TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-
rata Indonesia tahun 2004-2008 sebesar 40,26% dari total produksi kelapa sawit
dunia (Fauzi, 2012). Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu
jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit.
Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau
berdasarkan rerata nisbah produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total
jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses (Arif, 2012). Setiap 1 ton tandan
buah segar (TBS) akan menghasilkan limbah padat berupa serabut (fibre) 130 kg
(13%/ton) dengan kalori sekitar 2637-4554 kkal/kg, cangkang (shell) 65 kg
(6,5%/ton) dengan kalori 4105 - 4802 kkal/kg, tandan kosong (empty fruit bunch)
230 kg (23 % /ton) dengan kalori 2492 kkal/kg, sedangkan limbah cair (POME)
sekitar 600-700 kg, (60%/ton) (Wibowo, 2015).
Tandan kosong sawit adalah residu sampah yang dihasilkan dari industri
kelapa sawit. Setelah panen, tandan ini disterilkan dalam sterilisasi uap horizontal
untuk menonaktifkan enzim dalam pericarp dan melonggarkan buah-buahan dari
tandan (Kerdsuwan dkk., 2011 dalam Kavitha dkk., 2013). Tandan yang
disterilkan dimasukkan ke dalam thresher (drum berputar) untuk menyisihkan
buah yang telah steril dari tandan. Tandan ini tanpa buah disebut sebagai tandan
kosong yang disampaikan ke tanah, sedangkan buah yang steril lebih lanjut
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi minyak sawit (Kavitha dkk., 2013).
Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat
dengan komposisi antara lain selulosa (24-65%), hemiselulosa (21-34%) dan
lignin (14-31%) (Chang, 2014 dalam Palamae dkk., 2016). Komposisi kimia dari
serat TKS sebelum treatment adalah sebagai berikut 36,6 ± 0,6% hemiselulosa,
28,3 ± 1,0% selulosa, dan 35,1 ± 0,8% lignin. Nilai-nilai ini umumnya sebanding
dengan rentang yang dilaporkan oleh Chang (2014). Konten hemiselulosa adalah
<3% lebih tinggi dari nilai 34% yang dilaporkan oleh Chang (2014) dan lignin
adalah sekitar 4% lebih dari nilai 31% yang dilaporkan oleh Chang (2014).
Salah satu potensi tandan kosong kelapa sawit yang cukup besar adalah
sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara bagi tanaman. Potensi ini
didasarkan pada kandungan tandan kosong kelapa sawit yang merupakan bahan
organik dan memiliki kadar hara yang cukup tinggi. Pemanfaatan tandan kosong
kelapa sawit sebagai bahan pembenah tanah an sumber hara ini dapat dilakukan
dengan cara aplikasi langsung sebagai mulsa atau dibuat menjadi kompos
(Darmosarkoro dan Rahutomo, 2007).
Tandan kosong kelapa sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara
dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat
diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik
tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air
bertambah baik. Perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap
pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Ditjen PPHP, 2006).
2.2 Pengomposan
Pengomposan atau dekomposisi merupakan peruraian dan pemantapan
bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur yang tinggi dengan hasil
akhir bahan yang bagus untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan
(Prihandarini,2004 dalam Agustina 2007). Dengan kata lain terjadi perubahan
fisik semula menjadi fisik yang baru. Perubahan itu terjadi karena adanya kegiatan
jasad renik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan organik yang dapat
digunakan sebagai kompos dapat berasal dari limbah hasil pertanian dan non
pertanian (limbah kota dan limbah industri) (Kurnia dkk.,2001 dalam Harizena
2012). Limbah hasil dari pertanian antara lain berupa sisa tanaman (jerami dan
brangkasan),sisa hasil pertanian (sekam, dedak padi, kulit kacang tanah, ampas
tebu,dan belotong). Limbah kota atau sampah organik kota biasanya dikumpulkan
dari pasar atau sampah rumah tangga dari daerah pemukiman serta taman-taman
kota (Setyorini dkk.,2003 dalam Harizena 2012).
Kompos mengalami tiga tahap proses pengomposan yaitu pada tahap
pertama yaitu tahap penghangatan (tahap mesofilik), mikroorganisme hadir dalam
bahan kompos secara cepat dan temperatur meningkat. Mikroorganisme mesofilik
hidup pada temperatur 10-45oC dan bertugas memperkecil ukuran partikel bahan
organik sehingga luas permukaan bahan bertambah dan mempercepat proses
pengomposan. Pada tahap kedua yaitu tahap termofilik, mikroorganisme
termofilik hadir dalam tumpukan bahan kompos. Mikroorganisme termofilik
hidup pada tempratur 45-60oC dan bertugas mengkonsumsi karbohidrat dan
protein sehingga bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.Mikroorganisme
ini berupa Actinomycetes dan jamur termofilik. Sebagian dari Actinomycetes
mampu merombak selulosa dan hemiselulosa. Kemudian proses dekomposisi
mulai melambat dan temperatur puncak dicapai. Setelah temperatur puncak
terlewati, tumpukan mencapai kestabilan, dimana bahan lebih mudah
terdekomposisikan. Tahap ketiga yaitu tahap pendinginan dan pematangan. Pada
tahap ini, jumlah mikroorganisme termofilik berkurang karena bahan makanan
bagi mikroorganisme ini juga berkurang, hal ini mengakibatkan organisme
mesofilik mulai beraktivitas kembali. Organisme mesofilik tersebut
akanmerombak selulosa dan hemiselulosa yang tersisa dari proses sebelumnya
menjadi gula yang lebih sederhana, tetapi kemampuanya tidak sebaik organism
termofilik. Bahan yang telah didekomposisi menurun jumlahnya dan panas yang
dilepaskan relatif kecil (Djuarnani dkk.,2005).
d. Tunnels (terowongan)
Tunnels atau biotunnels biasanya bersifat terisolasi. Kotak persegi panjang
yang terbuat dari logam, beton, atau batu bata. Dimensinya kira-kira lebar 4 –
5 m, tinggi 3 – 4 m, dan panjang samapi 30 m. substrat dimasukkan melalui
salah satu ujung terowogan tiap harinya. Materi yang bergerak menuju ujung
terowongan dengan cara piston hidrolik.
Kelembaban dan oksigen diatur dengan cara air dan udara dapat
ditambahkan sesuai kebutuhan. Air umumnya disediakan melalui kompresor
dan memaksa udara masuk melalui lantai. Beberapa desain menggunakan
kipas sentrifugal sebab kompresor menghasilkan kebisingan. Pipa ditempatkan
diatap unit untuk mengeluarkan udara dari dalam melalui tekanan negative.
Seluruh proses dikendalikan dengan cara computer. Aktu pengomposan 14
hari, dan berlangsung aerasi dengan pembalikan.
1.2.1 POME
Palm Oil Mill Effluent atau biasa disebut POME merupakan limbah cair dari
kelapasawit yang berasal dari pemurnian minyak mentah. Jika dibandingkan
dengan limbah lainyang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit, POME memiliki
persentase yang palingbesar diantara yang lainnya.Limbah POME sebenarnya
tidak beracun, namun limbah ini memiliki pengaruhyang cukup besar terhadap
lingkungan disebabkan adanya Biochemical oxygen demandatau BOD dan
Chemical oxygen demand atau COD. Kedua komposisi ini
merupakankarakteristik utama dari POME yang dapat merusak
lingkungan.Berikut ini adalah karakteristik dari POME. Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit(LPCKS) berwarna kecoklatan, terdiri dari padatan terlarut
dan tersuspensi berupa koloiddan residu minyak dengan kandungan COD dan
BOD tinggi 68.000 mg/ L dan 27.000 mg/L, bersifat asam (pH nya 3,5 - 4), terdiri
dari 95%air, 4-5% bahan-bahan terlarut dantersuspensi (selulosa,protein,lemak)
dan 0,5-1%residu minyak yang sebagian besar berupaemulsi. Kandungan TSS
(Total Suspensi Solid) LCPKS tinggi sekitar 1.330
–
50.700 mg/ L,besi (Fe) 46,5 mg/ L dan seng (Zn)2,3 mg /L serta amoniak 35
mg/L (Ma, 2000)Karena dampaknya yang sangat berbahaya bagi lingkungan
seharusnya limbahPOME ini harus dilakukan treatment yang bertujuan untuk
mengurangi dampak kerusakanyang akan ditimbulkan pada lingkungan. Dampak
utama yang dapat ditimbulkan padalingkungan yaitu rusaknya ekosistem air yang
akan menyebabkan terganggunya organismeakuatik yang ada. Hal ini juga
merupakan dampak buruk pagi perusahaan tersebut, karenaperusahaan kelapa
sawit membutuhkan air dalam jumlah yang cukup besar untukmengekstraksi
tandan buah segar sampai menjadi minyak sawit mentah.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki industri kelapa sawit
dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan banyaknya industri kelapa sawit yang
ada di Indonesiamaka jumlah limbah kelapa sawit yang dihasilkan di Indonesia
juga cukup banyak. Jumlahlimbah kelapa sawit terutama POME yang banyak di
Indonesia sayangnya belum dapatdimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan
hanya menyebabkan berbagai masalahlingkungan dan ekosistem di sekitar
industri tersebut. Industri kelapa sawit di Indonesiabiasanya hanya membuang
limbah POME ini ke sungai atau hanya ditampung dalam bakpenampungan yang
diberi treatment tertentu lalu dibuang ke sungai. Hal ini sangatdisayangkan karena
limbah POME ini sebenenarnya sangat berguna jika bisa dimanfaatkandengan
baik. Salah satu contoh pemanfaatan limbah POME ini adalah konversi
menjadibiogass dengan menggunakan teknik penguraian anaerobic atau beberapa
teknik lain.Biogass yang dihasilkan dari proses ini dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energy yangnantinya dapat dimanfaatkan kembali oleh industri tersebut
dalam memproses kelapa sawitsampai menjadi minyak yang dapat dipasarkan.