Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM KHUSUS

A. Proses dan Residu


Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian yaitu daging sebelah luar yang
menghasilkan minyak kelapa sawit dsn biji di dalam berisi daging yang di olah
menjadi minyak biji sawit dan ampas biji sawit. Minyak kasar yang dihasilkan
kilang minyak sawit diolah lebih lanjut menjadi margarin, minyak goreng dan
sabun. Hasil lain adalah lilin, bahan dasar kosmetika, gliserin dan mayonaisse.
Proses pembuatan minyak kelapa sawit dijelaskan sebagai berikut.
Tandanan buah segar dari kebun disterilkan sesampainya di kilang minyak
sawit. Buah dipisahkan dari tandannya. Buah yang sudah dilepas, dimasak
( dipanaskan dan dihancurkan menjadi bubur minyak ) dan bubur itu dikirim ke
bagian pemerasan. Pemerasan biasanya dilakukan dengan alat tekan hidrolik
jenis ulir atau pemutar. Minyak yang sudah diperas kemudian disaring dan
dijernihkan untuk menghilangkan air dan padatan halus. Minyak diciduk dari
dasar tangki. Lumpur itu diputar dalam pemutar kemudian disaring dan
dihilangkan pasirnya untuk memisahkan minyak dari padatan lain. Minyak dari
tangki penjernih di keringkan kemudian disaring atau diputar untuk
menghilangkan sisa air dari padatan tersuspensi.
Ampas sisa tekan dari bagian pemerasan dikirim ke alat pemisah biji
untuk memisahkan biji dari serat. Biji dikeringkan dengan udara panas sebelum
dipecah untuk mengeluarkan daging-daging dari kulitnya. Daging-dalam
dipisahkan dari kulit kerasnya, daging-dalam dikeringkan dan disimpan,
biasanya untuk dijual kepada pabrik minyak biji sawit (PKO). Pemurnian
minyak sawit biasanya dilakukan di tempat terpisah.
Sebagai sisa dari proses adalah limbah kelapa sawit. Limbah kelapa
sawit dapat berupa padatan dan cair. Limbah padatan biasa ditemukan pada
akumulasi / endapan lumpur pada tiap proses yang biasa disebut dengan
sludge. Sludge banyak terdapat pada tiap tahap tahap proses limbah, seperti
pada tiap permukaan treatment pond. Sedangkan limbah cair di dapat di akhir
proses yang biasa disebut palm oil mill effluent (POME).
B. Sumber Limbah cair.
Tahap sterilsasi (15% jumlah limbah cair) dan penjernian (75% jumlah
limbah cair) adalah sumber utama air limbah. Hidrolikon yang dipakai untuk
memisahkan daging dari kulit keras (cangkang) juga merupakan sumber utama
air limbah (10% jumlah
limabah cair). Pensterilan tandan buah menghasilkan kondensat rebus
dan air cuci. Air cuci juga dihasilkan oleh pemerasan minyak, pemisahan biji
atau serat dan tahap pencucian daging- dalam. Air panas dipakai untuk
mencuci ayakan getar sebelum tangki penjernih minyak. Air yang dipisahkan
dari minyak dan dari Lumpur tangki penjernih merupakan sumber utama
minyak, padatan tersuspensi dan bahan organik lain. Kondensat rebus berasal
dari pensterilan, pengeringan minyak, pemisahan biji dan pengeringan daging-
dalam. Pemisahan buah dari tandan dan prosees pemasakan seharusnya tidak
menghasilkan air limbah. Limbah cair kilang minyak sawit adalah limbah
berkekuatan tinggi dengan ciri- ciri berikut:

Tabel 1. Karakteristik limbah cair berkekuatan tinggi.

Biochemical Oxygen Demand (BOD) 25.000 mg/l


Chemical Oxygen Demand (COD) 50.000 mg/l
Total Suspended Solids (TSS) 25.000 mg/l
Minyak dan lemak 7.000 mg/l
Amonia (NH3) 30 mg/l
N - Total 750 mg/l
Banyaknya air yang dipakai bervariasi. Kilang yang efisien mengggunakan air 2
m3/ton hasil minyak, sedangkan kilang yang boros menghabiskan berlipat ganda.
Kilang- kilang di Indonesia saat ini menggunakan kira-kira 5 m3/ton sampai 7
m3/ton hasil (1,0sampai 1,4 m3/ton tandan buah segar).
C. Pengolahan Limbah Cair.
Pengolahan limbah cair kilang minyak sawit meliputi pengolahan kimia-fisik
untuk menghilangkan padatan dan minyak dan pengolahan biologi untuk
mengurangi beban organik yang sangat besar. Banyak jurnal dan penelitian untuk
mengembangkan sistem abu yang kaya akan kalium. Cangkang memang dapat
digunakan sebagai bahan bakar, akan tetapi abu sisa pembakarannya banyak
mengandung silica.

D. Reuse Reduce and Recycle


Berangkat dari pemikiran Reuse Reduce dan Recycle kami berusaha untuk
menggunakan kembali dan mengurangi pemakaian bahan bahan dan residu dari
proses kelapa sawit di pabrik. Dari mengurangi pemakaian air, membuat return
channels yang selain menghemat pemakaian air juga dapat meningkatnkan waktu
retensi daripada air limbah itu sendiri, sampai pengaplikasian limbah cair dan
padat.
Limbah cair dan padat dapat kita aplikasikan sebagai organic fertilizer (pupuk
alami) bagi tanaman, baik tanaman produksi atau tanaman hortikultura lainnya.
Keunggulan daripada organic fertilizer ini selain low-cost (karena sebenarnya ini
merupakan residu dari produksi tapi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan
pupuk kimia. Memang pupuk kimia jauh lebih cepat reaksinya dibanding organic
fertilizer, namun organic fertilizer dapat digunakan untuk mendukung kuantitas
dari penggunaan pupuk kimia. Terlebih lagi apabila nanti telah diketahui content
daripada mineral mineral yang terdapat didalam organic fertilizer ini kita dapat
mengaplikasikannya lebih tepat lagi, oleh karena itu dibutuhkannya penelitian
lebih lanjut mengenai organic fertilizer dari limbah ini dinilai cukup penting.

Gambar 1. Limbah padatan yang melapuk (Sludge)


II. TUJUAN
1. Dengan dasar pemikiran Reuse Reduce and Recycle kita ingin mencapai
kemungkinan untuk zero-waste, yaitu daripada kita membuang buang bahan
yang masih dapat digunakan , lebih baik kita membuat suatu by-product dari
bahan bahan tersebut yang tentunya memiliki nilai guna.
2. Mencapai suatu proses yang ramah lingkungan dan mengubah paradigma
masyarakat dunia tentang industry kelapa sawit yang environmentally
destructive.
3. Mengembangkan Research and Development di PT. Bisma Dharma Kencana,
karena dengan adanya penelitian – penelitian terdahulu aka nada penelitian –
penelitian selanjutnya.
4. III. METODE
Metode pengukuran dan penilaian untuk menentukan kualitas kesehatan daripada
organic fertilizer ada dua; metode pertama ialah metode observasi dan yang kedua
adalah laboratorium. Metode observasi ialah metode dengan cara membuat
sampling dengan tanaman hortikultura dan melakukan observasi berdasar fungsi
waktu. Sampling tersebut sebagai berikut:
Sampel Komposisi
A Tanpa Perlakuan
B Janjang Kosong(EFB) utuh
C Janjang Kosong (EFB) cacah
empat
D Limbah padatan (sludge) yang
sudah melapuk
E Jangkos utuh + sludge
F Jangkos cacah + sludge
Dari kegiatan sampling yang dilakukan pada tanaman hortikultura seperti jagung,
dll maka akan dilakukan observasi secara kualitas dan kuantitas berdasar fungsi
waktu. Observasi meliputi; tinggi tanaman, produktivitas tanaman, kesehatan
tanah, dampak terhadap hama, dan lain lain. Observasi ini akan mengacu pada
sebuah kesimpulan dimana sampling composting mana dengan mutu dan kualitas
terbaik untuk mungkin selanjutnya diaplikasikan lebih luas.
Metode kedua adalah metode laboratorium. Metode laboratorium digunakan
untuk keperluan actual data details, yang mana kita akan menemukan angka angka
hasil pengukuran yang kemudian dapat disimpulkan secara komparatif mana yang
lebih kaya akan mineral dan unsur unsur yang mendukung kesehatan tanaman.

Parameter utama dalam limbah cair minyak kelapa sawit dalam tabel 2 didasarkan
pada teknologi terbaik yang tersedia di Indonesia. Baku mutu ini harus digunakan
untuk seluruh industri minyak kelapa sawit pada tahun 1995 dan untuk seluruh
industri baru dan yang saat ini diperluas. Sedangkan baku mutu limbah yang
digambarkan dalam tabel 3 adalah untuk industri yang berdasarkan teknologi
praktis terbaik untuk industri di Indonesia.

Tabel 2. Baku mutu limbah untuk industri di Malaysia sejak 1984 adalah:

Biochemical Oxygen Demand (BOD) 100 mg/l


Chemical Oxygen Demand (COD) 400 mg/l
Total Suspended Solids (TSS) 50 mg/l
Minyak dan lemak 100 mg/l
Amonia (NH3) 200 mg/l
Nitrogen – Total 200 mg/l
pH 5,0 – 9,0
Temperatur (T) 45°C
Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak kelapa sawit, Berlaku bagi
Industri Baru AtauYang Diperluas Dan Bagi Semua Industri.

ALAT DAN BAHAN


Untuk melakukan metode observasi kita membutuhkan area sampling dengan
tanaman hortikultura, janjang kosong, dan sludge yang diambil dari instalasi
limbah pabrik kelapa sawit. Sedangkan untuk metode laboratorium kita
mengambil sampel dari area dari metode observasi dan di ukur di laboratorium
tanah untuk mengetahui kualitas masing masing sampel.

Anda mungkin juga menyukai