Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahmat Sifa Nuryan

NIM : J1B120004

ANALISIS KUALITAS KOMPOS DARI PELEPAH KELAPA SAWIT


TERHADAP LAMA PENGOMPOSAN DENGAN MENGGUNAKAN
BIOAKTIVATOR KOTORAN SAPI DAN RAGI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) merupakan salah satu komoditi hasil
perkebunan yang menjadi andalan bagi negara Indonesia. Menurut Badan
Pusat Statistik (2022) perkebunan kelapa sawit di indonesia seluas 14,62 juta
hektar dengan produksi minyak sawit (CPO) sebesar 45,12 juta ton pada tahun
2021. Lokasi perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia tersebar di 26
provinsi yaitu seluruh provinsi di pulau Sumatra dan Kalimantan, provinsi
Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Provinsi Riau menjadi provinsi dengan lahan sawit terluas di Indonesia
dengan luas 19,55 persen dari total luas areal perkebunan kelapa sawit atau
2,86 juta hektar.
Menurut Aulia et al (2022) permasalahan yang kerap dijumpai di
perkebunan kelapa sawit ialah belum dimanfaatkannya pelepah kelapa sawit.
Setelah panen dilakukan pelepah kelapa sawit hanya dibiarkan berserakan
ditanah. Padahal, jika pelepah kelapa sawit tidak dimanfaatkan dapat menjadi
limbah yang berpotensi berdampak buruk bagi lingkungan. Menurut Jatmoko
et al (2022) pelepah kelapa sawit yang menumpuk dapat menjadi sarang hama,
salah satunya sarang tikus. Dengan demikian, panen kelapa sawit yang
dilakukan oleh petani kurang maksimal karena adanya serangan hama.
Luas tutupan lahan perkebunan kelapa sawit di provinsi Jambi pada tahun
2015 kurang lebih 689,966 hektar. Jika diasumsikan terdapat 130
pohon/hektar, dan setiap pohonnya dapat menghasilkan 22 - 26 pelepah/tahun,
dengan bobot rata-rata pelepah sawit 4 – 6 kg/pelepah, maka kisaran produksi
pelepah bisa mencapai 14,3 ton/ha/tahun, kondisi ini merupakan potensi yang
sangat besar untuk diolah menjadi bahan dasar pembuatan pupuk kompos
(Syafria et al. 2022).
Menurut Alfarezy et al (2022) kompos adalah hasil dari suatu kombinasi
bahan organik yang diuraikan yang dapat dilakukan lebih cepat secara buatan
dengan bantuan dari mikroorganisme dengan kondisi lingkungan yang hangat
dan lembab. Pemanfaatan bahan organik sebagai kompos merupakan
penciptaan siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam upaya
pengoptimalan sumberdaya alam yang terbarukan (Ariyanto, 2011). Secara
alami proses dekomposisi pelepah kelapa sawit membutuhkan waktu yang
relatif lama yaitu 3-4 bulan. Lamanya proses dekomposisi tentunya akan
berdampak kurang baik terhadap lingkungan karena jumlah jumlah penguraian
terlalu rendah bila dibandingkan dengan jumlah penumpukan. Menurut
Ningsih et al (2022) proses dekomposisi dalam pengomposan dapat dipercepat
dengan ditambahkan bahan aktivator. Activator yang digunakan adalah
kotoran sapi dan ragi. Kedua bahan tersebut digunakan dengan alasan
merupakan bahan yang mudah didapatkan sehingga dapat dibuat juga oleh
masyarakat secara umum. Dengan memanfaatkan pelepah sawit sebagai
kompos diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah kelapa sawit
agar tidak mencemari lingkungan.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengoptimalkan pemanfaat pelepah limbah kelapa sawit
dengan membuatnya sebagai kompos; dan
2. Untuk mengetahui lama proses pengomposan yang ideal
mennggunakan bioaktivator kotoran sapi dan ragi.

Anda mungkin juga menyukai