di lapangan mengenai persepsi
masyarakat terhadap akhlak anak remaja. Maka data tersebut akan diolah berdasarkan
beberapa langkah dan petunjuk pelaksanaan.

1. Mengidentifikasi dan menentukan tempat dan waktu pelaksanaan wawancara.


2. Menentukan narasumber yang akan diwawancarai.
3. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan kepada
masyarakat.
4. Menyusun instrumen dan mengumpulkan data.
5. Ketika sedang observasi dan wawancara hendaknya tanggapan dari narasumber
dicatat mengenai point pentingnya saja.
6. Menganalisis data hasil wawancara.
7. Hasil observasi dan wawancara kemudian digabungkan pada satu file dan ditarik
sebuah kesimpulan.
8. Menyajikan hasi penelitian wawancara.
9. Menginterpretasikan temuan dan membuat kesimpulan serta saran.
HASIL KEGIATAN

A. Pendapat Masyarakat Terhadap Akhlak Remaja


Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis meminta izin
kepada Bapak Tono Sutejo selaku kepala desa, dan disambut dengan baik, setelah
itu saya diantar kerumah Bapak Husin Solihin selaku Sekretaris Desa (carek),
kemudian sesampainya dirumah sekretaris desa, kami sempat membicarakan
gambaran umum tentang keadaan masyarakat Desa Bakaran Batu dan meminta
sedikit data untuk memperlengkap penelitian ini. Setelah itu saya melanjutkan
penelitian langsung kemasyarakat Desa Bakaran Batu yang dianggap bias
membantu dalam memberikan informasi tentang Persepsi Masyarakat Desa
Bakaran Batu Terhadap Akhlak Remaja khususnya yang ada di desa ini. Disini
saya selaku peneliti hanya mewawancarai sedikit dari perangkat desa yang ada
disini. seperti : Yang pertama saya melakukan observasi atau bisa dikatakan pra-
survey kepada kepala desa Bakaran Batu mengenai judul yang saya angkat pada
laporan ini tentang Respon masyarakat terhadap akhlak remaja yang ada disini,
yang kedua saya mewawancarai perangkat desa atau bisa dikatakan tokoh
masyarakat yang ada disana.
Dari hasil wawancara minggu pertama dengan para informan dalam hal ini
adalah mereka orang-orang yang tinggal di dusun I di antaranya: Wawancara
pertama yang peneliti lakukan adalah kepada kepala dusun I yang ada di Desa
Bakaran Batu “bapak Eko Wahyudi berpendapat bahwa selama dia menjadi kadus
di sini ia melihat akhlak pada remaja disini masih terlihat cenderung baik, mungkin
ada juga yang terlihat tidak baik tetapi ia menganggap itu hal yang wajar. Dari segi
perilaku mungkin bisa terlihat dari pendidikan di keluarganya yang ada di rumah” .
Wawancara yang kedua yaitu kepada salah satu masyarakat yang ada di
Dusun I. “ Ibu Sri Yani mengemukakan pendapat akhlak anak remaja khususnya di
dusun ini masih terlihat baik-baik saja cuman kendalanya anak remaja disini dalam
bergaul atau berbaur ke masyarakat masih terlihat kurang”.
Dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti di Dusun I, dengan demikian
penulis menyimpulkan dari masyarakat dan kepala dusun bahwa bagi mereka
akhlak remaja di desa ini lebih spesifiknya di Dusun I masih terlihat cukup baik,
mungkin cenderung pergaulan anak remajanya masih kurang berbaur kepada
masyarakat setempat dan masyarakat mengembalikannya kembali kepada
lingkungan sekolah dan pendidikan dari keluarga yang sangat menentukan akhlak
remaja tersebut.

B. Pendapat Tokoh Agama Terhadap Akhlak Remaja


Persepsi tokoh agama yang di maksud disini adalah tanggapan atau
pendapat tokoh agama yang tinggal di desa ini yang di anggap menguasai tentang
situasi akhlak remaja dan kegiatan keagamaan remaja yaitu mengenai akhlak
remaja di desa ini.
Wawancara yang pertama yaitu kepada tokoh agama yang ada di Dusun 1.
“Menurut bapak Harun Sya’ari akhlak remaja di desa ini masih kurang baik. alasan
saya berpendapat tidak baik karena bagi saya anak remaja disini susah untuk di
ajak ke hal-hal yang baik contohnya kegiatan keagamaan di desa ini, untuk
perilaku yang saya pahami remaja disini semua tergantung dari didikan orang tua
masing-masing. Dari segi sopan santun, tata krama, cara mereka menghormati
masyarakat disini untuk hal itu masih terlihat baik-baik saja.”
Wawancara yang kedua yaitu kepada tokoh agama yang ada di Dusun I“
menurut salah satu tokoh agama yang peneliti wawancara yaitu bapak Martono
berpendapat bahwa selama saya tinggal disini yang saya lihat dari sebagian remaja
yang ada di dusun ini akhlak remaja nya cukup baik, tetapi masih ada juga
kekurangan misalkan mereka suka membawa teman-temannya dari desa lain untuk
berkumpul dan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan terkadang
mengganggu istirahat masyarakat yang ada di sekitar dusun I ini.
Berdasarkan pendapat di atas dari hasil wawancara kepada tokoh agama
dari masing masing dusun yang ada di desa Bakaran Batu bahwa dapat di
simpulkan akhlak remaja disini masih kurang baik dari segi pergaulan. Tetapi
untuk sikap dan perilaku sopan santun dan tata krama masih terlihat baik
contohnya cara mereka menghormati masyarakat yang lebih tua di desa tersebut,
segi busana atau tata cara berpakaian masih baik terutama remaja putri disini sudah
banyak menggunakan hijab.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancarayang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa masyarakat desa Bakaran Batu memiliki pendapat atau persepsi
yang berbeda dalam menanggapi akhlak remaja yang ada di desa tersebut. Maka
dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa bagi mereka akhlak remaja di desa ini
lebih spesifiknya di Dusun I masih terlihat cukup baik, mungkin cenderung
pergaulan anak remajanya masih kurang berbaur kepada masyarakat setempat dan
masyarakat mengembalikannya kembali kepada lingkungan sekolah dan
pendidikan dari keluarga yang sangat menentukan akhlak remaja tersebut.
Sedangkan berdasarkan teori yang ada bahwa akhlak merupakan suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dari sifat tersebut timbul suatu perbuatan
dengan mudah/gampang tanpa perlu pemikiran & pertimbangan. Tetapi akhlak
juga terbagi menjadi beberapa bagian di dalamnya yaitu akhlak terhadap
masyarakat dan akhlak terhadap keluarga. Dengan demikian penulis
menyimpulkan dari hasil wawancara dan teori yang dipadukan bahwa seharusnya
masyarakat desa juga mengayomi anak remaja disana agar ingin berbaur kepada
masyarakat sekitar dan selalu menjaga tali silahturahmi bukan hanya terhadap
teman sebaya saja melainkan di lingkungannya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa persepsi masyarakat desa Bakaran Batu terhadap akhlak remaja yang ada
disana bahwa akhlak remaja didesa ini akhlahnya terpuji/akhlaknya masih baik.
Hal ini didasari terutama dari pendidikan orang tua atau akhlak terhadap keluaga
dalam mendidik anak remaja nya dan berpengaruh besar kepada semua sikap anak
tersebut di dalam lingkungan masyarakat. Selain itu juga secara praktik, masih
banyak kekurangan dari kegiatan keagamaan yang di ada di desa tersebut sehingga
anak remaja yang ada disana tidak mudah berbaur kepada masyarakat karena
kurang nya kegiatan yang positif.

B. Saran
Dengan adanya penelitian yang dilakukan peneliti di desa candimas bahwa
peneliti mengharapkan kepada masyarakat setempat seperti tokoh agama dan tokoh
masyarakat untuk meningkatkan lagi kegiataan keagamaan agar anak remaja
disana selalu melakukan hal-hal positif, karena sangat disayang kan jika akhlaknya
sudah baik tetapi tidak adanya kegiatan positif apapun itu juga sangat berpengaruh
dalam pendidikan akhlak remaja di lingkungan masyarakat desanya sendiri
mengakibatkan kurangnya berbaur anak remaja kepada masyarakat setempat . jika
adanya kegiatan tersebut maka anak remaja akan sering berkumpul untuk
melakukan hal-hal yang lebih positif lagi itu pun sangat berpengaruh dalam
pembentukan akhlak anak remaja di lingkungan masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Berfyn. (2017, Desember 10). Perilaku Remaja Masa Kini Pada Masa Era Globalisasi.
Retrieved Desember 02, 2020, from Pengantar Psikologi:
https://pengantarpsikologi.wordpress.com/2017/12/10/perilaku-remaja-masa-kini-pada-
masa-era-globalisasi/

Fikri, H. (2015, September 19). Aspek Yang Mempengaruhi Akhlak. Retrieved Desember 02,
2020, from Materi Kuliahku: http://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/aspek-aspek-
yang-mempengaruhi-akhlak.html

Ghoih, A. (2016, Juni 24). Pengertian Akhlak Menurut Bahasa. Retrieved Desember 02, 2020,
from AlFutuChat: https://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-
menurut-bahasa/

http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%202.pdf (Diakses pada 02 Desember 2020)

http://eprints.ums.ac.id/39994/4/04.%20BAB%20I.pdf (Diakses pada 02 Desember 2020)

http://etheses.uin-malang.ac.id/9845/1/13130149.pdf (Diakses pada 02 Desember 2020)

https://eprints.uny.ac.id/13380/1/BAB%201-V%20dan%20daftar%20pustaka.pdf (Diakses pada


02 Desember 2020)

http://eprints.walisongo.ac.id/9805/1/SKRIPSI%20LENGKAP%20-%20Copy.pdf (Diakses pada


02 Desember 2020)

Nasikhul, M. (2016, November 11). Pengertian dan Pembagian Akhlak. Retrieved Desember 02,
2020, from Dosen Muslim: https://dosenmuslim.com/akhlak/pengertian-dan-pembagian-
akhlak/

Anda mungkin juga menyukai