Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Tentang kerukunan antar umat
beragama,konflik,pemecahan,dan harapan umat agama
Kami berterima kasih kepada Bapak dosen pengampu yang sudah memberikan
bimbingannya. Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerukunan dalam islam diberi istilah “tasamuh“ atau toleransi. Sehingga yang dimaksud
dengan toleransi adalah kerukunan social kemasyarakatan karena qaidah telah digariskan secara
jelas dan ditegaskan dalam Al –Qur’an dan Hadist.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahkluk social yang membutuhkan hubungan dan
interaksi social memanusiakan dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan social masyarakat umat
islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,bangsa maupun agama. Dengan
tolong menolong dan kerjasama,masyarakat diharapkan bias hidup rukun dan damai dengan
sesamanya.
Kata islam berarti damai, selamat, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia khususnya dari seluruh alam pada umatnya
maupun sesamanya. Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama yaitu Nabi Adam a.s.
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kerukunan adalah suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan,
serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tentram. Dalam ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.
Kerukunan berasal dari kata rukun, Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan kebudayaan cetakan ketiga tahun 1190, artinya rukun adalah perihal keadaan
hidup rukun atau pekumpulan yang berdasarkan tolong menolong dan persahabatan. Sedangkan
dalam bahasa inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan demikian,
kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanya keselarasan ,kecocokan, atau ketidak
berselisihan (harmony, concordace).
Secara terminology ada batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut;
1. W.JS Purwadaminta menyatakan kerukunan adalah sikap atau sifat yang berupa
menghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan
maupun lainnya yang berbeda dengan pendirian yang lain.
Selain itu Islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara,karna pada hakikatnya
kita bersaudara,yang memiliki arti sebagai persaudaraan yang di dasarkan pada ajaran islam atau
persaudaraan yang bersifat Islami.
Islam adalah agama yang damai dan mencintai kedamaian,dan membimbing umatnya untuk
selalau mampu menjaga kerukunan antar satu individu dengan individu lainnya.Dalam ajaran
agama islam bahwa semua manusia itu bersaudara tanpa memandang perbedaan,yang tercantum
dalam Al-Qur’an pada surat Al –Hujurat ayat 10:
“Sesungguhnya orang –orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antar kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”(Q.S.
Al-Hujurat ayat10)
َ ًاو َشبَّ َكأ ُ ِّصلَّىالله َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَاأَل ِ نَّ ْال ُم ْؤ ِمنَلِ ْل ُم ْؤ ِمنِ َك ْالبُ ْنيَانِيَ ُش ُّدبَ ْع
َ ضهُبَ ْعض َ َع ْنأَبِي ُم َسى َعنِالنَّبِي
ُصابِ َعه
َ
Artinya: “abu musa meriwayatkan ,nabi saw bersabda; ”kaum mukmin adalah bersaudara satu
sama lain ibarat (bagian – bagian dari ) suatu bangunan bagian memperkuat bagian lainnya. “dan
beliau menyelibkan jari – jari disatu tangan dengan tangan yang lainnya agar kedua tangannya
tergabung. “(HR.Bukhori)
Dalam Al–Qur’an, kata akh (saudara) memiliki beberapa kelompok bagian yaitu :
1. Saudara kandung atau saudara seketurunan, yang dijelaskan pada ayat yang berbicara
tentang masalah waris atau keharaman mengawini orang – orang tertentu, seperti dalam surat an-
Nisa : 23
األخ
ِ ُات--َ َوبَن االتُ ُك ْم--م َو َع َّماتُ ُك ْم َو َخ-ْ َواتُ ُك--اتُ ُك ْم َوأَ َخ--َاتُ ُك ْم َوبَن-- ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ْم أُ َّم َه--ُح
ُات--ا َع ِة َوأُ َّم َه-ض َ م ِم َن ال َّر-ْ َواتُ ُك- ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ-ض َ أَ ْر-اتُ ُك ُم الالتِي--ت َوأُ َّم َه ِ األخ ْ ُات--ََوبَن
إِنْ لَ ْم-َ َد َخ ْلتُ ْم بِ ِهنَّ ف-ائِ ُك ُم الالتِي-س َ ِ و ِر ُك ْم ِمنْ ن-ائِبُ ُك ُم الالتِي فِي ُح ُج--َائِ ُك ْم َو َرب-س َ ِن
ْم َوأَن-ْ البِ ُك-ص
ْ َين ِمنْ أ َ م الَّ ِذ-ُ ائِ ُك--َ ُل أَ ْبن-ِاح َعلَ ْي ُك ْم َو َحالئ-
َ -َوا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِهنَّ فَال ُجن--ُتَ ُكون
ان َغفُو ًرا َر ِحي ًما
َ ف إِنَّ هَّللا َ َك َ األختَ ْي ِن إِال َما قَ ْد
َ َ سل ْ ت َْج َم ُعوا بَ ْي َن
Artinya: “Diharamkan atas kalian (mengawini) ibu-ibu kalian; anak-anak kalian yang perempuan;
saudara-saudara kalian yang perempuan, saudara-saudara bapak kalian yang perempuan; saudara-
saudara ibu kalian yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudara lelaki kalian:
anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan kalian: ibu-ibu kalian yang menyusui
kalian, saudara sepersusuan kalian; ibu-ibu istri kalian (mertua) anak-anak istri kalian yang dalam
pemeliharaan kalian dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istri kamu itu (dan sudah kalian ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagi kalian) istri-istri anak kandung kalian (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”(Q.S. An-Nisa : 23)
2. Saudara yang dijalin dengan ikatan keluarga, seperti doa Nabi Musa a.s yang dicantumkan
dalam Al-Qur’an, surat Thaha : 29-30
Artinya: “(Dan jadikanlah untukku seorang pembantu) orang yang membantuku di dalam
menyampaikan risalah-Mu (dari keluargaku). Yaitu Harun) lafal Haaruna menjadi Maf'ul Tsani
(saudaraku) lafal Akhii menjadi 'Athaf Rayan. ”(Q.S. Thaha : 29-30)
3. Saudara dalam arti sebangsa, walaupun tidak seagama yang di jelaskan dalam surat Al –
A’raf 65
Dengan demikian, beberapa persaudaraan yang dijelaskan secara jelas dalam Al –Qur’an
dengan menggunakan kata akh. Selain itu, munculah sumber pokok dalam ajaran islam, atau
ukhuwah yang bersifat Islami, yang terbagi menjadi 4 bagianyaitu:
Kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi social ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya.
Kerukunan umat beragama dengan penganut agama lainnya telah disebutkan dalam Al-
Qur’an dan Hadist. Hal yang tidak diperbolehkan adalah masalah akidah dan ibadah. Beberapa
prinsip kerukunan antar umat beragama berdasarkan Hukum Islam:
1) Islam tidak membenarkan adanya pemaksaan dalam memeluk suatu agama. (Q.S.Al-
Baqarah : 256)
2) Allah SWT tidak melarang orang islam untuk membuat baik, berlaku adil dan tidak
memusuhi penganut agama lain, tidak memerangi dan tidak mengusir orang islam. (Q.S.
Al-Mutahanah : 8)
3) Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari’at agamanya
masing – masing. (Q.S.Al-Baqarah : 139)
Umat beragama diharapkan menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama sehingga dapat
dikembangkan sebagai factor pemersatu, maka akan memberikan kestabilan dan kemajuan
Negara. Dalam menjaga kerukunan antar umat beragama memiliki beberapa manfaat, diantaranya
adalah:
Dalam hidup rukun antar umat beragama, memiliki beberapa perilaku yang mencerminkan
kerukunan antar umat beragama satu dengan yang lain, seperti berikut ini:
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi rumusan pandangan dan sikap
pemuka agama tentang etika kerukunan antar umat beragama. Tepat pada Sabtu, 10 Februari
2018, Lukman yang didampingi oleh Presiden Joko Widodo menerima para pemuka agama di
Istana Kepresidenan Bogor, JawaBarat, beliau mengatakan ”Saya amat bersyukur dan
mengapresiasi setinggi – tingginya atas rumusan tersebut”.
Menurut Lukman, rumusan etika tersebut sangat penting untuk ditaati oleh setiap umat
beragama. Ia menuturkan, rumusan itu menitikberatkan pada pentingnya sikap saling
menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
Ada lima poin pandangan dan sikap umat beragama tentang etika kerukunan antar umat
beragama, yaitu:
1) Setiap pemeluk agama memandang pemeluk agama lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dan saudara sebangsa.
2) Setiap pemeluk agama memperlakukan agama lain dengan niat dan sikap baik, empati,
penuh kasih sayanag, dan saling menghormati.
3) Setiap pemeluk agama bersama pemeluk agama lain mengembangkan dialog dan
kerjasama kemanusiaan untuk kemajuan bangsa.
4) Setiap pemeluk agama menerima dan menghormati persamaan dan perbedaan agama dan
tidak mencampuri wilayah doktrin, akidah, keyakinan dan praktik peribadatan agama lain.
5) Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antarumat beragama tidak
menghalangi penyiaran agama, dan penyiaran agama tidak mengganggu kerukunan antar
umat beragama.
Toleransi diperlukan bagi semua rakyat Indonesia dalam keragaman keagamaan. Toleransi
adalah sikap yang saling menghargai kelompok – kelompok atau antara individu dalam
masyarakat atau ruang lingkup lainnya. Dalam pengertian lain, Toleransi dapat diartikan sebagai
suatu perbuatan yang melarang terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau
golongan yang berbeda dalam masyarakat.
Toleransi antar umat beragama yaitu menyakini bahwa agamaku adalah agamaku dan
agamamu adalah agammu, tetapi disini saling respect / menghargai agama orang lain dan tidak
boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama kami, dan kami tidak boleh menjatuhkan
mengejek maupun mencela agama orang lain dengan alas an apapun karena kita adalah sama –
sama manusia yang hidup saling berdampingan. Namun sisi lain, agama juga dapat pemicu
sebagai konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negative dari agama dalam
mempengaruhi masyarakat Indonesia. Beberapa konflik tersebut seperti konflik internal dari umat
agamanya sendiri maupun konflik antar agama.
Dalam sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu
pada fondasi agama yang sangat mendasar dangan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi,
sehingga penganut atau aliran tersebut menggunakan kekerasan untuk mengaktualisasikan paham
keagamaan yang dianut dan diyakininya. Agama yang menimbulkan gerakan radikal, dapat
menibulkan suatu kelompok menuduh kelompok lain.
3. Pemahaman yang Liberal, bebas semaunya tanpa mengikuti kaedah yang ada.
Liberalisme adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kebebasan, Maksudnya adalah suatu kelompok yang tidak memiliki aturan – aturan yang
bersangkutan dengan undang – undang yang dibuat oleh pemerintah.
Dalam sebuah konflik yang terjadi dialam kerukunan umat bergama, bukan hanya
disebabkan factor keagamaan, melainkan factor ekonomi, politik dan social yang kemudian
diagamakan. Beberapa penyebabnya seperti :
Persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaran / penyebaran agama yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penistaan terhadap agama.
Adanya salah paham informasi diantara pemeluk agama.
Kurang efektifnya pelaksanaan regulasi.
a. Tidak memperkenalkan pengelompokkan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau
wilayah yang sama secara ekslusif.
b. Masyaakat pendatang ataupun penduduk asli harus berbaur dengan yang lainnya.
d. Kesenjangan social dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin ataupun dihapuskan.
Dalam menyelesaikan konflik sebaiknya melalui mediasi. Mediasi adalah suatu cara
intervensi dalam konflik, dimana mediator dalam konflik juga harus mendapat kepercayaan dari
pihak yang berkonflik. Tugas dari mediator adalah memfasilitasi adanya dialog antar pihak yang
berkonflik, sehingga semuanya dapat saling memahami posisi maupun kepentingan dan
kebutuhan masing – masing, dan dapat memperhatikan kepentingan bersama.
Pada buku Pedoman Dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab IV halaman 49,
disebutkan hal- hal sebagai berikut:
1. Kerukunan hidup beragama adalah proses yang dinamis yang berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
2. Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar,
berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup
beragama dengan:
c. Memandang sesuatu selalu melihat dua aspek, yaitu aspek dunia dan akhirat.
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya – upaya
untuk menjadikan kerukunan hidup antar umat beragama berjalan dengan baik, diantaranya
adalah:
1. Memperkuat dasar- dasar kerukunan internal dan antar umat beragama maupun
pemerintah.
bermasyarakat.
Selain adanya upaya – upaya dalam mendorong kerukunan dalam beragama, adanya strategi
yang harus dilakukan dalam membina kerukunan umat beragama, yang dapat dirumuskan bahwa
satu pilar utama untuk memperkokoh kerukunan nasional adalah mewujudkan kerukunan antar
umat beragama. Dalam hal ini strategi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Maksudnya lembaga – lembaga keagamaan kita daya gunakan secara maksimal sehingga
mempercepat proses penyelesaian konflik.
2. Membimbing umat beragama agar makin meningkat keimanan dan ketakwaan mereka
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya sifat toleran, serta
menerapkannya di dalam kehidupan bersosial masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya
terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya perpecahan di antara umat dalam mengamalkan
agamanya.
2.8.2. Dapat mempererat tali silaturahmi
Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah terjalinnya tali silaturahmi. Pada
umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi alasan terjadinya pertentangan antara orang
(golongan) yang satu dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya
perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia, seperti
tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi manusia lainnya.
Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara merupakan salah
satu kunci sukses menuju keberhasilan program-program pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintahan di negara tersebut. Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana
baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara.
Agama apapun tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada agama yang
mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama manusia.
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing
menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya,
membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan
agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan
kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion),
yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang
berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni
atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan
dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam
sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan
pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah.
Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia.
Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis
keras.
Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam
dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan
antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih
kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku
Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu
hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan
ketentraman dan keamanan.
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan
budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori
budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau
daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar
kelompok agama di Indonesia.
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama
pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam
sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik
dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam
yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni
orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering
mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
Konflik antar umat beragama kerap kali terjadi di sekitar kita. Perbedaan, kurangnya
toleransi, dan saling menghargai satu sama lain menjadi pemicu utama sebuah konflik
sebagaimana yang telah di jelaskan di halaman sebelumnya.
Sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan potensi konflik tidak menjadi kasus.
Pendekatan struktural pemerintah masih sangat dominan. Sementara upaya dari kelompok
masyarakat sendiri belum banyak dilakukan.
Pendekatan struktural TOP-DOWN dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu :
1) Kegiatan musyawarah. Musyawarah berguna untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi
untuk mencapai suatu mufakat ataupun suatu keputusan. Banyak musyawarah yang
dilakukan di sekitar kita yang membicarakan tentang kerukunan antar umat beragama namun
hal tersebut hanya bersifat wacana belaka tanpa ada tindak lanjut dalam bentuk nyata.
2) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya konflik antar umat beragama. Cara
ini adalah cara yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang terkoordinir dengan baik
secara instrumental :
Pembuatan surat keputusan dan perundangan yang mengatur khusus tentang
hubungan antar kelompok ataupun antar umat beragama.
Menjadikan pancasila dan nasionalisme sebagai nilai dan norma setiap kelompok
umat beragama.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kerukunan adalah suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan,
serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tentram.
Kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi social ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Bahwa pada dasarnya dalam membentuk suatu kerukunan antar umat beragama dalam
suatu negara, harus adanya suatu rasa saling menghargai maupun menghormati satu dengan yang
lain. Karena manusia diciptakan untuk saling berdampingan dalam menjalani hidup. Maka,
pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan bermasyarakat
yang damai, harmonis, tolong menolong atau pun saling berbuat baik terhadap yang satu.
Selain itu, ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama antara lain:
Penyebab konflik antar umat beragama karena kurangnya rasa solidaritas dan toleransi
dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada. Seperti yang di jelaskan dalam pembahasan
sebelumnya.
Dan cara penanggulangannya dengan menumbuhkan sikap terbuka antar perbedaan yang
ada tetapi harus tetap memegang teguh iman dan kepercayaan masing-masing.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam kerukunan umat beragama yaitu agar seluruh umat
beragama internal maupun antar umat beragama mampu dan saling menjaga, menghargai, bahkan
memliki rasa saling membutuhkan yang dapat menjadikan kerukunan sebagai pedoman bagi
individu, kelompok maupun masyrakat suatu Negara, sehingga terciptanya rasa aman, nyaman
dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nawari Ismail, M.Ag, Prof. Muhaimin AG ( Pendamping ), Konflik Umat Beragama dan Budaya
Lokal,( Bandung, CV. Lumbuk Agung, 2011 ) Hal : 179 – 182.
HustonSmith, Agama Agama Manusia,( Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001 )
Skor Nilai:
(Dr. H. H. A. Matondang, M.Ag, Drs. Manaon Batubara, MA, Dr. Ramli Nur,
MA, Hapni Siregar, MA, Hj. Nurmayani, MA, 2020)
Disusun
Oleh
NIM : 5192131001
FAKULTAS TEKNIK
MEI 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical book
review ini dengan judul buku utama “Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi” dan buku pembanding “Buku Ajar : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum”. Critical Book Review ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Semoga Critical Book Review ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan Critical Book Review ini, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
Penulis menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf
dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
Critical Book Review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.
Penuli
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
7 C. Argumentasi (Komentar)
BAB IV PENUTUP
8 A. Kesimpulan
9 B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Buku Pembanding
Menurut Buku utama, Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa berpikir dan merenungkan lagi. Dengan
demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan telah
terbentuk dalam tingkah laku atau perbuatan.
Menurut buku pembanding, Akhlak suatu keinginan yang ada dalam jiwa yang
akan dilakukan dengan perbuatan tanpa akal pikiran. Akhlak juga dapat didefinisikan
sebagai daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnungkan lagi. Akhlakbersifat tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia
akan muncul secara spontan bilamana diperlukan dan tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
ETIKA
MORAL
Berdasarkan buku utama, Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik buruknya suatu
perbuatan.
Berdasarkan buku pembanding, Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Moral
senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari
baik buruknya perbuatan nyesel aku manusia.
Berdasarkan pendapat kedua buku, ditarik kesimpulan moral merupakan ide-
ide atau perbuatan manusia yang dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum
atau masyarakat yang pada hakikatnya menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik buruknya perbuatan nyesel aku manusia.
Dalam kedua buku dijelaskan perbedaan yang mendasar antara akhlak, moral dan
etika dari penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan al-quran dan Sunnah Rasul. Sedangkan moral dan etika
berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. dengan
begitu standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal sedangkan standar alat
bersifat universal dan abadi.
Dalam konsepsi etika atau akhlak, dikenal istilah tasawuf. Beberapa pendapat
menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan latar belakang gerakan moral yang
dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam untuk meningkatkan kualitas kepribadian
kepada Allah SWT dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia.
Konsepsi etika moral dari segi filosofi dan dasar-dasar bangunannya hingga sikap,
watak dan adat yang masih dipelihara dan dikembangkan oleh manusia, pada dasarnya
telah diletakkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yang dicontohkan
secara konkret oleh Rasulullah dalam perilakunya sehari-hari. Contoh dari penerapan
konsep tasawuf yaitu melatih sikap zuhud dalam pengertian hati tidak dikendalikan atau
didominasi oleh dunia. berikhtiar dengan keras selalu berserah diri kepada Allah atas
segala hasil yang diraihnya.
Perwujudan akhlak kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk perbuatan
diantaranya : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan
cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meninggalkan beban, serta
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Perwujudan akhlak kepada keluarga dapat dilakukan dengan mengembangkan
kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu
menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang
akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya. Pendidikan yang ditanamkan dalam
keluarga akan menjadi pengukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang
datang kepada mereka di luar rumah.
Perwujudan akhlak kepada lingkungan dapat dilakukan dengan memakmurkan
alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan
manusia tanpa merugikan dan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Kekayaan alam
yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil dan memberi
manfaat dari dan kepada alam serta melarang segala bentuk perbuatan yang merusak
alam.
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
Dalam kedua buku yang penulis review, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan
dari kedua buku diatas, diantaranya ialah :
1. Dilihat dari aspek tampilan buku, buku utama dan buku pembanding sama-sama
menarik perhatian minat pembaca karena cover buku yang menarik mulai dari segi
warna, desain buku dan penulisan judul bukunya. Tetapi penjilidan pada buku
pembanding ini kurang bagus karena kertas mudah terlepas dari pengeleman bukunya.
Sedangkan pada buku utama penjilidan nya lebih rapi, bagus dan tidak mudah
terlepas.
2. Dilihat dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font nya
lebih kreatif dan lebih bagus pada penggunaan buku utama daripada buku
pembanding. Gaya penulisan pada buku utama terlihat lebih menarik dan tidak
monoton.
3. Dilihat dari aspek isi buku, buku pembanding lebih terperinci dan lebih detail dalam
menyampaikan isi materinya dengan cakupan materi yang lebih luas. Kajian materi
pada buku pembanding lebih mendalam dalam menjelaskan materi, seperti
karakteristik akhlak Islam yang diantaranya ditandai dengan kebaikannya bersifat
mutlak yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang
murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat luas, kapanpun dan dimanapun.
Sedangkan pada buku utama kajian materinya hanya dasar-dasarnya saja tidak
terlalu dijelaskan dengan detail.
4. Dilihat dari aspek tata bahasa, buku utama lebih banyak kesalahan dalam penulisan
katanya, seperti dalam kata “gosif” yang seharusnya menjadi “gosip”., dan kata
“mengiku” yang seharusnya menjadi “mengikuti”.
Sedangkan tata bahasa pada buku pembanding lebih bagus karena tidak adanya
kesalahan dalam penulisan. Tetapi kata-kata yang digunakan pada buku utama lebih
mudah untuk dipahami. Sedangkan pada buku pembanding lebih sukar untuk
dipahami.
5. Pada kedua buku penjelasan materi disertai dengan pendapat para ahli yang
mendukung keabsahan dari materi yang diberikan oleh penulis dari kedua buku
tersebut.
C. Argumentasi (Komentar)
Untuk Buku Utama, saran saya untuk adanya perbaikan yang dilakukan kembali
dalam penulisan kata dan tata layout penyusunan buku agar tidak menimbulkan makna
ambigu dalam membaca teks bacaan.
Untuk buku pembanding, saya ingin memberikan komentar bahwasanya buku ini
sudah tepat untuk digunakanuntuk pembelajaran agama islam di perguruan tinggi. Karena
dari segi bahasa juga sudah bagus dan mudah dipahami pembaca.
Menurut penulis, buku yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran agama
Islam untuk perguruan tinggi adalah buku pembanding, dengan cakupan materi yang lebih
luas sehingga pembaca memperoleh ilmu yang luas, tidak seputar garis besarnya saja.
Pembahasan materi yang ada pada buku pembanding lebih detail dan rinci yang
mencakup materi lebih luas dibandingkan dengan buku utama. Hal itu dapat kita lihat dari
banyaknya materi yang dibahas pada uraian diatas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis me-review dua judul buku yang sama yaitu buku agama Islam untuk
perguruan tinggi dengan pengarang yang berbeda, penulis dapat menyimpulkan bahwa
terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada setiap buku.
Kajian materi yang dibahas pada buku pembanding lebih lengkap dan detail daripada
buku utama. Buku utama hanya menyajikan materi secara garis besarnya saja dan tidak
dibahas terlalu detail.
Tetapi secara keseluruhan, kedua buku diatas sudah sangat bagus dan patut untuk
dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin membacanya karena dapat menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana penerapan dari akhlak, etika dan moral
dalam kehidupan sehari-hari..
B. Saran
Saran saya untuk kedua buku adalah perlunya juga pembaharuan materi seperti
penambahan materi, agar materi yang disajikan lebih lengkap. Sertakan juga penggunaan
bahasa yang mudah untuk dipahami oleh pembaca. Untuk buku ini sendiri, gunakanlah
bahasa yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak pembaca.
Saran saya untuk penulis Critical Book Review ini adalah untuk lebih belajar
dalam membuat laporan critical book review ini sehingga mendapatkan hasil yang lebih
baik. Harapan saya untuk kedepannya agar sekiranya laporan ini bermanfaat bagi orang
banyak dan menambah wawasan mereka mengenai pembelajaran agama Islam dalam
kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Ramli, Dkk. (2020). Islam Kaffah : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Medan: CV. Manhaji Medan.
Zakiah, S. S. (2015). Buku Ajar : Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Medan: CV. Putra Maharatu.
CRITICAL JURNAL REVIEW
Skor Nilai:
Disusun
Oleh
NIM : 5192131001
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical journal
review ini guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam,
dengan judul jurnal utama “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak
Peserta Didik Di TPQ Al-Azam Pekan baru”, dengan judul jurnal pembanding “Peranan Guru
PAI dalam Pendidikan Akhlak di Sekolah ”.
Dalam penulisan Critical Journal Review ini, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
Penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan laporan ini dan mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya serta
mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam Critical Journal Review
yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Jurnal Utama
B. Jurnal Pembanding
BAB IV PENUTUP
16 A. Kesimpulan
17 B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jurnal Pembanding
1. Judul Artikel : Upaya guru pendidikan agama islam dalam pembentukan akhlak
: peserta didik di TPQ Al-Azam pekanbaru
2. Nama Jurnal : Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam
3. Edisi Terbit : Vol. 9 No. 2
4. Tahun Terbit : 2019
5. Pengarang Artikel : Euis Rosyidah
6. Kota Terbit : Pekanbaru, Indonesia
7. Nomor ISSN : 2580-2453
8. Alamat Situs : http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Pendahuluan
Akhlak merupakan ukuran kepribadian seorang muslim. Akhlaknya seorang
muslim adalah al-qur’an dan as-sunnah. Seseorang yang berkepribadian menurut
alquran dan as-sunnah berarti ia adalah seorang yang berakhlak mulia. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna akhlak yang mulia. Dalam
proses pembelajaran pembentukan akhlak sangatlah penting guna tercapainya tujuan
pendidikan islam, karena tujuan pendidikan islam adalah menjadikan siswa yang
berakhlakul karimah, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Menurut Imam Al-Ghozali akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula
sekedar kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Akan tetapi, akhlak
adalah upaya menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang siap memunculkan
perbuatan-perbuatan, dan situasi itu harus melekat sedemikian rupa sehingga
perbuatan yang muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, akhlak merupakan sikap yang
melekat pada diri seseorang yang bukan sesaat tetapi setiap waktu.
Dalam masalah tentang pembentukan akhlak. Ditemukan berbagai penelitian
yang telah melakukan penelitian tentang pembentukan akhlak. Penelitian Tasnim,
Yusrizal, dan Khairuddin (2016) yang meneliti pembentukan akhlak dari aspek
Manajemen Pembelajaran Berbasis Karakter pada SMA Negeri 5 Lhokseumawe.
Kemudian penelitian Fatmawati (2016) yang meneliti pembentukan akhlak dari
aspek Fungsi Tasawuf di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Selain itu penelitian
Titin, Nuraini, dan Supriadi (2014) yang meneliti pembentukan akhlak dari aspek
Peran Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Pada Siswa SMA. Disamping itu ada
penelitian Rais, Rahmat, Mudzanatun, dan Said (2012) yang meneliti
pembentukan akhlak dari aspek Sikap Guru Dalam Pembentukan Akhlak Mulia
Melalui Keteladanan Guru Di SDN Ngaluran 2 Karangan Kab. Demak. Dan yang
terakhir penelitian Abadi dan Faroek (2012) yang meneliti pembentukan akhlak dari
aspek Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak Pada Keluarga
Pegawai.
Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak
Peserta Didik di TPQ Al-Azam Pekanbaru”. Dengan tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apa saja upaya guru dalam pembentukan akhlak peserta didik,
penelitian ini dilakukan agar mempermudah guru-guru atau lebih khususnya guru
PAI yang membaca tulisan ini dalam membimbing peserta didiknya.
2. Deskripsi Isi
a. Hakikat Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak, yang berarti
tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral, etika atau budi pekerti. Kata
akhlak ini lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai
dalam bahasa indonesia sebab akhlak meliputi segi kejiwaan dan tingkah laku
lahiriyah dan bathiniyah seseorang.
Menurut Imam Abu Hamid Al-Ghazali (2004) akhlak adalah suatu sifat
yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu, serta dapat diartikan
sebagai suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.
Dalam islam akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting, bahkan
tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk manusia yang berbudi
pekerti baik atau berakhlakul karimah yang bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Pembagian Akhlak
a) Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak yang baik terhadap Allah SWT dapat dilihat dari tata cara
berucap dan bertingkah laku kepada Allah baik melalui ibadah langsung
kepada Allah seperti halnya sholat, puasa, haji dan ibadah lainnya,
maupun perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan dengan
Allah diluar ibadah langsung.
b) Akhlak terhadap Manusia
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, yang diutus oleh
Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Berakhlak terhadap
Rasulullah SAW diataranya dengan bersholawat kepada Rasulullah,
Beriman kepada Rasulullah dan mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW.
Berakhlak terhadap diri sendiri antara lain: Memelihara kebersihan,
rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat, mengatur makanan dan minuman
yang baik dan halal.
Akhlak anak terhadap orang tua antara lain: tidak melawan perintah orang
tua (selagi tidak melanggar hukum islam), menyayangi dan mencintainya,
serta mengucapkan kata-kata kemuliaan dan kehormatan terhadap orang
tua dan ketika orang tua sudah wafat hendaklah seorang anak mendo’akan
orang tuanya dan memintakan ampunan untuk mereka kepada Allah SWT.
c. Faktor yang mempengaruhi akhlak
a) Adat kebiasaan
b) Keturunan
c) Lingkungan
d) Naluri
d. Upaya guru dalam meningkatkan akhlak peserta didik
Ada dua metode yang digunakan guru pendidikan agama islam dalam
meningkatkan akhlak peserta didik, yaitu:
a) Pembiasaan
Metode pembiasaan ini mendorong dan memberikan ruang kepada
peserta didik pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung,
sehingga teori berat akan menjadi ringan bagi peserta didik bila kerap kali
dilaksanakan.
b) Metode Keteladanan
Metode adalah suatu cara menyampaikan materi pendidikan oleh pendidik
kepada peserta didik, disampaikan secara efisien dan efektif, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah ditentukan. Keteladanan dalam bahasa arab
adalah uswah, iswah, atau qudwah yang berarti perilaku baik yang patut ditiru
oleh orang lain.
e. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan observasi. dengan guru pendidikan agama islam sebanyak 2
orang, kepada sekolah, dan kepala yayasan. Wawancara yang saya lakukan
kurang lebih berlangsung selama satu jam, digunakan untuk memahami
pembentukan akhlak peserta didik. Dengan observasi saya mengamati
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan peserta didik selama berada disekolah
dan mengamati interaksi sehari-hari peserta didik baik dengan temannya atau
dengan gurunya. Teknik pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa
tahapan: pembersihan data, transkrip, koding dan kategorisasi dan interpretasi.
f. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan peneliti di TPQ Al-Azam di kota pekanbaru,
peneliti melihat peserta didik di TPQ Al-Azam sangat heterogen (beraneka
ragam) latar belakangnya. Pembentukan dan pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh TPQ Al-Azam dapat dikatakan berhasil, bisa lihat dari
lulusannya. semua lulusan memiliki hafalan surat-surat pendek minimal 24
surat di juz 30 ditambah dengan hafalan do’a sehari-hari. ini menunjukkan
bahwa usaha guru dalam pembentukan akhlak dan keimanan peserta didik sangat
kuat, guru berusaha semaksimal mungkin untuk membina peserta didiknya.
Dalam pembentukan akhlak peserta didik tidak semua peserta didik mudah
untuk diarahkan, ada beberapa peserta didik yang susah untuk diarahkan kearah
yang lebih baik. Adapun cara yang dilakukan untuk membimbing peserta didik
yang susah diatur ini salah satunya adalah dengan cara memberikan perhatian
lebih kepada peserta didik ini. Dan ini terbukti, peserta didik yang tadinya keras
hatinya dapat lembut dan mudah dibelokkan oleh pendidik.
B. Jurnal Pembanding
1. Pendahuluan
Pendidikan agama sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
tanggung jawab yang sama terhadap pencapaian dari tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak, keagamaan dan
sosial masyarakat. Agama memberikan motivasi hidup dalam kehidupan. Oleh
karena itu agama perlu diketahui, dipahami, diyakini dan diamalkan oleh
manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi
manusia yang utuh.
Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya
yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kebahagiaan lahiriah dan rohaniah. Salah satu ruang lingkup pendidikan
agama adalah pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak di Sekolah merupakan sub
bagian/materi dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, walaupun begitu
dengan adanya Kurikulum 2013, urgensi pendidikan akhlak di Sekolah memiliki
peran yang sangat dominan sehingga dalam struktur Kurikulum 2013
Pendidikan Agama Islam dirubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Hal ini disebabkan karena orientasi pendidikan yang dilakukan pada
pengembangan kompetensi peserta didik bukan lagi berorientasi pada
ketercapaian materi pelajaran. Dengan demikian apapun yang dilakukan oleh
guru/pendidik dalam proses pembelajaran harus mampu mengoptimalkan potensi
yang dimiliki peserta didik.
Berdasar pada argumentasi tersebut, persoalan krusial yang muncul adalah
apa yang harus dilakukan guru/pendidik supaya pendidikan akhlak tidak hanya
dipahami oleh peserta didik tetapi mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi Isi
a. Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani
maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta
menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi
pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di
mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa
harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan
pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau
bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan
(stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat
menjadi kebiasaan.
b. Dasar-dasar pendidikan akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan al-Hadis, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur‟an
dan al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik
dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur‟an sebagai dasar akhlak menjelaskan
tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat
manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW
sebagai teladan bagi seluruh umat manusia,
c. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan
pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada anak didik haruslah
mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan
akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena
akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu
adalah tiang dari pendidikan Islam.
d. Peran Pendidikan akhlak di sekolah
Pendidik/guru pada dasarnya memiliki peran yang sangat fital dalam
proses pembelajaran, baik tidaknya kualitas pembelajaran salah satunya
dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya. Pendidik yang memiliki kualitas tinggi
dapat menciptakan dan mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis dan
konstruktif. Mereka juga akan mampu mengatasi kelemahan materi dan
subyek didiknya dengan menciptaka suasana miliu yang kondusif dan strategi
mengajar yang efektif dan dinamis. (Roqib, 2009: 43).
Pada dasarnya tugas pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan
pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Potensi peserta didik ini harus berkembang secara seimbang dan
terintegrasi dalam diri peserta didik.
Abin Syamsuddin menambahkan dengan mengutip pemikiran Gagde
dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta
didik, yang mencakup: (1) Guru sebagai perencana (planner) yang harus
mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar
(pre-teaching problems). (2) Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus
dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia
bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan
yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems). (3) Guru sebagai penilai
(evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan
akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan
proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini menggunakan metode interaktif dan metode non interaktif. Metode
interaktif meliputi observasi berperan dan wawancara, sedangkan metode non
interaktif meliputi observasi dan analisis dalam dokumen. Teknik analisis data
dalam penelitian ini deskriptif-eksploratif.
analisis.
4. Hasil Penelitian
Berangkat dari kondisi nyata, kondisi ideal, serta tujuan pendidikan akhlak di
sekolah sebagaimana telah dijelaskan diatas, dapat dianalisa bahwa peran peserta
guru dalam pendidikan akhlak di sekolah diantaranya guru sebagai organisator,
maksudnya adalah guru harus dapat menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rencana.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan isi jurnal diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya upaya guru dalam meningkatkan akhlak anak dapat dilakukan dengan guru
sebagai fasilitator dapat memfasilitasi siswa dalam rangka mengembangkan potensi
dirinya dan membimbing siswanya dalam proses belajar, mengajarkan siswa untuk
membaca alquran serta menghafalkan surat-surat pendek, melafalkan doa sehari-hari,
senantiasa shalat tepat waktu.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai artikel jurnal ini adalah hendaknya untuk
para peneliti dapat melanjutkan studi yang berkaitan dengan peran guru ini untuk
pembuatan jurnal berikutnya, tetapi dengan menggunakan topik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Kuswanto, E. (2014). Peranan Guru PAI dalam Pendidikan . Mudarrisa: Jurnal Kajian
Pendidikan Islam, 194-220.
Rosyidah, E. (2019). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Peserta
Didik di TPQ AL-Azam Pekanbaru . Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 181-189.
LAPORAN REKAYASA IDE
Skor Nilai:
Oleh
NIM : 5192131001
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah Swt., atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Usaha Untuk Memperbaiki Etika, Moral, dan Akhlak Masyarakat”.
Adapun makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi
salah satu referensi bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
c. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap permasalahan yang terjadi yang berkenaan dengan moral dilingkungan
masyarakat.
d. Mengetahui informasi upaya-upaya apa yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat untuk memberantas atau mengurangi kasus-kasus moral serta
pemberian paya atau solusi dari penulis.
e. Memenuhi tugas KKNI mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kasus generasi muda yang masih duduk dibangku sekolah yang salah dalam
memilih pergaulan dan pada akhirnya mereka terjerumus dalam pergaulan bebas.
Di masa sekarang ini anak SMP sudah banyak yang melakukan perbuatan yang
menyimpang seperti salah dalam mengartikan seksual dan melakukan hubungan
seksual.
b. Korupsi
Saat ini banyak kaum LGBT yang memperjuangkan hak mereka untuk diakui
masyarakat dan pemerintah. LGBT adalah penyimpangan moral karena selain
dilarang oleh pemerintah Indonesia. LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay,
Bisexual and Transgender. Namun LGBT sekarang berkembang menjadi
LGBTQ. Q adalah Queer yang berarti homoseks. Lesbian berarti seorang wanita
yang memiliki rasa suka terhadap sesama jenis, begitupun juga gay yang berati
rasa suka seorang pria terhadap sesama jenisnya, biseksual adalah seseorang yang
tertarik terhadap lawan jenis dan juga sesama jenis, sedangkan transgender adalah
seseorang yang ingin mengubah kuadrat dirinya, sebagai contoh seorang laki-laki
yang merasa dirinya adalah perempuan dan kemudian memutuskan mengubah
identitas dirinya yang adalah lelaki menjadi perempuan.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
Bagi seseorang yang salah dalam pergaulan, solusi yang paling utama dalam
megatasinya adalah dengan menyadarkan diri sendiri atas perbuatan buruk yang
dilakukan, kemudian menyesali segala dosa-dosa yang telah dilakukan. Setelah
itu, mendekatkan diri kepada Sang Khaliq untuk meminta pengampunan dan
penerimaan taubat
b. Memperbaiki Cara Pandang
Bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan untuk mendidik anak untuk
berusaha dan menerima hasil usaha walaupun tak sesuai dengan apa yg dinginkan
sehingga apabila hasilnya mengecewakan dapat menanggapi dengan positif.
c. Jujur Pada Diri Sendiri
Menyadari dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga tidak
menganiyaya emosi dan diri mereka sendiri.
d. Menanamkan Nilai Ketimuran
Maksudnya adalah dengan manajemen waktu, emosi dan energi agar selalu
berpikir positif dengan kegiatan ositif setiap hari.
f. Banyak Beraktivitas Secara Positif
Dengan aktivitas positif maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal negatif.
g. Berpikir Masa Depan
Membaca buku memberikan kita wawasan luas baik itu wawasan dalam
pelajaran di sekolah maupun wawasan akan kehidupan yang baik dan mengetahui
lebih cepat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
j. Berkomunikasi dengan Baik
Landansan hukum yang telah diatur dalam Amandemen UUD 1945 atau
sebelumnya memberi penegasan bahwa setiap dewan negara haruslah aman dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Kondisi inilah menjadi faktor penenanganan korupsi
yang perlu dilakukan, yakni dengan memberikan penagakan hukum lebih kuat.
c. Meningkatkan pendidikan mengenai korupsi
a. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa
tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga
ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
b. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu
penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan
ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena
pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh
agresifitasnya yang berbeda.
c. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.
4.1 Kesimpulan
Sebagai upaya untuk menangani berbagai kasus kemerosotan etika, moral dan
akhlak di negeri ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan,
baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan yang baik dan
berkualitas akan menjamin terbinanya insan-insan yang religius dan berbudi
pekerti luhur serta memiliki kecerdasan sesuai dengan bidangbidang yang
ditekuni. Karena melalui pendidikan inilah kita dapat menyiapkan para pemimpin
bangsa yang memiliki iman yang kokoh dan budi pekerti yang luhur serta mampu
menjadi pengawal moral dalam membawa negara dan bangsa kita di masa-masa
yang akan datang.
4.2 Saran
Sebagai bangsa yang baik yang juga memegang teguh nilai-nilai agama,
tidaklah patut jika kita hanya berpangku tangan melihat kejahatan moral yang kian
hari kian bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kita harus melakukan
penanganan terhadap kasus-kasus moral ini sesuai dengan tugas dan kapasitas kita
masing-masing. Mulailah dari diri kita masing-masing, lalu terhadap orang-orang
yang terdekat dengan kita hingga orang-orang lain yang jauh dengan kita. Kita
berdoa kepada Allah Swt. mudah-mudahan bangsa dan negara kita selalu dalam
lindungan-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-khoirot, KSI. 2015. Masalah LGBT dan Solusinya. Diakses pada 25 November
2020, jam 22.31 WIB.
https://www.kompasiana.com/ditarahayu/54f7ae21a33311541d8b478c/makalah-
krisis-moral-remaja-pada-era-globalisasi. Diakses pada 25 November 2020.
https://www.kompasiana.com/aulian/5bc5a03e6ddcae27482ee384/krisis-moral-
bangsa-indonesia?page=2. Diakses pada 25 November 2020
Skor Nilai:
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI STRATEGI PEMBENTUKAN
MORAL DAN KARAKTER SISWA
Disusun
Oleh
NIM : 5192131001
FAKULTAS TEKNIK
MEI 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pendidikan Agama Islam
Sebagai Strategi Pembentukan Moral Dan Karakter Siswa”.
Pada dasarnya tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
Dalam menyusun laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. Ramli, MA, selaku dosen pembimbing mata kuliah pendidikan agama
Islam.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberi semangat.
Penulis menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki laporan selanjutnya. Semoga
laporan ini dapat dipahami oleh para pembaca, dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN
1.29 A. Kesimpulan
1.30 B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
EXECUTIVE SUMMARY
Jika bangsa ini ingin kembali memiliki harga diri yang diakui oleh negara lain,
penanganan masalah seperti ini harus dilakukan secara menyeluruh. Hal ini harus
dilakukan jika ingin menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Berbagai solusi
dapat dilakukan, seperti menanamkan pendidikan karakter sejak dini, memanfaatkan
IPTEK dengan baik, dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. Salah satu
solusi yang disebutkan di atas adalah menanamkan pendidikan karakter sejak dini.
Pada dasarnya pendidikan moral dan karakter ini menurut Zamroni, berkaitan
dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif
guna mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan
karakter ini berkaitan dengan pengembangan kemampuan pada diri anak didik untuk
merumuskan ke mana tujuan hidupnya, apa saja yang baik yang harus dilakukan dan apa
yang jelek yang harus dihindari. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan proses
yang berlangsung terus menerus tanpa henti.
Dikarenakan karakter itu berkaitan dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari
seseorang, maka pendidikan karakter tidak bisa hanya diceramahkan, atau dipaksakan
lewat indoktrinasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Moral menurut KBBI adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila. Di
zaman dengan segala kecanggihan teknologi ini, persaingan juga semakin tinggi.
Kualitas dan kinerja manusia juga harus semakin tinggi. Generasi yang hidup dalam
zaman ini harus mampu beradaptasi dengan cepat. Bangsa Indonesia dikabarkan
memiliki masa depan yang semakin memprihatinkan. Moral anak bangsa disebut-sebut
sebagai salah satu alasannya. Karakter bangsa yang semakin menurun dari waktu ke
waktu ini telah menjadi pembicaraan serius, tidak hanya dikalangan atas namun rakyat
biasapun mengetahui permasalahan ini. Permasalahan ini juga tidak hanya menjadi isu
lokal dan nasional, tetapi juga menjadi isu global.
Jika bangsa ini ingin kembali memiliki harga diri yang diakui oleh negara lain,
penanganan masalah seperti ini harus dilakukan secara menyeluruh. Hal ini harus
dilakukan jika ingin menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Berbagai solusi
dapat dilakukan, seperti menanamkan pendidikan karakter sejak dini, memanfaatkan
IPTEK dengan baik, dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. Salah satu
solusi yang disebutkan di atas adalah menanamkan pendidikan karakter sejak dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai focus
utama penelitian ini adalah bagaimana strategi yang dapat diterapkan dalam
pembentukan moral dan karakter siswa.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang dapat
diterapkan dalam pembentukan moral dan karakter siswa
D. Manfaat Penelitian
1. Mengembangkan daya berpikir dan penerapan keilmuan yang telah dipelajari di
perguruan tinggi.
2. Mengetahui moral pendidikan karakter itu sendiri.
3. Memberikan masukan bagi guru agar mampu menjadi teladan bagi siswanya.
4. Penciptaan kondisi yang mendukung terciptanya pendidikan karakter yang efektif
BAB II
KAJIAN TEORI
Susan & Munir menyebutkan bahwa asal usul dari istilah pendidikan Islam ini
memiliki banyak arti, antara lain pendidikan Islam dapat merujuk pada usaha yang
dilakukan oleh masyarakat Islam untuk mendidik dirinya guna menyampaikan warisan
pengetahuan Islam melalui sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Pendidikan
dari umat Islam ini biasanya bertempat di Masjid, sekolah, Perguruan Tinggi, dan
lembaga-lembaga organisasi yang didirikan oleh umat Islam. Secara garis besar ada
empat tipe dari pendidikan Islam, yaitu: pendidikan dari orang Islam di dalam keyakinan
Islam mereka; pendidikan untuk orang Islam yang memasukkan disiplin ilmu agama dan
sekuler; pendidikan tentang Islam bagi mereka yang bukan muslim; dan pendidikan di
dalam semangat dan traidisi Islam.
Menurut Mudawi pendidikan Islam itu dicirikan sebagai tipe pendidikan yang
diatur berdasarkan ideologi Islam dan terdiri dari sejumlah kebijakan pendidikan dan
bimbingan yang diatur oleh cita-cita Islamisasi masyarakat dan upaya
memodernisasikannya. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa Pendidikan
Islam itu didasarkan pada Ideologi atau cita-cita Islam yang membimbing dan
mengarahkan mereka sesuai dengan ajaran Islam.
C. Pengertian Moral
Ada beberapa term yang sering dipakai untuk mendiskripsikan sesuatu yang
berkaitan dengan perilaku manusia. Term itu antara lain adalah etika, moral, akhlak,
adab, dan susila. Term-term tersebut seringkali menimbulkan salah paham dalam
penggunaannya. Oleh karena itu perlu adanya penegasan terhadap perbedaan-perbedaan
tersebut, utamanya terhadap term yang lazim dipakai, seperti etika, moral dan akhlak.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dalam bentuk tunggal yang berarti
adat, dalam bentuk jamak adalah ta etha artinya adat kebiasaan. Sedangkan etika
menurut Burhanuddin Salam adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, etika adalah
ilmu tentang baik dan buruk, dan memiliki kmponen-komponen dasar, menjadi pedoman
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam dalam mengatur tingkah laku, etika juga
kumpulan asas atau nilai moral.
Moral berasal dari kata mores (latin), yang berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan sebagai ajaran
kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Halstead menyebutkan bahwa
moralitas dalam Islam umumnya dipahami sebagai daftar aturan, kewajiban dan
tanggung jawab yang diturunkan dari al-Qur’an dan al-Hadits. Perilaku etis dalam Islam
tidak diekspresikan dalam terminologi dalil hukum, akan tetapi lebih diekspresikan
sebagai perintah dan tindakan suci. Al-Qur’an itu sendiri adalah sebuah kitab yang berisi
nasehat moral. Dalam Islam ada dua konsep yang berkaitan dengan istilah moral.
Pertama, Akhlak, yang biasanya diterjemahkan dengan etika atau nilai moral. Kedua,
Adab, yang mengkombinasikan dua pengertian yang berbeda; pertama, berkaitan dengan
kesopanan, etiket, budaya, kehalusan budi bahasa, dan sifat-sifat yang baik. Kedua,
bermakna moralitas dan nilai. Dengan demikian, moral adalah budi pekerti atau akhlak
yang berisi ajaran tentang kesusilaan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tinjauan pustaka. Metode penelitian
tinjauan pustaka merupakan metode penelitian yang menggunakan jurnal-jurnal ilmiah
yang relevan dengan objek yang dikaji. Penelitian sosial humaniora bersifat kualitatif
yang mengarah pada sudut pandang dan teori. Penelitian ini berkolaborasi dengan
disiplin ilmu psikologi yang cenderung bersifat saintis dan ilmiah.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar
Pada dasarnya pendidikan moral dan karakter ini menurut Zamroni, berkaitan dengan
pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna
mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan karakter ini
berkaitan dengan pengembangan kemampuan pada diri anak didik untuk merumuskan ke mana
tujuan hidupnya, apa saja yang baik yang harus dilakukan dan apa yang jelek yang harus
dihindari. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan proses yang berlangsung terus
menerus tanpa henti.
Dikarenakan karakter itu berkaitan dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari
seseorang, maka pendidikan karakter tidak bisa hanya diceramahkan, atau dipaksakan lewat
indoktrinasi. Dalam hal ini Zamroni menawarkan strategi sebagai berikut :
1. Tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai dalam pendidikan karakter ini harus jelas dan
konkrit.
2. Pendidikan karakter ini akan lebih efektif dan efisien kalau dikerjakan tidak hanya oleh
sekolah, tetapi ada kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. Karakter bangsa saat
ini tengah mengalami ‘sakit’. Masyarakat itu intinya adalah keluarga. Dengan kata lain,
keluarga kita saat ini secara mental juga tengah mengalami ‘sakit’. Peserta didik sebagai
anggota muda keluarga yang ‘sakit’ tentu akan terpengaruh. Bentuk pengaruhnya adalah
banyaknya peserta didik yang melakukan kegiatan “kosong tanpa makna”. Sekolah perlu
kerjasama secara sinergis dengan orang tua agar bisa merubah karakter orang tua sebagai
syarat pengembangan karakter siswa.
3. Menyadarkan kepada semua guru akan peran yang penting dan bertanggung jawab dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan karakter. Lewat mata pelajaran yang diampu, guru harus
mengembangkan karakter pada diri peserta didik. Untuk itu guru harus benar-benar
memahami filosofi seorang guru, tidak sekedar melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
yang dilakukan harus mengembangkan kesadaran akan pentingnya keterpaduan antara hati,
pikiran, tangan, cipta, rasa, dan karsa di kalangan peserta didik guna mengembangkan
karakternya masing-masing. Keterpaduan ini penting agar para siswa bisa memahami
kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.
4. Guru perlu memiliki akan perlunya “hidden curriculum”, yang merupakan instrumen yang
amat penting dalam pengembangan karakter peserta didik. Kurikulum tersembunyi ini ada
pada perilaku guru, khususnya dalam berinteraksi dengan para peserta didik. Perilaku guru
ini akan berpengaruh besar pada diri peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu
memanfaatkan kurikulum tersembunyi ini dengan sadar dan terencana.
5. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menekankan pada daya kritis dan kreatif
siswa, kemampuan kerja sama, dan ketrampilan mengambil keputusan. Metode yang paling
tepat untuk mencapai tujuan tersebut adalah Coopertive Learning dan Problem Based
Learning. Oleh karena itu, guru harus mempelajari, menguasai dan mempraktikkan kedua
metode tersebut, khususnya dalam pengembangan karakter siswa.
6. Kultur sekolah harus dimanfaatkan dalam pengembangan karakter siswa. Nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, norma-norma, semboyan-semboyan sampai kondisi fisik sekolah yang
ada perlu difahami dan didesain untuk mengembangkan karakter siswa.
7. Pendidikan karakter pada hakekatnya merupakan proses pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya di sekolah yang dapat dimonitor dan dikontrol oleh kepala sekolah
dan guru. Selain itu, diharapkan orang tua siswa juga ikut memonitor dan mengontrol
perilaku sehari-hari peserta didik di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Strategi yang ditawarkan oleh Zamroni di atas bisa kita pertimbangkan untuk membentuk
karakter dan moral siswa. Bila kita kaitkan dengan pendidikan agama Islam, maka pelaksanaan
pendidikan agama Islam setidaknya bisa mempertimbangkan strategi tersebut agar bisa
membentuk karakter dan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai kedekatan kepada Tuhan dan
mencerahkan kesadaran manusia. Untuk itu, seorang siswa harus diarahkan pada tujuh
kualitas: 1) keimanan, 2) keyakinan pada diri sendiri, 3) kejujuran, 4) kebenaran, 5)
amanah (dapat dipercaya), 6) motivasi dan 7) kasih sayang. Tujuan tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, utamanya dalam mengembangkan manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kretaif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Wujud dari hasil pendidikan terbut bisa dilihat dari penampilan moral siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Agar karakter dan moral siswa itu bisa terbentuk, maka
diperlukan strategi yang tepat sehingga tujuan dari pendidikan agama Islam untuk
mengembangkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna
mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab bisa dicapai.
B. Saran
Sebagai bangsa yang baik yang juga memegang teguh nilai-nilai agama, tidaklah
patut jika kita hanya berpangku tangan melihat kejahatan moral yang kian hari kian
bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kita harus melakukan penanganan
terhadap kasus-kasus moral ini sesuai dengan tugas dan kapasitas kita masing-masing.
Mulailah dari diri kita masing-masing, lalu terhadap orang-orang yang terdekat dengan
kita hingga orang-orang lain yang jauh dengan kita. Kita berdoa kepada Allah Swt.
mudah-mudahan bangsa dan negara kita selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Melina. (2019, Mei 02). Krisis Moral dan Penurunan Mutu. Retrieved December 02, 2020, from
Hipwee: https://www.hipwee.com/narasi/krisis-moral-dan-penurunan-mutu-pendidikan-
berkarakter-siapa-yang-salah/
Muliyani. (2013, March 23). Problematika Pendidikan Karakter, Antara Konsep dan Realita.
Retrieved December 02, 2020, from Betty Kurniaty:
https://bettykurniaty.wordpress.com/2013/03/23/problematika-pendidikan-karakter-
antara-konsep-dan-realita/
Skor Nilai:
Disusun
Oleh
NIM : 5192131001
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Respon
Masyarakat Terhadap Moral, Etika dan Akhlak Remaja di Desa Bakaran Batu, Kec. Batang Kuis
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara ”. Pada dasarnya tujuan penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Fakultas Teknik Universitas
Negeri Medan.
Dalam menyusun laporan ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. Ramli, M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberi semangat.
3. Teman-teman kelompok yang saling membantu dalam mengerjakan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki laporan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat dipahami oleh para pembaca, dan mudah-mudahan
laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LANGKAH KEGIATAN
HASIL KEGIATAN
1.40 A. Kesimpulan
1.41 B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam Islam. Rasulullah
SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah
Islam. Etika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dan
keburukan dalam kehidupan manusia. Etika menempati posisi luar biasa di antara
disiplin yang lainnya, disebabkan etika merupakan subjek yang signifikan dan
mempunyai prinsip yang tinggi. Sedangkan moral merupakan prinsip yang
berkenaan membedakan tingkah laku benar atau salah, serta baik atau buruk.
Akhlak, etika dan moral sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu
ataupun kelompok. Manusia yang mempunyai akhlak yang baik akan dapat
membedakan perilaku yang benar atau salah. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap
etika, moral dan akhlak anak, khususnya remaja di Desa Bakaran Batu, Kec.
Batang Kuis Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara.
C. Manfaat Penelitian
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluq yang jamaknya Akhlak.
Menurut bahasa , Akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segisegi persesuaian dengan perkataan Khalq yang berarti “
kejadian”, serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti “pencipta”
dan makhluk yang berarti “yang diciptakan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti, watak, tabiat. Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama,
Al-Fairuzz Abadi berkata, “ketauhilah, agama pada dasarnya adalah akhlak
mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama di letakkan diatas empat landasan
akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu yang melingkungi tubuh yang hidup, yang
dalam konteks akhlak ini tentunya adalah manusia. Lingkungan manusia
yang merupakan faktor yang mempengaruhi menentukan tingkah laku umat
manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan bakat yang di bawa seseorang. Jika kondisi lingkungannya
tidak baik maka hal itu merupakan perintang dalam mematangkan bakat
seseorang.
Lingkungan rohani/sosial/pergaulan sangat besar pengaruhnya bagi
manusia dalam proses pembentukan akhlaknya. Manusia hidup selalu
berhubungan manusia lainnya, itulah sebabnya manusia harus bergaul.
Oleh karena itu dalam pergaulan akan saling mempengaruhi, pikiran, sifat,
dan tingkah laku.
4. Perilaku Remaja dalam Masyarakat
Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak
memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan
perilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah
tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan
indonesia tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan
sesuatu tindakan sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan
manusia tidak sama dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah
perilaku yang khusus di tunjukan oleh manusia.
Namun saat ini masyarakat telah menunjukan perilaku sosial yang ada
pada individu, seperti ketergantungan dengan pergaulan yang ada seperti di
kalangan remaja saat ini berpacaran dengan mesra di depan umum dan lain-
lain, menurut remaja jaman sekarang di anggap menjadi kebiasaan, namun
kebiasaan itu telah di campur tangankan dengan pergaulan di negara lain yang
pergaulan di luar menganut pergaulan bebas.
5. Masalah Perilaku Remaja dan Peranan Orang Tua
Perilaku remaja yang menyimpang itu di akibat kan karena kurangnya
persiapan dari remaja itu sendiri dalam menghadapi suatu masalah yang terus
datang. Dan juga peranan dari orang tua yang kurang dalam perhatian kepada
anaknya karena faktor orang tua juga dapat menyebabkan remaja itu sendiri
menjadi menyimpang.
Orang tua harus lebih perhatian kepada anaknya terutama dalam perilaku
anaknya. Karena faktor orang tua itu sangat penting. Oleh karena itu peranan
orang tua itu sangat penting dalam perilaku anaknya. apa lagi jika anak itu
sudah tumbuh menjadi remaja, karena masa remaja itu masa yang ingin
mencoba suatu hal yang baru dalam hidupnya. Orang tuanya harus bisa
mengajarkan perilaku yang baik kepada anaknya dari kecil.
6. Cara Pencegahan Masalah Perilaku Kenakalna Remaja
Cara pencegahan pertama yaitu dengan tindakan Preventif yaitu
pencegahan dengan cara pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal
(sekolah) atau juga melalui pendidikan nonformal (masyarakat).
Cara pencegahan kedua yaitu dengan Tindakan Represif yaitu tindakan
dengan hukuman yang bertujuan untuk remaja yang melakukan kenakalan
tetapi yang bertujuan untuk mendidiknya. Misalnya, Razia terhadap barang-
barang atau alat yang digunakan untuk kenakalan remaja dan jika terbukti
mereka berbuat kenakalan mungkin mereka bisa diberi peringatan dan
hukuman yang ringan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya yang
salah. Berikanlah hukuman yang sifatnya mendidik dan menolong, agar mereka
menyadari kesalahannya sehingga mereka memperoleh harga dirinya dan dapat
menyelesaikan masalah dengan baik. Hukuman dengan tindakan represif itu
dapat dilakukan dengan lisan ataupun perbuatan yang mendidik remaja itu
sendiri.
7. Islam dan Pergaulan Remaja
Tragisnya bahwa mayoritas remaja islam sekarang ini sudah banyak yang
mengikuti budaya barat yang terus berkembang. Misalnya budaya yang buruk
yang di ikuti remaja muslim sekarang yaitu gaya berbusana dan tingkah laku
buruk yang dilakukan. Semua akibat dari pergaulan yang kurang baik yang
dihasilkan dari apa yang mereka lihat dan rasakan dalam kehidupan sehari-
harinya merebaknya teknologi dan insformasi yang semakin berkembang
memang membawa remaja menjadi lebih memahami tentang perkembangan
tekhnologi tapi juga membawa dampak negatif bagi etika remaja muslim.
Contoh-contoh menurunnya akhlak remaja yang buruk akibat seiring
perubahan zaman dan masuknya budaya asing yang buruk.
Tawuran antar remaja, kriminalitas, perzinahan yang dilakukan oleh
remaja Contoh tersebut adalah bukti menurunnya akhlak remaja yang semakin
buruk oleh karena itu iman dan taqwa yang kuat itulah yang akan mampu
mengendalikan diri seseorang sehingga sanggup melakukan yang baik dan
meninggal kan yang buruk iman dan takwa itulah yang dapat secara pasti
menjadi landasan akhlak. Jadi, kemerosotan remaja itu sebenernya dapat
dikurangi dengan cara memberikan pendidikan keimanan dan ketakwaan
kepada generasi muda sekarang dan sekarang banyak juga pesantren yang yang
bagus agar remaja-remaja sekarang menjadi remaja yang beriman dan bertakwa
B. Informasi Awal
Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak
memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan
perilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah
tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan indonesia
tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang
tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan sesuatu tindakan
sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan manusia tidak sama
dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah perilaku yang khusus di
tunjukan oleh manusia.
Akan tetapi sebuah pergaulan bisa di hindari jika individu tersebut memiliki
kekuatan iman yang ada pada dirinya, agar tidak menyalah gunakan pergaulan
yang sekarang sedang merajalela di kalangan remaja, dan dari perilaku manusia
pun menjadi sebuah dampak kejahatan yang ada di dunia, tanpa di sadari kita pun
sudah membuka peluang kejahatan di dunia karena ke salahan dari individu itu
bergaul.
Namun tidak semua remaja yang bisa melakukan pergaulan yang negatif namun
ada remaja yang mengetahu pergaulan yang begitu luas namun tidak di lakukan
atau di contoh dalam kehidupannya faktor utama kesalahan dari pergaulan remaja
itu bagaimana lingkuan yang ada di sekitar individu.
LANGKAH KEGIATAN
Untuk menganalisis data yang telah di dapatkan di lapangan mengenai persepsi
masyarakat terhadap akhlak anak remaja. Maka data tersebut akan diolah berdasarkan
beberapa langkah dan petunjuk pelaksanaan.
B. Saran
Dengan adanya penelitian yang dilakukan peneliti di desa candimas bahwa
peneliti mengharapkan kepada masyarakat setempat seperti tokoh agama dan tokoh
masyarakat untuk meningkatkan lagi kegiataan keagamaan agar anak remaja
disana selalu melakukan hal-hal positif, karena sangat disayang kan jika akhlaknya
sudah baik tetapi tidak adanya kegiatan positif apapun itu juga sangat berpengaruh
dalam pendidikan akhlak remaja di lingkungan masyarakat desanya sendiri
mengakibatkan kurangnya berbaur anak remaja kepada masyarakat setempat . jika
adanya kegiatan tersebut maka anak remaja akan sering berkumpul untuk
melakukan hal-hal yang lebih positif lagi itu pun sangat berpengaruh dalam
pembentukan akhlak anak remaja di lingkungan masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Berfyn. (2017, Desember 10). Perilaku Remaja Masa Kini Pada Masa Era Globalisasi.
Retrieved Desember 02, 2020, from Pengantar Psikologi:
https://pengantarpsikologi.wordpress.com/2017/12/10/perilaku-remaja-masa-kini-pada-
masa-era-globalisasi/
Fikri, H. (2015, September 19). Aspek Yang Mempengaruhi Akhlak. Retrieved Desember 02,
2020, from Materi Kuliahku: http://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/aspek-aspek-
yang-mempengaruhi-akhlak.html
Ghoih, A. (2016, Juni 24). Pengertian Akhlak Menurut Bahasa. Retrieved Desember 02, 2020,
from AlFutuChat: https://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-
menurut-bahasa/
Nasikhul, M. (2016, November 11). Pengertian dan Pembagian Akhlak. Retrieved Desember 02,
2020, from Dosen Muslim: https://dosenmuslim.com/akhlak/pengertian-dan-pembagian-
akhlak/