Disusun oleh:
Nadhifah Salsabil
ID. 02.C.05
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan ‘Metode Fitoremediasi Dalam
Pengolahan Palm Oil Mill Effluent dengan Typha Latifolia dan Pengendalian
Partikulat Perkebunan Kelapa Sawit’ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah. Saya mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak Achmad Imam
Santoso, S.T., M.Ling. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Limbah
Industri Kelapa Sawit.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk meningkatkan dan memperbaiki dalam pembuatan makalah ini.
Demikian saya harap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya sekaligus dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terima kasih
Nadhifah Salsabil
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit
dengan Cyclone?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui proses pengolahan limbah cair dengan metode fitoremediasi.
2. Mengetahui keefektifan metode fitoremediasi dalam menurunkan
kandungan BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit.
3. Mengetahui proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit
dengan cyclone.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
pemanfaatan LCPKS yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit. Peraturan yang mengatur tentang land application adalah Permen LH Nomor
29 tahun 2003 dengan kualifikasi BOD tidak melebihi 5000 mg/l dan nilai pH 6,0-
9,0. Pemanfaatan ini didasari oleh sifat limbah cair kelapa sawit yang mengandung
unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah, seperti nitrogen, fosfor dan kalium.
Dengan komposisi unsur hara yang cukup tinggi, maka limbah cair kelapa sawit
mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan peran pupuk organik, sehingga
dapat memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi
polusi ketika dibuang ke badan air. Selain itu, pemanfaatan limbah cair tersebut
juga dapat mengurangi jumlah limbah cair yang harus diolah (Pratiwi,2013).
2.3 Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi remediasi in-situ yang memanfaatkan
kemampuan inheren tanaman hidup. Teknologi ini merupakan pembersihan yang
ramah lingkungan dan didorong oleh energi matahari, untuk membersihkan
lingkungan. Fitoremediasi menggunakan tanaman untuk membersihkan polusi di
lingkungan. Polutan yang dapat diperbaiki oleh tanaman termasuk logam, pestisida,
bahan peledak, dan minyak. Tanaman juga membantu mencegah angin, hujan, dan
air tanah membawa polutan dari lokasi ke daerah lain (Antoniadis et al., 2017).
Pada limbah cair, fitoremediasi dapat menghilangkan dan memperbaiki
kondisi tanah, sludge, kolam, sungai dari kontaminan. Mekanisme dan efisiensi
fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan, ketersediaan hayati dan sifat
4
tanah. Terdapat beberapa metode tanaman dalam memulihkan area yang
terkontaminasi. Penyerapan kontaminan pada tanaman terjadi terutama melalui
sistem akar, di mana merupakan mekanisme utama untuk mencegah toksisitas.
Akar menyerap dan mengakumulasi air dan nutrisi penting untuk pertumbuhan
bersama dengan kontaminan non-esensial lainnya (Ma et al., 2011).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi yaitu Typha
Latifolia. Tanaman ini merupakan tanaman rumput-rumputan dengan batang yang
panjang, hijau dan ramping berasal dari keluarga Typhaceae. Habitat dari T.
latifolia adalah lingkungan yang mempunyai nilai pH 4 – 10 serta temperatur 10 –
30o C (Heyne, 1987). Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang banyak dan
kuat yang dapat membantu menstabilisasi sungai dengan menyerap zat organik dan
membatasi erosi tanah.
5
komponen lingkungan. Interaksi ini menyebabkan pengaruh timbal balik,
menghasilkan efek positif dan negatif.
Salah satu polutan pencemar udara adalah partikulat. Partikulat merupakan
padatan dengan ukuran molekul tunggal yang lebih besar dari 0.002 μm tetapi lebih
kecil dari 500 μm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Pada kisaran
tersebut partikulat dapat tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai 5
beberapa bulan. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di
atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat merupakan jenis pencemar yang bisa
bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya (Aditama, 2002).
6
BAB III. PEMBAHASAN
7
Latofila sebelumnya. Tanaman ditanam pada bak reaktor yang berisi air
limbah, tanah, pasir dan kerikil. Proses ini dilakukan dan dievaluasi selama 4
minggu.
4. Pengujian Sampel dan Analisis Baku Mutu
Pengujian sampel limbah cair berupa parameter BOD yang dilakukan pada
limbah awal (sebelum proses fitoremediasi atau sebelum perlakuan), minggu
kedua (setelah proses fitoremediasi), minggu ketiga (setelah proses
fitoremediasi) dan minggu ke empat (akhir proses fitoremediasi).
8
parameter pencemar, semakin lama waktu tinggal yang digunakan semakin tinggi
penyisihan pencemar.
Hasil pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan metode
fitoremediasi menggunakan Typha latifolia yang memenuhi baku mutu limbah cair
pabrik kelapa sawit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 1995 untuk parameter BOD adalah pada variasi kerapatan tanaman 1 g/cm2,
kadar limbah 20%, dan dengan waktu tinggal 9 hari. Tingginya efisiensi penyisihan
parameter pencemar BOD yang didapatkan dalam penelitian ini membuktikan
bahwa metode fitoremediasi menggunakan Typha latifolia layak dijadikan sebagai
salah satu alternatif pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit, khususnya untuk
mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit PT. Pratama Salnafa.
9
Partikulat dan gas akan terpisah, dimana partikulat yang bermassa jenis besar akan
jatuh kebawah dan udara yang bermassa jenis kecil akan naik keatas. Efisiensi
pemisahan partikel bergantung pada diameter partikel, berat jenis partikel, serta
dimensi cyclone separator. Adapun tahap-tahap pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Periksa kondisi alat uji secara keseluruhan
2. Nyalakan mesin blower nya dan rotary feeder.
3. Atur bukaan damper.
4. Masukkan partikel yang sudah diketahui massanya.
5. Ukur Dhcyclone, setelah itu catat waktu yang dibutuhkan ketika partikel
sudah habis semua dan timbang massa partikel yang tertampung.
6. Catat data efisiensi pada tabel.
Partikulat yang sudah diendapkan oleh cyclone separators, dianalisis
kembali untuk mengetahui kadar BOD setelah diberikan treatment. Partikulat yang
telah dipisahkan dalam proses, diambil sampelnya. Besar nilai kisaran partikel yang
didapat akan terbagi dengan sendirinya pada setiap ukuran diameter saringan.
Selanjutnya sampel siap dianalisis di laboratorium. Partikel dianalisis dengan
menggunakan metode Gravimetry Analisis sampel dilakukan sebagai berikut:
1. Kertas fiber filter dioven sebelum digunakan.
2. Kertas fiber filter kosong ditimbang (dicatat nilainya).
3. Kertas filter dioven kembali.
4. Kertas fiber filter yang berisi debu ditimbang
Hasil yang didapatkan dari pengujian sampel bahwa konsentrasi partikulat yang
telah diendapkan oleh siklon separator telah di bawah ambang batas yang
ditetapkan. Oleh karena itu, teknologi ini berhasil mengendalikan pencemaran
udara partikulat.
10
BAB V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi, dapat disimpulkan:
1. Proses pengolahan limbah cair dengan metode fitoremediasi yaitu dengan
beberapa tahap: pembuatan bak reactor, pengambilan sampel, proses
fitoremediasi, pengujian sampel dan analisis kadar BOD.
2. Keefektifan metode fitoremediasi dalam menurunkan kandungan BOD pada
limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu pada kerapatan tanaman 1,05 g/cm2,
kadar limbah 20%, dan pada waktu tinggal 10 hari dengan penurunan BOD
96,8%.
3. Proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit dengan cyclone
yaitu: memeriksa kondisi alat uji secara keseluruhan, menyalakan mesin
blower dan rotary feeder, mengatur bukaan damper, memasukkan partikel
yang sudah diketahui massanya, mengukur Dhcyclone, setelah itu catat waktu
yang dibutuhkan ketika partikel sudah habis semua dan timbang massa
partikel yang tertampung.
11
DAFTAR PUSTAKA
12