Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah yang
dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit dan kernel
(Haitami and Wahyudi 2019). TKKS sering diaplikasikan di gawangan tanaman
kelapa sawit sebagai mulsa yang berguna dalam mengurangi penguapan dari
dalam tanah, dan supply pupuk organik(Kavitha et al. 2013).

Pemanfaatan TKKS lebih disarankan dibuat menjadi pupuk kompos karena


mengandung hara yang dibutuhkan tanaman (Harahap et al. 2015a). Teknologi
ini merupakan teknologi yang murah dan mudah dalam management sampah
termasuk juga dalam pemprosesan, meminimalkan dan memanfaatkan limbah
padat dari agroindustry. Hal ini merujuk pada fakta bahwa pupuk organic
kompos memberikan kontribusi lebih rendah terhadap dampak efek gas rumah
kaca dibandingakn dengan pupuk kimia sintetik (Aziz et al. 2016).

Pengomposan merupakan proses biologis aerobik yang mengubah bahan


organik menjadi bahan yang lebih stabil dengan kandungan bahan organik
terdegradasi yang rendah, sehingga menyebabkan pengurangan fitotoksisitas
terhadap tanaman (Razali et al. 2012).
Proses pengomposan yang memakan waktu lama akan menimbulkan
permasalahan, semakin lama proses pengomposan berlangsung maka semakin
luas area yang diperlukan. Langkah yang dapat digunakan dalam mempercepat
proses dekomposisi bahan organik dengan menambah aktivator (Purnamayani et
al. 2012) (Kesumaningwati 2015) (Aminah et al. 2016).Aktivator Effective
Microorganisms 4 (EM4) mengandung lebih dari 80% populasi bakteri asam

1
laktat dan yeast di harapkan dapat membantu mempercepat proses dekomposisi
TKKS (Chasanah et al. 2013).

1.2 Urgensi penelitian


Limbah tandan kelapa sawit adalah permasalahan yang harus diatasi dengan
serius, karena setiap 1 ton pengolahan tandan buah segar kelapa sawit
menghasilkan 22-23% tandan kosong, ditambah lagi tandan kosong
membutuhkan waktu sampai 6 bulan untuk terurai. Dengan mengetahui proses
pencincangan dan biodekomposer EM4 diharapkan dapat membantu mengurangi
volume limbah tandan kosong kelapa sawit maka sangat penting dilakukan
penelitian. Penting juga untuk memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit
menjadi produk kompos yang bermanfaat bagi pertanian.

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Mengukur laju dekomposisi tandan kosong kelapa
sawit (Elaeis guineensis jacq) dengan perlakuan pencincangan dan
biodekomposer EM4 serta mengukur kualitas kompos yg di hasilkan pada
perlakuan tersebut yang terdiri dari analisis unsur hara N,P,K dan Mg.

1.4 Target Temuan


Adapun yang menjadi target dalam penelitian ini yaitu mengetahui perlakuan
terbaik yang dapat mendekomposisikan bahan bahan penelitian dengan waktu
yang tercepat dan memiliki kualitas yg terbaik, yang akan dilakukan pada
lahan praktek Institut Teknologi Sawit indonesia.

1.5 Kontribusi Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan
kontribusi nyata terhadap perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit
terhadap proses pengolahan limbah tandan kosong kelapa sawit agar tidak
menjadi pencemaran lingkungan yang berarti.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

2.1.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya,
tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa
sawit juga sumber devisa negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen
utama minyak kelapa sawit (Fauzi et al., 2008).

Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah
untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari
lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2)
Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung
minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras
(endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung
minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan
berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut
plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah
tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan
menjadi akar (Sunarko, 2009).

3
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tanaman monokotil. Adapun
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledone

Famili : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E. guineensis Jacq

2.2 Limbah TKKS

2.2.1 Kuantitas Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah Limbah Pabrik Kelapa Sawit
yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS menghasilkan
215-230 kg tandan kosong kelapa sawit. Pada proses pengolahan TKKS
tersebut menghasilkan persentase berupa serabut TKKS sebesar 85% (850 kg)
dan limbah sebesar 15% (150 kg) dari tiap ton TKKS yang diolah. Dari limbah
sebesar 15% tersebut akan menghasilkan minyak CPO sebesar 2% (20 kg) dan
limbah cair 9% (90kg) serta solid 4% (40 kg) (Erivianto, 2018).

Tabel analisa kandungan hara tandan kosong kelapa sawit yaitu:

C (%) N P K (%) C/N Mg B Cu Zn


(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

42,8 0,80 0,22 2,90 9,4 0,30 10 23 51


Sumber: Darmosarkoro dan Rahutomo (2007)

4
2.2.2 Karakteristik Limbah TKKS

TKKS merupakan limbah utama dengan fraksi terbesar dari industri


pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah
akan dihasilkan minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) sebanyak 0,21 ton (21%)
serta minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) sebanyak 0,05 ton (5%) dan sisanya
merupakan limbah dalam bentuk tandan buah kosong, serat, dan cangkang biji
yang jumlahnya masing-masing 23%, 13,5%, dan 5,5% dari TBS. Tandan
kosong kelapa sawit memiliki karakteristik kandungan penyusun yaitu 45,9%
Selulosa, 46,5% hemiselulosa, dan 22,8% lignin (Toiby, A. R dkk, 2015).

Gambar 1. Tandan kosong kelapa sawit


2.2.3 C/N TKKS

Perbedaan komposisi TKKS dan pelepah kelapa sawit berpengaruh nyata


terhadap rasio C/N kompos. Rasio C/N tertinggi terdapat pada (100% pelepah)
dengan nilai 38,70, hal ini menunjukkan bahwa kompos 100% pelepah belum
terdekomposisi sempurna, sedangkan rasio C/N terendah terdapat pada
perlakuan (100% TKKS) dengan nilai 16,79. Kompos 100% TKKS ini siap
telah siap untuk aplikasikan (Sakiah dkk, 2020).

5
2.2.4 Kadar N TKKS

Kadar N tertinggi terdapat pada perlakuan (100% TKKS) dengan nilai 2,35%
sedangkan terendah terdapat pada perlakuan P5 (100% pelepah) dengan nilai
1,09%. Kompos TKKS dan pelepah kelapa sawit dengan komposisi yang
berbeda memiliki standar kualitas kadar N yang baik, menurut SNI 19-7030-
2004 yaitu minimum 0,4% (Sakiah dkk, 2020).

2.2.5 Kadar P TKKS

Perbedaan komposisi TKKS dan pelepah kelapa sawit berpengaruh sangat


nyata terhadap kadar P kompos. Kadar P tertinggi terdapat pada perlakuan P1
(100% TKKS) dengan persentase 0,66 % dan terendah terdapat pada perlakuan
P5 (100% pelepah) dengan nilai 0,39%. Berdasarkan standar kualitas kompos
SNI 19- 7030-2004 hasil pengomposan TKKS dan pelepah kelapa sawit
dengan komposisi yang berbeda telah sesuai standar (Sakiah dkk, 2020).

2.3 Kompos

2.3.1 Pengomposan

Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik yang


bertujuan mengurangi dan mengubah komposisi sampah menjadi produk yang
bermanfaat (Suwatanti EPS dan Widyanigrum P). Pada proses pengomposan ada
2 cara yang pertama yaitu aerob dan anaerob. Pengomposan aerob adalah
pengomposan yang menggunakan udara sedangkan pengomposan
anaerobadalahpengomposan tidak menggunakan udara.

2.3.2 Syarat - Syarat Bahan Kompos

Limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai


bahan pembuatan pupuk organik. Analisis kadar nitrogen (N) dan posforus (P)

6
yang diperoleh dari pupuk organik limbah TKKS diperoleh nilai rata-rata
dalam persen (%). Untuk nilai rata-rata kadar nitrogen (N) yaitu sebesar
2,033% dan nilai rata-rata kadar posforus (P) sebesar 0,107%. Sedangkan
kadar abu sebanyak 36,66% dan kadar air sebanyak 47,53%. Sesuai dengan
SNI 19-7030-2004 syarat mutu kompos dari sampah organik maka hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa limbah TKKS dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk organik (Warsito, J dkk. 2016).

2.3.3 Kualitas Kompos


Menururt (Rahmawati, L. 2017) menarik kesimpulan dari hasil penelitiannya
yaitu kandungan nitrogen 1,12%; fosfor 0,49%; kalium 1,43%; kadar air 40,7%
sudah sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Sedangkan kandungan karbon 7,76%
dan rasio C/N 6,9 masih berada di bawah standar. Perlu penambahan bahan
berkarbon tinggi untuk meningkatkan karbon pada kompos TKKS, Kompos
dapat dikategorikan bagus jika mempunyai kandungan bahan organik di atas 60
persen. Total nitrogen yang dimaksud total N di sini, termasuk N dalam bentuk
senyawa amonium, nitrat, dan N-organik. Pada kompos matang biasanya
kandungan N pada kisaran 0,5–2,5% (bobot kering).

2.3.4 Warna

Kompos yang telah matang biasanya berwarna coklat tua kehitaman.


Warnanya menyerupai tanah hutan dan gembur apabila di pegang dan di kepal
kompos akan menggumpal dan bewarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
warna tanah. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk
suspensi. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah. Suhu kompos kurang
lebih sama dengan suhu lingkungan. Kompos tidak berbau menyengat.

2.3.5 Bentuk Fisik


Kompos yang telah matang memiliki tekstur yang halus dan tidak menyerupai

7
bentuk asli. Hancurnya disebabkan oleh penguraian alami yang dilakukan oleh
mikroorganisme yang hidup dalam kompos struktur remah, agak lepas dan tidak
gumpal, berwarna coklat kegelapan, baunya mirip humus atau tanah dan reaksi
agak masam sampai netral, tidak larut dalam air, bukan dalam bentuk biokimia
yang stabil tetapi berubah komposisinya melalui aktivitas mikroorganisme,
kapasitas tukar kation yang tinggi dan daya absorpsi air tinggi, jika dicampurkan
ke tanah akan menghasilkan akibat yang menguntungkan bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman.

2.3.6 Bau

Bau kompos matang menyerupai bau tanah. Apabila masih tercium bau
sampah atau busuk berarti kompos tersebut masih memerlukan waktu untuk
proses pematangan dan  Pupuk tersebut tidak berbau busuk sebab proses
pembusukan dan fermentasi sudah terjadi Tidak ada sisa limbah dan sisa bahan
baku pupuk yang belum terurai oleh mikroorganisme atau makroorganisme
dekomposer pupuk .

2.4 Dekomposer

Dekomposer adalah Mikroorganisme pengurai. Dalam proses dekomposisi


bahan organik material organik yang melepaskan hara dengan lambat selama
fase dekomposisi merupakan material organik yang memiliki kualitas rendah
sedangkan materi organik yang dapat melepaskan hara dengan cepat selama
proses dekomposisi merupakan Material organik yang memiliki kualitas tinggi
(Nurlianti dan Prihanani 2018).

2.4.1 Manfaat Dekomposer

Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dekomposer yang


diberikan untuk membatu berubah bahan dasar menjadi kompos yang berupa
bokhasi bila dibantu oleh decomposer EM-4 dan Trichokompos bila dibantu
8
dengan activator Tricho-G membutuhkan waktu matang sama cepatnya yaitu7
hari sudah menunjukkan keriteria kompos yang matang, namun bahan
mentahnya masih terlihat dan sudah dapat digunakan untuk memupuk
tanaman dan proses penghancuran bahan dasar terus berlangsung dan
mikroorganisme akan berfungsi sebagai pengendali penyakit yang menyerang
tanaman utama (Nurlianti dan Prihanani 2018).

2.4.2 Jenis – Jenis Dekomposer

Selain produk komersial EM4, berbagai macam mikroorganisme pengurai di


alam dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivator pada proses pengomposan
sampah. Mikroba jenis ini sering disebut sebagai mikroorganisme lokal
(MOL), yang dapat dibiakkan menggunakan berbagai sumber bahan organik.
Limbah sayur dapat menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan
mikroorganisme pengurai, dan dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivator dalam
proses pengomposan. (Suwatanti, E dan Widyaningrum, P. 2017).
Selain dekomposer EM4 dan Mikroorganisme Lokal (MOL) ada juga jenis
dekomposer lainnya seperti Black Soldier Fly (BSF) dan Tricoderma Sp.
Melalui tahapan penelitian fermentasi dengan Trichoderma sp. dan larva BSF
pada media TKKS maka akan dimungkinkan terjadinya pelarutan lignin, dan
diharapkan rendemen yang diperoleh akan optimum serta dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif bahan pakan untuk ternak (Mujahid,A dkk. 2017).

2.5 Effective Microorganism4 (EM4)

2.5.1 Komposisi EM4


Effective Microorganism 4 (EM4) merupakan salah satu bioaktivator yang dapat
dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan. (Hariningsih, S dan
Purnama,R.T, 2018. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat
banyak sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan
yang pokok, yaitu Bakteri fotosentetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi
9
(yeast), dan Actinomycetes. (Nur, dkk. 2016). Pada tahun 1980-an Prof. Dr.
Teoreu Higa dari jepang memperkenalkan konsep effective microorganism (EM),
yaitu konsep mengenai kelompok mikroorganisme yang bermanfaat yang
dikembangbiakkan untuk kepentingan pertanian secara umum. EM dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah oleh tanaman yang kemudian
disebut dengan teknologi EM4 (Pasaribu cit Muhyidin, 1999).

2.4.5 Manfaat EM4


Menurut (Nur, 2016) banyak ahli yang berpendapat bahwa effective
microorganisms bukan digolongkan dalam pupuk. EM4 merupakan bahan yang
membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan
kualitasnya. Selain itu, EM4 juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur
tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Dengan demikian penggunaan EM4 akan membuat tanaman menjadi lebih subur,
sehat dan relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Berikut ini
beberapa manfaat EM4 bagi tanaman dan tanah:

1.Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah

2.Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman

3.Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk

4.Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

Menurut (Toiby,dkk 2015) menjelaskan bahwa Pemberian efektif


mikroorganisme-4 (EM4) pada tandan kosong kelapa sawit diharapkan dapat
mempercepat waktu pengomposan (fermentasi), karena dengan pemberian EM4
kedalam bahan organik dapat menambah jumlah dan jenis mikroorganisme yang
berperan dalam proses dekomposisi. Larutan effective microorganisms 4 yang
disingkat EM4 ditemukan pertamakali oleh Prof Dr. Teruo Higa dari Universitas

10
Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi microorganism fermentasi.Jumlah
microorganisme fermentasi dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus.
Microorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organic. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima
golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces
sp, ragi (yeast), Actinomycetes.

Perkembangan probiotik di Indonesia belum pesat, namun sudah mulai


dikembangkan dan salah satu probiotik yang telah mampu diproduksi
dalamnegeri berupa media kultur berbentuk cairan yang dapat disimpan
lamaadalah EM4 (Effective Microorganisms-4). EM4 mengandung 90% bakteri
Lactobacillus sp. (bakteri penghasil asam laktat) pelarut fosfat, bakteri
fotosintetik, Streptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi.EM4 merupakan
suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena
bakteri yang terdapat dalam EM4 dapat mencerna selulose, pati, gula, protein,
lemak (Surung, 2008).

Tabel .1 Komposisi EM4 (Effective Microorganism-4)

Jenis Bakteri Jumlah (Sel/ml)

Total plate count 2,8 x 106

Bakteri pelarut fosfat 3,4 x 105

Lactobacillus 3,0 x 105

Yeast 1,95 x 103


Actinomycetes +
Bakteri fotosintetik +
Sumber: PT Songgolangit Persada, 2011

Tabel 2. Kandungan Zat Hara EM4 (Effective Microorganism-4)

11
Kandungan Zat Hara Jumlah
C-Organik 1,88 % w/w
Nitrogen 0,68 % w/w
P2O5 136,78 ppm
K2O 8403,70 ppm
Aluminium, Al < 0,01 ppm
Calsium, Ca 3062,29 ppm
Copper, Cu 1,14 ppm
Iron, Fe 129,38 ppm
Magnesium, Mg 401,58 ppm
Mangan, Mn 4,00 ppm
Sodium, Na 145,68 ppm
Nickel, Na < 0,05 ppm
Zinc, Zn 1,39 ppm
Boron, B <0,0002 ppm
Chlorida, Cl 2429,54 ppm
pH 3,73
Sumber: PT Songgolangit Persada, 2011
Selain mempercepat pengomposan EM4 dapat diberikan secara langsung untuk
menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman atau
disemprotkan ke daun tanaman. Kompos yang dihasilkan melalui fermentasi
dengan pemberian EM4 dinamakan bokashi, kata bokashi berasal dari Bahasa
jepang yang berarti bahan organic yang terfermentasi.

12
Gambar.2 : Effective Mikroorganisme 4 (EM4)
Effective Microorganisme (EM) adalah suatu produk bioteknologi yang telah
diuji kemampuannya untuk mempercepat proses pelapukan dari bahan organik
dan telah diuji secara sukses dibidang pertanian. Produk ini adalah hasil isolasi
berbagai mikroorganisme tanah yang potensial dalam proses dekomposisi bahan
organik dan kemudian dikultur pada media buatan dengan berbagai komposisi
untuk meningkatkan keefektifan kerja dari mikroorganisme- mikroorganisme
tersebut (Matinahoru, 2008).

Mikroba tersebut mengaktifkan proses dekomposisi melalui fermentasi, sehingga


mempercepat laju dekomposisi (Suhartati, 2008). EM4 merupakan
mikroorganisme yang dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah serta
mempercepat proses pengomposan. Mikroorganisme ini memberikan pengaruh
yang baik terhadap kualitas kompos. Sedangkan ketersediaan unsur hara dalam
kompos sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk
mendegradasi sampah (Siburian, 2008).

Menurut Nasir (2012) beberapa pengaruh EM4 yang menguntungkan dalam


aplikasi kepada produk kompos sebagai berikut: 1. Memperbaiki perkecambahan
bunga, buah, dan kematangan hasil tanam 2. Memperbaiki lingkungan fisik,
kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam

13
tanah. 3. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman. 4. Meningkatkan manfaat
bahan organik sebgai pupuk.

Menurut Harini (1997) EM4 juga memiliki kegunaan lainnya, yaitu menekan
pertumbuhan patogen tanah, mempercepat dekomendasi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada
tanaman,menigkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan
seperti Michoriza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dan lain-lain, memfiksasi
Nitrogen (N), dan mengurangi kebutuhan pupuk sintetis dan pestisida. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kastalani (2010)

interaksi antara tingkat konsentarsi dan lamanya waktu inkubasi EM4


memberikan pengaruh optimal pada kandungan P pada konsentrasi 0,05% dan
lama inkubasi 7 hari namun tidak memberi pengaruh nyata terhadap kadar N, K,
dan rasio C/N pupuk bokashi Sedangkan Oktavia et al (2012) melaporkan bahwa
13 penambahan EM4 dalam pengomposan limbah the dapat mempercepat waktu
pengomposanselama2minggu.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu & Tempat

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di rumah kaca Institut Teknologi


Sawit Indonesia Medan. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Oktober hingga
Januari 2023
3.2 Alat & Bahan

1. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

 Drum/tong dengan kapasitas 20 liter yang digunakan sebagai wadah


pengomposan

 Timbangan Analitik yang digunakan untuk menimbang berat awal Tandan


Kosong Kelapa Sawit dan menimbang hasil dekomposisi Tandan Kosong
Kelapa sawit

 Gunting yang digunakan sebagai pemotong Tandan kosong kelapa sawit

 Plastik yang digunakan sebagai penutup drum/tong

 Karet ban yang digunakan sebagai pengikat plastik untuk penutup drum

2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

 Tandan kosong kelapa sawit yaitu sebagai bahan utama pengomposan

 Biodekomposer EM4 yaitu sebagai mikroorganisme aktif dalam pembusukan


yang di dapat dari tokoh distribusi pertanian

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan dengan perlakuan awal yaitu :

15
Faktor pertama adalah pencincangan yang terdiri dari 3 taraf yaitu

Po = Tidak di cincang

P1 = di cincang panjang 5cm

P2 = di cincang panjang 10 cm

Faktor kedua adalah dosis Biodekomposer EM4 dengan taraf

Eo = Tanpa menggunakan biodekomposer EM4

E1 = dosis 2%/berat TTKS

E2 =dosis 4 % / berat TTKS

Dengan demikian terdapat 3x3 = 9 perlakuan yaitu :

Sehingga menjadi seperti tabel berikut :

P0E0 P0E1 P0E2

P1E0 P1E1 P1E2

P2E0 P2E1 P2E2

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK)


Faktorial ini adalah :
Hijk = m + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk

m : Nilai tengah umum

Pj : Pengaruh faktor perlakuan ke -j

Pk : Pengaruh faktor perlakuan ke -k

16
Pj x Pk : Interaksi antara perlakuan ke –j dan perlakuan ke -k

Pj x Pk : Error yang terjadi akibat perlakuan ke –j dn perlakuan


ke –k dalam kelompok ke -i

3.4 Tahapan Penelitian

a. Persiapan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di rencanakan di rumah kaca Institut Teknologi


Sawit Indonesia dengan metode Rancangan Acak kelompok. Pembersihan
rumah kaca kemudian menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam penelitian.
b. Persiapan peralatan

Peralatan yang harus dipersiapkan pada penelitian ini yaitu drum 20 kg,
drum ini digunakan sebagai tempat untuk pengomposan. Timbangan
Analitik, timbangan ini digunakan untuk menimbang Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS). Gunting, gunting digunakan untuk memotong
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Plastik, plastik digunakan sebagai
penutup drum dan kemudian plastik diikat dengan karet ban.

c. Persiapan bahan

Bahan yang harus dipersiapkan pada penelitian ini adalah Tandan kosong
kelapa sawit, EM4 yang digunakan sebagai dekomposer Tandan Kosong
Kelapa Sawit.
d. Pembagian bahan

Tandan kosong kelapa sawit ditimbang dengan berat 4 Kg. Kemudian


dekomposer EM4 dengan dosis sebanyak 4 % dari berat TKKS (160 ml)
dan 2% dari berat TKKS (80ml) dan dekomposer larva BSF dengan dosis
0,25 gram dan 0,50 gram.

17
e. Aplikasi perlakuan

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)


Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan dengan 9
kombinasi.

f. Pengamatan

Pengamatan dilakukan 1 kali seminggu selama 60 hari dengan melihat


perubahan warna dekomposisi Tandan kosong kelapa sawit. Kemudian
mengukur penyusutan dari dekomposisi Tandan kosong kelapa sawit.
Diamati dalam waktu 10 hari sekali.
g. Panen

Setelah 60 hari pengamatan hasil dekomposisi Tandan kosong kelapa


sawit, kompos ditimbang kemudian kompos dibawa ke Laboratorium
untuk mengecek kadar unsur hara (N, P, K, Mg).

3.5 parameter Pengamatan

Pada penelitin ini menggunakan dua cara pengamatan yaitu:

1. Perubahan warna

Pengamatan yang pertama pada penelitian ini adalah melihat kompos


secara visual yaitu dengan cara melihat langsung kompos di dalam drum
penelitian. Pengamatan ini menggunakan skala warna dipilih berdasarkan
penglihatan. Pengamatan dilakukan 8 kali selama 60 hari dengan interval
waktu 7 hari.
Tabel 2: Skala warna perubahan kompos.

Kuning Coklat gelap Coklat sangat Abu abu

18
kecoklatan kekuningan gelap ke abu abuan sangat gelap Hitam
(W1) (W2) (W3) (W4) (W5)

2. Penurunan permukaan

Pada penelitian ini juga melihat dari tingkat penurunan TKKS didalam
drum. Pengamatan penurunan TKKS dilakukan 4 kali selama 60 hari
dengan interval waktu 14 hari.
3.Berat Kompos

Setelah 60 hari pengamatan tahapan terakhir pada penelitian ini adalah


panen. Kemudian hasil dekomposisi ditimbang dengan timbangan analitik.
4. Analisis Unsur Hara

Setelah ditimbang hasil dekomposisi diuji kadar unsur hara (N, P, K,


Mg)direncanakan sampel akan di analisis di Laboratorium PPKS Medan.

3.1. Bagan Alur Penelitian

Persiapan Areal

Persiapan peralatan dan bahan

Aplikasi perlakuan

Pengamatan

19
Panen

Analisis unsur hara

Pengolahan data

Penyusunan laporan penelitian

selesai

Gambar. 3: Bagan alur


3.8 Jadwal Penelitian

Tabel.3: Jadwal Penelitian

Bulan ke
NO Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Proposal
2 Persiapan Tempat
3 Persiapan Alat dan Bahan
4 Pengaplikasian EM4 ke TTKS
5 Pengamatan
Penimbangan dan Analisis
6
Unsur Hara
7 Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
8
Penelitian
9 Seminar Hasil

20
DAFTAR PUSTAKA

Abrir AR, Ahmad A, Andrio D. 2019. Kinerja Teknik Pengomposan Limbah Tandan Kosong
Sawit Menggunakan Metode Windrow Aerob Ditinjau dari Rasio C/N. JOM
FTEKNIK. 6(2):1–7.

Abu-Bakar NA, Ibrahim N. 2013. Indigenous microorganisms production and the effect on
co Yerizam, M., Dewi. E., Hasan. A., Ridho Triadi. M., Fia Atindu. N., Rizky
Amelia. S. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dalam Pembuatan Pupuk
Organik Padat. Jurnal Pendidikan Dan Teknologi Indonesia (JPTI), Vol 1 No 11.

Darmosarko, W dan Rahutomo. S. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Pembenah Tanah. Jurnal Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, C3:167-180.

Destyorini, F.,Indayaningsih. N. 2018. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai


Bahan Baku Kertas Karbon. Journal Of Technical Engineering, Volume 1 No. 2.

Erivianto. D. 2018. Kajian Ekonomis Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Bakar PLTU Biomassa. STMIK Royal – AMIK Royal, hlm. 417-422 Kisaran,
Asahan, Sumut.

Mokolensang, J. F., Hariawan, M. G. V., Manu, L. (2018). Maggot (Hermetia illunces)


Sebagai Pakan Alternatif Pada Budidaya Ikan. Budidaya Perairan September 2018,
Vol.6 No 3: 32-37.mposting process. AIP Conf Proc. 1571(December2013):283–

21
286.doi:10.1063/1.4858669.

Mujahid, A., Amin, A., Hariyadi, M., Fahmi, R. Biokonversi Tandan Kosong Kelapa Sawit
Menggunakan Tricoderma sp. Dan Larva Black Soldier Fly Menjadi Bahan Pangan
Unggas.

Nurlianti dan Prihanani. 2018. Peran Decomposer Dalam Pembuatan Kompos Dari Limbah
Padi Dan Limbah Sawit. Jurnal Agroqua, Vol.16 No. 1 Tahun 2018.
Rahmawati, L. 2017. Kandungan Unsur Hara Kompos Berbahan Dasar Tandan Kosong
Kelapa sawit (TKKS). Volume 03, No. 2. Edisi Nopember 2017.

Sakiah., Arfianti, D., Pangestu Sinaga, R (2020). Karakteristik Kompos Bahan Baku Tandan
Kosong Dan Pelepah Kelapa Sawit Dengan Komposisi Yang Berbeda. Agrium ISSN
0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2020,Volume 22 No.3.

Darmosarko, W dan Rahutomo. S. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan
Pembenah Tanah. Jurnal Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, C3:167-180.

Suwatanti, E dan Widyaningrum, P. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur Pada Proses
Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA 40 (1) 2017: 1-6.

Rahmawati, L. 2017. Kandungan Unsur Hara Kompos Berbahan Dasar Tandan Kosong
Kelapa sawit (TKKS). Volume 03, No. 2. Edisi Nopember 2017.

Nurlianti dan Prihanani. 2018. Peran Decomposer Dalam Pembuatan Kompos Dari Limbah
Padi Dan Limbah Sawit. Jurnal Agroqua, Vol.16 No. 1 Tahun 2018.

Mujahid, A., Amin, A., Hariyadi, M., Fahmi, R. 2017. Biokonversi Tandan Kosong Kelapa
Sawit Menggunakan Tricoderma sp. Dan Larva Black Soldier Fly Menjadi Bahan
Pangan Unggas.

Suwatanti, E dan Widyaningrum, P. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur Pada Proses
Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA 40 (1) 2017: 1-6.

Toiby, A.R dan Oksana, O. 2015. Perubahan Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit Yang
Difermentasi Dengan Em4 Pada Dosis Dan Lama Pemeraman Yang Berbeda. Jurnal
Agroteknologi, Vol. 6 No. 1.

Mokolensang, J. F., Hariawan, M. G. V., Manu, L. (2018). Maggot (Hermetia illunces)


Sebagai Pakan Alternatif Pada Budidaya Ikan. Budidaya Perairan September 2018,
Vol.6 No 3: 32-37.

Fauzi, R. U. A dan Novieta Sari, E.R. 2018. Analisis Usaha Budidaya Maggot Sebagai
Alternatif Pakan Lele. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, Vol.7
No.1 :39-46 (2018).

22
Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa paradisiaaca) Sebagai
Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit. ZIRAAH, Volumw
40 No. 1 2018.

Pratiwi, S. H dan Purnamasari, R. T 2018. Pengaruh Lama Pengomposan Serbuk Gergaji


Kayu Jati Dan Dosis EM4 Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kubis Bunga
(Brassica oleracea L.) Dataran Rendah. Buana Sains., Vol 18 No. 2: 139 – 148, 2018.

Nur, T., Rizali Noor, A., Elma, M 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah
Organik Rumah Tangga Dengan Bioaktivator EM4 (effective Microorganisme).

23
24

Anda mungkin juga menyukai