Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG LIMBAH PADAT DALAM

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Disusun oleh :
Nama : Taruna Iqbal Baharsyah
Nim : 21232
Kelas : STIK A 19
Matkul : Teknik Pengolahan & Pemanfaatan Limbah Industri

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa. sawit (Elaeis.guineensis.Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak
nabati yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia
oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang
ditanam di Kebun Raya Bogor (Botanical Garden), dua berasal dari Bourbon (Mauritius), dua
lainnya berasal dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Beberapa pohon kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Raya Bogor hingga tahun 2014 masih hidup dengan ketinggian sekitar
12 m. Tanaman tersebut merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari
Afrika (Pardamean, 2014).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15○ LU – 15○ LS) dengan
ketinggian tempat 0 – 500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80 – 90 %. Kelapa sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil 2000 – 2500 mm setahun yaitu daerah yang
tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan
mempengaruhi prilaku pembungaan dan produksi buah sawit ( Wikipedia, 2015 ). Industri
kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis yang bergerak pada sektor pertanian yang
banyak berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Hasilnya biasa digunakan sebagai bahan dasar industri seperti industri makanan, komestika
dan industri sabun. Perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi
peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah limbah padat, cair
dan gas (Agustina, 2006).
Limbah padat yang dihasilkan antara lain tandan kosong, cangkang/fiber, abu boiler,
solid decanter, sampah loading ramp dan shell. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan industri pengolahan minyak kelapa sawit merupakan sisa dari proses pembuatan
minyak kelapa sawit yang berbentuk cair. Air limbah hasil samping dari pengolahan kelapa
sawit sangat banyak mengandung bahan organik dan dapat mencemari lingkungan bila
langsung dibuang ke perairan (Pardamean, 2014). Fauzi et all. (2014) mengatakan bahwa
jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) berkisar antara
600 – 700 liter/ton. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dapat
mencemari lingkungan, menjadi racun, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita harus
memanfaatkan limbah tersebut ke lapangan.

Dari penjelasan di atas, maka penulis penelitian “Pemanfaatan Limbah Padat Industri Kelapa
Sawit (Elais quineensis Jacq.) di PT. FAFILE Sumatera Utara“

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah mahasiswa diharapkan mampu :

1. a) Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang


pemahaman kegiatan di perusahaan perkebunan khususnya di bidang pemanfaatan
limbah industri pada pabrik kelapa sawit
2. b) Mengetahui tentang kandungan unsur hara yang terdapat didalam limbah
padat dan cair kelapa sawit yang dapat menambah unsur hara pada tanah.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembuatan makalah ini, adalah :

1. a) Memperoleh pengalaman di lapangan tentang pemanfaatan limbah pabrik kelapa


sawit
2. b) Memberikan rangsangan kepada mahasiswa agar dapat berpikir dan bekerja secara
positif, kritis, inovatif dan meningkatkan motivasi untuk senantiasa meningkatkan
kinerja dikemudian hari
3. c) Memberikan pengalaman kerja pada kondisi sesungguhnya sebagai bekal untuk
memasuki dunia kerja.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit


Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat
proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah
padat, limbah cair dan limbah gas (Mahida, 1984). Pada makalah ini yang diperhatikan adalah
pengolahan limbah padat kelapa sawit yang berupa tandannya.

2.1.1. Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong,
solid, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah
tidak lepas di antara celah-celah di bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan
bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit (Naibaho, 2003). Serat
yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak
dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstaksi di screw press dan pemisahan
pada fibre cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih
mengandung biji bulat dan inti kelapa sawit ( Naibaho, 2003).
Beberapa limbah padat hasil pengolahan minyak kelapa sawit :

1. Tandan kosong
Tandan kosong merupakan produk dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) setelah
TBS diproses sterilizer dan tippler. Tandan kosong kaya akan unsur organik nutrisi bagi
tanaman. Menurut Pahan (2012), kandungan unsur hara 1 ton tandan kosong kelapa dan
fungsi tandan kosong kelapa sawit adalah :
Kandungan unsur hara 1 ton tandan kosong kelapa sawit :
 8 kg Urea

 2,90 kg TSP

 18,30 kg MOP

 5,00 kg Kieserit

Fungsi tandan kosong kelapa sawit :

 Mengatur kelembaban tanah

 Meningkatkan infiltrasi tanah

 Menambah bahan organic tanah

 Meningkatkan KTK tanah


 Menstabilkan temperature tanah

 Memperbaiki struktur tanah

 Meningkatkan mikroba tanah

 Mengendalikan laju aliran permukaan dan erosi tanah

2. Dried Decanter Solid


Dried Decanter Solid atau sering disebut dengan solid merupakan limbah padat pabrik
kelapa sawit. Solid sebenarnya berasal dari mesocarp atau serabut berondolan sawit yang
telah mengalami pengolahan di pabrik kelapa sawit.
Rata-rata 1 ton solid mengandung unsur hara sebanding dengan :

• 10,3 kg Urea

• 3,3 kg TSP

• 6,1 kg MOP

• 4,5 kg Kieserit

Kandungan hara tersebut hampir sama dengan janjangan kosong, akan tetapi kandungan
MOP pada solid lebih rendah (Pahan, 2012).

3. Cangkang
Cangkang sawit yang awalnya dari tempurung kelapa sawit, merupakan bagian paling
keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang
kelapa sawit di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal.
Cangkang memiliki kegunaan sebagai bahan bahan arang, bahan bakar untuk boiler (
Purba, 2004 ).
Kelebihan dari cangkang kelapa sawit dibandingkan dengan batu bara adalah cangkang
kelapa sawit lebih ramah bagi lingkungan dan orang sekitar. Unsur batu bara mengandung
sulfur dan nitrogen sehingga pembuangan uap dari boiler akan menggangu kesehatan
masyarakat. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit diberbagai industri pengolahan minyak
CPO masih belum digunakkan sepenuhnya, sehingga masih meninggalkan residu, yang
akhirnya cangkang ini dijual mentah ke pasaran (Purba, 2004).

2.2. Manfaat Limbah Kelapa Sawit


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan. Menurut Fauzi, et al. ( 2014 ), manfaat limbah kelapa sawit antara
lain:
2.2.1. Tandan kosong kelapa sawit untuk pupuk organik
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.
Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit
tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari segi
ekonomi.
1. Pupuk kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Pada prinsipnya pengomposan tandan kosong untuk
menurunkan nisbah c/n yang terkandung dalam tandan agar mendekati standar nisbah c/n
tanah. Nisbah c/n yang mendekati nisbah c/n tanah akan mudah diserap oleh tanaman. Kompos
TKKS dapat dimanfaatkan untuk memupuk semua jenis tanaman. Kompos TKKS memiliki
beberapa sifat yang menuntungkan antara lain :

• Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan

• Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman • Bersifat
homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman

• Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah

• Dapat diaplikasikan pada sembarang musim

2. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu
tandan. Abu tandan tersebut memiliki kandungan 30 – 40 % K2O, 7 % P2P5, 9 % CaO dan 3
% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 100 ppm Mn, 400
ppm Zn dan 100 ppm Cu. Sebagai gambaran umum mengelola kelapa sawit dengan kapasitas
1200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8 % per hari. Setara dengan 5,8
ton KCL; 2,2 ton Kiserit dan 0,7 ton TSP. Dengan penambahan polimer tertentu pada abu
tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38 % dengan pH 8 – 9.

2.2.2. Tandan kosong kelapa sawit untuk bahan serat


Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) juga menghasilkan serat kuat yang dapat
digunakan untuk berbagai hal diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan
matras, pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan industri. Serat tandan kosong dapat diperoleh
dengan cara mengepresnya sehingga keluar air, minyak, dan kotoran yang terkandung
didalamnya. Selanjutnya tandan kosong tersebut diurai memakai mesin pengurai sehingga
seratnya terpisah komponen bukan serat seperti gabus, pati, dan kotoran. Setelai terurai, serat
diayak untuk memisahkan serat panjang, pendek, dan debu yang menempel. Serat kelapa sawit
memiliki diameter yang lebih besar, lebih kaku, dan lebih lentur dibandingkan dengan serat
kelapa. Pabrik dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam mampu mengahsilkan serat
sebanyak 30 ton per hari.
2.2.3. Tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber karotenoid
Pemanfaatan TKKS sebagai sumber karotenoid merupakan suatu inovasi yang
bermanfaat bagi dunia industri makanan. Hasil penelitian menunjukkan TKKS yang
mengalami satu sterilisasi rata-rata mengandung karotenoid total sebesar 37,8 ppm; sedangkan
TKKS yang mengalami 2 kali sterilisasi kandungnnya rata-rata sebesar 25,9 ppm. Komposisi
karotenoid di dalam TKKS didominsi oleh alpha-karoten (12,9) ppm, beta-karoten (6,4 ppm),
lutein (4,1 ppm), dan zeakaroten (3,9 ppm), sedangkan karotenoid lainnya sebesar 5,2 ppm.
Senyawa beta-karoten bersifat lebih stabil dari pada senyawa karotenoid lainnya.

2.2.4. Tempurung buah sawit sebagai bahan aktif


Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit
yang cukup besar dapat mencapai 60 % dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri seperti industri minyak, karet, gula dan farmasi. Selama
ini tempurung kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap dan pengeras jalan.
Arang aktif dapat dibuat melalui proses karbonasi pada suhu 550○C selama kurang lebih 3 jam.
Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi standar industri
Indonesia, kecuali untuk kadar abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
daya serap larutan ionnya sebesar 28,9 %.

2.2.5. Dried decanter solid untuk pupuk organik


Dried decanter solid adalah limbah padat pabrik pengolahan kelapa sawit. Solid berasal
dari bahan dasar daging buah (mesocarp) yang tampak serabut-serabut berondolan dan telah
mengalami serangkaian pengolahan di pabrik. Dari total berat tandan buah segar yang diolah
akan dihasilkan solid basah sekitar 5 % dan solid kring sekitar 2 % ( Iman, 2014 ) Solid mudah
terurai oleh mikroorganisme. Proses penguraiannya memakan waktu kurang lebih 6 minggu.
Solid basah harus segera dipakai karena memang tidak dapat tahan lama. Dalam berat yang
sama, kandungan unsur-unsur hara solid lebih tinggi dibandingkan dengan janjangan kosong.
Kadar unsur-unsur hara ini dipengaruhi oleh tingkat kadar airnya ( Nurhakim, 2014 ).

2.2.6. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas


Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal
potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah
dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan pulp kertas dan
papan serat.

2.2.7. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel


Batang kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi dapat dimanfaatkan
menjadi perabot yang bernilali tinggi. Batang kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang
kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3.

2.2.8. Batang dan pelepah sawit untuk pakan


Batang dan pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pada
prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak.
Pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan ketiga pengolahan
dengan menggunakan uap.
2.3. Dampak Limbah Industri Kelapa Sawit
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit
limbah berwujud padat, cair dan gas yang dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik.
Setiap ton TBS yang dihasilkan diolah menjadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut
berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Sekarang ini
mulai dikenal pengolahan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber
dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention, wate minimization atau source
reduction. United Nation Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner
production atau produksi bersih sebagai upaya preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara
berkesinambungan terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi
resiko terhadap manusia dan lingkungan. Limbah dari industri dapat membahayakan kesehatan
manusia karena merupakan sumber penyakit (sebagai vehicle). Limbah industri dapat
merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan,
tanaman, peternakan dan dapat merusak bahkan membunuh kehidupan yang ada didalam air
seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya. Limbah industri dapat merusak keindahan karena
bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang (Rusmery, T. 2009).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Limbah padat


1. Tandan kosong kelapa sawit (empty bunch)
Tandan kosong kelapa sawit di PT. FAFILE diaplikasikan kelapangan untuk
menambah bahan organik yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit dengan cara disusun
di gawangan mati kelapa sawit supaya terdekomposisi.

2. Persiapan aplikasi tandan kosong


Dalam pengaplikasian tanadan kosong kelapa sawit dilakukan persiapan
sebagai berikut : o Menentukan lokasi yang akan diberikan tandan kosong, diutamakan
lokasi yang tanahnya kurang subur Merancang titik pembongkaran tandan kosong di
peta blok o Menghubungi armada angkutan yang akan membawa tandan kosong dari
pabrik dan menunjukkan cara dan titik pembongkarannya o Membentuk tim penyusun
tandan kosong (tergantung luas lokasi dan banyaknya tandan kosong) o Tim penyusun
diberi pengarahan dan cara menyusun tandan kosong kelapa sawit o Mempersiapkan
alat yang dibutuhkan yaitu gancu, sarung tangan, sepatu bot dan gerobak

3. Pengaplikasian tandan kosong kelapa sawit


Aplikasi tandan kosong kelapa sawit dengan cara :

• Tandan kosong dimuat di pabrik dan dibongkar di pinggir jalan pada titik yang
ditentukan

• Tandan kosong dilangsir dengan gerobak ke setiap pokok tanaman sesuai dengan
dosis TM 300 kg/tanaman

• Selanjutnya tandan kosong disebarkan dan disusun dengan menggunakan gancu


secara merata digawangan mati dan gawangan antar pokok dengan ketebalan tidak
boleh lebih dari 1 lapis.

1 ton tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur hara :

 8 kg Urea

 2,90 kg TSP

 18,30 kg MOP

 5,00 kg Kieserit

Perhitungan mengenai penggunaan pupuk setelah diaplikasikan tandan kosong kelapa


sawit :
• Urea

Dosis tandan kosong = 300 kg/pohon

Setara dengan = 300 x 8 kg Urea = 2,4 kg Urea/pohon 1000

• TSP

Dosis tandan kosong = 300 kg/pohon

Setara dengan = 300 x 2,90 kg TSP = 0,87 kg TSP/pohon 1000

• MOP

Dosis tandan kosong = 300 kg/pohon

Setara dengan = 300 x 18,3 kg MOP = 5,49 kg MOP/pohon 1000

• Kieserit

Dosis tandan kosong = 300 kg/pohon

1 pokok = 300 x 5 kg Kieserit = 1,5 kg Kieserit/poho 1000

Pupuk yang diberikan N – P – K – Mg = 13 % : 6 % : 27 % : 4 % dengan dosis

pemupukan 10 kg/pohon.

• Unsur N = 13 % x 10 kg = 2,6 kg N 50 %

Urea = 100 x 2,6 46

= 5,65 kg Urea

• Unsur P = 6 % x 10 kg = 1,2 kg P2O5 50 %

TSP = 100 x 1,2 46

= 2,61 kg TSP

• Pupuk K = 27 % x 10 kg = 5,4 kg K2O 50 %

MOP = 100 x 5,4 60


= 9 kg MOP

• Pupuk Mg = 4 % x 10 kg = 0,8 kg MgO 50 %

Kieserit = 100 x 0,8 30

= 2,67 kg Kieserit

Persentase penghematan penggunaan pupuk jika menggunakan pupuk tunggal yaitu :

 Urea = 2,4 x 100 % = 42,48 % 5,65

 TSP = 0,87 x 100 % = 33,33 % 2,61

 MOP = 5,49 x 100 % = 61 % 9

 Kieserit = 1,5 x 100 % = 56,18 % 2,67

Fungsi dari tandan kosong kelapa sawit adalah sebagi berikut :

 Mengatur kelembaban tanah

 Sebagai mulsa

 Penambahan bahan organik tanah

 Menstabilkan temperatur tanah

 Memperbaiki struktur tanah

 Meningkatkan mikroba tanah

 Mengendalikan laju aliran permukaan dan erosi tanah

4. Solid
Solid adalah limbah padat hasil samping proses pengolahan Tandan
Buah Segar (TBS) dipabrik kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau
Crude Palm Oil (pada proses press/pengempaan). Jumlah Solid yang dihasilkan dari
proses pengolahan TBS ini adalah 3 % terhadap Ton TBS.

Rata-rata 1 ton solid mengandung unsur hara sebanding dengan :

• 10,3 kg Urea
• 3,3 kg TSP

• 6,1 kg MOP

• 4,5 kg Kieserit

Perhitungan mengenai penggunaan pupuk setelah diaplikasikan solid :

• Urea

Dosis solid = 100 kg/pohon

Setara dengan = 100 x 10,3 kg Urea = 1,03 kg Urea/pohon 1000 • TSP

Dosis solid = 100 kg/pohon

Setara dengan = 100 x 3,3 kg TSP = 0,33 kg TSP/pohon 1000

• MOP

Dosis solid = 100 kg/pohon

Setara dengan = 100 x 6,1 kg MOP = 0,61 kg MOP/pohon 1000

• Kieserit

Dosis solid = 100 kg/pohon

1 pokok = 100 x 4,5 kg Kieserit = 0,451 kg Kieserit/pohon 1000

Pupuk yang diberikan N – P – K – Mg = 13 % : 6 % : 27 % : 4 % dengan dosis

pemupukan 10 kg/pohon.

• Unsur N = 13 % x 10 kg = 2,6 kg N 50 %

Urea = 100 x 2,6 46

= 5,65 kg Urea

• Unsur P = 6 % x 10 kg = 1,2 kg P2O5 50 %

TSP = 100 x 1,2 46


= 2,61 kg TSP

• Pupuk K = 27 % x 10 kg = 5,4 kg K2O 50 %

MOP = 100 x 5,4 60

= 9 kg MOP

• Pupuk Mg = 4 % x 10 kg = 0,8 kg MgO 50 %

Kieserit = 100 x 0,8 30

= 2,67 kg Kieserit

Persentase penghematan penggunaan pupuk jika menggunakan pupuk tunggal yaitu :

 Urea = 1,03 x 100 % = 18,23 % 5,65

 TSP = 0,33 x 100 % = 12,64 % 2,61

 MOP = 0,61 x 100 % = 6,78 % 9

 Kieserit = 0,45 x 100 % = 16,85 % 2,67

Aplikasi Solid

Aplikasi limbah Solid dilakukan dengan cara manual yaitu :

 Solid dimuat dipabrik dan dibongkar dipinggir jalan pada titik yang tentukan

 Solid dimasukkan kedalam karung goni sebanyak 25 kg/karung

 Selanjutnya solid disebarkan dan disusun secara merata pada pokok ke pokok

kelapa sawit menggunakan gerobak sebanyak 4 karung goni solid setiap pokok kelapa
sawit atau 100 kg/tanaman

 Aplikasi dselesaikan blok per blok

5. Fiber
Fiber adalah limbah pabrik kelapa sawit yang dihasilkan dari pemurniaan buah
kelapa sawit berupa serat yang dipisahkan dengan minyak. Manajemen PT. FAFILE
telah membuat Fiber untuk merecycle sisa-sisa fiber yang menumpuk dilantai. Pada
saat tidak produksi, sisa-sisa fiber ini digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan steam
dari boiler ini digunakan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik. Hal ini
dapat menghemat pemakaian genset karena selama ini, bila pabrik tidak proses maka
digunakan genset sebagai sumber penerangan. Sedangkan bila fiber ini direceycle,
maka operasional genset dapat diminimalkan.

6. Cangkang
Cangkang kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari proses
pengolahan pemisahan cangkang dengan inti. Pada PT. FAFILE cangkang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler saat proses mengolah TBS menjadi minyak.

3.2. Pembahasan
3.2.1. Limbah Padat
1. Pengaplikasian tandan kosong kelapa sawit
Proses pengaplikasian tandan kosong kelapa sawit di PT. FAFILE sudah baik
dimana tandan kosong disusun satu lapis pada gawangan mati sebanyak 300 kg/tanaman
dilakukan secara manual menggunakan gancu dan gerobak dan membutuhkan waktu yang
lama. Tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara 2,4 kg Urea/pohon;
0,87 kg TSP/pohon; 5,49 kg MOP/pohon dan 1,5 kg Kieserit/pohon. Dan persentase
penghematan penggunaan pupuk jika menggunakan pupuk tunggal yaitu Urea 42,48 %;
TSP 33,33 %; MOP 61 % dan Kieserit 56,18 %. Dengan demikian, pemberian tandan
kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Tandan kosong yang ada
di pabrik dapat dimanfaatkan ke tanaman kelapa sawit. Jika tandan kosong kelapa sawit
tidak dimanfaatkan ke tanaman kelapa sawit tandan kosong tersebut dapat mencemari
lingkungan, racun, dan lain-lain. Tandan kosong melapuk relatif lambat yaitu 8 bulan.
Menurut Napi (2015), tidak semua hara yang terkandung didalam tandan kosong dapat
diserap oleh akar tanaman disebabkan beberapa hal yaitu :
• Unsur hara N termobilisasi atau digunakan mikroorganisme tanah
untuk kelangsungan hidupnya, tercuci oleh air perkolasi kelapisan tanah yang
lebih dalam
• Unsur hara P termobilisasi dan berubah menjadi senyawa yang sukar larut
• Unsur hara K dan Mg tercuci oleh air perkolasi ke lapisan tanah yang lebih dalam
Menurut Ditjen PPHP (2006), tandan kosong dapat berfungsi ganda yaitu selain
menambah unsur hara ke dalam tanah, juga dapat meningkatkan kandungan bahan organik
tanah yang diperlukan untuk memperbaiki struktur fisik tanah. Dengan meningkatnya
bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan
air semakin baik. Perbaikan fisik tanah tersebut berdampak posotif terhadap pertumbuhan
akar dan penyerapan unsur hara. Namun, setelah diketahui bahwa tandan kosong kaya akan
unsur hara N, P, K dan Mg tandan kosong sekarang banyak dijadikan sebagai pupuk
organik untuk perkebunan kelapa sawit.

2. Pengaplikasian solid
Pada proses pengaplikasian solid di PT. FAFILE sudah baik. pengaplikasian solid ini
sering karung goni tempat solid tidak disayat sehingga pada saat solid sudah terurai tidak
langsung ketanah harus menunggu karung goni hancur atau dilakukan penyayatan lagi
sehingga menambah HK. Dalam pengaplikasian solid ke tanaman kelapa sawit sama halnya
dengan pengaplikasian tandan kosong kelapa sawit. Solid juga mempunyai kandungan
unsur hara 1,03 kg Urea/pohon; 0,33 kg TSP/pohon; 0,61 kg MOP/pohon, 0,45 kg
Kieserit/pohon. Persentase penghematan penggunaan pupuk jika menggunakan pupuk
tunggal yaitu Urea 18,23 %; TSP 12,64 %; MOP 6,78 % dan Kieserit 16,85 %. Dari
penjelasan di atas, maka perusahaan dapat menghemat penggunaan pupuk kimia dan
menghemat biaya pembelian pupuk untuk tananam kelapa sawit setelah diaplikasikan solid.

Menurut Napi (2015), tidak semua hara yang terkandung dalam solid dapat diserap oleh
akar tanaman disebabkan beberapa hal yaitu :

• Unsur hara N termobilisasi atau digunakan mikroorganisme tanah untuk kelangsungan


hidupnya, tercuci oleh air perkolasi kelapisan tanah yang lebih dalam

• Unsur hara P termobilisasi dan berubah menjadi senyawa yang sukar larut

• Unsur hara K dan Mg tercuci oleh air perkolasi ke lapisan tanah yang lebih dalam

Menurut Naibaho (2003), solid basah adalah by product yang dihasilkan dari
pengolahan TBS di PKS yang menggunakan sistem decanter. Sistem decanter ini berfungsi
untuk memisahkan sludge dengan minyak.

3. Pengaplikasian fiber
Proses pengaplikasian fiber di PT. FAFILE sudah berjalan dengan baik dimana fiber
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler. Manfaat dari penggunaan fiber menjadi bahan
bakar boiler dipergunakan menjadi pembangkit tenaga listrik dan proses pengolahan di
pabrik kelapa sawit. Dengan semakin mahalnya bahan bakar fosil terutama minyak bumi,
boiler terus melakukan pengembangan-pengembangan terhadap produknya sehingga
mendapatkan produk yang lebih efisien yang berbahan bakar dari limbah fiber hasil
pengolahan kelapa sawit. Menurut Santika (1987), fiber akan disalurkan melalui konveyor
menuju ke boiler sebagai bahan bakar. Namun pada perjalanannya, sebagian fiber akan
disisihkan untuk dimasukkan ke pembakaran pada boiler dan menjadi bahan bakar utama
boiler.

4. Pengaplikasian cangkang
Pengaplikasian cangkang di PT. FAFILE sudah berjalan dengan baik dimana
cangkang dimafaatkan sebagai bahan bakar boiler. Sekarang cangkang tidak lagi menjadi
sampah di pabrik pengolahan kelapa sawit, namun saat ini cangkang sudah menjadi barang
komoditi yang diperjual-belikan. Menurut fauzi (2014), cangkang kelapa sawit merupakan
salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60 %
dari produksi minyak. Sebagai arang aktif dapat dimanfaatkan oleh berbagai industry.
Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang sudah dilakukan adalah mahasiswa
mengetahui bahwa limbah kelapa sawit yang berupa tandan dapat digunakan seagai pupuk,
begitu juga dengan limbah solid pada kelapa sawit. Limbah fiber dan dan limbah cangkang
pada proses pemisahan kelapa sawit menjadi minyak dapat digunakan sebagai bahan bakar
boiler.

4.2 Saran
Penelitian dan pengolahan limbah padat kelapa sawit masih memiliki kekurangan
dalam proses pengolahannya. Oleh karena itu harus lebih dimanfaatkan lagi sistem pengolahan
yang dapat menguntungkan lingkungan dan perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2006. Land Aplication sebagai alternative 3R pada industri kelapa sawit. Kementrian
Lingkungan Hidup Indonesia, Jakarta. Hal 45 – 78.

Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman pengelolaan limbah industri kelapa
sawit. Jakarta. 130 hal.

Fauzi, Y. Yustina EW. Iman S. dan Rudi Hartono. 2014. Kelapa Sawit : Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
212 hal.

Hermanto, H. 2013. Pengolahan Limbah Sawit. https://www.wordpress.com. Diakses 15 Juni


2015
Kurniawan, D. 2014. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. http://www.academia.edu. Diakses 15 Juni 2015
Kementerian, L. I. 2015. PROPER. http://www.menlh.go.id. Diakses 12 Agustus 2015
Loebis, B dan P, L. Tobing. 1992. Potensi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit. Buletin
Perkebunan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 279 hal.

Napi, 2015. Berbagai pemanfaatan limbah kelapa sawit. http://www.piterest.com/gubuktani.


Diakses 4 Agustus 2015
Nurhakim, Y.I. 2014. Perkebunan kelapa sawit cepat panen. Infra Pustaka. Jakarta.

Wikipedia. 2013. Limbah industri kelapa sawit. http://www.wikipedia.go.id. Diakses 27 Mei


2015.

Anda mungkin juga menyukai