PENDAHULUAN
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah yang
dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit dan kernel
(Haitami and Wahyudi 2019). TKKS sering diaplikasikan di gawangan tanaman
kelapa sawit sebagai mulsa yang berguna dalam mengurangi penguapan dari
dalam tanah, dan supply pupuk organik(Kavitha et al. 2013).
1
laktat dan yeast di harapkan dapat membantu mempercepat proses dekomposisi
TKKS (Chasanah et al. 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk Mengukur laju dekomposisi tandan kosong kelapa
sawit (Elaeis guineensis jacq) dengan perlakuan pencincangan dan
biodekomposer EM4 serta mengukur kualitas kompos yg di hasilkan pada
perlakuan tersebut yang terdiri dari analisis unsur hara N,P,K dan Mg.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya,
tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa
sawit juga sumber devisa negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen
utama minyak kelapa sawit (Fauzi et al., 2008).
Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah
untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari
lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2)
Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung
minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras
(endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung
minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan
berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut
plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah
tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan
menjadi akar (Sunarko, 2009).
3
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tanaman monokotil. Adapun
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledone
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah Limbah Pabrik Kelapa Sawit
yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS menghasilkan
215-230 kg tandan kosong kelapa sawit. Pada proses pengolahan TKKS
tersebut menghasilkan persentase berupa serabut TKKS sebesar 85% (850 kg)
dan limbah sebesar 15% (150 kg) dari tiap ton TKKS yang diolah. Dari limbah
sebesar 15% tersebut akan menghasilkan minyak CPO sebesar 2% (20 kg) dan
limbah cair 9% (90kg) serta solid 4% (40 kg) (Erivianto, 2018).
4
2.2.2 Karakteristik Limbah TKKS
5
2.2.4 Kadar N TKKS
Kadar N tertinggi terdapat pada perlakuan (100% TKKS) dengan nilai 2,35%
sedangkan terendah terdapat pada perlakuan P5 (100% pelepah) dengan nilai
1,09%. Kompos TKKS dan pelepah kelapa sawit dengan komposisi yang
berbeda memiliki standar kualitas kadar N yang baik, menurut SNI 19-7030-
2004 yaitu minimum 0,4% (Sakiah dkk, 2020).
2.3 Kompos
2.3.1 Pengomposan
6
yang diperoleh dari pupuk organik limbah TKKS diperoleh nilai rata-rata
dalam persen (%). Untuk nilai rata-rata kadar nitrogen (N) yaitu sebesar
2,033% dan nilai rata-rata kadar posforus (P) sebesar 0,107%. Sedangkan
kadar abu sebanyak 36,66% dan kadar air sebanyak 47,53%. Sesuai dengan
SNI 19-7030-2004 syarat mutu kompos dari sampah organik maka hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa limbah TKKS dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk organik (Warsito, J dkk. 2016).
2.3.4 Warna
7
bentuk asli. Hancurnya disebabkan oleh penguraian alami yang dilakukan oleh
mikroorganisme yang hidup dalam kompos struktur remah, agak lepas dan tidak
gumpal, berwarna coklat kegelapan, baunya mirip humus atau tanah dan reaksi
agak masam sampai netral, tidak larut dalam air, bukan dalam bentuk biokimia
yang stabil tetapi berubah komposisinya melalui aktivitas mikroorganisme,
kapasitas tukar kation yang tinggi dan daya absorpsi air tinggi, jika dicampurkan
ke tanah akan menghasilkan akibat yang menguntungkan bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman.
2.3.6 Bau
Bau kompos matang menyerupai bau tanah. Apabila masih tercium bau
sampah atau busuk berarti kompos tersebut masih memerlukan waktu untuk
proses pematangan dan Pupuk tersebut tidak berbau busuk sebab proses
pembusukan dan fermentasi sudah terjadi Tidak ada sisa limbah dan sisa bahan
baku pupuk yang belum terurai oleh mikroorganisme atau makroorganisme
dekomposer pupuk .
2.4 Dekomposer
10
Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi microorganism fermentasi.Jumlah
microorganisme fermentasi dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus.
Microorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organic. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima
golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces
sp, ragi (yeast), Actinomycetes.
11
Kandungan Zat Hara Jumlah
C-Organik 1,88 % w/w
Nitrogen 0,68 % w/w
P2O5 136,78 ppm
K2O 8403,70 ppm
Aluminium, Al < 0,01 ppm
Calsium, Ca 3062,29 ppm
Copper, Cu 1,14 ppm
Iron, Fe 129,38 ppm
Magnesium, Mg 401,58 ppm
Mangan, Mn 4,00 ppm
Sodium, Na 145,68 ppm
Nickel, Na < 0,05 ppm
Zinc, Zn 1,39 ppm
Boron, B <0,0002 ppm
Chlorida, Cl 2429,54 ppm
pH 3,73
Sumber: PT Songgolangit Persada, 2011
Selain mempercepat pengomposan EM4 dapat diberikan secara langsung untuk
menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman atau
disemprotkan ke daun tanaman. Kompos yang dihasilkan melalui fermentasi
dengan pemberian EM4 dinamakan bokashi, kata bokashi berasal dari Bahasa
jepang yang berarti bahan organic yang terfermentasi.
12
Gambar.2 : Effective Mikroorganisme 4 (EM4)
Effective Microorganisme (EM) adalah suatu produk bioteknologi yang telah
diuji kemampuannya untuk mempercepat proses pelapukan dari bahan organik
dan telah diuji secara sukses dibidang pertanian. Produk ini adalah hasil isolasi
berbagai mikroorganisme tanah yang potensial dalam proses dekomposisi bahan
organik dan kemudian dikultur pada media buatan dengan berbagai komposisi
untuk meningkatkan keefektifan kerja dari mikroorganisme- mikroorganisme
tersebut (Matinahoru, 2008).
13
tanah. 3. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman. 4. Meningkatkan manfaat
bahan organik sebgai pupuk.
Menurut Harini (1997) EM4 juga memiliki kegunaan lainnya, yaitu menekan
pertumbuhan patogen tanah, mempercepat dekomendasi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada
tanaman,menigkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan
seperti Michoriza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dan lain-lain, memfiksasi
Nitrogen (N), dan mengurangi kebutuhan pupuk sintetis dan pestisida. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kastalani (2010)
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Karet ban yang digunakan sebagai pengikat plastik untuk penutup drum
15
Faktor pertama adalah pencincangan yang terdiri dari 3 taraf yaitu
Po = Tidak di cincang
P2 = di cincang panjang 10 cm
16
Pj x Pk : Interaksi antara perlakuan ke –j dan perlakuan ke -k
a. Persiapan tempat
Peralatan yang harus dipersiapkan pada penelitian ini yaitu drum 20 kg,
drum ini digunakan sebagai tempat untuk pengomposan. Timbangan
Analitik, timbangan ini digunakan untuk menimbang Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS). Gunting, gunting digunakan untuk memotong
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Plastik, plastik digunakan sebagai
penutup drum dan kemudian plastik diikat dengan karet ban.
c. Persiapan bahan
Bahan yang harus dipersiapkan pada penelitian ini adalah Tandan kosong
kelapa sawit, EM4 yang digunakan sebagai dekomposer Tandan Kosong
Kelapa Sawit.
d. Pembagian bahan
17
e. Aplikasi perlakuan
f. Pengamatan
1. Perubahan warna
18
kecoklatan kekuningan gelap ke abu abuan sangat gelap Hitam
(W1) (W2) (W3) (W4) (W5)
2. Penurunan permukaan
Pada penelitian ini juga melihat dari tingkat penurunan TKKS didalam
drum. Pengamatan penurunan TKKS dilakukan 4 kali selama 60 hari
dengan interval waktu 14 hari.
3.Berat Kompos
Persiapan Areal
Aplikasi perlakuan
Pengamatan
19
Panen
Pengolahan data
selesai
Bulan ke
NO Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Proposal
2 Persiapan Tempat
3 Persiapan Alat dan Bahan
4 Pengaplikasian EM4 ke TTKS
5 Pengamatan
Penimbangan dan Analisis
6
Unsur Hara
7 Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
8
Penelitian
9 Seminar Hasil
20
DAFTAR PUSTAKA
Abrir AR, Ahmad A, Andrio D. 2019. Kinerja Teknik Pengomposan Limbah Tandan Kosong
Sawit Menggunakan Metode Windrow Aerob Ditinjau dari Rasio C/N. JOM
FTEKNIK. 6(2):1–7.
Abu-Bakar NA, Ibrahim N. 2013. Indigenous microorganisms production and the effect on
co Yerizam, M., Dewi. E., Hasan. A., Ridho Triadi. M., Fia Atindu. N., Rizky
Amelia. S. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dalam Pembuatan Pupuk
Organik Padat. Jurnal Pendidikan Dan Teknologi Indonesia (JPTI), Vol 1 No 11.
Darmosarko, W dan Rahutomo. S. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Pembenah Tanah. Jurnal Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, C3:167-180.
Erivianto. D. 2018. Kajian Ekonomis Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Bakar PLTU Biomassa. STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 417-422 Kisaran,
Asahan, Sumut.
21
286.doi:10.1063/1.4858669.
Mujahid, A., Amin, A., Hariyadi, M., Fahmi, R. Biokonversi Tandan Kosong Kelapa Sawit
Menggunakan Tricoderma sp. Dan Larva Black Soldier Fly Menjadi Bahan Pangan
Unggas.
Nurlianti dan Prihanani. 2018. Peran Decomposer Dalam Pembuatan Kompos Dari Limbah
Padi Dan Limbah Sawit. Jurnal Agroqua, Vol.16 No. 1 Tahun 2018.
Rahmawati, L. 2017. Kandungan Unsur Hara Kompos Berbahan Dasar Tandan Kosong
Kelapa sawit (TKKS). Volume 03, No. 2. Edisi Nopember 2017.
Sakiah., Arfianti, D., Pangestu Sinaga, R (2020). Karakteristik Kompos Bahan Baku Tandan
Kosong Dan Pelepah Kelapa Sawit Dengan Komposisi Yang Berbeda. Agrium ISSN
0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2020,Volume 22 No.3.
Darmosarko, W dan Rahutomo. S. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Pembenah Tanah. Jurnal Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, C3:167-180.
Suwatanti, E dan Widyaningrum, P. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur Pada Proses
Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA 40 (1) 2017: 1-6.
Rahmawati, L. 2017. Kandungan Unsur Hara Kompos Berbahan Dasar Tandan Kosong
Kelapa sawit (TKKS). Volume 03, No. 2. Edisi Nopember 2017.
Nurlianti dan Prihanani. 2018. Peran Decomposer Dalam Pembuatan Kompos Dari Limbah
Padi Dan Limbah Sawit. Jurnal Agroqua, Vol.16 No. 1 Tahun 2018.
Mujahid, A., Amin, A., Hariyadi, M., Fahmi, R. 2017. Biokonversi Tandan Kosong Kelapa
Sawit Menggunakan Tricoderma sp. Dan Larva Black Soldier Fly Menjadi Bahan
Pangan Unggas.
Suwatanti, E dan Widyaningrum, P. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur Pada Proses
Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA 40 (1) 2017: 1-6.
Toiby, A.R dan Oksana, O. 2015. Perubahan Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit Yang
Difermentasi Dengan Em4 Pada Dosis Dan Lama Pemeraman Yang Berbeda. Jurnal
Agroteknologi, Vol. 6 No. 1.
Fauzi, R. U. A dan Novieta Sari, E.R. 2018. Analisis Usaha Budidaya Maggot Sebagai
Alternatif Pakan Lele. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, Vol.7
No.1 :39-46 (2018).
22
Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa paradisiaaca) Sebagai
Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit. ZIRAAH, Volumw
40 No. 1 2018.
Nur, T., Rizali Noor, A., Elma, M 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah
Organik Rumah Tangga Dengan Bioaktivator EM4 (effective Microorganisme).
23
24