NIM : 0501173217
Kelas : EKI VI C
ABSTRACK
The main purpose of this research is to increase knowledge, skill, experience, waste
product management of oil palm plantation, and to analyze waste product of palm oil as an
organic fertilizer. The analysis results showed that application of empty fruit bunches as organic
fertilizer has not been able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf and increase of
palm oil production. Application of palm oil mill effluent are able to increase the amount of
nutrients on palm oil leaf palm oil especially nitrogen and phosphate and a positive impact to
increase production of oil palm plantations especially on the productivity (ton/ha).
Keywords : By Products, Oil Palm Plantation, Empty Fruit Bunch, Palm Oil Mill Effluent .
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, manajemen produk limbah dari perkebunan kelapa sawit, dan untuk menganalisis
limbah produk minyak sawit sebagai pupuk organik. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penerapan tandan kosong sebagai pupuk organik belum mampu meningkatkan jumlah nutrisi
pada daun kelapa sawit dan peningkatan produksi minyak sawit. Aplikasi limbah pabrik kelapa
sawit yang mampu meningkatkan jumlah nutrisi pada minyak kelapa daun kelapa sawit terutama
nitrogen dan fosfat dan dampak positif untuk meningkatkan produksi perkebunan kelapa sawit
terutama pada produktivitas (ton / ha).
Kata kunci: produk,perkebunan kelapa sawit, tandan kosong , limbah pabrik kelapa sawit.
1
PENGANTAR
Limbah industri pertanian khususnya industri kelapa sawit mempunyai ciri khas berupa
kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS memungkinkan dimanfaatkan pada lahan
perkebunan kelapa sawit untuk menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi kebutuhan
pupuk. Limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit berupa janjang kosong (JJK) yang
jumlahnya sekitar 20 % dari TBS yang diolah dan merupakan bahan organik yang kaya akan
2
unsur hara. Aplikasi JJK berpotensi tinggi sebagai bahan pembenah tanah, memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan produksi kelapa sawit.
Tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi besar menjadi sumber biomassa
selulosa dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya yang terbarukan. TKKS
merupakan hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit yang pemanfaatannya
masih terbatas sebagai pupuk, dan media bagi pertumbuhan jamur serta tanaman. Limbah
kelapa sawit jumlahnya sangat melimpah, setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah
Segar) akan dihasilkan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebanyak 23% TKKS atau
sebanyak 230 kg TKKS. Data bahwasanya sebuah pabrik dengan kapasitas pengolahan
12,7 juta ton/jam, waktu operasi selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2,3 juta
ton TKKS. Total limbah TKKS seluruh Indonesia, 2004 diperkirakan mencapai 18,2 juta
ton. Disimpulkan memproduksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak
diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 75 %.
3
Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit
selalu menghasilkan produk dan limbah. Adapun produk yang dihasilkan yaitu Minyak
Sawit Mentah/Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti Sawit (Kernel Inti sawit),
sedangkan limbah yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
2. Cangkang
Cangkang merupakan limbah dihasilkan dari pemrosesan kernel inti sawit dengan
bentuk seperti tempurung kelapa, mempunyai kalor 3500 kkal/kg-4100 kkal/kg. Serat
merupakan limbah sisa perasan buah sawit berupa serabut seperti benang. Bahan ini
mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%) serta
mempunyai kalor 2637kkal/kg-3998kkal/kg.
3. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cair sangat
banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung
bahan pencemar sangat tinggi, yaitu. ‘biochemical oxygen demand’ (BOD) sekitar
20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan bahan padatan dari cairan ini
dilakukan dengan menggunakan suatu alat decanter, yang menghasilkan solid
‘decanter atau lumpur sawit. Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan
kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%.
Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila
dibiarkan di lapangan bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi
4
oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna
kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras.
4. Limbah cair
Hampir seluruh air buangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) mengandung bahan organik yang
dapat menyebabkn degradasi kualitas air dan pencemarn. Oleh karenanya dalam
pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut.
5
CPO parit yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk
memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga tidak
mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.
Kesimpulan
Dengan ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal dan kejelasan teknis,
mengenai pemanfaatan limbah yang sebagai suatu kebijakan pemerintah untuk mensejahterakan
masyarakat perhatian untuk dibahas atau didiskusikan, yakni Limbah dapat dipilih sebagai bahan
bakar pembangkit listrik yaitu limbah dengan kapasitas paling banyak dihasilkan dan
pemanfaatan oleh pihak penghasil tidak banyak dibandingkan limbah lain bahkan dibuang buang
untuk mulsa. Bahkan pada umumnya berupa tandan kosong kelapa sawit. Selain pemanfaatan
limbah untuk bahan bakar pembangkit listrik. Penggunaan limbah untuk mendukung prasarana
dan sarana transporatasi dalam hal ini limbah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi bioetanol
sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakan alat transportasi yaitu sepeda
motor dan mobil. Kebijakan pemerintah daerah dengan penggunaan produk lokal daerah akan
sangat mendukung perkembangan awal berdiri pabrik biomass/ bio etanol atau biodiesel ini.
Pengelolaan limbah dan pengendalian lingkungan secara berkelanjutan menggunakan teknologi
tepat guna agar dampak lingkungan yang ditimbulkan seminimal mungkin.
6
DAFTAR PUSTAKA
Arumsari, Ajeng, Desain Analiss Pemaparan Daur Hidup (life Cycle Assessment)
Bioetanol dari TKKS, Puslit Kimia-LIPI Tangerang.
Andayani, Rina, Pembuatan Bioetanol dari TKKS melalui proses Fungal Treatment oleh
Aspergillusniger dan permentasi oleh Zymomunas Mobilis, Lab. Pengolahan Limbah
Industri, ITS Surabaya.
Budianta, D. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara untuk
tanaman perkebunan. Jurnal Dinamika Pertanian 20(3):273-282.
Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,
Indonesia, 1995 – 2009.
Suryanto, Proses Produksi Bioetanol dari TKKS dengan Hot Compressed Water, BPPT,
Tangerang.