Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE FITOREMEDIASI DALAM PENGOLAHAN PALM


OIL MILL EFFLUENT DENGAN TYPHA LATIFOLIA DAN
PENGENDALIAN PARTIKULAT PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT

Disusun oleh:
Nadhifah Salsabil
ID. 02.C.05

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan ‘Metode Fitoremediasi Dalam
Pengolahan Palm Oil Mill Effluent dengan Typha Latifolia dan Pengendalian
Partikulat Perkebunan Kelapa Sawit’ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah. Saya mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak Achmad Imam
Santoso, S.T., M.Ling. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Limbah
Industri Kelapa Sawit.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk meningkatkan dan memperbaiki dalam pembuatan makalah ini.
Demikian saya harap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya sekaligus dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terima kasih

Sidoarjo, 28 Oktober 2021

Nadhifah Salsabil

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Limbah Cair Kelapa Sawit ............................................................................ 3
2.2 Land Application ........................................................................................... 3
2.3 Fitoremediasi ................................................................................................. 4
2.4 Partikulat Pabrik Kelapa Sawit ...................................................................... 5
2.5 Cyclon Separator ........................................................................................... 6
BAB III. PEMBAHASAN ...................................................................................... 7
3.1 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Metode Fitoremediasi .................... 7
3.2 Keefektifan Typha Latofila Dalam Menurunkan Kadar BOD ...................... 8
3.3 Pengendalian Partikulat Pabrik Kelapa Sawit dengan Cyclone .................... 9
BAB V. PENUTUP............................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk pertanian yang sangat dibutuhkan sebagai sumber minyak nabati yaitu
salah satunya kelapa sawit, dengan produksi sebesar 4000 kg pertahun perhektar.
Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar atau CPO (crude
palm oil) memerlukan kebutuhan air yang banyak, mencapai 1 - 2 m3 per ton TBS.
Oleh karena itu, pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan LCPKS dalam
jumlah besar tiap pengolahannya.
Fitoremediasi adalah teknologi dengan menggunakan vegetasi (tanaman) untuk
menghilangkan dan memperbaiki kondisi tanah, sludge, kolam, dan sungai, dari
kontaminan. Metode fitoremediasi berkembang pesat karena memiliki keunggulan
diantaranya yaitu secara biaya dan maintenance relatif terjangkau bila
dibandingkan dengan metode konvensional lainnya. Tumbuhan Typha (cattails)
merupakan vegetasi lahan basah yang memiliki banyak manfaat. Tanaman ini
memiliki potensi untuk mengolah limbah buangan industri dengan mereduksi
kandungan logam, menurunkan beban BOD, COD, dan TSS. Berdasarkan data di
atas, maka dilakukan studi metode fitoremediasi pada limbah cair kelapa sawit
dengan Typha latifolia. Hal ini dilakukan untuk menentukan efisiensi penurunan
kadar BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit.
Salah satu dampak lingkungan dari kegiatan pengoperasian pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit (PKS) adalah penurunan kualitas udara. Buangan gas dari aktifias
PKS dapat menyebabkan penurunan kualitas udara di lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu, pengkajian kualitas udara khususnya partikulat, perlu dilakukan. Potensi
akumulasi bahan pencemar mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana proses pengolahan limbah cair dengan metode fitoremediasi?
2. Apakah metode fitoremediasi efektif dalam menurunkan kandungan BOD
pada limbah cair pabrik kelapa sawit?

1
3. Bagaimana proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit
dengan Cyclone?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui proses pengolahan limbah cair dengan metode fitoremediasi.
2. Mengetahui keefektifan metode fitoremediasi dalam menurunkan
kandungan BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit.
3. Mengetahui proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit
dengan cyclone.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair Kelapa Sawit


Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau Palm Oil Mill Effluent
(POME) merupakan limbah yang berupa air, minyak, dan padatan organik yang
berasal dari hasil samping proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
untuk menghasilkan crude palm oil (CPO). Proses pengolahan kelapa sawit menjadi
minyak kelapa sawit (CPO) akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang
sangat besar (Nasution, 2004). Limbah cair pabrik kelapa sawit terbagi atas dua
yaitu lumpur primer yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit,
sedangkan lumpur sekunder adalah lumpur yang telah mengalami proses
sedimentasi. Air buangan dari suatu pabrik membawa sejumlah padatan dan
partikel, baik yang larut maupun mengendap dan kerap kali air buangan pabrik
berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Oleh karena itu, berbahaya bagi lingkungan
(Kristanto, 2013).
Menurut Zahara (2014), dalam industri minyak kelapa sawit, limbah cair
dihasilkan dari proses sterilisasi dan klarifikasi dalam jumlah besar yang berasal
dari steam dan air panas. Produksi minyak kelapa sawit membutuhkan air dalam
jumlah besar. Satu ton minyak kelapa sawit menghasilkan 2500 L limbah cair.
Sebelum limbah cair ini dibuang ke lingkungan terlebih dahulu diberi perlakuan
khusus tentang penanganan limbah sehingga dapat diolah agar sesuai dengan baku
mutu limbah yang telah ditetapkan oleh badan lingkungan hidup. Limbah cair
pabrik kelapa sawit dihasilkan dari tiga tahapan proses, yaitu:
1. Proses sterilisasi (pengukusan), untuk mempermudah perontokan buah dari
tandannya.
2. Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah.
3. Proses pemurnian (klarifikasi) untuk membersihkan minyak dari kotoran lain.

2.2 Land Application


LCPKS dalam pemanfaatannya dapat diolah lalu digunakan sebagai Land
Application. Land application atau aplikasi lahan merupakan salah satu metode

3
pemanfaatan LCPKS yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa
sawit. Peraturan yang mengatur tentang land application adalah Permen LH Nomor
29 tahun 2003 dengan kualifikasi BOD tidak melebihi 5000 mg/l dan nilai pH 6,0-
9,0. Pemanfaatan ini didasari oleh sifat limbah cair kelapa sawit yang mengandung
unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah, seperti nitrogen, fosfor dan kalium.
Dengan komposisi unsur hara yang cukup tinggi, maka limbah cair kelapa sawit
mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan peran pupuk organik, sehingga
dapat memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi
polusi ketika dibuang ke badan air. Selain itu, pemanfaatan limbah cair tersebut
juga dapat mengurangi jumlah limbah cair yang harus diolah (Pratiwi,2013).

Gambar 1. Land Application

2.3 Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi remediasi in-situ yang memanfaatkan
kemampuan inheren tanaman hidup. Teknologi ini merupakan pembersihan yang
ramah lingkungan dan didorong oleh energi matahari, untuk membersihkan
lingkungan. Fitoremediasi menggunakan tanaman untuk membersihkan polusi di
lingkungan. Polutan yang dapat diperbaiki oleh tanaman termasuk logam, pestisida,
bahan peledak, dan minyak. Tanaman juga membantu mencegah angin, hujan, dan
air tanah membawa polutan dari lokasi ke daerah lain (Antoniadis et al., 2017).
Pada limbah cair, fitoremediasi dapat menghilangkan dan memperbaiki
kondisi tanah, sludge, kolam, sungai dari kontaminan. Mekanisme dan efisiensi
fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan, ketersediaan hayati dan sifat

4
tanah. Terdapat beberapa metode tanaman dalam memulihkan area yang
terkontaminasi. Penyerapan kontaminan pada tanaman terjadi terutama melalui
sistem akar, di mana merupakan mekanisme utama untuk mencegah toksisitas.
Akar menyerap dan mengakumulasi air dan nutrisi penting untuk pertumbuhan
bersama dengan kontaminan non-esensial lainnya (Ma et al., 2011).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi yaitu Typha
Latifolia. Tanaman ini merupakan tanaman rumput-rumputan dengan batang yang
panjang, hijau dan ramping berasal dari keluarga Typhaceae. Habitat dari T.
latifolia adalah lingkungan yang mempunyai nilai pH 4 – 10 serta temperatur 10 –
30o C (Heyne, 1987). Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang banyak dan
kuat yang dapat membantu menstabilisasi sungai dengan menyerap zat organik dan
membatasi erosi tanah.

Gambar 2. Typha Latifolia


2.4 Partikulat Pabrik Kelapa Sawit
Salah satu dampak lingkungan dari beroperasinya pabrik pengolahan kelapa
sawit adalah penurunan kualitas udara. Kehadiran emisi gas dari keadaan aktif PKS
menyebabkan variasi kualitas udara lingkungan sekitar. Tingkat polusi udara dapat
diukur dengan perubahan kualitas udara dan dapat ditentukan selama periode waktu
dan tempat. Kualitas adalah satu set numerik berdasarkan kondisi tertentu yang
memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungan udara. Kualitas
udara berubah selama periode waktu tertentu. Kegiatan baru di lingkungan
menyebabkan interaksi baru antara satu atau lebih kegiatan dengan satu atau lebih

5
komponen lingkungan. Interaksi ini menyebabkan pengaruh timbal balik,
menghasilkan efek positif dan negatif.
Salah satu polutan pencemar udara adalah partikulat. Partikulat merupakan
padatan dengan ukuran molekul tunggal yang lebih besar dari 0.002 μm tetapi lebih
kecil dari 500 μm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Pada kisaran
tersebut partikulat dapat tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai 5
beberapa bulan. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di
atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat merupakan jenis pencemar yang bisa
bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya (Aditama, 2002).

2.5 Cyclon Separator


Cyclone Separator adalah unit operasi dust collector yang menggunakan
prinsip kerja gaya sentrifugal digunakan untuk memisahkan gas dan material/debu
yang terbawa dalam aliran. Cyclone Separator lebih efisien jika bekerja pada
tekanan rendah. Cyclone atau centrifugal separator terdiri dari 3 bagian yaitu: badan
berbentuk silinder vertikal dengan bagian bawah berbentuk corong (conical), Pipa
inlet tangensial gas/fluida, dan Pipa outlet pada bagian bawah untuk mengeluarkan
partikulat hasil pemisahan, dan pipa outlet gas pada bagian atas untuk mengalirkan
gas bersih.
Prinsip aliran di pemisah siklon adalah bahwa bentuk kerucut siklon
menyebabkan aliran gas atau cairan berputar, menciptakan pusaran, sehingga bahan
padat terpisah di dasar kerucut, sedangkan udara bersih akan mengalir ke atas lagi
melalui pusat siklon. Efektivitas pemisahan dalam siklon sangat dipengaruhi oleh
kepadatan dan ukuran partikel yang diangkut dalam aliran fluida. Gaya sentrifugal
muncul ketika partikel di udara memasuki bagian atas kolektor silinder pada suatu
sudut dan diputar dengan cepat ke bawah seperti pusaran. Aliran udara mengalir
dengan cara melingkar, dan partikel yang lebih berat menunjuk ke bawah setelah
menabrak dinding siklon dan mendesis di ujung corong kerucut yang disebut
hopper debu.

6
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit Metode Fitoremediasi


Analisis studi pada pembahasan ini menggunakan penelitian Purwanti
(2014). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental skala
laboratorium. Prosedur penelitian ini, yaitu pembuatan bak reaktor, pengambilan
sampel, persiapan proses fitoremediasi, serta analisis mutu air limbah berupa
parameter BOD.
1. Pembuatan Bak Reaktor
Proses fitoremediasi limbah cair PKS dilakukan dalam suatu bak reaktor
berbahan plastik yang berukuran (50x35x35) centimeter. Pada bagian
dalamnya tersusun dari 3 media, yaitu secara berurutan: tanah, pasir, dan
kerikil. Terdapat saluran inlet dan outlet pada sisi atas dan bawah bak untuk
aliran limbah cair yang diremediasi. Tanaman Typha Latofila ditanam pada
media tanah.
2. Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan pada
stasiun pengolahan limbah PT. Pratama Salnafa pada kolam anaerobik
primer. Sampel diambil sebanyak 30 liter dengan menggunakan ember plastik
yang dimasukkan ke dalam kolam, kemudian dimasukkan ke dalam 6 jerigen
plastik dengan kapasitas masing-masing 5 liter. Pada proses pengambilan
sampel, wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti sepatu karet,
masker, topi, jaket dan sarung tangan untuk keselamatan kerja.
3. Proses Fitoremediasi
Typha Latofila yang digunakan untuk penelitian ini dipilih atau diseleksi
berdasarkan ukuran besar, tinggi, ketebalan akar, jumlah daun tanaman yang
sama. Tanaman yang dipilih, dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dalam akar tanaman. Dengan volume air limbah maksimal
yang digunakan sebesar 100 liter, maka digunakan tanaman eceng gondok
seberat 5 kg. Rasio tanaman: air limbah sebesar 1:20 kg/l didapat dari rasio
terbaik dari hasil penelitian fitoremediasi dengan menggunakan Typha

7
Latofila sebelumnya. Tanaman ditanam pada bak reaktor yang berisi air
limbah, tanah, pasir dan kerikil. Proses ini dilakukan dan dievaluasi selama 4
minggu.
4. Pengujian Sampel dan Analisis Baku Mutu
Pengujian sampel limbah cair berupa parameter BOD yang dilakukan pada
limbah awal (sebelum proses fitoremediasi atau sebelum perlakuan), minggu
kedua (setelah proses fitoremediasi), minggu ketiga (setelah proses
fitoremediasi) dan minggu ke empat (akhir proses fitoremediasi).

3.2 Keefektifan Typha Latofila Dalam Menurunkan Kadar BOD


Efisiensi penyisihan pencemar bergantung pada konsentrasi dan lamanya
waktu penahanan di dalam reaktor. Tingkat permeabilitas media tersebut sangat
berpengaruh terhadap waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang cukup
akan memberikan kesempatan kontak antara mikroorganisme dengan air limbah,
sehingga semakin lama waktu tinggal maka semakin tinggi efisiensi penyisihan
pencemarnya.
Tabel 1. Karakteristik Effluen Hari Ke-10
Kadar Kerapatan Karakteristik Efisiensi
No. Limbah Tanaman Effluen H9 Penyisihan
(%) (g/cm2) BOD (mg/l) Pencemar BOD (%)
1 0 1278,6 59,5
2 0,5 297,4 79,4
20
3 0,75 172,1 88,1
4 1,05 56,0 96,8
Sumber: Purwanti (2014)
Efisiensi penyisihan parameter pencemar tertinggi yaitu pada variasi
kerapatan tanaman 1,05 g/cm2, kadar limbah 20%, dan pada waktu tinggal 10 hari
dengan penurunan BOD 96,8%. Variasi kerapatan tanaman, variasi kadar limbah,
dan variasi waktu tinggal memberikan pengaruh yang signifikan dalam penyisihan
BOD. Semakin rapat tanaman maka semakin tinggi efisiensi penyisihan parameter
pencemar, semakin rendah kadar limbah maka semakin tinggi efisiensi penyisihan

8
parameter pencemar, semakin lama waktu tinggal yang digunakan semakin tinggi
penyisihan pencemar.
Hasil pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan metode
fitoremediasi menggunakan Typha latifolia yang memenuhi baku mutu limbah cair
pabrik kelapa sawit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 1995 untuk parameter BOD adalah pada variasi kerapatan tanaman 1 g/cm2,
kadar limbah 20%, dan dengan waktu tinggal 9 hari. Tingginya efisiensi penyisihan
parameter pencemar BOD yang didapatkan dalam penelitian ini membuktikan
bahwa metode fitoremediasi menggunakan Typha latifolia layak dijadikan sebagai
salah satu alternatif pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit, khususnya untuk
mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit PT. Pratama Salnafa.

3.3 Pengendalian Partikulat Pabrik Kelapa Sawit dengan Cyclone


Pengkajian kualitas udara perlu dilakukan karena adanya potensi akumulasi
bahan pencemar dalam udara yang dipengaruhi oleh aktifitas yang menyangkut
terjadinya perubahan lingkungan seperti perindustrian. Berdasarkan hasil kajian
tersebut, kemudian dapat dikaji dan disimpulkan bagaimana performa perusahaan
dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di sekitar areal
usaha.
Cyclone separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal
dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi
berdasarkan perbedaan massa jenis dan ukuran partikel. Siklon digunakan sebagai
alat pemisah partikel dengan gas. Penggunaan cyclone sering ditemukan sebagai
alat pengontrol polusi udara dari pengotor debu. Cyclone juga dijumpai pada proses
pembakaran untuk peralatan umpan bahan bakar padat (pulverized) pada boiler.
Alasan utama penggunaan cyclone adalah harganya yang relatif murah, tidak
mempunyai bagian yang bergerak dan mampu bertahan pada kondisi operasi yang
berat. Sementara itu cyclone juga mempunyai beberapa kelemahan dalam hal
efisiensinya yang rendah (khususnya pada partikel yang sangat kecil) dan biaya
operasi yang tinggi. Prinsip alat ini adalah memisahkan partikel padat dan gas
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi didalam cyclone.

9
Partikulat dan gas akan terpisah, dimana partikulat yang bermassa jenis besar akan
jatuh kebawah dan udara yang bermassa jenis kecil akan naik keatas. Efisiensi
pemisahan partikel bergantung pada diameter partikel, berat jenis partikel, serta
dimensi cyclone separator. Adapun tahap-tahap pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Periksa kondisi alat uji secara keseluruhan
2. Nyalakan mesin blower nya dan rotary feeder.
3. Atur bukaan damper.
4. Masukkan partikel yang sudah diketahui massanya.
5. Ukur Dhcyclone, setelah itu catat waktu yang dibutuhkan ketika partikel
sudah habis semua dan timbang massa partikel yang tertampung.
6. Catat data efisiensi pada tabel.
Partikulat yang sudah diendapkan oleh cyclone separators, dianalisis
kembali untuk mengetahui kadar BOD setelah diberikan treatment. Partikulat yang
telah dipisahkan dalam proses, diambil sampelnya. Besar nilai kisaran partikel yang
didapat akan terbagi dengan sendirinya pada setiap ukuran diameter saringan.
Selanjutnya sampel siap dianalisis di laboratorium. Partikel dianalisis dengan
menggunakan metode Gravimetry Analisis sampel dilakukan sebagai berikut:
1. Kertas fiber filter dioven sebelum digunakan.
2. Kertas fiber filter kosong ditimbang (dicatat nilainya).
3. Kertas filter dioven kembali.
4. Kertas fiber filter yang berisi debu ditimbang
Hasil yang didapatkan dari pengujian sampel bahwa konsentrasi partikulat yang
telah diendapkan oleh siklon separator telah di bawah ambang batas yang
ditetapkan. Oleh karena itu, teknologi ini berhasil mengendalikan pencemaran
udara partikulat.

10
BAB V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi, dapat disimpulkan:
1. Proses pengolahan limbah cair dengan metode fitoremediasi yaitu dengan
beberapa tahap: pembuatan bak reactor, pengambilan sampel, proses
fitoremediasi, pengujian sampel dan analisis kadar BOD.
2. Keefektifan metode fitoremediasi dalam menurunkan kandungan BOD pada
limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu pada kerapatan tanaman 1,05 g/cm2,
kadar limbah 20%, dan pada waktu tinggal 10 hari dengan penurunan BOD
96,8%.
3. Proses pengendalian polutan partikulat pabrik kelapa sawit dengan cyclone
yaitu: memeriksa kondisi alat uji secara keseluruhan, menyalakan mesin
blower dan rotary feeder, mengatur bukaan damper, memasukkan partikel
yang sudah diketahui massanya, mengukur Dhcyclone, setelah itu catat waktu
yang dibutuhkan ketika partikel sudah habis semua dan timbang massa
partikel yang tertampung.

11
DAFTAR PUSTAKA

Badrun, Y. 2010. Emisi Udara Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten


Rokan Hilir. Jurnal Photon. 1(1): 23-29.
Ilmannafian, A. G., Lestari, E., dan Khairunnisa, F. 2020. Pengolahan Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit Dengan Metode Filtrasi dan Fitoremediasi
Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichhorniacrassipes). Jurnal
Teknologi Lingkungan. 21(2): 244-253.
Purwanti, Elystia, P., dan Sasmita, A. 2014. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit dengan Metode Fitoremediasi Menggunakan Typha Latifolia. JOM
FTEKNIK. 1(2): 1-9.

12

Anda mungkin juga menyukai